Anda di halaman 1dari 10

Modul Acara 6 dan 7

BATUAN METAMORF FOLIASI DAN NON FOLIASI

A. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal


(batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan temperatur
(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan
yang berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan
yang baru. Disebut sebagai batuan metamorf karena dalam proses
pembentukannya batuan ini mengalami proses metamorfisme atau proses
perubahan bentuk.

Proses metamorfisme itu adalah suatu proses reaksi rekristalisasi di


dalam kerak bumi pada kedalaman tertentu (3 – 20 km) yang pada
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni
tanpa melalui fase cair sehingga terbentuk struktur dan mineral yang baru,
akibat dari pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) yang tinggi.

B. Tipe Metamorfisme

Gambar 1. Lokasi dan tipe metamorfisme


1. Metamorfisme Kataklastik adalah metamorfosa yang diakibatkan
oleh deformasi mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan
yang mengalami pergeseran satu dan lainnya disepajang suatu zona
sesar / patahan. Panas yang ditimbulkan oleh gesekan yang terjadi
disepanjang zona patahan inilah yang mengakibatkan batuan
tergerus dan termetamorfosokan disepanjang zona ini. Metamorfosa
kataklastik jarang dijumpai dan biasanya menyebaran terbatas
hanya disepanjang zona sesar.
2. Metamorfisme Burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila
batuan sedimen yang berada pada kedalaman tertentu dengan
temperaturnya diatas 300° C serta absennya tekanan diferensial.
Pada kondisi tersebut maka mineral-mineral baru akan berkembang,
akan tetapi batuan tampak seperti tidak mengalami metamorfosa.
Mineral utama yang dihasilkan dalam kondisi tersebut adalah
mineral zeolite. Metamorfosa burial umumnya saling overlap dengan
diagenesa dan akan berubah menjadi metamorfosa regional seiring
dengan meningkatnya tekanan dan temperatur.
3. Metamorfisme Kontak adalah metamorfosa yang terjadi didekat
intrusi batuan beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur
yang tinggi dan berhubungan dengan intrusi batuan beku.
Metamorfosa kontak hanya terjadi disekeliling intrusi yang
terpanaskan oleh magma dan bagian kontak ini dikenal sebagai
“aureole metamorphic”. Derajat metamorfosa akan meningkat
kesegala arah kearah luar dari tubuh intrusi. Metamorfosa kontak
biasanya dikenal sebagai metamorfosa yang bertekanan rendah dan
temperatur tinggi dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan
berbutir halus tanpa foliasi dan dikenal sebagai hornfels.
4. Metamorfisme Regional adalah metamorfosa yang terjadi pada
wilayah yang sangat luas dimana tingkat deformasi yang tinggi
dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa jenis ini biasanya akan
menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat
kuat, seperti Slate, Schists, dan Gneisses. Tekanan diferensial
berasal dari gaya tektonik yang berakibat batuan mengalami tekanan
(kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal dari dua masa benua
yang saling bertumbukan satu dengan lainnya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada
inti dari rangkaian pegunungan atau pegunungan yang mengalami
erosi. Hasil dari tekanan kompresi pada batuan yang terlipat dan
adanya penebalan kerak dapat mendorong batuan kearah bagian
bawah sehingga menjadi lebih dalam yang memiliki tekanan dan
temperatur lebih tinggi.

C. Derajat Metamorfisme

Derajat Metamorfisme merupakan gambaran suhu relative dan


tekanan dimana batuan metamorf terbentuk, derajat metamorfisme dibagi
menjadi 3 macam yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Masing-masing tahapan derajat metamorfisme akan membentuk


batuan metamorf dengan karakteristik tertentu tergantung dari protolith atau
batuan asal, dan jenis proses metamorfisme yang terjadi. Sebagai contoh,
apabila suatu batuan sedimen pelitik yang berkomposisikan material
sedimen berukuran lempung mengalami proses metamorfisme, maka pada
tahap derajat rendah (low-grade) akan terbentuk slate, dan perlahan-lahan
apabila derajat metamorfisme semakin meningkat akan terbentuk filit
(phyllite). Apabila derajat metamorfisme terus mengalami kenaikan, maka
akan terbentuk sekis (schist) dan akhirnya akan membentuk gneiss.
Hubungan ini diperlihatkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3 yang
menunjukkan batuan-batuan yang terbentuk pada setiap tingkatan derajat
metamorfisme.
Gambar 2. Pembagian Derajat Metamorfisme

Gambar 3. Hubungan antara derajat metamorfisme dengan batuan yang


dihasilkan.
D. Struktur Pada Batuan Metamorf
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu :
1. Struktur Foliasi

Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral


penyusun batuan metamorf, Struktur foliasi yang menunjukkan urutan
derajad metamorfosa dari rendah ke tinggi :

a. Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke
metamorfik, sangat halus dan keras, belahannya rapat, mulai
terdapat daun-daun mika halus, memberikan warna kilap, klorit dan
kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada batuan sabak/slate.
b. Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap
daripada batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding
slatycleavage. Mulai terdapat mineral lain yaitu tourmaline. Contoh
batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfose
regional, sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti
mika, talk, klorit, hematit dan mineral lain yang berserabut. Terjadi
perulangan antara mineral pipih dengan mineral granular dimana
mineral pipih lebih banya daripada mineral granular. orientasi
penjajaran mineral pipih menerus
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi, dimana
dimana terdapat mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi
mineral pipihnya tidak menerus/terputus.
2. Struktur Non Foliasi

Batuan yang tidak berfoliasi akan tampak masif dan tidak memiliki
struktur. Dimana mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral
yang planar. Seringkali terjadi pada metamorfisme kontak/termal, Pada
struktur non foliasi ini hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu :

a. Granulose/Hornfelsik
Merupakan mozaik yang terdiri dari mineral-mineral
equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan tidak
menunjukkan cleavage (belahan). Contohnya antara lain adalah
marmer, kuarsit.
b. Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineral-
mineral menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin
dan asbestos.
c. Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap
batuan asal yang mengalami metamorfosa kataklastik. Umumnya
memberikan kenampakan breksiasi.
d. Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih
halus dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini
sebagai salah satu ciri adanya sesar.

E. Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,


bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan
metamorf.

1. Kristabolastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru
terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan
asal sudah tidak kelihatan.
a) Homoblastik, jika terdiri atas satu jenis tesktur.
b) Heteroblastik, jika lebih dari satu jenis tekstur.
Tekstur yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Lepidoblastik, sebagian besar mineralnya berbentuk pipih.
b. Nematoblastik, sebagian besar mineralnya kristalin.
c. Granoblastik, sebagian besar mineralnya granular.
Untuk bentuk kristalnya digunakan istilah :
a. Idioblastik, sebagian besar mineralnya berbentuk
euhedral.
b. Hipidioblastik, sebagian besar mineralnya berbentuk
subhedral.
c. Xenoblastik, sebagian besar mineralnya berbentuk
anhedral.
2. Palimsest (Tekstur Sisa)
Yaitu jika tekstur batuan asalnya masih terlihat atau tersisa.
a) Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih
nampak.
b) Blastofitik
Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
c) Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran
butir lebih besar dari pasir (psepit).
d) Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir pasir (psemit).
e) Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lempung (pelit).
Gambar 4. Tekstur Pada Batuan Metamorf

F. Komposisi Mineral
Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi :
a) Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipihatau tabular, prismatik. Mineral ini
tumbuh memanjang dengan kristal tegak lurus gaya.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan,
Horblende, Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit.
b) Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan,
umumnya berbentuk equidimensional.
Contohnya : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit,
Epidot.
G. Penamaan Batuan

Penamaan batuan metamorf dimaksudkan untuk mengenali dan


memberikan informasi yang berarti pada batuan tersebut. Ada beberapa
kriteria utama dalam penamaannya, yaitu:

1. Batuan Asal (Protolith)


2. Mineralogi batuan metamor
3. Struktur
4. Penamaan Secara Khusus
5. Struktur dan Mineralogi

Gambar 4. Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Huang (1962).

Anda mungkin juga menyukai