Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Petrologi adalah ilmu geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan
dan kondisi pembentukannya. Petrologi merupakan ilmu yang mempelajari batuan
pembentuk kulit bumi, yang mencakup cara terjadinya, komposisi batuan,
klasifikasi batuan dan sejarah geologinya. Batuan sebenarnya telah banyak
dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang
hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui
asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan
pembentuk kerak bumi. (Neuendrof, 2005)
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang
mencakup cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan dan sejarah
geologinya. Batuan sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-
beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi.
Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral yang
terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan
adalah materi yang terbentuk secara alamiah, telah terkonsolidasikan, terdiri dari
satu jenis mineral (monominerallic) atau lebih dan umumnya terdiri dari agregat/
kumpulan dari beberapa mineral yang berbeda (Heinrich, F.W.M.)
Dalam praktikum ini kita mempelajari tentang batuan metamorf kontak.
Diantaranya mengetahui sifat fisik dari batuan metamorf kontak, bagaimana
proses pembentukan batuan metamorf kontak. Kami melakukan pengamatan pada
batuan metamorf kontak ini guna untuk mengetahui apa itu batuan metamorf
kontak, bagaimana proses pembentukannya dan juga kita bisa mengetahui
bagaiman ciri fisik dari batuan metamorf kontak pada pengamatan kali ini, maka
hal ini lah yang melatarbelakangi pada praktikum kali ini.
1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah:
1. Apa itu batuan metamorf kontak?
2. Bagaimana sifat fisik batuan metamorf kontak?
3. Bagaimana cara pengklasifikasian batuan metamorf?
4. Apa saja batuan yang diamati saat praktikum

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari prsktikum in adalah untuk menambah ilmu dan untuk
mengetahui serta mengidentifikasi batuan piroklastik. Dan adapun tujuan dari
praktikum kali ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu batuan metamorf kontak.
2. Untuk mengetahui bagaimana sifat fisik batuan metamorf kontak.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengklasifikasian dari batuan metamorf.
4. Untuk mengetahui batuan apa saja yang diamati pada saat praktikum.
BAB II
TINAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian batuan metamorf kontak


Secara etimologi metamorf berasal dari bahasa yunani dengan kata “Meta”
yang berarti berubah dan “Morph” yang artinya bentuk, dan oleh para ahli
batuan metamorf didefinisikan sebagai berikut :
1. Grovi (1931), perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
kristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal kristal baru,
begitu pula teksturnya.
2. H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap proses
fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan
sebelumnya, proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Sehingga dapat disimpulkan batuan metamorf merupakan batuan yang
mengalami pembentukan ulang dari bentuk struktur, dan mineralnya yang tidak
termasuk pelapukan dan diagenesa, pembentukan batuan metamorf disebabkan
oleh perubahan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi.
Batuan metamorf terbentuk dari batuan induk lain yang dapat berupa batuan
beku, batuan sedimen, mapun batuan metamorf itu sendiri. Proses metamorfosa
terjadi dalam fase padat dan pada suhu 2000 C – 6500 C.

2.2 Sifat fisik batuan metamorf kontak


Adapun ciri fisik dari batuan metamorf antara lain yaitu:
2.2.1 Struktur
Pada pengklasifikasiannya berdasarkanstruktur, batuan metamorf
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Struktur Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari
pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.

Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun


batuan metamorf. Struktur foliasi ini terdiri dari struktur Slatycleavage, struktur
Filitic, struktur Schistosa, dan struktur Gneisosa.
Gambar 2.1 Struktur Foliasi pada Batuan Metamorf
a) Struktur Slatycleavage

Gambar 2.2 Struktur Slatycleavage

Merupakan struktur yang terbentuk pada derajad rendah, peralihan dari


batuan sedimen (batu lempung) ke metamorf. Mineralnya berukuran halus dan
kesan penjajaran atau foliasi nya halus sekali, dengan memperlihatkan belahan
belahan yang rapat, mulai terdapat daun daun mika halus.
b) Struktur Filitik (Phylitic)
Gambar 2.3 Struktur Phylitic

Mirip dengan slatycleavage , hanya mineral dan kesejajarannya/ foliasi nya


sudah mulai agak kasar . Derajad metamorfosanya lebih tinggi dari salte (batu
sabak), dimana daun daun mika dan khlorit sudah cukup besar atau kasar,
tampak berkilap sutera pada pecahan pecahannya.
c) Struktur Schistosa (Schistosity)

Gambar 2.4 Struktur Schistosity

Adalah struktur yang memperlihatkan mineral mineral pipih (biotit,


muscovit, feldspar) lebih banyak atau dominan dibandingkan mineral butiran.
Struktur ini dihasilkan oleh metamorfosa tipe regional. Derajad metamorfosanya
lebih tinggi dari filit, dicirikan dengan hadirnya mineral mineral lain disamping
mika. Ciri yang sangat khas adalah kepingan kepingan yang tampak jelas dari mi
neral mineral pipih seperti mineral mika, talk, dan klorit.
d) Struktur Gnesosa (Gneissic)

Gambar 2.5 Struktur Gneissic

Struktur batuan metamorf dimana jumlah mineral mineral yang granular


atau membutir relatif lebih banyak dibanding mineral pipih dan mempunyai sifat
yang memperlihatkan banded (seperti berlapis atau
sejajar), struktur ini terbentuk pada derajad metamorfosa tinggi pada tipe
metamorfosa regional. Komposisi mineralnya mengingatkan kita pada komposisi
mineral pada batuan beku, yaitu terdapatnya mineral kwarsa, feldspar dan
mineral mafik .
2. Struktur non foliasi merupakan, struktur batuan metamorf yang tidak
memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.struktur non
foliasi juga terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Struktur Hornfelsik

Gambar 2.6 Struktur Hornfelsik


Dicirikan adanya butiran butiran yang seragam, terbentuk pada bagian
dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan
rekristalisasi dari batuan asal. Tidak ada foliasi, batuan tampak halus dan padat.
b) Struktur Milonitik

Gambar 2.7 Struktur Milonitik


Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang
mengalami metamorfosa tipe Dinamo Thermal. Batuan berbutir halus dan
liniasinya ditunjukkan oleh adanya orientasi mineral
yang berbentuk lentikuler (seperti lensa oval ), terkadang masih tersisa lensa
lensa batuan asalnya .
c) Struktur Kataklastik
Struktur ini hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih
kasar.
d) Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai struktur milonitik tetapi butirannya lebih kasar dan
strukturnya mendekati tipe filitik. Struktur Seperti struktur kataklastik, tetapi
struktur batuan asal yang berbentuk lensa/lentikuler tertanam dalam massa
milonit.
e) Struktur Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa lensanya terdiri dari butir butir
mineral feldspar dalam massa dasar yang lebih halus.
f) Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik , tetapi ukuran
butirannya tidak sama besar.
g) Struktur Liniasi
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan dari mineral mineral
yang berbentuk seperti jarum (fibrous).

2.2.2 Tekstur
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaannya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran- blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengangranoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut
dinamakanporphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari
matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-
butiran dari
material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya
dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-
sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan
dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada
mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang
menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah
kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal);
dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur
helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran
yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini
disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik
(penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam
butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast. Tekstur pada
batuan metamorf secara garis besar dibagi dua yaitu tekstur Kristaloblastik dan
tekstur Palimsest:
1. Tekstur Kristaloblastik : ialah Tekstur pada batuan metamorf yang terjadi pada
saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam
suasana cair karena itu kristal yang terjadi disebut Blastos . Tekstur batuan
asalnya sudah tidak tampak lagi , diganti dengan tekstur baru. Tekstur
Kristaloblastik ini dibagi lagi menjadi 6 bagian tekstur , yaitu :
Gambar 2.8 Tekstur Kristaloblastik
a. Tekstur Lepidoblastik
Ialah tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral mineral pipih
dan memperlihatkan orientasi sejajar , seperti mineral mineral biotit, muscovit
dll.
b. Tekstur Granoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral yang
membentuk butiran yang seragam, seperti mineral kwarsa, kalsit, garnet dll.
c. Tekstur Nematoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral yang
berbentuk prismatik, menjarum dan memperlihatkan orientasi sejajar. Contoh
seperti pada mineral amphibol, silimanit, piroksin dll.
d. Tekstur Porfiroblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris)
tertanam dalam massa dasar yang relatif halus. Identik dengan tekstur Porfiritik
pada batuan beku.
e. Tekstur Idioblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral penyusunnya
euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral penyusunnya
anhedral
2. Tekstur Palimpsest: ialah Tekstur sisa dari batuan asalnya yang masih dijumpai
pada batuan metamorf yang terbentuk. Tekstur Palimpsest ini dibagi lagi menjadi
4 bagian tekstur , yaitu :
a. Tekstur Blastoporfiritik
Ialah tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit
Ialah tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari
pasir (psefite).
c. Tekstur Blastopsamit
Ialah tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya sama besar
dengan Pasir (psamite).
d. Tekstur Blastopellite
Ialah tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya sama besar
dengan Lempung (pellite).

2. 2.3 Komposisi Mineral Batuan Metamorf


Komposisi mineral batuan metamorf tidak seperti menentukan atau
mengenali mineral pada batuan beku dan mineral pada batuan sedimen. Sebab
genesa terbentuknya batuan metamorf ini telah mengalami proses Pressure dan
Temperatur yang cukup tinggi sehingga mineral – mineralnya pun sebagian
besar sudah cukup sulit untuk dikenali. Mineral yang terdapat dalam batuan
metamorf itu dibagi menjadi 2 Golongan, yaitu:
1. Mineral Stress
Merupakan mineral yang stabil dalam kondisi Tekanan , dimana mineral ini
dapat ber bentuk pipih atau tabular , atau prismatik, maka mineral mineral
tersebut akan tumbuh tegak lurus searah gaya. Contoh Mineral Stress: Mika,
Zeolite, Tremolit, Actinolite, Glaukofan, Hornblenda, Chlorite, Serpentin,
Epidote, Sillimanit, Staurolit, Kyanit dan Antopilit.
2. Mineral Anti Stress
Ialah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi Tekanan. Bentuk dari
mineral ini pada umumnya equidimensional. Contoh mineral Anti Stress:
Kwarsa, Kalsit, Feldspar, Kordierite dan Garnet. Selain mineral Stress dan
mineral Anti Stress, ada juga mineral yang khas hanya dijumpai pada batuan
metamorf saja, dan menunjukkan tipe metamorfosa serta derajat
metamorfosanya pada batuan yang mengandung mineral itu. Contoh mineral
tersebut
adalah:
a. Mineral khas dari tipe metamorfosa Regional: Silimanit, Kyanit,
Andalusit, Staurolit dan Talk
b. Mineral khas dari tipe metamorfosaThermal: Garnet, Grafit dan Corundum.
c. Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia: Epidote, Wollastonite
dan Chlorite.

2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf


1. Batuan Metamorf Kontak
Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang
mengalami metamorfosa sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau
sebagai akibat dari adanya aktivitas magma.
Beberapa orang mengatakan batuan metamorf kontak ini adalah batuan
yang terbentuk karena adanya pengaruh penerobosan magma pada suhu yang
sangat tinggi. Karena suhu sangat tinggi itulah yang menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk maupun perubahan warna batuan. Contoh dari batuan
metamorf kontak adalah batu kapur yang berubah menjadi batu marmer.
2. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami
metamorfosa akibat adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga dari
dalam bumi yang memakan waktu lama.
Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian atas kerak
bumi. Contoh dari batuan metamorf dinamo adalah batu lumpur atau mud
stone menjadi batu tulis atau slate.
3. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik
Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses metamorfosa
akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada magma. Pengaruh dari
gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral dari
batuan ini.
Contoh dari batuan metamorf thermal-pneumatoliks adalah batu kuarsa
dengan gas borium berubah menjadi turmalin atau sejenis batu
permata. Lalu ada juga batu kuarsa dengan gas florium dan berubah menjadi
topas.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Alat:
a. Lup.
b. Kamera.
c. Sampel batuan.
d. Alat tulis lengkap.
e. Penuntun.
2. Bahan:
a. Lembar Deskripsi digunakan sebagai format untuk menulis
hasil Analisa.
b. Sampel Batuan metamorf sebagai bahan untuk dideskripsi dan diamati.
3.2 Langkah kerja
Langkah-Langkah pengerjaan praktikum ini yaitu:,
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Ambil sampel batuan beku dan lakukan pengamatan pada sampel batuan beku
menggunakan lup.
3. Kemudian tulislah hasil pengamatan yang berupa warna, tekstur, dan struktur
yang telah diamati.
4. Gunakan klasifikasi untuk menentukan deskripsi ko pada sampel batuan
metamorf yang tersedia.
5. Lalu tentukan nama batuan dengan menggunakan klasifikasi batuan metamorf
kontak.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan tentang mendeskripsi batuan


metamorf kontakl, yaitu sebagai berikut :
4.1.1 Marmer

Gambar 4.1.1 sampel 1 (kode 5)

Pada sampel sampel nomor 01 dengan kode sampel 5 ditemukan jenis


batuan Marmer dengan warna segar putih, warna lapuk putih keabuan yang
memiliki Tekstur Garnoblstik, Struktur Non-folisi, komposisi mineral kalsit.
Marmer adalah jenis batuan metamorf yang terbentuk dari batuan kapur atau
dolomit yang mengalami metamorfosis. Proses pembentukan marmer melibatkan
tekanan dan panas yang tinggi di dalam kerak bumi. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam proses pembentukan marmer. Batuan Asal (Limestone
atau Dolomite) Proses dimulai dengan batuan kapur (limestone) atau dolomit.
Batuan ini biasanya terbentuk dari endapan organisme laut seperti cangkang
kerang dan karang. Penimbunan Endapan, Batuan kapur atau dolomit terbentuk
melalui penimbunan endapan laut selama periode geologis yang panjang.
Pertambahan Tekanan dan Panas, Seiring berjalannya waktu, endapan-endapan
tersebut tertimbun lebih dalam oleh endapan-endapan lainnya. Tekanan dan
panas di dalam kerak bumi meningkat seiring dengan kedalaman ini.
Metamorfosis, Tekanan dan panas yang tinggi menyebabkan batuan kapur atau
dolomit mengalami metamorfosis. Proses ini mengubah mineral-mineral dalam
batuan tersebut dan menghasilkan marmer.

4.1.2 Kuarsit

Gambar 4.1.2 Sampel 2 (kode 9)

Pada sampel nomor 02 dengan kode sampel 9 ditemukan jenis batuan


Kuarsit dengan dengan warna segar putih, warna lapuk putih kekuningan yang
memiliki Tekstur Garnoblastik, Struktur Non-folisi, komposisi mineral kuarsa,
plagioklas, ortpclas.
Baru kuarsit adalah bentuk kuarsit yang telah mengalami proses
metamorfisme yang lebih baru atau baru-baru ini. Kwarsit dibentuk melalui
proses metamorphism quartz-rich batupasir. Mereka dibentuk oleh kebanyakan
mineral kwarsa. Kwarsit boleh kadang-kadang kelihatan seperti pualam, tetapi
dapat dibedakan sebab kwarsit tidak bisa dikeruk oleh pisau, tidak sama dengan
pualam. Atau pun bereaksi dengan HCL, seperti halnya pualam. Sangat tidak
memungkinkan dan cuaca bersifat menentang.
4.1.3 Marmer
Gambar 4.1.3 Sampel 3 (kode 5)

Pada sampel sampel nomor 3 dengan kode sampel 5 ditemukan jenis


batuan Marmer dengan dengan warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu
kekuningan yang memiliki Tekstur Granoblastik, Struktur Non-folisi, komposisi
mineral kalsit.
Proses pembentukan marmer adalah bagian dari siklus batuan metamorf.
Marmer sendiri merupakan batuan metamorf yang berasal dari batuan kapur atau
dolomit yang telah mengalami transformasi oleh tekanan dan panas tinggi di
dalam kerak bumi. Berikut adalah tahapan umum dalam pembentukan marmer,
Batuan Awal (Kapur atau Dolomit), Proses dimulai dengan adanya batuan awal,
seperti batuan kapur (kalsium karbonat) atau dolomit (mengandung magnesium).
Tekanan dan Panas, Batuan kapur atau dolomit ini kemudian terkena tekanan
dan panas yang tinggi. Tekanan berasal dari gaya tektonik yang dapat dihasilkan
oleh pergerakan lempeng bumi, sedangkan panas berasal dari kedalaman bumi.
Metamorfosis, Dalam kondisi tekanan dan panas yang tinggi, batuan kapur atau
dolomit mengalami proses metamorfosis. Kristal-kristal mineral dalam batuan ini
mulai mengalami perubahan struktural. Kristalisasi Mineral Baru, Kristalisasi
mineral baru terjadi selama proses metamorfosis. Kalsit (kalsium karbonat) dan
dolomit adalah mineral utama yang membentuk marmer. Kristalisasi ini dapat
menghasilkan butir-butir mineral yang besar dan mengkilap. Rekristalisasi dan
Pemadatan.

4.1.4 Marmer

Gambar 4.1.4 sampel 4 ( kode 9)


Pada sampel sampel nomor 04 dengan kode sampel 9 ditemukan jenis
batuan Marmer dengan warna segar Coklat, abu-abu, warna lapuk putih keabu-
abuan yang memiliki Tekstur Granoblastik, Struktur Non- folisi, komposisi
mineral kalsit.
Proses pembentukan marmer adalah suatu proses alami yang terjadi dalam
waktu yang sangat lama. Marmer merupakan batuan metamorf yang terbentuk
dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis akibat tekanan dan panas di
dalam kerak bumi. Berikut adalah beberapa langkah dalam pembentukan marmer
Batuan Kapur Awal Proses dimulai dengan batuan kapur yang terbentuk dari
endapan organisme laut seperti cangkang kerang dan karang Tekanan dan Panas
Batuan kapur terkena tekanan dan panas yang tinggi di dalam kerak bumi. Ini
bisa terjadi akibat pergerakan lempeng bumi, pencairan magma, atau proses
tektonik lainnya Metamorfosis Akibat tekanan dan panas, batuan kapur
mengalami metamorfosis menjadi batuan metamorf, yang disebut dolomit atau
marmer.Kristalisasi Mineral Kristalisasi mineral terjadi selama proses
metamorfosis. Mineral utama yang membentuk marmer adalah kalsit dan
dolomit.

4.1.5 Kuarsit

Gambar 4.1.5 sampel 4 ( kode 9)

Pada sampel sampel nomor 5 dengan kode sampel 9 ditemukan jenis


batuan Marmer dengan dengan warna coklat keabu-abuan, warna lapuk coklat,
abu-abu kehitaman yang memiliki Tekstur Granoblastik, dan Struktur Non-folisi,
komposisi mineralnya Kuarsa, Muscovite, Plagioklas.
Batu marmer adalah batu pualam bertekstur granoblastik, yang disusun
oleh sebagain besar mineral kalsit dan dolomite merupakan hasil proses
metamorfose kontak atau regional dari jenis batugamping. Proses pembentukan
batuan ini terbentuk melalui proses metamorfisme regional. Dalam kondisi
tekanan dan suhu tinggi, batuan sedimen seperti batuan kapur atau dolomit yang
mengandung mineral kuarsa dan muscovite dapat mengalami transformasi.
Selama metamorfisme, mineral-mineral tersebut dapat mengalami perubahan
fase, kristalisasi ulang, dan pertumbuhan kristal baru, membentuk batuan
marmer dengan komposisi mineral yang mencakup kuarsa dan muscovite.
Kegunaan dari bataun ini adalah
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang mengalami
metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai
akibat dari adanya aktivitas magma.
2. Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang disebabkan
oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan
batuan akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia,
baik fluida ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari ketiganya (tekanan,
temperatur, dan aktivitas kimia). Proses metamorfosa sendiri sebenarnya
merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya penambahan unsur-unsur
kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun temperatur yang
berkisar biasanya antara 200oC – 800oC, tanpa melalui fase cair. Dan pada
praktikum kali ini terdapat dua batuan metamorf kontak yang dideskripsi yaitu
Marmer dan Kuarsit.
3. Proses pengklasifikasian batuan metamorf yaitu dengan menggunakan klasifikasi
menurut Best 2003 yang di mana kita melihat lebih dulu batuan asalnya
kemudian kita lihat mineral yang lebih dominan di situ kita dapat menentukan
nama batuannya
5.2 Saran
Disarankan tentunya para praktikan saling bekerja sama dalam menyusun
laporan agar lebih mengefisienkan waktu, serta mampu dan dapat memahami
semua yang di berikan selama praktikum oleh kaka asisten dan dosen agar dapat
di jadikan bekal kedepannya untuk diri sendiri dan banyak orang bagi yang
membutuhkan. Serta para asisten untuk lebih semangat dan tetap membimbing
adik-adiknya sampai semuanya selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Aha. 2017. “Batuan Metamor : Pengertian, Ciri, Pembentukan, Jenis“,


www.
Ilmudasar.com. Diakses pada 17 Desember 2021.
Anonym. 2016. “Batuan Metamorf : Penegrtian, Jenis dan Dampaknya“
www.ilmugeografi.com. Diakses pada 17 Desember 2021.

Dika. 2012 “ Batuan Metamorf “ www.dikageologi.wordpress.com. Diakses pada 17


Desember 2021.
Nafisah, Sarah. 2021. “Batuan Metamorf: Pengertian, Jenis, dan Ciri-
cirinya”, https://bobo.grid.id/read/082609081/batuan-metamorf-pengertian-jenis-
dan-ciri-cirinya?page=4. Diakses pada 17 Desember 2021.
Nandika Faisal. 2015 “ Batuan Metamorf “ www.academia.edu. Diakses pada 17
Desember 2021.

Anda mungkin juga menyukai