BATUAN METAMORF
3.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan metamorf
2. Mengetahui kenampakan fisik batuan metamof
3. Mengetahui deskripsi batuan metamorf
4. Mengetahui cara mengindentifikasikan batuan metamorf
5. Mengetahui cara mengamati komponen-komponen batuan metamof
3.2 Dasar Teori
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf
sendiri yang telah mengalami proses atau perubahan mineralogi, tekstur
maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Menurut Grovi (1931), perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi. Hasil rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,
begitu pula pada teksturnya. Menurut H. G. F. Winkler (1906), metamorfisme
adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fasa padat karena
pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi
tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan
dan diagenesa.
Dalam hal pengklasifikasian jenis batuan metamorf, hal yang harus kita
perhatikan adalah:
Tipe-tipe metamorfisme:
1. Metamorfisme Thermal (kontak): terjadi akibat perubahan/ kenaikan
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
1
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
2. Metamorfisme Dinamis: terjadi di daerah pergeseran/ pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya
hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
3. Metamorfisme Regional : proses yang berperan adalah kenaikan tekanan
dan temperatur. Proses ini tejadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan
“zona tunjaman”, dsb.
4. Metamorfisme Kataklastik/ Kinematik/ Dislokasi: terjadi akibat
sesaryang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar
(dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
5. Metamorfisme Burial: terjadi akibat pembebanan (biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi) maupun perubahan mineralogi (ditandai munculnya
mineal zeolit).
6. Metamorfisme Lantai Samudera: terjadi akibat pembukaan lantai
samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat
dimana lempeng (litosfer) terbentuk.
2
Beberapa struktur yang bersifat foliasi:
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar (Gambar
3.1). Dapat dijumpai pada bidang belah batusabak/slate, mineral mika mulai
hadir, teratur dan sejajar.
b. Phyllitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan granular, rekristalisasi lebih kasar dari pada slaty cleavage,
batuanmengkilap dari pada batusabak (mulai banyak mineral mika). Batuannya
disebut Phyllite (Gambar 3.2).
3
Gambar 3.2 Struktur Phyllitic
c. Schistosic
Terbentuknya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatik atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut Schist (Gambar 3.3).
d. Gneissic/ Gneiss
Terbentuk oleh adanya perselingan, lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatik (mineral
ferro-magnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus, melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut Gneiss (Gambar 3.4).
4
Gambar 3.4 Struktur Gneissic dan sketsa pembentukan struktur
7
3. Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular (ekuidimensional),
dengan batas-batas suture (tidak teratur) dengan bentuk mineral
anhedral, misalnya kuarsa.
4. Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya
lepidoblastik saja.
5. Tekstur Hetereoblastik: bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik.
7
c. Mortar texture, fragmen mineral lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama,
d. Decussate texture, tekstur kristaloblastik batuan poli-mineralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
e. Acarodial texture, tekstur yang tampak seperti gula pasir.
KOMPOSISI MINERAL
Pada hakikatnya komposisi mineral batuan metamorf dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Mineral Stress, mineral yang tebentuk stabil pada kondisi tekanan dan suhu,
dimana mineral ini dapat terbentuk pipih dan prismatik,
2. Mineral Anti-Stress, mineral yang berbentuk bukan dalam kondisi
tekanan dan biasanya berbentuk equidimensional.
7
1.3 Alat dan Bahan
I. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
J. Bahan
1. 3 jenis batuan metamorf
7
PERCOBAAN IV
PETA KONTUR #1
4.1 Tujuan
1. Mengetahui tentang peta topografi dan fungsinya
2. Mengetahui elemen-elemen peta topografi
3. Menggambar peta kontur berdasarkan titik ketinggian atau kedalaman
4. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta
7
4.2.1 Peta Topografi
Topografi merupakan tanda fisik dari daratan. Peta topografi adalah peta yang
mewakili dari bentuk, ukuran, posisi dan hubungan dari pengenal fisik dari
suatu area mencakup pegunungan, bukit, lembah dan sungai.
Umumnya bagian-bagian dari peta topografi terdiri dari:
1. Nama geografi/ judul peta
2. Skala peta
3. Penunjuk arah utara
4. Legenda peta
5. Lintang/ Bujur
6. Keterangan lain
7
Tumpukan silinder
Tumpukan silinder
Gambar 4.1 Ilustrasi penampang peta, dan tampilan 3D
7
100 m
ketinggian
75 m
Nilai
50 m
Garis proyeksi
50 m
75 m
Gambar 4.3 Ilustrasi penampang dan peta yang menunjukkan topografi curam
dan landai
7
Gambar 4.4 Contoh gambar garis kontur tidak boleh bercabang dan berpotongan.
7
ft
300
200
100
-100
-200
-300
ft
Gambar 4.5 Ilustrasi perbedaan penampang dan peta permukaan dengan penampang
peta bawah permukaan.
7
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
4.3.2 Bahan
1. Peta depth structure
7
PERCOBAAN V
PETA KONTUR #2
5.1 Tujuan
1. Menggambar peta kontur lebih lanjut dengan patahan
2. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta
5.2 Dasar Teori
Secara mendasar, patahan terdiri dari 3 jenis:
1) Patahan normal
2) Patahan naik
3) Patahan geser
Keterangan
a) Throw e) Displacement
b) Heave f) Dip angle
c) Foot wall g) Strike angle
d) Hanging wall
7
5.3 Alat dan Bahan
5.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
5.3.2 Bahan
1. Peta depth structure dengan patahan normal
2. Peta depth structure dengan patahan mendatar
37