Anda di halaman 1dari 29

BAB II

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di bumi ini terdapat banyak sekali macam-macam dan jenis batuan. Di
Indonesia. Pengetahuan tentang bumi sampai saat ini telah memberikan
kesimpulan bahwa dimasa lampau, bumi pernah mengalami keadaan cair pijar
dimana pada bagian terluar telah membeku atau mengkristal menjadi kerak bumi.
Sementara dibagian lain yang lebih dalam, proses pemadatannya lebih lambat dan
akan terus mencari keseimbangan dalam bentuk penerobosan-penerobosan magma
dengan diiringi gejala yang bersifat tektonik. Oleh karena kondisi
pembentukannya yang beraneka ragam, mengakibatkan kerak bumi terdiri dari
bermacam-macam batuan berdasarkan sifat dan komposisinya.
Geologi sebagai dari pengetahuan alam yang mempelajari segala sesuatu
tentang gejala-gejala yang terdapat  dipermukaan dan didalam bumi. Dalam
mengkaji dan mempelajari ilmu geologi tidak cukup hanya berbekal teori, tetapi
juga sngat diperlukan pengalaman langsung di lapangan.
Hampir di seluruh pelosok negeri ini terdapat berbagai macam batuan. batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf adalah contohnya. Berikut penjelasan
batuan beku, sedimen, dan metamorf:
 Batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan
seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma).
Batuan beku mencakup batuan vulkanik dan plutonik.
 Batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen
(batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-
partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
 Batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf
(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan asal
yaitu batuan sedimen atau batuan beku tetapi telah melalui perubahan kimia,
mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari perubahan suhu,
tekanan, atau keduanya).

1
1.2 Tujuan

1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Dasar.


2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di perkuliahan
dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis batuan.
3. Mengetahui berbagai jenis batuan.
4. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman para
Mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu geologi baik itu secara
teoritis maupun praktek.

1.3 Manfaat
a. Menambah pengetahuan kita khusunya di bidang ilmu Geologi
b. Memenuhi nilai praktikum Mata Kuliah Geologi Dasar.
c. Mencapai salah satu syarat kelulusan di semester I ini.
d. Memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Dasar.
e. Mengetahui jenis batuan beserta dengan klasifikasinya.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat fisis batuan.
g. Mendeskripsikan macam-macam batuan.
h. Membedakan antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.
i. Mendeskripsikan bagaimana materi penyusun batuan.
j. Mengetahui nama batuan berdasarkan kondisi fisik batuan.

2
BAB II
ISI

2.1 MINERAL
Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan  penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas
tertentu.

2.1.1 SIFAT FISIK MINERAL


Macam - macam sifat fisik mineral yang terpenting dalam pengamatan mineral
sebagai identifikasi mineral yaitu, sebagai berikut :

a. Warna [Colour]
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata bilamana mineral
tersebut terkena sinar. Warna dari mineral adalah warna yang terlihat di
permukaan yang bersih dan sinar yang cukup.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna mineral, yaitu :

 Komposisi Kimia

 Struktur kristal dan ikatan atom

 Pengotoran dari mineral

Ada beberapa mineral yang mempunyai warna, seperti:

 Putih                 :  Kaolin, Gypsum, Kwartz

 batuan Kuning              :  Belerang

 Emas                 :  Pirit, Kalkopirit, Emas

3
 Hijau                 :  Klorit, Malasit

 Biru                   :  Azurit, Beril

 Merah              :  Jasper, Hematit

 Coklat               :  Garnet, Limonite

 Abu-abu           :  Galena

 Hitam                :  Biotit, Grafit, Augit

b. Kilap [Luster]
Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan mineral. Ini
akan tergantung pada kwalitas fisik permukaan (kehalusan dan trasparansi).
Merupakan sifat optis dari mineral yang rapat hubungannya dengan refleksi
dan refraksi. Kilap sebagai hasil pantulan cahaya dari permukaan mineral.
Refleksi mineral dalam menangkap sinar dapat dibagi menjadi :

 Kilam Logam [Metallic Luster]


Mineral-mineral opak dalam fragmen-fragmen yang tipis atau lebih pada
umumnya mempunyai kilap logam. Contoh : Pirit, Magnetit, Kalkopirit,
Gelena, dll.

 Kilap Bukan Logam [Nonmetallic Luster]


Kilap bukan logam biasanya terlihat pada mineral-mineral yang
mempunyai warna-warna muda dan dapat melukiskan cahaya pada
bagian-bagian yang tipis. Contoh : Kaolinit
c. Cerat / Gores [Streak]
Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila mineral
digoreskan pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna goresan. Untuk
mineral-mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk.
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda.

4
Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah.

d. Belahan [Cleavage]
Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah
melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan ini
umumnya sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan
diperikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa bentuk
belahan ditunjukkan pada Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan
struktur kristal, atau mineral tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya,
yang disebut sebagai rekahan (fracture).
Berikut ini jenis Belahan:
[1]
 [1] Belahan satu arah [One Direction Cleavage]
Contoh : Muscovite

 [2] Belahan dua arah [Two Directions Cleavage]


Contoh : Feldspar [2]

 [3] Belahan tiga arah [Three Directions Cleavage]


Contoh : Halit dan Kalsit

 [4] Belahan empat arah [Four Directions Cleavage] [3]


Contoh : Flourit]

e. Pecahan [Fracture]
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan
dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.

5
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar
seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah
dengan tidak teratur.

f. Kekerasan Mineral [Hardness]


Kekerasan adalah ketahanan mineral tersebut terhadap goresan. Kekerasan
mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini ditentukan dari
dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak diketahui denga mineral
lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala kekerasan
relatif dari mineral-mineral, dari yang paling lunak hingga yang paling keras.
Kekerasan mineral secara relatif ditentukan dengan Skala Mohs.
 Skala Mohs sebagai Ukuran standar Kekerasan mineral :

 Talk - [1]

 Gypsum - [2]

 Kalsit - [3]

 Flourit - [4]

 Apatit - [5]

 Ortoklas - [6]

 Kuarsa - [7]

 Topaz - [8]

 Korondum - [9]

 Intan - [10]

Mineral yang tidak diketahui kekerasannya dapat juga dibandingkan dengan benda
lain yang diketahui skala kekerasannya. Yaitu :

 Kuku manusia : 2,5


 Kawat tembaga : 3
 Paku : 5,5
 Pecahan kaca dan Pisau baja : 5,5-6
 Kikir baja : 6,5-7
6
 Intan : 10
2.2 BATUAN
Batuan merupakan bahan pembentuk darri kerak bumi atau dapat
dikatakan debagai semua bahan yang menyusun kerak bumi dan baiasanya
merupakan suatu komponen dari mineral-mineral yang telah mengeras, serta
memiliki sifat pada batuannya ialah tekstur dan cara terbentuknya batuan. Akan
teapi tanah (soil) dan bahan bahan yang bersifat lepas lainnya sebagai hasi;l
pelapukan, erosi, dan pengangkutan itu tidak termasuk dalam batuan. Dan ilmu
untuk mempelajari mengenai batuan ialah petrologi
2.2.1 klasifikasi batuan beserta sifat batuan
a. berdasarkan tekstur dan cara pembentukannya dapat terbagi menjadi 3 bagian,
anatar lain :
a. Batuan beku : hasil dari pembekuan magma yang mendingin
b. Batuan sedimen : hasil dari proses sedimentasi
c. Batuan metamorf : hasil dari proses metamorphose
Ketiga batuan diatas terletak atau terdapat pada kerak bumi

(siklus batuan)

7
b. beberapa sifat tekstur dalam batuan
1. batuan beku – tekstur hablur-kristalin, tidak berfoliasi, pembekuan dari
lelehan magma
2. batuan sedimen – tekstrur klastik, terdiri atas pecahan fragmen batuan
asal atau hablur tetapi asal sedimentasi.
3. Batuan metamorf – tekstur hablur- berfoliasi- metamorfosa dari batuan
asal
2.3 Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk atas proses pembekuan magma
yang mendingin. Sedangkan magma merupakan suatu larutan silica asal yang
mempunyai sifat mobilitas, temperature tinggi yang berasal dari sumber panas
magma :
a. Karena gesekan
b. Gradient geothermal
c. Kondisi radio aktif
d. Beserta kondisi-kondisi lainnya
Mineral utama pada batuan beku

8
2.3.1 Bentuk batuan beku

Bentuk batuan beku sebagai hasil pembentuk magma yang menerobos


batuan sekitarnya akan mempunyai bentuk tertentu.
a. Instrusive adalah batuan beku yang terjadi menerobos atau memotong
batuan sekitarannya dan terjadi di bawah permukaan bumi. batuan
beku instrusive memiliki mineral yang lebih kasar karena mengalami
proses pembekuan magma yang cukup lama.
b. Ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi dipermukaan bumi sebagai
lelehan magma. Bentuk batuan beku ekstrusif lebih halus teksturnya.
2.3.2 Dasar klasifikasi batuan beku
a. Komposisi mineral penyusun batuan
b. Tekstur batuan
Terkstur dalam batuan beku terdiri atas bebeara macam :
1. Kristalinitas adalah derajat kekristalisasian dari suatu massa batuan beku,
dengan 3 macam
a. Holokristalin : mineral penyusun lebih dominan Kristalin
b. Holohyalin : apabila seluruh massa batuan beku hanya terdiri
dari glass
c. Hypokristalin : sebagian terdiri dari sebagian Kristal dan sebagian
glass
2. Granuralitas
Granularitas merupakan kenampakan ukuran Kristal dalam massa batuan
beku yang terdapat 2 macamnya :
a. Fanerik : berbutir kasal dan dapat dibedakan
b. Afanitik : bentuk butir sangat halus dan tak dapat dibedakan
3. Hubungan antar butir
a. Equigranular : ukuran kristalnya dalam batuan sama besar
b. Inequigranular : ukuran Kristal dalam batuannya tak sama
besar

9
2.3.3 Proses Pembentukan Batuan Beku

tahapan proses pembentukan batuan beku.


1. Pada tahap pertama, magma yang berada di dalam dapur magma (magma
chamber) akan bergerak naik ke atas. Pergerakan magma tersebut di pengaruhi
oleh sifat magma yang lebih ringan dari batuan di sekitarnya.
2. Tahap kedua, magma yang telah bergerak ke atas akan mengalami tekanan
yang besar baik dari magma itu sendiri maupun tekanan dari sekitar dapur
magma.
3. Tahap ketiga yaitu terjadinya erupsi gunung berapi. Erupsi ini akan
melelehkan magma berupa lava ke permukaan bumi. Terkadang erupsi juga
disertai dengan letusan yang dahsyat (baca : Dampak Letusan Gunung
Berapi).
4. Selanjutnya yakni tahap pendinginan atau pengkristalan magma, baik magma
yang sudah berada di permukaan bumi maupun yang tidak mencapai
permukaan bumi. Pengkristalan merupakan proses menurunnya pergerakan
ion- ion magma diserta penyusunan ion menjadi bentuk yang teratur.
Pengkristalan magma dipengaruhi oleh suhu permukaan bumi yang lebih
rendah dari pada suhu magma ketika berada di dalam perut bumi, dan juga
komposisi serta banyaknya kandungan bahan folatil pada magma.
5. Tahap terakhir yaitu magma yang telah mengkristal akan membentuk berbagai
jenis batuan beku tergantung pada kecepatan pembekuannya.

10
2.4 Batuan Sedimen
Batuan sedimen atau dapat disebut juga dengan batuan endapan adalah salah
satu dari tiga kelompok utama batuan ,yaitu batuan beku batuan metamorf dan
tentu saja batuan sedimen itu sendiri ,batuan ini dapat terbentuk melalui tiga cara
utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas
biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Contoh paling mudah
ditemukan disekitar kita adalah seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung,
termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 70% dari permukaan
bumi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil
erosi. 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu
hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi (Tucker (1991). Materi hasil erosi
terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga
yang ringan. Cara pengangkutannya dapat bermacam-macam seperti terdorong
(traction), terbawa secara melompat-lompat (saltion), terbawa dalam bentuk
suspensi, dan ada pula yang larut (salution).
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami  pembatuan. (Pettijohn, 1975)

11
2.4.1 Klasifikasi Batuan Sedimen
Menurut Pettijohn (1975) dan O’Dunn & Sill (1986) batuan sedimen berdasar
teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastik dan
nonklastik.
a. Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan
sedimen itu sendiri. ( Pettjohn, 1975).
Pecahan atau fragmen tersebut berasal dari batuan yang dimulai dari
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi
menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen
mengalami diagenesa yakni, prosess-proses yang berlangsung pada temperatur
rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi,dapat dilihat pada
gambar 4 fragmen-fragmen dari batuan lain yang meyudut dan telah mengalami
litifikasi.

Gambar 4.Contoh batuan sedimen klastik


(Anonim,2014)

b. Sedimen Nonklastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga
dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975).
Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi atau organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).
Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +
CO2 = CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas
binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah

12
binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau
terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Contohnya:Batugamping Nummulites (Gambar 5)

Gambar 5.Contoh batuan sedimen nonklastik


(Anonim, 2014)

2.4.2 Tatacara Penamaan Batuan Sedimen


Penamaan pada batuan sedimen di bedakan antara batu sedimen klastik
dan nonklastik,hal ini dikarenkan unsur penyusunnya yang berbeda.
A.Cara Penamaan Batuan Sedimen Klastik
Penamaan batuan sedimen klastik didasarkan pada:
1. Jenis batuan
Jenis pada batuan sedimen dibagi menjadi dua,yaitu batuan sedimen
klastik dan batuan sedimen nonklastik.
2. Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a) Warna mineral pembentukkan batuan sedimen
b) Warna massa dasar/matrik atau warna semen.
c)  Warna material yang menyelubungi (coating material).
d) Derajat kehalusan butir penyusunnya.
Pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus ukuran
butir maka warnanya cenderung akan lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan
menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan
sedimen yang banyak kandungan material organic (organic matter)
mempunyai warna yang lebih gelap.

13
3. Tekstur
Suatu kenampakan yang berhngan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya (Pettjohn, 1975),tekstur meliputi:
a. Derajat pemilahan (sortasi) adalah keseragaman besar butir dalam
batuan sedimen,dibagi menjadi 5 pemilihan (Gambar 6).

Gambar 6.Derajat pemilahan (sortasi)


(Anonim, 2014)

1) Pemilahan sangat baik (very well sorted)


2) Pemilahan baik (well sorted)
3) Pemilahan sedang (moderately sorted)
4) Pemilahan jelek (poorly sorted)
5) Pemilahan sangat jelek (very poorly sorted)
b. Ukuran butir (grain size) Ukuran butir atau ukuran partikel diukur
dengan mengacu pada diameter dari butiran material, seperti sedimen
atau partikel yang telah mengalami pembatuan pada batuan sedimen
klastik.dalam pemerian ukuran butir memakai skala yang dibuat oleh
Wentworth(1922) (Tabel 3)

14
Tabel 3.Skala Wentworth (1922)
Besar butir (mm) Nama fragmen Nama batuan
> 256 Boulder/bongkah
128- 256 Large Couble/brangkal
64-128 Small couble
32-64 Very large pebble Breksi/
16- 32 Large pebble/kerikil Konglomerat
8-16 Medium pebble
4-8 Small pebble
2-4 Granule
12 Very coarse sand
1/2-1 Coarse sand
Pasir/
1/4-1/2 Medium sand
Batupasir
1/8-1/4 Fine sand
1/16-1/8 Very fine sand
1/32-1/16 Coarse silt
1/64-1/32 Medium silt Lanau/
1/128-1/64 Fine silt Batulanau
1/256-1/128 Very fine silt
1/512-1/256 Clay
Clay/lempung/
1/1024-1/512 Medium clay
Batulempung
<1/1024 Fine clay

c. Kebundaran (rounding) adalah nilai dari membulat atau meruncinnya


butiran ,Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir,
ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987)
Pada gambar 7 terlihat pembagian kebundaran (rounding) pada batuan
sedimen.

15
Gambar 7.Kebundaran (rounding)
(Anonim, 2014).

1) Sangat menyudut (very angular)


2) Menyudut (angular)
3) Menyudut tanggung (subangular)
4) Membulat tanggung (subrounded)
5) Membulat (rounded)
6) Sangat membulat (well rounded)

d. Kemas
Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen
batuan atau mineralnya. Kemas pada batuan sedimen dibagi menjadi 2
bagian (Gambar 8)
1. Kemas Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen
butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran mengambang
diatas masa dasar batuan.
2. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen
saling bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama
lain (grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua
macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported.
Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka
disebut polymodal clast supported.

16
Gambar 8. Hubungan antar Kristal (kemas)
(Sumber:Miftahussalam,2013,Dalam buku Panduan Praktikum Geologi
Dasar)

4. Struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang


lebih besar, merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen dan diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentuknya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan
maupun setelah proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964;
Koesoemadinata, 1981)
Jadi Struktur adalah merupakan tekstur dalam dimensi yang lebih
besar, di mana umumnya berhubungan dengan unsur-unsur luar. Berikut
adalah struktur batuan sedimen : (Gambar 9)
a) Masif: apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari
120 cm.
b) Perlapisan merupakan suatu bidang kesamaan waktu yang dapat
ditunjukan oleh perbedaan besar butir atau warna dari bahan
penyusunnya. Dikatakan perlapisan bila tebalnya >1 cm dan dikatakan
sebagai laminasi bila tebalnya <1 cm,perlapisan terdiri atas:
1) Perlapisan sejajar
Bentuk lapisan laminasi batuan yang tersusun secara horisontal
dan saling sejajar satu dengan yang lainnya. Perulangan perlapisan
sejajar pada dasarnya dikarenakan sifat yang berbeda. Dapat juga
disebabkan oleh perubahan musim dalam pengendapan.
2) Perlapisan pilah (graded bedding):

17
Terjadi sebagai akibat berkurangnya kecepatan arus,
dimana partikel partikel yang lebih besar dan berat akan mengendap
paling awal diikuti kemudian oleh partikel-partikel yang lebi kecil
dan lebih ringan. Hasil pengendapannya akan memperlihatkan
perlapisan dengan ukuran butir yang menghalus kearah atas.
3) Perlapisan silang siur(cross bedding)
Sekumpulan perlapisan yang saling miring satu sama
lainnya. Perlapisan cenderung miring kearah dimana angin atau air
mengalir pada saat pengendapan terjadi. Batas diantara sekelompok
perlapisan umumnya diwakili oleh bidang erosi.
4) Laminasi (lamination)
Perlapisan yang berukuran lebih kecil dari 1cm.
5) Gelembur Gelombang (ripple mark)
Bentuk permukaan perlapisan bergelombang karena adanya arus
sedimentasi.
c) Berfosil : apabila dalam batuan sedimen tersebut ditemukan
kandungan fosil yang memeprlihatkan orientasi tertentu

Gambar 9.Macam-macam struktur batuan sedimen klastik


(Anonim, 2014).
5. Komposisi Mineral batuan sedimen klastik di bedakan menjadi 3 bagian,
dapat dilihat pada gambar 10, yaitu:

18
Gambar 10. Kompsisi pada batuan sedimen klastik
(Sumber: Miftahussalam,2013,Dalam buku Panduan Praktikum Geologi
Dasar)

a.Fragmen: butiran yang besar, dapat sebagai butiran mineral, batuan


atau fosil.
b. Matrik: butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
biasanya terletak di antara fragmen.
c.Semen: bahan pengikat matrik dan fragmen. Ada 3 macam semen
yaitu semen karbonat (kalsit, dolomit), semen silika (kuarsa), dan
semen oksida besi (siderit)
6. Petrogenesa batuan sedimen klastik batuan sedimen yang terbentuk
dengan melalui lima tahapan terlapukan, tertransportasikan, terendapkan,
terdiagenesa, terkompakan.
7. Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir
(tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur.

A. Cara Pemerian Batuan Sedimen Nonklastik


Pemerian pada batu sedimen non klastik sama sepertihalnya dengan batuan
sedimen Klastik,yang didasarkan pada:
1. Jenis batuan
Jenis pada batuan sedimen dibagi menjadi dua,yaitu batuan
sedimen klastik dan batuan sedimen nonklastik.
2. Warna

19
Pada batuan sedimen nonklastik warna dipengaruhi oleh penyusun
dari batuan itu sendiri seperti warna fosil kerang atau dari komposisi
mineralnya.
3. Tekstur
a. Amorf merupakan sebuah proses kristalisasi yang tak sempurna.
b. Kristalin.

4. Struktur ,karena dapat terbentuk dari proses kimia maupun proses


organik,maka struktur dibagi menjadi 3 macam(Gambar 11)

Gambar 11.Macam-macam struktur batuan sedimen nonklastik


(Sumber: Miftahussalam,2013,Dalam buku Panduan Praktikum Geologi
Dasar )

a. Berfosil : terdiri dari fosil-fosil utuh


b. Oolitis :fragmen-fragmen klastik diselubungi oleh mineral
autogenetic (dari larutan kimia biasanya mineral karbonat), dengan
ukuran 2 mm dan bentuknya bulat-bulat.
c. Pisolitis : seperti oolitis dengan ukuran ˃ 2mm

5. Komposisi mineral ,pada komposisi mineral pada batuan sedimen non


klastik terdiri atas mineral-mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari
larutan kimia. Contoh Chert (Kalsedon), Gypsum (mineral gypsum),
batugamping (kalsit,dolomit). Gambar 12 adalah contoh dari komposisi
batuan sedimen nonklastik.

20
Gambar 12..Komposisi pada batuan sedimen nonklastik
(Anonim, 2014)

6. Petrogenesa batuan sedimen non-klastik adalah adalah batuan sedimen


yang terbentuk dari fosil tumbuh-tumbuhan yang terendapkan dan
mengalami proses pelapukan oleh bakteri anaerob.

Tabel 4 merupakan pembagian atau klasifikasi dari batuan sedimen yang


berisi asal muasal, tekstur, dan komposisi mineral.
Tabel 4.Klasifikasi batuan sedimen
Ukuran butir atau komposisi
Asal Tekstur Nama batuan
mineral
Granule atau lebih besar Breksi,Konglomerat
Dentritial

Klastik

Pasir Batupasir
Lanau Batulanau
Lempung Batulempung
Batugamping
Anorganik

Kalsit
Kristalin
Dolomit Dolomit
Nonklastik
Kimiawi

Halit Garam batu


Gypsum Gypsum
Biokimia

Batugamping koral
Kalsit
dsb.
Sisa Tumbuhan Batubara

21
2.5 Batuan metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses


metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur)
dan chemical (mineralogi) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi
dalam kerak bumi. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf
sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun
struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses
metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan
temperatur 2000C – 6500C.

2.5.1 Klasifikasi Batuan Metamorf


Secara umum batuan metamorf dibagi menjadi batuan metamorf lokal dan
batuan metamorf regional.
1. Metamorf Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa
kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
 Metamorfisme Kontak/Thermal
Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma yang besar.
Pancaran panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh
intrusinya. Hal ini berakibat adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan
sampingnya antara bagian yang dekat dengan tubuh intrusi dan yang lebih jauh.
Tentunya demikian juga dengan hasil perubahan mineraloginya. Zona aureole
yang melingkari tubuh intrusi merupakan gambaran ada perubahan tersebut.

khariswiratama.blogspot.co.id
Gambar 1 Zona Keterbentukan Batuan Metamorf Kontak

22
 Metamorfisme Kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan
yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke
segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak
bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada
bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini
biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.

2. Metamorfisme Regional

Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai


beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:

 Metamorfisme Regional Dinamotermal


Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan bahwa
pada jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf yang luas yang
disebabkan oleh beberapa kali proses orogenesa. Artinya bahwa beberapa
diantaranya telah terbentuk oleh satu kali atau lebih metamorfisme se.belumnya.
Berbeda dengan metamorfisme kontak, metamorfisme regional dinamotermal
berlangsung berkaitan dengan gerak-gerak penekanan (penetrative movement).
Hal ini dibuktikan dengan struktur sekistositas. Jika metamorfisme termal
terjadi pada tekanan rendah antara 100 sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar
( terjadi pada kedalaman 11 - 12 -km ), maka metamorfisme regional
dinamotermal terjadi dalam pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai
10.000 bar.

khariswiratama.blogspot.co.id
Gambar 2 Batuan Metamorf Regional Dinamotermal

23
24
 Metamorfisme Beban
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen
pada cekungan yang dalam akan terbebani oleh material di atasnya. Suhunya,
bahkan sampai pada kedalaman yang besar, lebih rendah dibandingkan pada
metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400° - 450°C

khariswiratama.blogspot.co.id
Gambar 3
Zona Keterbentukan Batuan Metamorf Regional Beban
 Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan Material baru yang dimulai
pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan mineralogi dikenal
juga metamorfsime hidrothermal. Dalam hal ini larutan panas/gas memanasi
retakan-retakan batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan
sekitarnya. Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur
dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan
metasomatisme.

khariswiratama.blogspot.co.id
Gambar 4
Zona Keterbentukan Batuan Metamorf Lantai Samudera

25
2.5.2 Jenis Batuan Metamorf

a. Batuan Metamorf Thermal


Batuan metamorf kontak adalah batuan yang berubah bentuk karena
pengaruh suhu yang sangat tinggi daripada tekanan (P) dengan temperature antara
lain 400o-8000 contohnya, Contohnya, batalit.

Sumber : khariswiratama.blogspot.co.id
Foto 2
Batuan hornfels

b. Batuan Metamorf dinamo

Pengertian batuan metamorf dinamo adalah batuan yang terjadi akibat


pengaruh tekanan yang tinggi serta waktu yang lama. Contoh batuanmetamorf
dinamo adalah batu tulis atau sabak dan batu gneis. Batu tulis adalah batuan yang
berasal dari tanah liat antrasit atau batubara muda.

Sumber : khariswiratama.blogspot.co.id

Foto 3
Batuan Gneiss

26
c. Batuan Metamorf Regional

Yaitu batuan yang mengalami tekanan dan suhu sama dominan terhadap
keterbentukan dari suatu batuan, contoh dari batuan metamorf regional adalah
sekis mika.

Sumber : khariswiratama.blogspot.co.id
Foto 4
Sekis Mika

2.5.3 Stuktur Batuan Metamorf


Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur
batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson,
1997). Stuktur pada batuan metamorf terbagi atas stuktur foliasi dan stuktur non
foliasi
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini
dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan
(gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage)
atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
 Jenis foliasi
o Slaty
o Phylitic
o Schistose
o gneissic

27
2. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri
dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara
lain:
 Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular
dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk).

Gambar 6
Stuktur Non Foliasi Hornfelsic
 Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan
kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-
mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

https://ptbudie.wordpress.com
Gambar 7
Stuktur Non Foliasi Milonitic

28
2.5.4 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf Merupakan sifat butir (Kristal) dan hubungannya satu
dengan lainnya.

1. Macam tekstur dibagi menjadi 2, antara lain :

a. Homeoblastik : hanya memiliki satu kristal


b. Heteroblastik : memliki lebih dari satu Kristal
d. Jenis tekstur
a. Lepidoblastik
b. Nematoblastik
c. Granoblastik
e. Bentuk individu Kristal
a. Idioblas - > bentuk mineral euhedral
b. Hipidioblas - > bnetuk mineral subhedral
c. Xenoblas - > bentuk mineral anhedral

29

Anda mungkin juga menyukai