Anda di halaman 1dari 9

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

ACARA 1
MINERAL

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Mineral
Mineral adalah benda yang homogen dengan susunan atom yang
teratur dan struktur atom hasil kristalisasi. Mineral adalah bagian integral dari
kerak bumi, dan memiliki komposisi kimia yang konstan yang dapat
diekspresikan dengan rumus kimia. Dalam kondisi spesifik suhu dan tekanan,
mineral memiliki sifat fisik yang stabil.
Menurut (Khair, 2012) Mineral merupakan senyawa alami yang
terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya
tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Secara umum, mineral adalah suatu unsur atau senyawa kimia yang
biasanya berbentuk kristal dan terbentuk sebagai hasil dari proses geologi.
Pernyataan ini cukup untuk mencakup sebagian besar zat yang secara umum
diterima sebagai mineral. Namun demikian, terdapat beberapa zat yang tidak
sepenuhnya memenuhi persyaratan ini. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan di mana garis pemisah antara mineral dan non-mineral
seharusnya ditarik, dan pengecualian apa yang harus diberikan terhadap
pernyataan umum tersebut (Ernest, 1995).
Mineral yang terbentuk akan ditentukan oleh elemen-elemen yang
tersedia dan melalui berbagai jenis temperatur dan tekanan yang berbeda
yang merata selama waktu kristal terjadi. Misalnya, jika logam seperti Cu,
Zn, Pb, dan Fe terdapat bersama sulfur, sulfida dari elemen ini akan terbentuk
seperti FeS2, CuFeS2, PbS, dan ZnS. Di sisi lain, jika metal seperti Cu, Pb,
Zn, dan Fe terdapat bersama dengan karbon dan oksigen, kemudian karbonat
kemungkinan akan terbentuk seperti FeCO3, PbCO3, ZnCO3, dan
Cu2(OH)2CO3 (Anugrah, 2018)

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

1.1.2 Jenis Mineral


Mineral terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Mineral Utama/Primer, merupakan mineral yang terbentuk dari pembekuan
magma. Contohnya: Olivin, piroksen, hornblende, felspar, kuarsa, dll.
2. Mineral Sekunder, terbentuk dari gubahan atau hasil pelapukan mineral
primer. Contohnya: Klorit (hasil pelapukan biotit), kaolin (hasil pelapukan
felspar).
3. Mineral Aksesoris atau tambahan, jumlahnya tidak banyak seperti mineral
yang lain. Contohnya: Ziorit dan magnetik

1.1.3 Sifat Fisik Mineral


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat
fisik mineral antara yang satu dengan mineral yang lainnya. Berikut sifat-sifat
fisik mineral :
1. Warna
Warna mineral adalah warna yang ditunjukkan suatu mineral, bersifat tidak
tetap karena dipengaruhi oleh susunan pertumbuhannya, sifat lingkungan
mineral terbentuk, dan pengotoran yang terjadi. Bila suatu permukaan mineral
terkena suatu cahaya, maka cahaya tersebut sebagian akan diserap (absorbsi)
dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna mineral dibagi menjadi tiga, yaitu
Idiochromatic, Allochromatic, dan Chronophores. Idiochromatic yaitu warna
mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral.
Allochromatic yaitu warna mineral yang berubah-ubah tergantung
pengotornya akibat campuran unsur lain. Chronophores yaitu warna mineral
yang diakibatkan oleh kelompok ion asing yang dapat memberikan warna
tertentu pada mineral.
2. Perawakan kristal (crystal habit)
Perawakan kristal adalah bentuk khas suatu mineral yang ditentukan oleh
bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-
bidang tersebut. Perawakan kristal dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu:

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

a. Elongated habits (meniang/berserabut): meniang (columnar), menyerat


(fibrous), menjarum (acicular), menjaring (reticulate), membenang
(filliform), merambut (capillery), mondok (stout), membintang
(stellated), dan menjari (radiated).
b. Flattened habits (membutir): membilah (bladed), memapan (tabular),
membata (blocky), mendaun (foliated), memencar (divergent), dan
membulu (plumose).
c. Rounded habits (membutir): mendada (mamillary), membulat
(colloform), membulat jari (colloform radial), membutir (granular),
.memisolit (pisolitic), dan stalactite.
3. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan atau kemampuan mineral dalam memantulkan cahaya
yang dikenakan padanya. Nilai ekonomis mineral kadang-kadang ditentukan
oleh kilapnya. Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kilap Logam (metallic luster), yaitu kilap yang dihasilkan dari
mineral-mineral logam, seperti kalkopirit, pirit, galena, grafit, lusit.
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), yaitu mineral-mineral yang
mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias
kurang dari 2,5. Gores dari mineral- mineral ini biasanya tak berwarna
atau berwarna muda. Macam- macam kilap bukan logam:
a. Kilap kaca (vitreous luster), yaitu kilap yang ditimbulkan oleh
permukaan kaca atau gelas. Contoh: kuarsa, kalsit, halit, florit, apatit,
spinel, fluoriot, garnet, leucit, korundum.
b. Kilap intan (adamantite luster), yaitu kilap yang sangat cemerlang
yang ditimbulkan oleh intan atau permata. Contoh: intan, cassiterite,
zircon, rutil.
c. Kilap lemak (greasy luster), yaitu kilap dengan permukaan yang licin
seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi. Contoh: -
Nepheline yang sudah teralterasi . - Halit yang sudah terkena udara.
d. Kilap damar (resineous luster), yaitu kilap seperti damar, Contohnya:
monasit, resin, sphalerite.

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

e. Kilap lilin (waxy luster), merupakan kilap separti lilin yang khas.
Contoh: wulfingite, allophane, steigerite.
f. Kilap sutera (silky luster), yaitu kilap seperti yangt terdapat pada
mineral-mineral yang parallel atau berserabut (parallel fibrous structure).
Contoh: mongolite, rhodesite, carpholite, gypsum, asbes, actinolite.
g. Kilap mutiara (pearly luster), yaitu kilap yang ditimbulkan oleh
mineral transparan yang berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.
Contoh: talk, gipsum, mika, dolomit.
h. Kilap tanah (earthy/dull luster), yaitu kilap yang ditunjukkan oleh
mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak dipantulkan kembali.
Contoh: kaolinit, aluminit, limonit, diatomae, bauksit.
4. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Sifat fisik ini
dapat ditentukan dengan menerapkan skala kekerasan mineral dari Moh’s
(1773-1839) yang dimulai dari mineral paling lunak yaitu skala 1 dan skala
10 untuk mineral paling keras. Skala Moh’s meliputi:
Tabel 1.1 Skala Kekerasan Relatif Mineral (Mohs)
Nama Mineral Tingkat Kekerasan
Talk 1
Gipsum 2
Kalsit 3
Flourit 4
Apatit 5
Orthoklas 6
Kuarsa 7
Topaz 8
Korundum 9
Intan 10
(Sumber: Suharwanto, 2024)

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

5. Gores (streak)
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Sifat fisik ini lebih dapat dipertanggungjawabkan karena stabil
dan penting untuk membedakan dengan mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda.
6. Belahan (cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Belahan ini mengikuti
bentuk kristalnya. Berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan,
maka belahan dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna, bila bidang belahan sangat rata, dan sukar pecah selain
melalui bidang belahannya. Contoh: calcite, muscovite, galena, halite,
biotit.
b. Baik, bila bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik sempurna, masih
dapat pecah pada arah lain. Contoh: felspar, hyperstene, diopsite, augite,
rhodonite, gypsum.
c. Jelas (Distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tidak begitu rata,
dapat pecah pada arah lain dengan mudah. Contoh: staurolite, scapolite,
hornblende.
d. Tidak Jelas (Indistinct), apabila arah belahan mineral masih terlihat,
tapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan akibat adanya
tekanan, adalah sama besar. Contoh: beryl, corundum, platina, gold,
magnetite.
e. Tidak Sempurna (Imperfect), apabila mineral sudah tidak terlihat arah
belahannya, dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil dari pada
membentuk pecahan. Contoh: apatite, cassiterite, native sulphure.
Dari arah belahan:
a. Belahan 1 arah, contohnya: Muskovit, asbes
b. Belahan 2 arah, contohnya: Felspar, gipsum
c. Belahan 3 arah, contohnya: kalsit, halit

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

d. Belahan 4 arah, contohnya: flourit


e. Tidak ada belahan, contohnya: kuarsa
7. Pecahan
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang
tidak rata dan tidak teratur. Pecahan ini terjadi apabila sebuah kristal
mendapatkan suatu tekanan yang melampaui batas-batas elastis dan
plastisnya. Pecahan di bagi menjadi :
a. Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau
kulit bawang yang memperlihatkan gelombang melengkung
dipermukaan. Contoh: quartz, obsidian, rutile, zincite, cerrusite
b. Hacly : Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta
kasar tak beraturan atau seperti tak bergerigi. Contoh: copper,
platinum, silver.
c. Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil
dengan ujung pecahan mendekati bidang datar (teratur) Contoh:
muscovite, talc, biotite, bentonit.
d. Uneven : Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang
pecahnya kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai
pecahan uneven. Contoh: calcite, orthoclase, rhodonite.
e. Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan
tajam menyerupai benang atau berserabut. Contoh: fluorite, anhydrite,
antigoite, gypsum, serpentin, asbes.
f. Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah. Contoh: kaolin.
8. Berat Jenis
Berat relatif dari suatu mineral yang diukur terhadap berat dari air pada
volume yang sama. Alat yang dapat digunakan dalam penentuan berat jenis
adalah piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.
9. Kemagnetan
Kemagnetan merupakan sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Terdapat
jenis kemagnetan ferromagnetik (mudah menarik magnet), diamagnetik
(menolak magnet), dan paramagnetik (hanya tertarik oleh gaya yang kuat dari
elektromagnetik).

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

10. Rasa dan bau (taste and odour)


Macam-macam rasa pada mineral, yaitu: astringet pada logam, sweetist
seperti pada tawas, saline yang dimiliki garam, alkaline seperti soda, bitter
seperti garam pahit, cooling seperti rasa sendawa, dan sour seperti belerang.
Bau yang menjadi ciri khas suatu mineral yaitu: alliaceous seperti bau
bawang, horse radish odour seperti telapan kuda busuk, suphurous seperti
bau yang ditimbulkan proses reaksi pirit atau pemanasan mineral kandungan
stinggi silika, bituminous seperti bau aspal, dan fetid seperti telur busuk.

1.1.4 Sifat Kimia Mineral


Sifat kimia mineral berguna untuk mengetahui komposisi unsur mayor
(utama) mineral, unsur jejak (trace elements) dan unsur jarang (rare earth
elements). Unsur utama yang Menyusun mineral atauoksidasi mayor
terdiri atas SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, MgO, TiO2, MnO, dan P2O5.
Komposisi kimia mineral dipengaruhi oleh volume tekanan, energi, panas,
daya, entropi, suhu, dan factor eksternal bumi, seperti jatuhan meteor,
hidrokimia, biokimia.

1.1.5 Reaksi Bowen

Gambar 1.1 Bowen’s Reaction Series


(Sumber : Suharwanto, 2024)

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

Semua mineral yang disebutkan pada reaksi Bowen merupakan mineral


primer. Dalam reaksi Bowen (Bowen, 1956) dijelaskan bahwa terdapat dua
deret, yaitu deret discontinu dan deret continu. Deret discontinu adalah deret
atau kelompok mineral yang pembentukan kristalnya tidak berlanjut ke
pembentukan kristal mineral setelahnya. Pada deret ini didominasi oleh
mineral mafik. Mineral-mineral yang termasuk dalam deret discontinu adalah
olivin, piroksen, amfibol, dan biotit. Sedangkan deret continu berarti deret
atau kelompok mineral yang pembentukan kristalnya berlanjut dan
didominasi oleh mineral felsik, seperti pada runtunan plagioklas yang terdiri
atas anortit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas, dan albit.

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2023/2024

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah. (2018). Penentuan kadar tembaga (Cu) dalam sampel. Jurnal Sains dan
Seni ITS, 2337-3520.

Ernest. (1995). The definition of a mineral. Mineralogical Journal, 346-349.

Khair. (2012). Mineral penyusun batuan. Lapak Cuaak.

WILLIAM STEVE IMMANUEL / 114230160 / PLUG 10

Anda mungkin juga menyukai