LAPORAN PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR
Oleh :
Nama : Heru Hermawan
NIM : 3201420056
Nama Dosen : 1. Wahyu Setyaningsih, S.T., M.T.
: 2. Jamhur, S.T., M.T.
: 3. Drs. Sriyono, M.Si
Nama Asisten : 1. Muhamad Dani Ihwan
: 2. Ainurallim
LABORATORIUM GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020
A. JUDUL
MENGIDENTIFIKASI KRISTAL DAN MINERAL
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian mineral dan ciri-ciri mineral.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi mineral menurut Dana dan identifikasi mineral.
3. Mahasiswa dapat mengetahui massa jenis mineral dan skala kekerasan mineral.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian kristal dan ciri-ciri kristal.
5. Mahasiswa dapat mengetahui sistem kristal.
2. Ciri-Ciri Mineral
Mineral memiliki ciri-ciri yaitu :
a. Merupakan mineral alami.
b. Umunya anorganik.
c. Mempunyai sifat fisis dan kimia tetap.
d. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap.
e. Homogen (tidak dapat diurai dengan proses fisis).
f. Dapat berupa padat, cair (HgS, H20) dan (H2S, CO2, CH4).
4. Identifikasi Mineral
Identifikasi mineral dapat di lakukan berdasarkan sifat-sifat fisik mineral diantaranya:
a. Kekerasan (hardness)
Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan.parameter yang biasa
digunakan adalah skala Mohs. Untuk tandar kekerasan biasa digunakan 10
pembagian skala dimana skala 1 adalah mineral yang paling lunak dan skala 10
adalah mineral paling keras.
b. Berat jenis
Cara pengukuran berat jenis mineral ada bermacam-macam, dianataranya dengan
menimbang mineral tersebut dan meperbandingkannya dengan volume.
ρ = m/v
keterangan:
ρ = massa jenis
m = berat (gr)
v = volume (cm3)
Tabel berat jenis mineral
c. Kilap (luster)
Merupakan kenampakan permukaan mineral yang ditunjukan oleh pantulan ncahaya
yang diterima.
Dibagi menjadi :
1) Kilap Logam ---- pada mineral-mineral mengandung logam Mineral-mineral
berindeks bias 3 atau lebih.
contoh : Galena, Sulphide, Pirit
2) Kilap bukan Logam
Mineral-mineral berindeks bias kurang dari 2,5
- Kilap kaca (vitreoUs LUSTER)
memberikan kesan seperti kaca misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
- Kilap intan (adamantine LUSTER)
memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan, zircon
- Kilap sutera (silky LUSTER)
memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang
mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum
- Kilap damar (resinoUS lUSTER)
memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin
- Kilap mutiara (pearly LUSTER)
memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang,
misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
- Kilap lemak (greasy LUSTER)
menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin
- Kilap tanah (earthy) atau kirap guram (dULL)
kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.
d. Warna
Adalah kesan mineral jika terkena cahaya.
Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua:
1) Idiokromatik
Bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang
tidak tembus cahaya (opaque).
Sulfur ----- kuning
Magnetit --- hitam
pirit ----- kuning loyang
2) alokromatik
bila warna mineral tidak tetap dapat berubah-ubah, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya,
seperti kuarsa, kalsit.
Halite -- abu-abu, biru, kuning, coklat
Kuarsa -- violet (amethyst), merah muda, coklat-hitam
- Kompiosisi kimia
Chlorite -- hijau Albite -- Putih
- Struktur kristal dan ikatan atom
Intan -- tak berwarna -- Isometric Graphite -- hitam -- hexagonal
- Pengotoran dari mineral
Silika -- tak berwarna -- Jasper -- merah
Chalsedon -- kecoklatan
e. Belahan (cleavage)
Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui
bidang-bidang belahan yang rata dan lici. Bidang belahan umumnya sejajar dengan
bidang tertentu dari mineral tersebut. Kecenderungan mineral untuk membelah diri
pada satu arah tertentu atau lebih dan membentuk bidang belahan.
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu :
1) Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui
bidang belahan agak sukar (kalsit, galena, halite)
2) Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih
dapat pecah pada arah lain (felspar, diopsit)
3) Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada
arah lain dengan mudah (hornblende, staurolite)
4) Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinan untuk membentuk belahan dan
pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar (Platina, emas).
5) Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk
membentuk pecahan (apatit, casiterit).
f. Pecahan
Adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak
teratur.
Pecahan dapat dibedakan menjadi:
1) pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan atau seperti botol atau kulit bawang. (kuarsa, obsidian)
2) pecahan berserat/fibrus(splintery), bila menunjukkan kenampakan
seperti serat, contohnya asbes, augit;
3) pecahan tidak rata (UNEven), bila memperlihatkan permukaan yang tidak
teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
4) pecahan rata (Even), bila permukaannya rata dan cukup halus,
contohnya: mineral lempung;
5) pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-
runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;
6) tanah(earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
g. Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
Adalah daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran dan
pemecahan.
Macamnya :
1) Brittle, mineral mudah hancur menjadi tepung halus (kalsit, kuarsa, hematit).
2) Sectile, mineral mudah terpotong pisau tapi tidak berkurang
menjadi tepung (gypsum).
3) Malleable, mineral jika ditempa palu menjadi pipih (Au, Ag).
4) Ductile, mineral jika ditarik tambah panjang dan jika dilepaskan tidak kembali
seperti semula (copper, olivine).
5) Flexible, mineral dapat dilengkungkan dengan mudah (Talk, mika).
6) Elastic, mineral merenggang jika ditarik dan jika dilepaskan kembali seperti
semula (muscovite, hematite tipis).
h. Gores (streak)
Merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus.
Merupakan warna mineral dalam bentuk serbuk yaitu dengan menggoreskan mineral
pada keping porselen kasar.
i. Sifat kemagnetan
Semua mineral menunjukan sifat magnetis meskipun untuk mengukurnya
membutuhkan alat khusus.
Terbagi atas :
1) Paramagnetit (magnetit), mineral mempunyai gaya tarik
terhadap magnet (magnetit, pyrotit)
2) Diamagnetit (nonmagnetit), mineral mempunyai gaya tolak terhadap magnet
j. Derajat ketransparanan
Sifat ini tergantung pada kemampuan mineral mentransmisikan cahaya.
Dibedakan atas :
1) Opaque mineral, mineral tdk tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian
yang tipis (logam mulia, belerang)
2) Transparent mineral, mineral tembus pandang seperti kaca biasa (batu- batu
kirstal)
3) Translucent mineral, tembus cahaya taoi tidak tembus pandang
(kalsdon, gypsum, opal)
4) Mineral-mineral tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan tetapi tembus
cahaya pada lapisan tipis (feldspar, karbonat, silica)
7. Pengertian Kristal
Secara umum kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.
Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami poses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam
padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi secara umum
kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan
polikristalin.
Menurut pendapat sendiri kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul atau
ion penyusunnya terkemas secara teratur dan pola berulang melebar secara tiga dimensi.
8. Ciri-Ciri Kristal
Ciri-ciri kristal yaitu :
a. Bahan padat homogen
b. Biasanya anisotrop dan tembus air
c. Menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri.
d. Jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
9. Sistem Kristal
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem didasarkan pada :
1. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi
2. Letak atau posisi sumbu-sumbu kristalografi
3. Jumlah sumbu kristalografi
4. Nilai sumbu C atau Sb Vertikal
7 sistem kristal yaitu :
a. Sistem Regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral
- Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
- Masing-masing sumbu sama panjangnya.(sb a = b = c) - Disebut jg sb a
- sudut α = β = γ
b. Sistem tetragonal/Quadratic
- Sb a = b ≠ c
Sb a = b -- sb a
Sb c lebih panjang -- columnar/panjang Sb c lebih pendek -- stout/gemuk
- sudut α = β = γ = 90º
(scheelite)
d. Sistem heksagonal
- Sb a = b = d ≠ c
- Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal
- sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain.
- Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut 120º satu terhadap
yang lain
- Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama.
- Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang).
(vanadinit dan kuarsa)
e. Sistem trigonal/rhombohedral
- Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal.
- Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
- Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk
segienam kemudian dibuat segitiga degan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.
(kalsit)
f. Sistem monoklin/oblique/clinorombic
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya.
- Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b;
- b tegak lurus terhadap c,
- tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
- Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
- umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.
- Sb a ≠ b ≠ c
- Sb a = sb clino
- Sb cb = sb ortho
- sudut α = γ = 90º
- β ≠ 90º
(Mineral krokoit)
g. Sistem triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
- Sb a ≠ b ≠ c
- sudut α ≠ β ≠ γ ≠ 90º
(rodokrosit)
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan praktikum geologi dasar.
2. Mahasiswa mendengarkan arahan dan bimbingan asisten praktikum geologi dasar.
3. Mahasiswa memperhatikan materi yang disampaikan asisten praktikum.
4. Mahasiswa mencatat materi dan penjelasan dari asisten praktikum.
5. Mahasiswa mengidentifikasi kristal dan mineral pada praktikum.
6. Mahasiswa mendeskripsikan kristal dan mineral.
7. Mahasiswa mengisi lembar instrumen.
8. Mahasiswa mengambil kesimpulan mengenai praktikum yang telah dilakukan.
9. Mahasiswa menyusun laporan praktikum sesuai dengan ketentuan.
10. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum dengan tepat
waktu.
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
a
b
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
a
b
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
d a
b
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
a
b
d
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
a
b
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
b
a
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
a
b
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
a
b
d
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Perhitungan
1. Phyrite 2. Calcophyrite 3. Ametys 4. Tourmalin
𝑚 𝑚 𝑚 𝑚
ρ= 𝑣 ρ= 𝑣 ρ= 𝑣 ρ= 𝑣
4,01 78,44 128,47 6,41
ρ= ρ= ρ= ρ=
1 3 5 0,5
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Analisis :
Pada praktikum ke 6 ini yaitu mengenai identifikasi kristal dan mineral, terdapat 8 mineral
dalam praktikum ini yang akan diidentifikasi meliputi sistem kristalnya, perbandingan sumbunya,
mengukur kekerasan dan massa jenis batuan dan mineral.
Phyrite adalah mineral yang memiliki sistem sumbu isometrik dengan tingkat kekerasannya 6
dan dapat digores dengan kikir. Chalcophyrite adalah mineral yang memiliki sistem sumbu tetragonal
dengan tingkat kekerasannya 4 dan dapat digores dengan perunggu. Ametys adalah mineral yang
memiliki sistem sumbu heksagonal dengan tingkat kekerasannya 7 dan dapat digores dengan baja.
Tourmalin adalah mineral yang memiliki sistem sumbu trigonal dengan tingkat kekerasannya 7 dan
dapat digores dengan baja.
Aragonite adalah mineral yang memiliki sistem sumbu orthorombic dengan tingkat
kekerasannya 4 dan dapat digores dengan perunggu. Azurite adalah mineral yang memiliki sistem
sumbu monoklin dengan tingkat kekerasannya 4 dan dapat digores dengan perunggu. Flourite adalah
mineral yang memiliki sistem sumbu isometrik dengan tingkat kekerasannya 4 dan dapat digores
dengan perunggu. Hematite adalah mineral yang memiliki sistem sumbu trigonal dengan tingkat
kekerasannya 5 dan dapat digores dengan pisau baja.
Untuk mengetahui massa berat mineral yaitu bisa menggunakan TAD atau timbangan analisis
digital. Cara penggunaannya yaitu pertama menyiapkan terlebih dahulu timbangan analisis digital dan
memastikan angka dalam layar monitor sudah nol. Kedua masukan mineralnya ke dalam timbangannya
dan lihat di monitor sampai angkanya stabil. Ketiga catat angkanya atau hasil dari timbangan minerlal
tersebut. Kemudian untuk mengetahui volume mineral dapat menggunakan gelas ukur. Cara
penggunaannya yaitu pertama menyiapkan gelas ukur terlebih dahulu, air dan mineral yang akan dicari
volumenya. Kedua masukan air kedalam gelas ukur catat volume air awal yang dimasukan ke dalam
gelas ukur. Ketiga masukan mineral ke dalam gelas ukur lihatlah skalanya, catat volume akhir dan
lakukan perhitungan dengan rumus volume mineral = volume akhir - volume awal dan catat hasilnya.
PARAF
LABORATORIUM GEOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Analisis :
Langkah-langkah mencari nilai massa jenis mineral yaitu dengan cara membagi nilai berat massa
dengan nilai volume mineral yang akan dicari tahu berat jenisnya, setelah dilakukan pembagian hasil
dapat langsung diketahui berat jenis mineralnya. Untuk hasil perhitungan berat jenis mineral dalam
praktikum adalah sebagai berikut, mineral phyrit = 4,01 gr/ml, mineral calcophyrite = 26,14 gr/ml,
mineral ametys = 25,694 gr/ml, mineral tourmalin = 12,82 gr/ml, mineral aragonite = 19,7 gr/ml,
mineral azurite = 20,38 gr/ml, mineral flourite = 10,10 gr/ml dan mineral hematite = 10,52 gr/ml.
PARAF
G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Secara umum mineral adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun atas komposisi kimia tertentu. Mineral pada umumnya
anorganik. Mineral memiliki ciri-ciri yaitu antara lain, merupakan mineral alami,
umumnya anorganik, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur tunggal atau
persenyawaan yang tetap, homogen (tidak dapat diurai dengan proses fisis), dapat berupa
padat, cair (HgS, H20) dan (H2S, CO2, CH4). Klasifikasi mineral menurut Dana, yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya, yaitu antara lain
berdasarkan unsur, sulfida atau sulfosat, oksidan dan hidroksida, haloid, (nitrat, karbonat,
dan borat), (sulfat, kromat, molibdat dan tungstat), (fosfat, arsenat, dan vadanat), dan
silikat.
Secara umum kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan pola berulang melebar secara tiga dimensi.Kristal memiliki
ciri-ciri yaitu antara lain bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air,
menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum
geometri, dan jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. Terdapat 7 sistem
kristal yaitu antara lain sistem regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral, sistem
tetragonal/quadratic, sistem rombic/ orthorombis/ prismatic /trimetric, sistem heksagonal,
sistem trigonal/rhombohedral, sistem monoklin/oblique/clinorombic dan sistem triklin.
Berdasarkan identifikasi pada mineral dapat di simpulkan yaitu Phyrite adalah mineral
yang memiliki sistem sumbu Isometrik, perbandingan sumbu a = b = c, sedangkan
perbandingan sumbu antara sudut α = β = γ = 90°. Calcophyrite adalah mineral yang
memiliki sistem sumbu tetragonal, perbandingan sumbu a = b ≠ c, perbandingan sumbu
atara sudut α = β = γ = 90º. Ametys adalah mineral yang memiliki sistem sumbu
heksagonal, perbandingan sumbu a = b = d ≠ c, perbandingan sumbu antara sudut α = β =
90º ; γ = 120º. Tourmalin adalah mineral yang memiliki sistem sumbu trigonal,
perbandingn sumbu a = b = d ≠ c, sedangkan perbandingan sumbu antara sudut α = β = 90º
; γ = 120º. Aragonite adalah mineral yang memiliki sistem sumbu orthorombic,
perbandingan sumbu a ≠ b ≠ c, sedangkan perbandingan sumbu antara sudut α = β = γ =
90º. Azurite adalah mineral yang memiliki sistem sumbu monoklin, perbandingan sumbu a
≠ b ≠ c, sedangkan perbandingan sumbu antara sudut α = γ = 90º ≠ β ≥ 120º. Flourite
adalah mineral yang memiliki sistem sumbu isometrik, perbandingan sumbu a = b = c,
sedangkan perbandingan sumbu antara sudut α = β = γ = 90°. Hematite termasuk trigonal,
perbandingan sumbu a = b = d ≠ c, perbandingan sumbu antara sudut α = β = 90º ; γ = 120º
DAFTAR PUSTAKA