Anda di halaman 1dari 10

MINERAL DAN BATUAN, SERTA FAKTOR YANG MENENTUKAN

METODE TAMBANG BAWAH TANAH

ELISABET

D111221010

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
PENGERTIAN MINERAL

Mineral dapat definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat


secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang
sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud
sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral
tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang
besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral
memiliki beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya,
sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya baik itu pendeskripsian
mineral logam. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik dari mineral yang dapat dipakai
untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu (Noor, 2012):
1.2.1 Bentuk kristal (crystall form)
Mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat
hambatan, maka akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Bentuk
perkembangannya dalam hal ini mendapatkan hambatan, maka bentuk kristalnya
juga akan terganggu.
1.2.2 Bidang belah (fracture)
Mineral mempunyai beberapa kecenderungan untuk pecah melalui suatu
bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut dapat ditentukan oleh
susunan dalam dari atom-atomnya. Pecahan tersebut dapat dibedakan menjadi 6
macam pecahan, yaitu:
1. Pecahan konkoidal
Pecahan konkoidal bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan, contoh mineral pecahan konkoidal adalah kuarsa.
2. Pecahan berserat
Pecahan berserat bila menunjukkan kenampakan seperti serat, contoh
mineral pecahan berserat adalah asbestos dan augite.
3. Pecahan tidak rata
Pecahan tidak rata biila menunjukkan pada sebuah permukaan yang tidak
teratur dan kasar, contoh mineral pecahan tidak rata adalah garnet.
4. Pecahan rata
Pecahan tidak rata bila permukaan rata dan cukup halus, contoh mineral
pecaha rata adalah limonite.
5. Pecahan runcing
Pecahan runcing bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujung-
ujungnya runcing-runcing, contoh mineral pecahan runcing adalah
kelompok logam murni.
6. Tanah
Tanah bila kenampakannya seperti tanah, contoh mineral tanah adalah
lempung.
1.2.3 Warna (color)
Warna mineral adalah warna yang ditunjukkan oleh mineral secara fisik,
bersifat tidak tetap, karena dipengaruhi oleh susunan pertumbuhannya, sifat
lingkungan geologi di mana mineral dibentuk, dan kemungkinan pengotoran
mineral yang mungkin terjadi selama mineral tersebut berada dalam lingkungan
geologi tersebut.
1.2.4 Belahan (cleavage)
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya
(Hibbard, 2002):
1. Belahan satu arah, contoh mineralnya yaitu muscovite.
2. Belahan dua arah, contoh mineral yaitu feldspar.
3. Belahan tiga arah, contoh mineral yaitu halite dan calcite.
1.2.5 Kekerasan (hardness)
Kegunaan dalam sifat mineral adalah dengan mengetahui kekerasan
mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi atau mudah tergores. Cara menentukan kekerasan dilakukan
dengan menggores mineral skala Mosh pada mineral yang akan diselidiki, dapat
dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skala Mohs (Noor, 2012).


Kekerasan (Hardness) Mineral Rumus Kimia
1 Talk Mg3Si4O14(OH)2
2 Gipsum CaSO4·2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Fluorit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6 Ortoklas KalSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9 Korundum Al2O3
10 Intan C

1.2.6 Kilap (luster)


Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan
suatu mineral. Kilap pada mineral ada jenis, yaitu ada kilap logam dan kilap non-
logam.
1. Kilap logam dapat memberikan kesan seperti logam bila terkena pada
intesitas cahaya.
2. Kilap non-logam
Kilap bukan logam tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena
cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:
a. Kilap kaca (ivitreous luster)
Kilap kaca dapat memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya,
contohnya yaitu calcite, quartz, halite.

b. Kilap intan (adamantine luster)


Kilap intan memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya
diamond.
c. Kilap sutera (silky luster)
Kilap sutera memberikan kesan seperti, umumnya terdapat pada mineral
yang mempunyai struktur serat seperti asbestos, actinolite, gypsum.
d. Kilap damar (resinous luster)
Kilap damar memberikan kesan seperti damar, contohnya sphalerite dan
resin.
e. Kilap mutiara (pearly luster)
Kilap mutiara memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian
dalam kulit kerang, misalnya talc, dolomite, muscovite, dan tremolite.
f. Kilap lemak (greasy luster)
Kilap lemak menyerupai lemak atau sabun, contohnya talc, serpentine.
2.4.8 Sifat dalam (tenacity)
Tenacity atau sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan,
pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi enam macam, yaitu
mudah rapuh (brittle), dapat diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat dipintal
(ductile), dapat dipintal (ductile), kenyal/lentur (elastic), fleksibel (flexible).
2.4.9 Cerat
Cerat adalah warna sebenarnya dalam suatu mineral. Warna cerat kadang-
kadang berbeda dengan warna mineralnya.
2.4.10 Kemagnetan
Kemagnetan merupakan salah satu sifat fisik pada mineral, selain
kekerasan, sifat dalam, warna, ketembusan cahaya, cerat, kilap, dan
pendeskripsian sifat fisik mineral lainya. Berdasarkan bagaimana reaksi suatu
mineral kalau dipapar medan magnet, mineral terbagi atas tiga jenis yaitu
Ferromagnetik, Paramagnetik dan Diamagnetik

PENGERTIAN BATUAN
Batuan merupakan bahan penyusun kerak bumi sekaligus agregat atau
kumpulan mineral-mineral yang telah membeku atau mengkristal. Proses siklus
batuan menghasilkan tiga jenis batuan, yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf
yang terus berubah. Konversi yang terjadi di siklus batuan dipengaruhi sejumlah
kondisi seperti peningkatan suhu atau tekanan.

Jenis Batuan Penyusun Kerak Bumi:


1. Batuan Beku
Dalam bahasa Latin, batuan beku disebut batuan igneous yang artinya api
(ignis). Pasalnya, batuan beku tersusun dari magma yang mendingin kemudian
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi. Batuan beku terdiri dari 3 jenis,
batuan beku dalam (plutonik), batuan korok (hypo-abyss), dan batuan beku luar
(efusif). Contoh batuan beku adalah riolit, granit, andesit, dan basalt.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses sedimentasi
(pengendapan), yang memiliki ciri pada struktur berlapis karena diagnesis. Contoh
batuan sedimen adalah batu pasir, konglomerat, gamping, dan lempung.

3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang mengalami perubahan komposisi
mineral hingga tekstur karena tekanan suhu maupun waktu. Batuan ini terdorong
jauh ke dalam permukaan bumi sehingga mengalami perubahan tersebut. Contoh
batuan metamorf adalah batu sabak (slate) dan batu schist.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SISTEM TAMBANG


BAWAH TANAH
            Pemilihan metode penambangan terhadap suatu jebakan tertentu dapat
dibantu dengan pemahaman terhadap kendala dan aplikasi setiap metode yang
ada. Tidak ada satupun rumusan eksak (pasti) yang dapat mencakup semua
variasi yang terdapat secara alamiah dalam suatu jebakan. Pemilihan metode
penambangan pada awalnya didasarkan pada letak endapan relatifterhadap
permukaan dangkal/dalam dan setelahnya mengacu pada keuntungan
terbesaryang akan diperoleh serta memperoleh perolehan pada tambang yang
terbaik dengan memperhatikan karakteristik unik di daerah yang akan ditambang
(meliputi: alam, geologi, lingkungan, dll).
            Dalam pemilhan suatu system tambang bawah tanah, memerlukan
pertimbangan-pertimbangan yang saling terintegrasi dari banyak faktor. Beberapa
pertimbangan yang perlu dilakukuan antara lain:
1. Karakteristik spasial dari pengendapan, faktor ini bisa menjadi penentu terpenting
dalam pemilihan metode tambang karena sangat mempengaruhi dalam pemilihan
suatu daerah yang akan ditambang dengan cara tambang terbuka atau tambang
bawah tanah, laju produksi, pemilohan metode penanganan material dan lay-
out tambang seperti:
 Ukuran (dimensi: tebal dan penybaran)
 Bentuk (tabular, lentikular, masif atau tidak beraturan)
 Sikap (inklinasi dan celup)
 Kedalaman (nilai: rata-rata dan ekstrim, nisbah pengupasan-SR)
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi Karakteristik geologi dari mineral dan batuan
induknya sangat mempengaruhi pemilihan metode penambangan, khususnya
dalam pemilihan antara metode memilih atau tidak. Hidrologi mempengaruhi sisten
drainase dan pompa yang diperlukan sedangkan mineralogi mempengaruhi cara
pengolahan mineral. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk kondisi
geologi dan hidrogeologi:
 Mineralogi dan petrogafi (sulfida dan oksida)
 Komposisi kimia dan kwalitas (bahan tambang primer dan produk samping,
berdasarkan produk/ untuk batu bara: CV, TM, Ash, S)
 Struktur geologi (lipatan, patahan, diskontiniu, ittrusi)
 Bidang lemah (kekar, retakan, pembelahan dalam mengeluarkan atau cleat
dalam batu bara).
 Keseragaman, alterasi, oksidasi, erosi (zona dan batas)
 Air tanah dan hidrologi3.
3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan batuan) Sifat mekanis dari pengendapan
material dan batuan sekitarnya merupakan faktorkunci dalam pemilihan peralatan
pada tambang terbuka sedangkan padatambang bawah tana hal ini berpengaruh
pada kelas metode yang dipilih misalnya tidak didukung, didukung atau mengalah.
Berikut adalah hal-hal yang jadi Pertimbangan sifat geoteknik untuk
pertambangan:
 Sifat elastis (kekuatan, modulus elastisitas, kekakuan, dll)
 Perilaku elastik atau viskoelastik (mengalir)
 Tegangan (tegangan awal, induksi Keadaan)
 Konsolidasi, kompaksi, dan kompetensi
 Sifat-sifat fisik lainnya (berat isi, berat jenis, angka pori,
porositas, permeabilitas, kadar udara)
4. Pertimbangan ekonomi Faktor ini mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi kondisi
ekonomi pertambangan:
 Cadangan (tonase dan kadar / kwalitas)
 Laju produksi (produksi per satuan waktu)
 Umur tambang
 Produktivitas (produksi per satuan pekerja dan waktu, missalton/karyawan-
menggeser)
 Perbandingan pelayaran penambangan dengan metode penambangan yang
cocok.
5. Faktor teknologi, berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan faktor teknologi di
dalamnya pemilihan metode penambangan:
 Perolehan tambang (pemulihan tambang)
 Dilusi (jumlah limbah yang dihasilkan dengan pembakaran / batubara)
 Metode kefleksibelan dengan perubahan kondisi
 Selektivitas metode untuk batubara dan limbah
 Konsentrasi atau penyebaran dari pekerjaan
 Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi
6. Faktor lingkungan, berikut adalah hal-hal yang berkaitan dengan faktor lingkungan
dalam pemilihan metode penambangan:
 Kontrol bawah tanah
 Penurunan permukaan tanah (penurunan permukaan tanah)
 Kontrol atmosfir (kontrol kwalitas, kontrol panas dan kelembaban, sertauntuk
tambang bawah tanah: ventilasi)
 Kekuatan pekerja (pelatihan, pengerahan, kondisi kesehatan dankeselamatan

kerja, kehidupan dan pemukiman)

REFERENSI
Hartman, Howard L., (2002), PendahuluanPertambanganRekayasa2 dan edisi,
YohanesWiley & Putra.3.
Hibbard, M. J. 2002. Mineralogy: A Geologist’s point of view. Boston: McGraw-Hill
Homas, Larry (2002). Geologi Batubara, John Wiley & Putra.2. 

Noor, D. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan

Anda mungkin juga menyukai