BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Geologi Teknik Untuk Perencanaan Bangunan Sipil dan Bangunan Air
Dalam perencanaan suatu proyek bangunan pengairan, Geologi memberikan
sumbangan dalam hal penelitian batu dan tanah sehubungan dengan bangunan yang
direncanakan, penyelidikan geomorfologi dan keairan, mengetahui struktur geologi
dan informasi tentang bahan bangunan yang ada di suatu daerah. Geologi
sebenarnya mulai dipakai pada pertengahan abad ke-18, seperti pembuatan
terowongan ELIFFOTON di Inggris. Pada awalnya dalam pembangunan bangunan-
bangunan sipil maupun pengairan pada waktu itu sama sekali tidak memperhatikan
faktor tanah sebagai dasar bangunan. Sampai pada peristiwa jebolnya bendungan di
St. Francis (California), barulah disadari bahwa faktor tanah ternyata sangat
menentukan.
Pada saat ini, Geologi banyak memberikan sumbangan yang berarti dalam
pekerjaan perencanaan bangunan air. Banyak informasi-informasi Geologi yang
dijadikan acuan dalam merencanakan suatu bangunan air. Seperti peta geologi, hasil
foto udara, foto satelit, hasil survey darat, ataupun Sistem Informasi Geografi.
Dalam pelaksanaan penelitian lapangan, biasanya digunakan berbagai teknik
dan cara seperti:
1. pemetaan geologis dan geologi teknik
2. pengungkapan batuan
3. pemboran inti dan pengungkapan inti pemboran
4. pengukuran geofisis
5. pengambilan contoh untuk penelitian di laboratorium
6. percobaan di lapangan
7. galian-galian percobaan ( sumur-sumur dan terowongan)
Semua ini ditujukan untuk memperoleh suatu penjelasan yang cermat
mengenai kondisi tanah bawah. Data yang dikumpulkan mengenai tanah bawah
misalnya sifat-sifat seperti berat janis, porositas, permeabelitas, elastisitas, dan
gaya tekan.
Pada bangunan air terjadi reaksi dari tekanan hidrostatis air sehingga terjadi
perubahan permukaan air dalam masa tanah. Perkolasi air tanah dapat melarutkan
7
e) Kilap sutera
c. Belahan
Kekuatan ikatan atom didalam struktur kristal tidak seragam kesegala
arah, apabila mineral dikenai gaya (pukulan) maka mineral akan pecah sesuai
dengan arah ikatan atom yang lemah. Ikatan atom yang lemah biasanya
membentuk suatu bidang, sehingga balahan selalu membentuk bidang yang rata.
Karena keteraturan sifat dalam mineral, mak abelahna akan nampak berjajajr
teratur dan mempunyai arah tertentu.
Arah bidang belah bisa 1 arah (mika), 2 arah (feldspar, pirksen, amfibla),
3 arah (galena, kalsit, dolomite), 4 arah (fluorit) dan 6 arah (spalerit).
d. Pecahan
Beberapa mineral mempunyai tenaga pengikat atom di dalam struktur
kristal sangat kuat, sehingga bidang belah tidak tampak dan mineral tersebut
akan cenderung pecah menuruti pola yang tidak teratur. Pecahan yang tidak
teratur ini disebut pecahan.
Perbedaan pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaanya
dalam memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dapat
memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar kesegala arah.
Jenis pecahan yang banyak dijumpai adalah:
1) Pecahan kerang (conchoida): pada permukaan pecahan nampak
bergelombang memusat, seperti kenampakan kulit kerang atau botol ynag
pecah sebagai permukaannya.
2) Pecahan berserat/berserabut (splinteri/fibrous) : bila pada permukaan pecah
nampak gejala serabut seperti batang bamboo atau kayu yang patah.
3) Pecahan rata (even) : bila permukaan pecahan nampak rata. Pecahan rata ini
biasanya merupakan bidang belahannya.
4) Pecahan tidak rata (uneven/irregular) : bila permukaan pecahan nampak tidak
rata, seperti permukaan bata yang pecah.
Satu jenis mineral tertentu dapat mempunyai belahan dan pecahan, mineral
lain hanya mempunyai : belahan saja dan yang lain hanya mempunyai pecahan
saja.
9
e. Bentuk
Secara garis besar dapat dibedakan bentuk teratur (kristalin) dan bentuk
tidak teratur (amorf). Bentuk teratur dikendalikan oleh system kristalnya.
System kristal tersebut antara lain :
1) Kubik/regular
2) Hexagonal
3) Trigonal
4) Tetragonal
5) Ortorombik
6) Monoklin
Bentuk tidak teratur ialah bentuk-bentuk yang tidak nampak didalam
pola yang teratur. Bentuk tak teratur bisa disebabkan oleh : muka kristal pada
mineral tidak berkembang dengan baik, mineral tersusun oleh kristal-kristal
yang sangat halus (cryptocrystalline) contoh kalsedon, atom penyusun mineral
tidak tersusun didalam pola yang teratur (amorf) contoh opal.
Walaupun mineral berbentuk teratur, keraturannya tidak selalu
dikendalikan oleh system kristalnya, tetapi terkendali oleh antara lain
pembelahanya, sebagai contoh adalah kelompok mika yang bersistem monoklin.
Bila terdapat hal-hal seperti itu dan hal tersebut sangat membantu pemerian
mineral, maka kenampakan yang menyolok tersebut dapat dimasukkan sebagai
bentuk mineral. Bentuk tersebut : lembaran (mika), berserat (serpentin, asbes).
f. Cerat
Yang dimaksut dengan cerat adalah warna serbuk halus suatu mineral.
Cerat dapat dipakai sebagai penciri suatu mineral, karena walaupun warna
mineral beraneka ragam maka ceratnya selalu tetap. Untuk mendapatkan cerat,
mineral digoreskan pada permukaan perselin yang tidak diberi lapisan pengkilat
(unglazed) atau disebut keeping cerat (streak plate). Perlu diperhatikan bahwa
cerat yang dilihat terutama untuk mineral-mineral yang kekerasan kurang dari 6
skala Mohs.
g. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan. Sifat ini
sangat berhubungna erat dengan struktur kristal dan ikatan atomnya. Untuk
10
mengukur kekerasan nisbi, dua mineral digoreskan, maka mineral yang lebih
keras akan menggores mineral ynag lebih lunak. Guna kepentingan pemerian
mineral, tolak ukur kekerasan telah dibuat, oleh Friedrich Mohs dari Jerman
yang dikenal dengan Skala Mohs yang terdiri dari 10 kekerasan tidak seragam.
Sebagai contoh bila diambil nilai mutlaknya maka kekerasan intan akan 42 kali
kekerasan talkum. Kekerasan itu sendiri dipengaruhi oleh keanekaragaman
komposisi (kimia) mineral, sehingga mengakibatkan mineral yang sama kadang-
kadang lebih keras atau lebih lunak dari pada kekerasan normalnya. Dianjurkan
didalam melakukan pengukuran kekerasan dilakukan pada permukaan yang
segar/tidak lapuk.
Tabel 1.1 Kegunaan Mineral
Mineral Pokok Skala Benda sehari-hari
Intan 10 -
Korundum 9 -
Topas 8 -
Kwarsa 7 -
Ortoklas 6 Pisau baja (6)
Apatit 5 Pecahan kaca (5.5)
Fiourit 4 Uang logam (3.5)
Kalsit 3 Kuku jari (2.5)
Gypsum 2 -
Talkum 1 -
SKALA MOHS
3. Halide
12
7. Fosfat camar
pelapukan
peleburan, pengendapan
pembekuan pengangkutan
pembatuan
Batuan Metamorf
Gambar 2.9 Proses Pembentukan Batuan
a) Phaneritik
1. Terdiri dari batuan pluton yang biasa disebut batolit, dimana kenampakan di
permukaan bumi sangat besar, sedangkan kedalaman dari batuan ini tidak diketahui
dasarnya.
2. Berbutir sangat kasar, dengan kombinasi warna antara abu-abu dan putih.
3. Tekstur batuan ini pada dasarnya adalah holokristalin, hipidiomorfik, dan
equigranular, kadang-kadang juga memiliki tekstur porpiri.
4. Xenolit juga terdapat dalam granit dengan jumlah yang sangat kecil sekali.
5. Struktur batuan ini biasanya adalah struktur join, yang terbagi menjadi 3 kelompok,
yaitu:
a). Struktur blok yang berbentuk kubus.
b). Struktur blok yang diakibatkan oleh proses konsolidasi.
c). Struktur blok yang diakibatkan oleh proses pelapukan. Disamping itu, di
dalamnya juga terdapat struktur miarolitik, orbikular, dan rapakivi.
d) Variasi senyawa kimia pada batuan granit didominasi oleh silika.
b) Aphanitik
1. Terdiri dari batuan ekstrusi yang berupa lava dan batuan intrusi yang berupa dike.
18
2. Tekstur batuan ini adalah bertekstur porfirik, yaitu percampuran antara yang kasar
(penokris) seperti dari kuarsa, feldspar, dan hornblende dengan masa dasar yang
berbentuk halus dari mikrokristalin sampai kacaan.
3. Komposisi mineralogi dari penyusun utama terdiri dari kuarsa, potasium feldspar
dari jenis ortoklas dan sanidin, plagioklas dari jenis oligoklas, sedangkan mineral
feromagnesia dari biotit dan hornblende. Mineral pengiringnya terdiri dari magnetit
dan apatit. Sedangkan mineral sekundernya terdiri dari hasil aliterasi dari mineral
feldspar dan mineral feromagnesia.
Kelompok dari Syenit, yaitu:
a) Phaneritik
1. Terdapat sebagai stok dan boss, tidak pernah ditemukan sebagai bentuk besar
seperti batolit dan granit.
2. Terbentuknya syenit biasa berasosiasi dengan granit sebagai fasies tipis.
3. Tekstur yang biasa ditemukan adalah equigranular, holokristalin, phaneritik dan
batuan plutonik.
4. Butiran kristal cukup besar dan terlihat sebagai pegmatik.
5. Mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin,
plagioklas dari jenis albit-oligoklas, sebagian besar mineral feromagnesia dari
hornblende, serta sedikit dari biotit dan piroksen. Mineral pengiring terdiri dari
sphen, oksida besi dan apatit. Sedangkan mineral sekunder merupakan hasil
aliterasi dari feldspar, yang kemudian membentuk variasi dari mineral lempung.
6. Kandungan alkali (Na2O dan K2O) sangat tinggi, hal ini disebabkan kandungan
mineral potasium feldspar.
b) Aphanitik
1. Terjadi sebagai aliran lava yang meliputi daerah yang luas.
2. Terdapat sebagai korok vulkanik yang bertekstur porfirik.
3. Tekstur lain yang biasa terdapat pada batuan ini adalah tekstur aliran.
4. Struktur join banyak terdapat di batuan ini.
5. Komposisi mineral dari mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis
sanidin, ortoklas dan mikrolin, plagioklas, biotit, hornblende, dan augit.
6. Kandungan mineral terdiri atas plagioklas dari jenis albit, hornblende, biotit, K-
feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin, nefelin, dan mineral bijihnya magnetit.
7. Ukuran kristal berukuran kasar (phaneritik/holokristalin).
19
1. Terdapat berupa lembaran di permukaan bumi dan mendominasi dari batuan beku
yang berhubungan dengan sabuk orogenik (orogenic belt).
2. Teksturnya adalah holokristalin, kacaan, porfirik dan equigranular.
3. Komposisi mineralogi dan kimia sama dengan batuan gabro yang terdiri atas
plagioklas, piroksin, dan olivin.
4. Mineral pengiring terdiri dari magnetit, ilmenit dan apatit.
Kelompok dari Ultra Basa, yaitu:
- Tekstur holokristalin dan phaneritik dari batuan plutonik.
- Kandungan mineral mafiknya sangat tinggi dan indeks warnanya di atas 70
dengan berat jenis (BJ) sangat tinggi.
- Tipe batuan pada ultra mafiknya ditandai dengan monomineral (seperti
piroksen, olivin dan hornblende).
- Mineral pengiring sedikit sekali (seperti oksida besi, spinel, biotit dan
kromit).
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah
riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
21
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya
adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya
adalah basalt.
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
b) Batuan Ekstrusi
Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu atau
suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada dua tipe magma intrusi,
yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan vikositasnya rendah. Tipe
kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika yang
tinggi dan vikositas relatif tinggi. (Graha, 1987)
Contoh batuan beku vulkanik adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah), dan dacite.
c) Batuan Gang
Batuan gang antara batuan dalam dan batuan leleran terdapat gejala antara
batuan yang terbentuk dalam celah – celah serta rekahan – rekahan dalam kerak
bumi. Batuan yang terbentuk adalah batuan gang atau batuan korok disebut juga
batuan hypo-abisik.
Gang disini adalah suatu badan yang bentuknya seperti sebuah kitab besar.
Magma yang membeku dalam gang adalah magma yang sedang menuju ke
permukaan bumi atau membeku dalam celah – celah di kerak bumi. Misalnya
magma yang mempunyai susunan granit itu membeku dalam sebuah gang, maka
23
batuan yang terbentuk disebut porfiri granit yang berarti batuan granit bertekstur
porfiri. (Munir, 1995)
1. Batuan Beku Asam jika mengandung SiO2 lebih dari 66%. Contohnya Granit ,
Rhyolit
3. Batuan Beku basa jika mengandung SiO2 45-52%. Contohnya Gabro , Basalt.
4. Batuan Beku ultra basa jika mengandung SiO2 kurang dari 52%. Contohnya
Peridotit, dunit.
24
Bila tidak dijumpai lapisan dan ukuran butir seragam dan hampir seragam
B. Batuan sedimen non klastis
Tekstur dari batuan sedimen non klastis dicirikan oleh :
1. Kenampakan interlocking (saling menutupi), yaitu kenampakan individu
mineral yang amat besar ukurannya atau bahkan sangat kecil, yang saling
mengunci sehingga tidak ada kenampakan pori.
2. Kenampakan kristalisasi : nampak ada pertumbuhan kristal-kristal
C. Batu Pasir
a). Kuarsit
1. Mineral penyusun terbanyak adalah kuarsa.
2. Warna batuan terang, yang disebabkan oleh warna kuarsa yang putih.
b). Greywacke
1. Berwarna gelap.
2. Pemilahan buruk karena transportasinya pendek.
3. Bentuk butir menyudut karena jarak transportnya yang dekat.
4. Mempunyai struktur graded bedding, yang disebabkan karena arus turbit.
5. Mineral penyusunnya antara lain kuarsa, plagioklas, mika, dan fragmen batuan
dengan semen karbonat.
c). Arkose
- Mudah terkena proses pelapukan karena didominasi oleh feldspar.
- Berwarna terang kemerah-merahan.
- Bentuk butir sama dengan bentuk butir greywacke.
D. Batu Lempung
1. Dibentuk oleh mineral-mineral lempung yang sulit dibedakan satu sama lainnya.
2. Bersifat plastis.
3. Berwarna hitam kelabu, hijau, dan merah.
E. Batuan Evaporit
1. .Mineral penyusunnya bersifat monomineral (mineral garam).
2. Mineralnya terdiri dari gip (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl).
3. Terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis.
4. Berbentuk kristal.
Batuan Gip
5. Berbentuk kristal kasar sampai halus granular
27
6. Bersifat masif
7. Berstruktur pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai penokris
Batuan Anhidrit
8. Berlapis-lapis, masif, dan tebal
9. Struktur sedimennya memperlihatkan permukaan yang keriput
10. Bertekstur granular halus
Batu Garam (Halit)
11. Terdapat secara masif dan berbentuk kristal kasar
12. Lapisannya sering bercampur dengan sisipan tipis dari anhidrit dan dolomit
13. Bentuk kristal kubus
14. Berat jenis relatif rendah dibandingkan batuan yang lainnya
15. Mempunyai sifat yang mudah mengalir pada temperatur dan tekanan yang
rendah
F. Batuan Karbonat
1. Terbentuknya klastik sebagai fragmentasi/pembentukan sekunder. Sebagai
contohnya adalah colitik dan pengendapan yang menyerupai detritus.
2. Komposisi kimia dan mineral terdiri dari gragonit (CaCO3/ ortorombik), kalsit
(CaCO3/ heksagonal), dolomit (CaMg(CO3)2), high magnesium kalsit, dan
magnesti (MgCO3).
3. Tekstur batuan karbonat meliputi:
a). Besar butir
- Mikrit: mulai 0,0625 mm ke bawah, yaitu berupa lumpur
(mud) atau berbutir halus (aphanitik).
- Grain (Klas): kurang dari 1 mm.
b). Bentuk Butir
Non fragmental dan speruidal serta ovoid.
c). Semen
Terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas (sparry calcite) atau spar.
d). Matriks
Berukuran halus sekali, sehingga tidak dapat teridentifikasi.
Berupa: 1. pengendapan langsung sebagai jarum (aragonit) secara
kimiawi/biokimiawi yang kemudian berubah menjadi kalsit.
2. merupakan hasil abrasi.
28
radiolaria atau diatom dan proses kimiawi. Batuan golongan ini tersebarnya
hanya sedikit sekali dan sangat terbatas.
5. Batuan Sedimen Karbonat.
Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang
moluska, alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau melalui
proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan diendapkan di suatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di
lingkungan laut litoral sampai neritik, sedangkan proses kedua diendapkan pada
laut neritik sampai batial. Jenis dari batuan karbonat ini banyak sekali,
tergantung dari material penyusunnya.
Sekistositas atau foliasi, terjadi oleh karena mineral yang pipih atau
membatang tersusun dalam bidang-bidang tertentu, yakni bidang sekistositas.
Bidang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya dapat pula tidak, atau
mungkin searah dengan sumbu lipatan.
Lepidoblastik adalah jenis sekistositas karena membidangnya mineral
pipih (mika), sedangkan nematoblastik karena membidangnya mineral
prismatik (aktinolit). Pada batuan metamorfosa termal ( batu tanduk), butirnya
mengacak arahnya dan disebut genestositas dan batuannya disebut genesan.
Dalam golongan batuan hasil metamorfosa dinamo, tak jarang batuan
mengalami kehancuran sehingga sifatnya menjadi fragmental. Untuk itu, istilah
tekstur kataklastik dipergunakan bila komponen batuan asalnya masih ada yang
tersidik. Tekstur flaser adalah bila komponen batuan asal yang masih dapat
tersidik berukuran kasar dan berbentuk lensa yang tersebar pada matrik
berukuran lebar. Tekstur milonit adalah istilah untuk tekstur yang sangat hancur
dan menjadi bubuk, sehingga berfoliasi dengan kristal asal yang membundar.
Mineral atau tekstur batuan asal yang masih tersimpan dalam batuan
metamorfosa dinamakan mineral relik atau struktur relik.Susunan mineral di
dalam batuan metamorf secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori.
1. Foliasi
Batuan metamorf yang tersusun oleh mineral-mineral yang menunjukkan
penjajaran. Batuan yang mempunyai struktur ini sebagian besar tersusun oleh mineral
pipih. Batuan jenis ini biasanya dihasilkan oleh metamorfisme regional.
2. Nonfoliasi
Batuan yang tersusun oleh mineral-mineral yang tidak menunjukkan penjajaran.
Penamaan batuan biasanya didasarkan atas komposisi mineral yang dominan dan
mempunyai ciri khusus.
Selain kedua struktur tersebut, beberapa batuan metamorf mempunyai struktur
transisi antara struktur foliasi dan nonfoliasi. Hal ini disebabkan metamorfisme yang
berlangsung tidak sempurna. Batuan-batuan ini umumnya masih menunjukkan struktur
batuan asal. Kalau berasal dari batuan beku, maka struktur batuan beku masih terlihat.
KWARSA
MIKA
PIROKSIN
AMPHIBOLE
FOLIASI
Sangat > Migmatiti Migmatit Warna kemerahan,
FELDSPAR
Kasar 60 c feldspar jelas
PIROKSIN
Genes mika
AMPHIBOLE
KLORIT
Sedang 0.06 Schistose Schist Foliasi
FELDSPAR
- bergelombang
2 Sekis
Halus 0.06 Phyllitic Pnyllite Warna hitam-
- kelabu, belahan
2 Filit tdk berkembang
Sangat < Slaty Slate Warna kelabu-
Halus 0.02 cleavage hijau kilap suram
Batu sabak
Non-FOLIASI
Dolmit, Kalsit Marble Bereaksi dgn HCl,
Marmer warna
putih&hitam
Serpentinit Warna hijau,
berserat spt kayu
Serpentin
Karbon Antrasit Hitam mengkilap,
pecahan konkoidal
Talk Soapstone Lunak, licin, warna
Batu sabun kelabu-biru
(Sumber : www.google.com)
Keterangan :
Kw = kwarsa,
Kl = klorit,
klst = klastika,
min. Lmp = mineral lempung,
fld = feldspar
2.3.3.4. Kekuatan Batuan Metamorf
Kekuatan batuan metamorf bervariasi, tergantung pada jenis, tingkat
metamorfose, dan tekstur batuannya. Batuan metamorf yang masif (kuarsit,
marmer, filit) dapat mempunyai kekuatan yang tinggi, tetapi batuan metamorf
yang berlapis (misalnya sekis mika, batu sabak) kekuatannya sangat tergantung
pada kehadiran foliasi/ perlapisan atau bidang lemah lain yang terdapat pada
batuan tersebut.
menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-
horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai
hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi
energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam
suatu lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).
Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad
hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi
dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri
morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-
macam tanaman.
Menurut Jooffe dan Marbut (1949), dua orang ahli Ilmu Tanah dari
Amerika Serikat, Tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam
dipermukaan bumi. Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-
horizon mieneral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda
sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi,
komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Darmawijaya (1990) mendefinisikan tanah sebagai akumulasi tubuh alam
bebas, menduduki sebagain besar permukaan planet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula.
berbentuk agak persegi (sub angular) sampai sangat bundar. Kasus ekstrim erosi
ialah pada Grand Canyon di sungai Colorado di Utah, Arizona, Nevada, dan New
Mexico, dan Cheddar Zone sungai Avon di bagian selatan Inggris. Model eosi yang
lebih kecil antara lain ialah Jeram Niagara di mana sungai Niagara mengalir di atas
dasar batu gamping Niagara yang relatif keras tetapi tertutup oleh serpih dan batu
gamping lunak Clinton, yang telah mengalami erosi untuk membentuk jeram di
antara Amerika Serikat dan Kanada. Ngarai-ngarai besar atau ”gorge” banyak
terdapat bahkan sungai-sungai yang kecil di bagian barat Amerika Serikat, Kanada,
Australia, Afrika, dan tempat lainnya, yang memperhatikan pengaruh erosi akibat
air selama periode waktu geologi tertentu.
(d) Abrasi. Ialah keausan yang disebabkan oleh dua bahan yang keras yang
mengalami gerakan relatif ktika sedang bersentuhan. Ini dapat disebabkan oleh
salah satu bahan yang terdapat di dalam air yaitu pasir misalnya, tetapi dalam
konteks ini istilah tersebut akan dipergunakan untuk menerangkan terdorongnya
sejumlah besar tanah atau es yang berada dalam keadaan tertekan melalui batuan di
bawahnya yang mengikis kedua bahan tadi menjadi lebih kecil.
(e) Kegiatan organis. Gaya pemecah yang diadakan oleh tanaman yang tumbuh di
akar-akar dalam ruang kosong batuan akan dapat membuat fragmen-fragmen
batuan menjadi terpisah. Hewan-hewan seperti ulat dan serangga yang masuk ke
dalam tanah akan mendorong fragmen-fragmen batuan ke arah atau
menyingkapkan fragmen tadi sehingga terjadi tambahan pelapukan.
B. Pelapukan Kimia
Uap-uap dan gas-gas yang beraksi di udara dan sinar matahari
mengakibatkan perubahan kimia terhadap komposisi mineral dan batu-batu. Uap air
yang berkondensasi (mengental) menjadi cairan boleh jadi mengandung berbagai
jenis unsur dalam larutan, yang menambah kecairan larutan-larutan mineral.
Kelembapan yang kaya dengan asam-asam organik bukan hanya bahan pelarut
tetapi juga menstimulir terjadinya proses-proses seperti hydrolisis dan oksidasi.
Adapun perubahan mineral batuan menjadi gabungan mineral yang baru.
Proses yang terjadi antara lain:
(a) Oksidasi. Reaksi kimia mungkin akan terjadi apabila batuan tertimpa air hujan.
Ia terlihat jelas pada kotoran coklat sampai kemerahan pada lapisan yang
mengalami pelapukan untuk batuan yang mengandung besi. Oksidasi telah
37
membuat bekas pada permukaan batuan serta warna yang cerah pada batuan.
Reaksi dapat menghasilkan hidrat oksida besi, karbonat, dan sulfat. Apabila reaksi
ini mnghasilkan pertambahan volume maka kemudian akan terjadi pemisahan
atuan.
(b) Larutan (solution). Batuan tertentu terutama batu gamping sebagian atau
seluruhnya akan larut dalam air hujan, terutama bila air hujan tersebut mengandung
karbondioksida yang cukup banyak terutama dalam bentuk asam karbonat lemah
atau memiliki pH di bawah 7. bahkan larutan asam yang sangat lemah yang bekerja
selama periode waktu geologi akan dapat menghancurkan batuan. Dalam kasus
untuk batu gamping dapat mengalami pelapukan yang sangat singkat yaitu antara 5-
10 tahun. Gua-gua banyak yang terbentuk seperti gua batu gamping (formasi karst)
dalam daerah yang banyak mengandung formasi gamping dengan hujan yang
cukup banyak. Terbenamnya tanah dan erosi yang menyusulnya cenderung untuk
menghasilkan topografi yang bergelombang.
(c) Pelarutan (leaching). Air yang bereaksi dengan bahan perekat pada batuan
sedimen dapat mengakibatkan partikel-partikel batuan tadi terlepas, dengan
partikel-partikel yang lebih kecil dan bahan perekat terbawa, baik ke dalam lapisan
yang lebih dalam oleh perkolasi air hujan, mungkin akan menjadi faktor dalam
pembentukan kemudian dari batuan sedimen yang baru. Dalam daerah dengan
curah hujan relatif sedikit uap air mungkin akan mengangkut bahan perekat seperti
sulfat, karbonat, dan lainnya ke atas permukaan tanah yang akan menimbulkan
kerak garam (salt curst).
(d) Hidrolisis (pembentukan ion – ion H +). Bahan pelapuk kimiawi tidak bekerja
secara bersamaan. Misalnya seperti pembentukan lempung dari pelapukan suatu
felspar ortoklas (biasanya berwarna pink), dimana terdapat pula air biasa dan asam
karbonat yang terbentuk oleh air yang bercampur dengan karbon dioksida:
1 bagian 2(K)AlSi3O8 + 1 bagianH2CO3 + 1 bagian H2O
Dalam kasus ini ion H+ dan air akan memaksa ion K+ untuk keluar dari
felspar ion H+ ini kemudian berkombinasi dengan alumnium silikat untuk
membentuk mineral lempung. Akar tanaman di dalam tanah akan menarik air dari
38
tanah di sekitarnya dan menjadi di kelilingi oleh ion H + yang berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya proses hidrolisis. Setiap fragmen dari felspar ortoklase
yang berdekatan akan dapat dipecah untuk membentuk mineral lempung seseua
dengan persamaan di atas. Potasssium karbonat dapat dipecahkan lagi dan melarut
sehingga menjadi makan bagi tanaman, atau mineral lempung dapat menarik ion –
ion potassium tadi untuk membentuk lempung kaolonit.
Dalam golongan batuan hasil metamorfosa dinamo, tak jarang batuan
mengalami kehancuran sehingga sifatnya menjadi fragmental. Untuk itu, istilah
tekstur kataklastik dipergunakan bila komponen batuan asalnya masih ada yang
tersidik. Tekstur flaser adalah bila komponen batuan asal yang masih dapat tersidik
berukuran kasar dan berbentuk lensa yang tersebar pada matrik berukuran lebar.
Tekstur milonit adalah istilah untuk tekstur yang sangat hancur dan menjadi bubuk,
sehingga berfoliasi dengan kristal asal yang membundar.
Mineral atau tekstur batuan asal yang masih tersimpan dalam batuan
metamorfosa dinamakan mineral relik atau struktur relik.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun
dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh
angin. sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di sungai.
b.sedimentasi angi biasanya disebut sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser
mengahasilkan drumlin,moraine,ketles,dan esker. Hasil dari sedimentasi ini dapat
berupa batuan breksi dan batuan konglomerat yang terendapkan tidak jauh dari
sumbernya, batu pasir yang terendapkan lebih jauh dari batu breksi dan batuan
konglomerat, serta lempung yang terendapkan jauh dari sumbernya.
Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling
mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya lambat,
sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian
dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akan terjadi
pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi
pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk
meander.
sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan
lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan
terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya
dan membentuk delta.
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam
hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir
terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin
mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga
terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
- Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
- Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan,
Papua dan Sumatera.
2. Sistem Soil Taxonomy (USDA)
Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh
tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika
Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit
diterapkan. Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat
komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB.
Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam
sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat penggolongan 12
(pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order
("ordo tanah"). Mereka adalah:
- Entisol (membentuk akhiran -ent)
- Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
- Alfisol (membentuk akhiran -alf)
- Ultisol (membentuk akhiran -ult)
- Oxisol (membentuk akhiran -ox)
- Vertisol (membentuk akhiran -vert)
- Mollisol (membentuk akhiran -mol)
- Spodosol (membentuk akhiran -od)
- Histosol (membentuk akhiran -ist)
- Andosol (membentuk akhiran -and)
- Aridisol (membentuk akhiran -id)
- Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order. Sistem
USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi
dan atmosfer.
Sistem ini, disingkat sistem WRB, merupakan hasil kerja dari tim bentukan
FAO dan disarankan oleh Organisasi Ilmu Tanah Sedunia. Berdasarkan kesepakatan
pada tahun 1998, sistem WRB menggantikan sistem FAO. Versi terbarunya terbit
tahun 2006.
Ke dalam sistem WRB terdapat pembagian peringkat primer dan peringkat
sekunder. Peringkat primer merupakan penggambaran terhadap 32 jenis tanah utama
dunia. Peringkat kedua merupakan kata sifat yang menggambarkan keadaan fisik dan
kimia tanah. Berbeda dari sistem USDA, sistem WRB tidak mempertimbangkan
aspek iklim sebagai alat untuk pengelompokan.
2.5. Proses Geologi
2.5.1 Gerakan Tanah
Pengertian dari tanah secara umum ialah tanah merupakan hasil pelapukan
batuan yang dapat digali tanpa menggunakan peledak dan memungkinkan
tanaman untuk tumbuh.
Kerak bumi telah mengalami perubahan yang sangat berarti dalam usia
bumi. Bukti-bukti geologi menunjukkan bahwa daratan yang luas pada benua-
benua untuk suatu periode tertentu tertutup oleh laut-laut dangkal. Bukti-bukti ini
didapatkan dari studi mengenai fosil yang dijumpai dalam sediment dan batuan
yang tersingkap.
Bukti geologis menunjukkan bahwa pegunungan Appalachian adalah
terbentuk dan dibentuk kembali selama zaman Paleozoikum dan sampai zaman
Cenozoikum (225-sekitar 63 juta tahun yang lalu). Erosi yang cukup berarti telah
terjadi dan gaya angkat yang menyusul kemudian telah membentuk dataran tinggi
Piedmont dan memindahkan sediment-sedimen yang menutupi dataran pantai ke
arah luar menuju ke timur, lke arah laut Atlantik.
Gerakan kerak bumi menghasilkan perubahan bentuk structural yang
disebut lipatan (folds), patahan (faults) dan kekar (joint). Sinklin (syncline)
melengkungkan lapis-lapis batuan dalam bentuk cekung ke arah atas; antiklin
(anticline) yang cembung ke arah atas. Geosinklin (geosyncline) merupakan
depresi dari suatu daerah, sering sejajar dengan pegunungan, yang terisi dengan
sediment dan sisa vulkanis yang kemudian akan terangkat dan membentuk
pegunungan. Monoklin (monocline) merupakan lipatan tunggal tunggal, dan perlu
47
dicatat bahwa antiklin dan sinklin mungkin akan berdampingan, tergantung pada
jumlah pelipatan.
Istilah-istilah yang dipergunakan untuk geometri dari dasar batuan yang
miring dan terlipat itu antara lain ialah jurus (strike) yaitu sudut sumbu dasar dari
utara kompas; dan kemiringan (dip) yaitu sudut sumbu dasar dari bidang
horizontal yang diukur sesuai dengan arah jurus.
Apabila tegangan yang ada di dalam kerak batuan melebihi tegangan
runtuh dari batuan, maka akan terjadi retakan. Apabila hanya terjadi sedikit
gerakan sepanjang zona retakan itu, maka retakan itu disebut kekar (join). Patahan
normal (normal fault) terjadi apabila terdapat gerakan sepanjang retakan dalam
arah vertical. Dengan dinding gantung (hanging wall) pada blok yang rubtuh.
Jurus-gelincir (strikelips) terjadi apabila gerakan patahan adalah lateral. Banyak
patahan yang merupakan patahan delincir, dimana gerakan vertical dan lateral
keduanya terjadi. Di bagian yimur Afrika terdapat patahan gelincir dengan zona
retakan sepanjang 6000 km. Pegunungan Beartooth di Montana dan Wyoming
terjadi sebagian disebabkan oleh suatu blok patahan berukuran 64 x 128 km yang
naik secara vertical sampai 1000 m. Istilah “Scrap” dipergunakan untuk
menerangkan tepi dari “ tebing batu (cliff)” yang terbentuk akibat terjadinya
perubahan yang sekonyong-konyong dari elevasi akibat terjadinya patahan jenis
tersebut. Patahan San Andres di Califonia yang dimulai dekat Salton Sea pada
batas dengan Meksiko, dan bergerak sepanjang pantai sampai 960 km ke poin
area di California Utara, dimana terlihat dia memasuki lautan teduh, adalah
merupakan patahan jurus gelincir. Oleh karena gerakan reliefnya terutama sejajar
dengan zona retakan (dan permukaan tanah).
Apabila gerakan relative adalah kecil atau telah terjadi sedemikian
lamanya sehingga erosi telah menghapuskan semua bukti di permukaan bumi,
maka satu-satunya cara untuk mendeteksi patahan ialah dengan studi yang teliti
terhadap bor mencapai batuan dasar (bad rocks) Dalam kasus apapun suatu
patahan adalah merupakan suatu kelemahan structural yang menambah
kemungkinan adanya gerakan kerak bumi dalam zona tersebut apabila tegangan
kerak bumi terkumpul dan bertambah di dalam suatu periode waktu. Gempa bumi
akan terjadi bila tegangan itu terjadi terlalu besar dan gerakan massa batuan secara
relative akan terjadi secara tiba-tiba. Dari segi pandanngan geologi, zona patahan
48
berguna pula, oleh karena banyak deposit tambang yang berharga yang tersingkap
dan dijumpai di sepanjang garis patahan itu.
Dilihat dari cara terbentuknya tanah dapat dibedakan menjadi dua macam :
Tanah insitu (saprolit soil), yaitu tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
dan masih berada dibagian atas batuan induknya. Tanah jenis ini pada umumnya
mempunyai perubahan warna dan tekstur secara gradual, dari bawah ke atas. Namun
beberapa macam batuan mempunyai warna dan tekstur yang berubah secara
mencolok, misalnya batuan gamping.
Tanah terangkut (transported soil), yaitu tanah yang telah berpindah dari tempat asal
pembentukannya. Tanah jenis ini pada umumnya mempunyai perbedaan warna,
stuktur dan tekstur yang mencolok dengan batuan atau tanah disekitarnya. Dalam
pengertian geologi tanah jenis ini sudah dimasukkan dalam batuan sediment,
meskipun belum terkonsolidasi.
Lapisan kerak bumi melakukan gerakan yang konstan akibat aksi kekuatan
dari dalam perut bumi yang dimanifestasikan dengan adanya peninggian dan
penurunan permukaan tanah, penekanan terhadap lapisan-lapisan hingga membentuk
lipatan-lipatan dan pemecahan lapisan-lapisan batu.
Pergerakan ini timbul disebabkan kekuatan tektonik, yang aktivitasnya
menimbulkan perubahan-perubahan yang esensial dalam struktur lapisan kerak
bumi.Aktivitas yang bersumber dari tenaga dalam (internal force) bumi dapat dilihat
dalam beberapa cara.
2.5.2. Proses Endogenik dan Teori Tektonik Lempeng
Dalam proses perkembangan lapisan kerak bumi, kekuatan yang berasal
dari dalam perut bumi dapat mengakibatkan terjadinya proses-proses geologis.
Dan hal ini sangat besar pengaruhnya. Ini disebut proses endogen yang meliputi:
perambatan magma ke lapisan kerak bumi, keluarnya magma ke permukaan bumi
dari dalam perut bumi, gerakan-gerakan tektonik dari lapisan kerak bumi yang
mengakibatkan terjadinya peninggian permukaan secara perlahan-lahan dan
perubahan-perubahan di beberapa tempat, guncangan-guncangan yang kuat yang
kadang-kadang sangat berbahaya di beberapa tempat di bumi, gangguan di lapisan
batu yang horisontal.
49
2.5.2.3. Vulkanisme
Kegiatan letusan meliputi serangkaian proses yang berkaitan dengan kegiatan
kekuatan-kekuatan yang bersumber dari dalam perut bumi dan dimanifestasikan
dalam perambatan magma ke lapisan kerak bumi lalu dalam peledakannya ke
permukaan bumi yang berlanjut dengan pembekuan magma. Dalam peristiwa
pertama kita menelaah masalah intrusif (perambatan) dan yang kedua adalah
kegiatan ledakan yang effusif atau vulkanisme.
Pada kegiatan vulkanis yang bersifat intrusif, magma memasuki lapisan kerak
bumi, membentuk lapisan-lapisan magmatis atau intrusi-intrusi di dalamnya. Ukuran
dari intrusi-intrusi di bawah ini dan hubungannya dengan batu-batu di sekitarnya
bervariasi.
Batholith: lapisan benda-benda magmatis yang tidak beraturan dengan sisi-sisi
yang curam. Lapisan ini terbentuk ketika magma membeku di kedalaman yang
lumayan di bagian tengah dari daerah yang berlipat-lipat. Batu-batuan di
sekitarnya pecah sebagaimana ketika mereka ditemukan magma, dan oleh karena
itu batholith tidak menjadi lapisan yang selaras dengan mereka. Lapisan batholith
terbentuk terutama oleh batu-batu asam dari tipe granit (di bagian barat dari bukit
barisan Zeravshan di Pamir).
Stock: lapisan benda-benda magmatis yang lebih kecil, dari lapisan batholith
(kurang dari 100 km2) tetapi mempunyai kondisi pembentukan, bidang dan
komponen batu yang sama.
Laccolith: lapisan benda-benda magmatis yang berbentuk seperti kubah dengan
permukaan yang cembung dan dasar yang datar. Diameternya bervariasi, berkisar
beberapa ratus meter sampai beberapa kilometer. Lapisan ini membentuk kubah
yang mengatasi batu-batu lainnya dan berselaras dengan batu-batu tersebut.
Gunung-gunung yang terisolir di sekitar Pyatigorak (Mashuk, Beshtau,
Zheleznaya dan yang lainnya) adalah gunung-gunung yang mempunyai lapisan
laccolith. Endapan-endapan yang terlebih dahulu telah terletak padanya, sekarang
hampir semuanya telah terkikis sehingga ada batu-batu ignius (batu beku/api)
yang kosong di puncak gunung-gunung ini.
Fissured intrusions: intrusi-intrusi yang merupakan jalur-jalur panjang terbentuk
ketika magma memasuki rekahan-rekahan lapisan batu-batuan menjauhi lapisan-
lapisan intrusif yang besar. Rekahan-rekahan seperti jalur panjang boleh jadi
52
gunung api yang kecil ini muncul di dekat Pulau Fayal dalam waktu 3 hari.
Banyak pelaut-pelaut yang menyaksikan vulkano tersebut tumbuh berkembang
sebelum gunung tersebut meletus, dengan pertambahan areal 300 meter persegi
setiap 12 jam.
Biasanya vulkano adalah gunung yang berbentuk kerucut yang tingginya
sampai beberapa kilometer. Di puncaknya berpermukaan cekung (seperti
mangkuk atau kawah) melalui mana gunung api menyemburkan asap hitam dan
lidah-lidah api. Semacam terusan yang relatif tegak yang disebut vent funnel
(leher vulkano), melalui mana materi-materi yang disemburkan ke luar,
menghubungkan dasar kawah dengan dapur magma. Salah satu gunung api
kerucut yang terbesar di dunia adalah Gunung Vesuvius.
Kekuatan erupsi masing-masing vulkano tidak sama. Pada setiap vulkano
dapat diamati periode silih berganti dari masa aktivitas tinggi dan masa aktivitas
rendah. Aktivitas suatu vulkano kadang-kadang secara bertahap bertambah besar
dan lalu secara perlahan-lahan sirna, sementar itu tiba-tiba terjadi suatu ledakan
dahsyat yang berbahaya.
Produk-produk erupsi ada yang berbentuk cair, padat dan gas. Produk
yang berbentuk padat terdiri dari abu, pasir, lapili dan bom vulkanis. Debu
vulkanis terdiri dari partikel-partikel massa mineral yang halus yang terbentuk
akibat penghancuran batu-batu yang membentuk dinding-dinding leher vulkano
dan juga akibat perubahan bentuk dari lava. Ukuran dari partikel-partikel ini
berkisar dari pecahan beberapa milimeter. Partikel-partikel yang pecahannya sama
dengan butir-butir pasir disebut pasir volkanisnya. Partikel-partikel yang lebih
besar dari partikel pasir ini, yang ukurannya beberapa cm disebut lapili (batu
kecil).
mempunyai corak yang sama kecuali kalau terkikis kembali. Tetapi endapan
deluvial yang terdiri dari berbagai jenis batu-batu tidaklah sama.
b. Erosi
Jika terdapat suatu celah (alur atau lurah) pada sisi bukit, maka ke
situ akan banyak mengalir arus atau alur air. Erosi berlanjut secra lebih
intensif di dalam celah sisi bukit ini ketimbang tempat-tempat lainnya.
Dengan demikian celah sisi bukit ini akan semakin panjang hingga
mencapai puncak sisi bukit. Celah sisi bukit ini akhirnya melebar, sementara
bagian sebelah bawah sisi bukit semakin merata akibat bertumpuknya
kikisan-kikisan tanah yang terbawa arus air yang mengalir di celah sisi bukit
itu. Akhirnya terbentuklah lembah di sisi bukit di mana air mengalir dari
puncak bukit melalui lembah ini dan disebut Gully (selokan). Jadi Gully
adalah alur air mengalir melalui lembah di celah-celah sisi bukit. Setiap
bagian dari Gully (selokan) ini (bagian atas, tengah dan bawah) mempunyai
peristiwa geologis yang berbeda. Erosi (pengikisan) terjadi di bagian atas,
transportasi hasil pengikisan terjadi di bagian tengah dan pengendapan hasil
pengikisan terjadi di bagian bawah.
Tidak seperti air sungai, air tanah sangat padat dengan unsur-unsur mineral,
kadang-kadang mencapai kepadatan air garam.
Sifat kelarutan mineral atau batu-batu dalam air bervariasi. Mineral
yang mudah larut adalah batu garam, sodium karbonat dan sodium sulfat.
Itulah sebabnya endapan batu bergaram terdapat di daerah-daerah di mana
mereka terlindung oleh lapisan kedap air (tanah liat).
Keseluruhan rangkaian fenomena geologis yang berkaitan dengan
pelarutan sebagian dan erosi lapisan tanah dan batu dan pembentukan lubang-
lubang perembesan (pori) di dalamnya disebut Karst dan area dimana
fenomena ini berkembang disebut area karst. Ketika air bergerak di lapisan
batu, air mengikis lapisan-lapisan batu dalam perjalanan memotong jalur-jalur
air tadi, sehingga mempertinggi arus-arus bawah tanah dengan cabang-cabang
aliran. Sebagian dari arus-arus ini menerobos ke permukaan, dimana mereka
membuat mata air karst. Beberapa mata air karst bisa sangat tinggi tergantung
kepda lusanya area alimentasi dan besarnya curah hujan.
Jika suatu proses di mana air mengendapkan garam-garam berlangsung
dalam jangka waktu yang panjang, maka semua ruang akan terisi penuh dengan
unsur-unsur mineral penyemen. Dalam hal ini misalnya pasir-pasir berubah
menjadi batu-batu pasir, jalur-jalur rekahan pada lapisan tanah dan batu
tertutup dan terisi penuh oleh mineral sehingga terbentuklah jalur-jalur mineral
dalam jalur-jalur rekahan di lapisan batu-batu tersebut. Endapan-endapan dari
bijih-bijih (perak-timah hitam, tembaga, emas, besi, seng, timah hitam, dan
logam-logam lainnya) bisa terbentuk karena garam-garam yang larut di dalam
air tersebut bisa mengandung garam-garam logam.
Tetapi, ada sejumlah segi-segi tertentu dalam kehidupan geologis laut yang
membuat ia penting artinya bagi perikehidupan di muka bumi.
Lapisan batu-batu organik, yang terdapat sedikit pada endapan-endapan
daratan, merupakan endapan yang utama di antara endapan-endapan yang
terjadi di laut. Akumulasi endapan-endapan laut mengikuti keadaaan
permukaan wilayah tertentu, yang tergantung kepada relief dasar laut, garis
pantai dan faktor-faktor lainnya.
Gerak laut juga tergantung kepada tipe lapisan batu-batuan yang
dikandung daratan pantai. Lapisan batu lepas paling cepat berguguran. Daratan
pantai yang terdiri dari lapisan batu-batu pasir argillasius yang lepas, tidak
menghasilkan pecahan-pecahan kasar kalau ia dihantam gelombang, tetapi
pecahan-pecahan yang besar berakumulasi sepanjang daratan pantai yang
terdiri dari lapisan batu-batu keras.
Posisi batu di daratan pantai juga menentukan. Pengikisan berlangsung
dengan cepat jika lapisan-lapisan tersebut terletak curam menjorok ke daratan,
dan berlangsung lebih lambat jika ia terletak menjorok dengan landai ke arah
laut. Pengikisan berkurang pada lapisan-lapisan yang terletak horisontal karena
tingkap-tingkap atau teras-teras terbentuk padanya dan ini memperlemah
kekuatan gelombang. Ketika gelombang menghantam tebing pantai yang
curam secara bertubi-tubi, gelombang-gelombang membentuk lekukan
horisontal. Lapisan batu dan tanah yang terletak di atas lekukan-lekukan ini
secara bertahap melapuk dan akhirnya berguguran akibat berat mereka sendiri.
Dengan cara ini daratan pantai yang perlahan-lahan melandai dan
permukaannya yang datar disebut pantai (beach).
Tidak semua gerakan air laut bersifat destruktif. Materi-materi yang
terkikis mengendap di sepanjang pantai dan juga pada keseluruhan wilayah laut
dangkal. Pengendapan unsur-unsur yang besar pada lereng pantai yang amat
landai lama kelamaan sering menjadi pembentukan off-shore bars (bendungan
panjang di lepas pantai). Materi yang terbawa ke tempat tersebut tidak hanya
dihanyutkan lebih jauh oleh gelombang. Endapan-endapan ini berkembang
membentuk balokan-balokan panjang yang lebarnya 10–12 meter. Kadang-
kadang beberapa balokan-balokan panjang terletak sejajar satu sama lainnya.
Endapan-endapan ini juga terdapat di dasar laut. Endapan-endapan dasar laut
59
Foto Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu,
dalam ruang lingkup atmosfer menggunakan kamera. Misalnya pemotretan
menggunakan pesawat terbang, heikopter, balon udara, drone/UAV, dan
wahana lainnnya. Keuntungannya, penggunaan foto udara menghasilkan
gambar/citra yang lebih detail (resolusi sekitar 15cm), tidak terkendala awan,
karena pengoperasiaannya pada ketinggian di bawah awan. Kelemahannya,
foto udara terdiri dari kumpulan scene kecil yang banyak, terlebih lagi untuk
pemotretan dengan area yang sangat luas. Pengoperasian foto udara juga sangat
tergantung dari cuaca, seperti faktor angin. Misalnya untuk penggunaan UAV,
hasil foto udara kurang bagus jika tiupan angin terlalu kencang, karena hasil
pemotretan kurang stabil. Kelemahan yang lain, foto udara harus dibarengi
dengan pengambilan GCP (Ground Control Point di Lapangan) untuk
melakukan korekasi geometrik (orthorectification), karena kalau tidak, bisa
dipastikan keakuratan geometrik akan sangat rendah. Dari segi biaya, foto
udara jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan citra satelit, karena banyak
hal yang diperlukan, seperti biaya operasional pesawat, izin penerbangan
(misal untuk pesawat terbang, helikopter), biaya personil ke lapangan
(pengambilan titik koordiant GCP ataupun pengoperasion pesawat), dan lain-
lain.
Citra Satelit atau citra pengliatan jauh merupakan pemotretan suatu
daerah menggunakan wahana satelit yang dioperasikan dari ruang angkasa.
Saat, ini citra satelit resolusi tinggi memiliki resolusi spasial 50 cm (hasil
resampling), seperti citra GeoEye-1, WordView-2, WorldView-1, dan Pleiades.
Hasil foto satelit tidak sedetail jika dibandingkan dengan foto udara.
Keuntungan dari citra satelit, biaya secara umum jauh lebih murah
dibandingkan dengan foto udara, tingkat akurasi geometrik lebih baik,
meskipun tanpa menggunakan titik ikat dari lapangan (GCP). Untuk area yang
luas, citra satelit tidak memerlukan scene yang banyak, karena ukuran scene
pada citra satelit sangat luas, sehingga tidak perlu melakukan mosaicking yang
ribet. Band yang dihasilkan dari foto satelit sangat bervariasi. Sebagai contoh
WorldView-2 memiliki 8 band. Hal ini sangat memudahkan pemakaian untuk
interpretasi lebih lanjut, seperti membedakan vegetasi, palm counting, dan lain-
lain. Kekurangan dari penggunaan citra satelit adalah penggunaannya sangat
61
tergantung cuaca, seperti hujan, awan, dan kabut. Karena pengoperasian dari
luar angkasa, pemotretan masih belum bisa menembus awan. Senhingga, untuk
daerah yang intensitas hujannya tinggi, atau selalu diliputi kabut, akan susah
untuk mendapatkan data citra satelitnya.
2.6.2.2 Seismik
Pada pengukuran geofisis sering terdapat perbedaan antara nilai-nilai
yang ditentukan terhadap material tertentu (di laboratorium) dan terhadap massa
(di lapangan). Sebuah pelaksanaan mengenai hal ini adalah pengukuran
kecepatan seismik (sonik). Apabila jumlah diatas dan patahan bertambah pada
suatu massa satuan, maka kecepatan seismik melalui masa tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan melalui material. Semakin banyak diaklas kita
temukan dalam masa batuan, maka semakin besar pula kemungkinan untuk
mendapatkan batuan disebuah tempat penggalian dengan bantuan metode
mekanik daripada menggunakan bahan peledak. Dengan bantuan pengukuran
kecepatan secara seismik, kita dapat menentukan apakah suatu masa batuan itu
“tersayatkan” (rippable) atau tidak. Beberapa metode seismik di permukaan
bumi:
1. Refraksi seismik
Prinsip
Variasi vertikal dan horisontal dalam bawah tanah dari rambatan gelombang kejut
kita amati melalui perubahan dalam lama perjalanannya.
Jenis petunjuk
Struktur bawah tanah, kecepatan rambat gelombang seismik untuk berbagai satuan
dalam bawah tanah. Permukaan air tanah kita catat sebagai perbandingan kecepatan
antara massa jenuh dan massa tidak jenuh.
Penggunaan
Penentuan struktur geologis, ketebalan lapisan penutup. Penentuan sifat batuan dan
lapisan penutup (tanah), misalnya porositas, diskontinuitas, stastisitas, kadar zat cair.
Pada prinsipnya, semua jangkauan kedalaman adalah mungkin. Hasil yang dicapai
lebih cermat, namun tekniknya lebih mahal dibanding metode hambatan elektrik.
2. Refleksi seismik
Prinsip
62
Gelombang sonik yang dihasilkan dekat permukaan air direfleksikan oleh dasar laut,
dasar sungai, atau dasar danau, dan bidang pemisah dalam lapisan geologi yang
terletak dibawahnya.
Jenis petunjuk
Lokasi dasar dan bidang pemisah antara lapisan di bawah dasar. Kecepatan rambat
gelombang seismik pada material geologis di bawah lapisan dasar.
Penggunaan
Pemetaan dasar laut, dasar sungai, dasar danau, dan struktur geologis yang terletak
dibawahnya.
2.6.2.3. Georadar
Metoda ini merupakan cara yang paling cepat untuk membuat
penempang bawah permukaan. Metoda ini akan mendeteksi kondisi bawah
permukaan dengan cara memancarkan spectrum/gelombang electromagnetis ke
formasi tanah/batuan yang kemudian akan diterima oleh alat receiver yang
diseret dibelakang alat pemancarnya (transmitter). Dari hasil pengujian
diperoleh profil intasan dan dapat langsung diinterpretasikan di lapngan.
Kenampakan yang dapat dengan mudah dideteksi, antara lain: Jenis dan
perlapisan tanah/batuan, adanya ruang kosong (lubang) di bawah tanah, sisa-
sisa pondasi, ketebalan lapisan aspal.
Georadar (GPR), kadang-kadang disebut penyelidikan radar tanah,
georadar, radar tanah, georadar echo atau “georadar” adalah teknik geofisika
eksplorasi bawah permukaan non-invasif menggunakan gelombang
elektromagnetik untuk karakterisasi dan pemantauan. Hal ini banyak
digunakan untuk menemukan obyek terpendam, karakterisasi dan pemantauan
lingkungan, pertanian, penyelidikan arkeologi, forensik dan deteksi dan
karakterisasi persenjataan, air tanah, infrastruktur jalan dan ranjau darat,
pertambangan, dampak es, deteksi gua dan terowongan, lubang, pengendapan,
karst dan berbagai aplikasi lainnya. Hal ini dapat dioperasikan dari permukaan
dengan tangan, kendaraan ataupun pesawatt. Georadar memiliki resolusi
tertinggi dari semua metode geofisika untuk pencitraan bawah permukaan
dengan resolusi sampai skala centimeter.
Resolusi dikendalikan oleh panjang gelombang propagasi gelombang
elektromagnetik dalam tanah. Resolusi meningkat seiring dengan
63
2.6.2.4. Geolistrik
Air tanah yang merupakan salah satu sumber akan kebutuhan air bagi
kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kebutuhannya pun terus meningkat
sehingga pencarian untuk mendapatkan sumber air tanah tersebut ikut
berkembang seiring berkembangnya zaman dan penerapan Geofisika yang
semakin maju.
Dalam usaha untuk mendapatkan susunan mengenai lapisan bumi,
kegiatan penyelidikan melalui permukaan tanah atau bawah tanah haruslah
dilakukan agar bisa diketahui ada tidaknya lapisan pembawa air (akuifer).
Ketebalan dan kedalamannya serta untuk mengambil contoh air sehingga
diketahui bagaimana kualitas airnya. Meskipun penyelidikan air tanah tidak
dapat langsung diketahui, tetapi penyelidikan permukaan tanah adalah awal
penyelidikan yang cukup penting. Paling tidak dapat memberikan gambaran
mengenai lokasi dimana air tersebut.
Beberapa metode penyelidikan permukaan yang dapat dilakukan secara
geofisika adalah : Metode geologi, Metode Gravitasi, Metode Magnet, Metode
Seismik dan Metode Listrik. Dari metode – metode tersebut, secara geofisika,
metode listriklah yang paling banyak digunakan ditunjang dengan hasil yang
cukup baik.
64
2.6.2.5. Sondir
Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang
berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat
diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban yang didirikan
di atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum membangun pondasi tiang
66
pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan dari tes ini
nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus, serta
hambatan pelekat dari tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah
perlawanan geser dari tanah tersebut yang bekerja pada selubung bikonus alat
sondir dalam gaya per satuan panjang.
2.6.2.6 SPT
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam
tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah
sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan
berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m.
Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150
mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan,
sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga
dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT
(dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).
2.7. Geohidrologi
2.7.1. Teori Dasar
2.7.3. Akuifer
dengan kecepatan melalui material. Semakin banyak diaklas kita temukan dalam
masa batuan, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan batuan
disebuah tempat penggalian dengan bantuan metode mekanik daripada
menggunakan bahan peledak. Dengan bantuan pengukuran kecepatan secara
seismik, kita dapat menentukan apakah suatu masa batuan itu “tersayatkan”
(rippable) atau tidak. Beberapa metode seismik di permukaan bumi.
Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup
lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.
Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang
merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard
di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah
di sumur dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah
bebas adalah batas antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi
(tak jenuh) di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic
aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer (Wuryantoro, 2007).
Gambar 2.24. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan
kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan
atmosfer. Air yang mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined
aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan
bawahnya.
70
elevasi pada peta topografi. Sebuah peta topografi adalah representasi grafis
secara rinci dan akurat mengenai keadaan alam di suatu daratan.
Peta merupakan gambaran dua dimensi dari suatu obyek yang dilihat dari
atas yang ukurannya direduksi. Hakekat dari interpretasi peta topografi adalah
sebagai pelengkap ilmu geologi dengan latihan teknik penafsiran geologi melalui
peta topografi.
Pengertian dari peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk
penyebaran dan ukuran dari roman muka bumi yang kurang lebih sesuai dengan
daerah yang sebenarnya.
Unsur-unsur yang penting terdapat dalam suatu peta topografi meliputi :
1. Relief
Adalah beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi rendah
suatu daerah serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi menunjukkan perbedaan
tinggi rendahnya permukaan bumi.
Sebagai contoh :
bukit
lembah
daratan
lereng
pegunungan
Relief terjadi antara lain karena perbedaan resistensi antara batuan terhadap
proses erosi dan pelapukan (eksogen) juga dipengaruhi gejala-gejala asal dalam
(endogen) perlipatan, patahan, kegiatan gunung api dan sebagainya. Dalam peta
topografi penggambaran relief dengan :
Garis hachures
Yaitu garis-garis lurus yang ditarik dari titik tertinggi ke arah titik yang
lebih rendah disekitarnya dan ditarik searah dengan lereng. Semakin curam
lerengnya maka semakin rapat pula garisnya sebaliknya garis akan renggang jika
reliefnya landai.
73
Shading (bayangan)
Tinting (pewarnaan)
Kontur
2. Drainage
bentuk (shape)
ukuran (size)
penyebarannya/distrubusi
3. Culture
Yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia. Misalnya perkampungan, jalan,
persawahan dan sebagainya. Culture membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada
74
umumnya pada peta topografi, relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage
dengan warna biru dan culture dengan warna hitam.
4. Kelengkapan Peta Topografi
Pada peta topografi yang baik harus terdapat unsur/keterangan yang dapat
digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran, yaitu :
a. Skala
Merupakan perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak pada peta.
Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan jarak-jarak
horisontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai dalam peta topografi.
1. Representative Fraction Scale (Skala R.F.)
Ditunjukkan dengan bilangan pecahan. Contohnya 1 : 10.000. Artinya 1 cm di
dalam peta sama dengan 10.000 cm di lapangan (sama dengan 100 meter di lapangan).
Kelemahan dari skala ini bila peta mengalami pemuaian/penciutan maka skala tidak
berlaku lagi.
2. Graphic Scale
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya dengan jarak dalam peta,
yang ditunjukkan dengan sepotong garis. Contohnya:
0 300 m
Skala ini adalah paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian maupun penciutan
dari peta.
3. Verbal Scale
Dinyatakan dengan ukuran panjang. Contohnya 1 cm = 10 km ato 1 cm = 5 km.
Skala ini hampir sama dengan skala R.F.
Dari ketiga macam skala tersebut di atas, yang umum/paling banyak digunakan
dalam peta geologi atau topografi adalah kombinasi skala grafis dan skala R.F.
6. Coverage diagram.
Adalah diagram yang meunjukkan bagaimana peta yang dibuat dan
bagaimana cara memperoleh data. Kalau dalam satu lembar peta dibuat dengan satu
cara, maka biasanya hanya berupa tulisan.
7. Indeks administrasi.
Adalah batas administrasi dari daerah yang dipetakan .
8. Edisi peta
Menunjukkan tahun pembuatan peta.
9. Lain-lain.
a). Grafik konversi ukuran panjang.
b). Glosari (istilah pada peta).
c). Sistem proyeksi yang dipakai.
d). Tergantung kepentingan
Kontak gradasi
Sesar mendatar
Sesar naik
Antiklin membalik
Foliasi mendatar
Sejajar foliasi
Cleavage mendatar
Penambangan/cadangan
Pasir, kerakal, dan lubang lempung
Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana pada salah satu lereng
bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal,
maka ditafsirkan kemiringan (arah “dip”) lapisan tersebut ke arah bermorfologi
lereng yang landai, morfologi yang demikian dikenal sebagai Hog back.
Apabila ada suatu punggungan perbukitan dengan arah dan jalur yang sama,
namun pada bagian tertentu terpisahkan oleh suatu lembah (biasanya juga
berkembang aliran sungai) atau posisi jalur punggungannya nampak bergeser,
maka dapat ditafsirkan di daerah tersebut telah mengalami pensesaran dan
fenomena tersebut umumnya terjadiakibat sesar mendatar, sesar normal atau
kombinasi keduannya.
Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana punggungan bukitnya
saling sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai, maka kemungkinan daerah
tersebut merupakan perbukitan struktural lipatan-anjakan.
Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan penyusunnya dapat
berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai kemiringan bidang
lapisan relatif horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa umur batuan
masih muda dan relatif belum mengalami derformasi akibat tektonik (lipatan
dan sesar belum berkembang).
d. Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu
dalam menafsirkan batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya :
Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di daerah
tersebut sudah mengalami pelipatan.
Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah mengalami
proses pensesaran.
Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak
berkembang kekar.
Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif seragam.
Dsb.