Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian
untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum
didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya
dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977
dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977. Menurut defenisi
klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara
alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang
tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam
dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan
umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentukgeometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang
termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi,
mineral mempunyai ruang lingkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang
ada di alam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah
satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian
atau perubahan sisa-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan
kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat
yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik
biasanya tidak termasuk). Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang mineral. Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifatsifat mineral, pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Kajian tentang genesa mineral membahas persoalan mineralisasi dari suatu endapan
bijih yang terdapat di alam. Setiap mineral memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan antara setiap mineral yang bisa didasarkan pada properti setiap mineral.

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut.
1. Apa pengertian Mineral?
2. Bagaimana membedakan setiap mineral melalui propertinya?
3. Apa perbedaan warna dan gores pada mineral?
4. Bagaimana menentukan kekerasan dari suatu mineral?
5. Bagaimana berat jenis dari suatu mineral?
6. Apa saja special properti dari suatu mineral?
I.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Endapan Mineral.
2. Alat pembelajaran bagi mahasisiwa Geofisika tentang Mineral Properti.
3. Untuk mengenali dan mengetahui setiap mineral melalui propertinya di kalangan
mahasiswa Geofisika.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang
khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat
menjelma dalam bentuk geometris tertentu.
Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk
mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa
mineral ialah satu frasa yang terdapat dalam alam. Sebagaimana kita ketahui ada
mineral yang berbentuk :
1. Lempeng
2. Tiang
3. Limas
4. Kubus
Batu permata merupakan campuran dari unsur-unsur mineral. Setiap mineral yang
dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang
khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal).
Ada mineral dalam keadaan amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan
susunan kristal sendiri (mis kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus
hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.
II.2 Kristal
Kristal adalah sebuah benda yang homogen, berbentuk sangat geometris dan atomatomnya tersusun dalam sebuah kisi-kisi kristal, karena bangunan kisi-kisi kristal
tersebut berbeda-beda maka sifatnya juga berlainan. Kristal dapat terbentuk dalam
alam (mineral) atau di laboratorium.
Kristal artinya mempunyai bentuk yang agak setangkup (simetris) dan yang pada
banyak sisinya terbatas oleh bidang datar, sehingga memberi bangin yang tersendiri
sifatnya kepada mineral yang bersangkutan.

Benda padat yang terdiri dari atom-atom yang tersusun rapi dikatakan mempunyai
struktur kristalen. Dalam suasana yang baik benda kristalen dapat mempunyai batas
bidang rata-rata & benda itu dinamakan kristal (hablur) & bidang rata itu disebut
muka kristal.
Ada 32 macam gelas kristal yang dipersatukan dalam 6 sistem kristal, yaitu:
1. REGULER, Kubus atau ISOMETRIK ketiga poros sama panjang dan
berpotongan tegak lurus satu sama lain (contoh : intan, pirit, garam batu).
2. TETRAGONAL (berbintang empat) ketiga poros tegak lurus satu sama lain, dua
poros sama panjang sedangkan poros ketiga berbeda (contoh chalkopirit, rutil,
zircon).
3. HEKSAGONAL (berbintang enam) Hablur ini mempunyai empat poros, tiga
poros sama panjang dan terletak dalam satu bidang, bersilangdengan sudut 120
derajat (60 derajat), tetapi poros ke-empat tegak lurus atas bidang itu dan
panjangnya berbeda (contoh apalit, beryl, korundum).
4. ORTOROMBIS (irisan wajik) ketiga poros tidak sama panjang du poros
berpotongan siku-siku dan poros ketiga memotong miring bidang kedua poros tadi
(berit, belerang, topaz)
5. MONOKLIN (miring sebelah) ketiga poros tidak sama panjang, dua dari porosnya
berpotongan sorong & poros ketiga tegak lurus atas kedua poros tadi (gips,
muskovit, augit).
6. TRIKLIN (miring, ketiga arah) ketiga poros tidak sama panjang dan berpotongan
serong satu sama lain (albit, anortit, distin).
Bentuk kristal dibagi dalam 6 tata hablur yang didasarkan:
1. Perbandingan panjang poros poros hablur.
2. Besarnya sudut persilangan poros poros hablur.
II.3 Gores
Mineral streak atau cerat pada batuan mineral bisa digunakan untuk membedakan
dua jenis mineral yang warnanya tampak sama tetapi warna ceratnya (warna dalam
keadaan menjadi bubuk) berbeda seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Gores dan Warna yang berbeda


Mineral yang mempunyai kekerasan < 7 jika digosokkan pada lempengan porselin
yang kasar biasanya meninggalkan di tempat penggosokan tersebut suatu garis yang
karakteristik dan seringkali berwarna lain dari mineral itu sendiri.
Mineral-mineral yang transparan dan translusen dengan kilap bukan logam
mempunyai gores lebih tenang dibandingkan dengan warnanya, sedangkan mineralmineral dengan kilap logam sering kali menunjukkan warna gores yang lebih gelap.
Mineral-mineral oksida, sulfida, karbonat, phosphat, arsenat dan sulfat juga
mempunyai goresan yang khas. Mineral-mineral yang transparan dan translusen
dengan kilap bukan logam mempunyai gores lebih tenang dibandingkan dengan
warnanya, sedangkan mineral-mineral dengan kilap logam sering kali menunjukkan
warna gores yang lebih gelap. Beberapa mineral yang berlainan warnanya tetapi
memiliki warna gores yang sama, misalnya hematirt dan galena (perhatikan gambar
berikut).

Gambar 2.2 Hematite memiliki warna gores abu-abu.


5

Gambar 2.3 Warna gores galena adalah abu-abu.

Gambar 2.4 Pirit memiliki warna gores hitam.

Gambar 2.5 Emas memiliki warna gores kuning.

II.4 Kilap
Kilap merupakan sifat optik dari mineral yang berhubungan dengan refleksi dan
refraksi. Kilap sebagai hasil pantulan cahaya dari permukaan mineral. Intensitas dari
kilap sebenarnya merupakan kuantitas cahaya dan pada umumnya tergantung pada
besarnya indeks refraksi mineral.
Kilap pada mineral dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kilap logam, kilap sub logam,
dan kilap bukan logam.
1. Kilap logam (metalic luster) adalah kilap yang dihasilkan dari mineral-mineral
logam seperti gambar berikut ini.

Gambar 2.6 Kilap logam pada mineral bersifat opaque.


2. Kilap sub logam (sub metalic luster) terdapat pada mineral-mineral semi opak
sampai opak atau kilap yang dihasilkan dari mineral hasil alterasi.

Gambar 2.7 Kilap sublogam pada mineral bixbyte (oksida Fe-Mn).


3. Kilap bukan logam biasanya terlihat pada mineral-mineral yang berwarna
muda. Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Kilap kaca, gipsum yang tampak cemerlang.
b. Kilap intan, sangat cemerlang seperti berlian, seperti ditunjukkan pada
gambar mineral topaz.
c. Kilap damar, kilap seperti damar, seperti pada mineral amber yang
memiliki kombinasi warna kuning dan coklat.
d. Kilap lemak, kilap seperti lemak, seakan-akan berlapis dengan lemak.
e. Kilap sutera, kilap seperti sutera, biasanya terdapat pada mineral-mineral
yang menyerat misalnya artinite.
f. Kilap mutiara, kilap seperti mutiara, biasanya terdapat pada bidangbidang belah dasar dari suatu kristal mineral.
g. Kilap tanah, kilap yang biasanya terlihat pada mineral-mineral yang
kompak.
h. Kilap lilin.
II.5 Kekerasan
Skala kekerasan mineral Mohs didasarkan pada kemampuan satu sampel materi
alami untuk menggores materi yang lain. Sampel materi yang digunakan Mohs
adalah semua mineral. Mineral adalah zat murni yang ditemukan di alam sekitar.

Batuan terbuat dari satu atau beberapa mineral. Sebagai zat alami terkeras yang
pernah ada ketika skala ini dibuat, intan ditempatkan di puncak skala. Kekerasan
bahan diukur terhadap skala ini dengan menemukan bahan terkeras yang dapat
menggores suatu bahan lunak atau sebaliknya. Misalnya, jika beberapa bahan mampu
digores oleh apatit, namun tidak dengan fluorit, maka kekerasannya pada skala Mohs
dapat menempati nilai 4 dan 5.
Skala Mohs adalah skala ordinal murni. Misalnya, korundum (9) dua kali lebih keras
daripada topaz (8), namun intan (10) hampir empat kali lebih keras daripada
korundum. Tabel di bawah memperlihatkan perbandingan dengan kekerasan absolut
yang diukur menggunakan sklerometer dengan contoh gambar.

Tabel 2.1 Kekerasan absolut yang diukur menggunakan sklerometer.

Pada skala Mohs, grafit (bagian utama dari "ujung" pensil) memiliki tingkat
kekerasan 1,5; kuku 2,22,5; koin tembaga 3,23,5; pisau saku 5,1; badan pisau 5,5;
kaca jendela 5,5; dan file 6,5. Sebuah pelat garis (porselen non-kaca) memiliki
tingkat kekerasan 7,0. Penggunaan bahan-bahan biasa dengan kekerasan yang sudah
diketahui dapat menjadi cara sederhana untuk memperkirakan posisi suatu mineral
pada skala ini.

Tabel 2.2 Alat Penguji Kekerasan.


Setiap mineral yang berbeda memiliki skala kekerasan tersendiri seperti pada table
berikut.

Tabel 2.3 Daftar mineral dan skala Mohsnya.

10

II.6 Warna
Warna mineral adalah warna yang bisa ditangkap oleh mata bilamana mineral
tersebut terkena sinar. Warna ini penting untuk membedakan antara warna yag
disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama
pada mineral tersebut. Bayak mineral yang dinamakan berdasarkan warna.
Misalnya warna asli dari elemen-elemen utama pada mineral (idiochromatis), yaitu
warna yang tetap dan khas. Contoh mineral tersebut adalah azurite biru, malachite
hijau, erythrite merah-ungu, dan lain sebagainya.
Minaral memiliki warna yang tidak tetap atau berubah-ubah dikarenakan adanya
pengotoran (allochromatis), hal ini disebabkan kehadiran zat warna (pigmen),
terkurungnya sesuatu benda (inclusion) atau kehadiran zat campuran (Impurities).
Impurities adalah unsur-unsur yang antara lain terdiri dari Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni,
Cu.
Di sini warna merupakan sifat pembawaan disebabkan karena ada sesuatu zat dalam
permata sebagai biang warna (pigment agent) yang merupakan mineral-mineral
yaitu: belerang warnanya kuning; malakit warnanya hijau; azurite warnanya
biru; pirit warnanya kuning; magatit warnanya hitam; augit warnanya
hijau; gutit warnanya kuning hingga coklat; hematite warnanya merah dsbnya.
Mineral-mineral yang memiliki warna tersendiri sebagai berikut.

Gambar 2.8 Azurite Biru


11

Gambar 2.9 Malachite Hijau.


II.7 Bidang Belahan
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atomatomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang
dimiliki oleh suatu mineral. Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk
membelah diri pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat
fisik mineral yang mampu membelah yang bila mineral kita pukul dan tidak hancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin (Graha, 1987).
Kecenderungan mineral untuk pecah/belah di sepanjang permukaan planar datar
sesuai dengan sistem struktur kristal. Permukaan dua dimensi ini dikenal sebagai
bidang belah dan disebabkan oleh kelurusan ikatan yang lebih lemah antara atom di
dalam kisi kristal. Bidang belah dibedakan dari bidang patah dengan menjadi halus
dan biasanya memiliki permukaan reflektif (Graha, 1987).
Mineral cleavage atau belahan mineral adalah sifat fisik dari batuan mineral yang
mampu membelah disebabkan tekanan dari luar atau hantaman benda-benda keras
seperti contohnya terkena pukulan palu. Belahan ini akan terjadi jika mineral saat
dipukul tidak hancur melainkan terbelah-belah mengikuti bidang belah yang licin
(Graha, 1987).
Tenaga pengikat atom di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh
sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan

12

cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka
belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).
Tidak semua mineral memiliki sifat belahan (clavage) ini, sehingga dipakai istilah
mudah dibelah, sukar dibelah, atau tidak dapat dibelah. Mineral-mineral yang
mempunyai belahan yang baik adalah (Danisworo, 1994):
1. Muskovit dan biotit mempunyai belahan satu arah yang dapat terbelah menjadi
lempengan-lempengan tipis.

Gambar 2.10 A. Muskovit dan B. Biotit


2. Fedlspar dan piroksen jenis augit yang mempunyai belahan dua arah yang saling
tegak lurus.

Gambar 2.9 A. Feldspar dan B. Piroksen

13

3. Hornblende (actinolite) mempunyai belahan dua arah yang membentuk sudut


124.

Gambar 2.10 Hornblende


4. Halit (NaCl) mempunyai belahan tiga arah yang saling tegak lurus.

Gambar 2.11 Halcit ( NaCl )


5. Klasit mempunyai belahan tiga arah tetapi tidak saling tegak lurus.

Gambar 2.12 Klasit


Cleavage dapat dibagi berdasarkan baik/bagus tidaknya permukaan bidangnya
sebagai berikut (Sudrajat, 1984):

14

1. Sempurna Menghasilkan permukaan yang halus dan bila bidang belahan sangat
rata misalnya mika.
2. Baik Menghasilkan bidang yang tidak halus dengan bidang belahan rata
misalnya piroksen.
3. Jelas Bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata.
4. Tak Jelas - Membelah melalui bidang belahan melalui permukaan pecahan
kesegala arah.
II.8 Fracture
Fracture merupakan suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu mineral
dan umumnya tidak teratur, disebabkan suatu mineral mendapat tekanan yang
melebihi batas-batas elastis dan plastisnya. Pecahan adalah kecenderungan mineral
untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya.
Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral
apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar
ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).

Tabel 2.4 Macam-macam pecahan mineral.

15

II.9 Bentuk Kristal


Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal
disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas
disebut amorf (Danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
1. Bangun kubus

: galena, pirit.

2. Bangun pimatik

: piroksen, ampibole.

3. Bangun doecahedon

: garnet

4. Mineral amorf

: chert, flint.

Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan Kristal sering


mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan
kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk Kristal yang khas,
baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut
disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut
(Isbandi, 1987):
1. Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran
butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat
dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula
pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
2. Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma
tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous
atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi:
struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
3. Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individuindividu mineral pipih disebut struktur tabuler, contoh mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.

16

4. Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda


lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat
hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila
dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan
terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang
merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan
kristalnya didalam. Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan
padat yang terdiri dari mineral dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita
contohkan suatu cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit.
Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan bergerak bebas
dan tidak terikat satu dengan lainnya. Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka
kebebasan bergeraknya akan berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat
dan berkelompok untuk membentuk persenyawaan Natrium Chlorida. Dengan
semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin, kelompok tersebut semakin
tumbuh membesar dan membentuk mineral Halit yang padat (Isbandi, 1987).
Mineral kuarsa, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya
pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut
masih tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur
kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam. Tidak
perduli apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang
sempurna, bagian dari prisma segi enam dan besarnya sudut antara bidang-bidangnya
akan tetap dapat dikenali. Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang
segi-delapan atau oktahedron dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih,
meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut keduanya terdiri
dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom
karbonnya yang berbeda. Pada tabel 2.5 diperlihatkan bentuk bentuk kristal
Isometrik dan Non-Isometrik (Graha, 1987).

17

Tabel 2.5 Bentuk-Bentuk Kristal Isometrik dan Non Isometrik.

18

II.10 Berat Jenis (BD)


Untuk mengetahui mineral yang belum diketahui BD-nya dipakai alat yang disebut
cairan berat :
1. Pertama : Bromoform (ChBr)
2. Kedua : Joodmethylin (Ch2 J2)
3. Ketiga : Cclerici yaitu larutan Thallium malonat formiat
a. Mineral dengan BD < 2,68 mineral ringan
1. kwarsa: 2,57
2. albit: 2,62
3. oligoklas: 2,64
b. Mineral dengan BD > 2,68 mineral berat
1. Labradorit: 2,70
2. Anortit: 2,76
3. Augit hornblende: 3,20
4. Maskotit: 2,90
5. Biotitit: 3,00
6. Korundum: 3,20
7. Turmalin
c. Mineral dengan BD 3,3 4 mineral amat berat
1. olifin
2. starolit
3. granat / garnet
d. Mineral dengan BD > 4 dan kekerasan = 7
Zirkon
e. BD = 2,65 Mineral tergolong dalam fraksi enteng dan bias rangkapnya tergolong
rendah yaitu terdiri dari
1. Kuarsa kristalen; bergkristal (tidak berwarna); amathis atau kecubung
2. opal = sebetulnya gel asam kersik
3. chalsedon; jenis kristalnya jenis kripto (kwarsa kripto kristalen); k = 7;
struktur kristalnya baru tampak jika dilihat dengan menggunakan mikroskop.
4. agat; jenis kristalnya jenis kripto (kwarsa kripto kristalen) = k = 7; struktur
kristalnya baru tampak jika dilihat dengan menggunakan mikroskop
19

5. Oniks, jenis kristalnya jenis kripto (kwarsa kripto kristalen) = k = 7; struktur


kristalnya baru tampak jika dilihat dengan menggunakan mikroskop
6. jaspis
7. besi kersik
8. opal tanggung (half opal) = sifat membelah tidak ada pecahannya berupa
kerang.
f. BD = 2,9 3,3
Nefrit = Jade = Giok {Ca2 (Mg, Fe)5 (OH)2Si8O22} aktinolit atau Amfibol
kalsium magnesium besi; bentuk menyerabut atau asbes tiform; warna kelabu,
kehijau-hijauan atau kekuning-kuningan; adanya garis kembar; warna plagioklas
putih, kadang kadang kehijau-hijauan, hijau tua, coklat, hitam, kadang-kadang
tembus pandang (transparan), tembus cahaya (Translucent) atau opal; bidang
belah berpotongan dengan sudut 550 dan 1250 ; K = 5 6; apabila dipanaskan
mengeluarkan air yang menunjukkan bahwa ia terbentuk dalam suasana hidro
(perhatikan adanya gugusan OH) atau dikenal sebagai AMFIBOL.
g. BD = 3,3 3,6
Epidot ( H2 M4 M6 Si6O26, M); dari batu-batuan endapan atau sedimen
yang lebih tua; k = 6,5; Hijau- hijau kekuning-kuningan, terdapat jenis yang
berwarna merah; belahan baik; mengristal monoklin, prisma; bias cahaya dan
bias rangkap kuat.
h. BD = 3,5 5,3
Granat/Garnet (M3 M2 SiO3O12); dari batuan sedimen tua; kristal reguler;
bias cahaya keras, tidak berbias rangkap (Isotrop); K = 7; belahan baik; warna
merah, merah coklat, kuning dan hijau jarang, tidak berwarna sama sekali.
i. BD = 4
1. Korundum (Al2O3) tersusun sangat padat; tak berwarna bermacam-macam
warna; K = 9; Oktahedron/Hexagonal; Bias tinggi; Bias rangkapnya rendah.
(3,9 4,1)

20

2. Spinel (M = Mg, Zr, Fe; M = Cr, Al, Mn); hijau tua; K = 7,5 8; Biasnya
tinggi, Mengkristal secara reguler; bersifat isotrop dalam optiknya;
belahannya seringkali buruk
j. BD = 4,2
1. Ortit termasuk golongan Epidot hanya dalam persenyawaannya berbeda
disebabkan kadar Ce yang tinggi; K= 5,6; merah coklat, coklat merah tua
kuning atau coklat kuning; kristal gemuk seperti prisma;
2. Turmalin {H9Al3(B.OH)2Si4O19}; K= 7; Heksagonal, belahan buruk, Bias
sedang; Pleokroisnya sangat kuat; jernis seperti air, Coklat biru sampai hitam,
turmalin biru agak jarang diketemukan.
Tiap-tiap batu permata yang sudah dikenal berat jenisnya dapat diketahui nilai keras
batu, dari berat batu dapatlah dihitung karat dari permata tersebut. Karat adalah
satuan berat yang setimbang dengan seperlima gram. Satuan ini disebut karat metrik.
Jika kita timbang berat intan, tidak dikatakan berat intan 1 gram tetapi berat intan
adalah 5 karat, demikian yang lain batu rubi beratnya 17,8 karat, batu sapphire 7 karat
dsbnya.
II.11 Spesial Properti
a. Mineral magnetik
Beberapa mineral dapat tertarik oleh magnet. Untuk menguji kemagnetan mineral,
kita hanya menempatkan magnet dan mineral bersama-sama dan melihat apakah
mereka saling tarik - menarik. Magnetit adalah satu-satunya mineral umum yang
memiliki kemagnetan yang tinggi.
Mineral magnetit tersusun oleh ion ferric (Fe3+) dan ferrous (Fe2+) dengan
perbandingan 2:1 dengan komposisi kimianya dapat dinyatakan Fe3O4(FeO.Fe2O3).
Magnetit memiliki kristal spinel invers (AB2O4) yang terdiri dari sebagian ion Fe3+
membentuk sisi tetrahedral. Magnetit juga bersifat ferimagnetik yang diakibatkan
oleh sepasang momen magnetik Fe2+ (Robb,2005).

21

b. Bias ganda
Semua mineral anisotropik menunjukkan gejala pembiasan ganda. Seperti pada
hexagonal, mineral Kalsit.
Jika sebuah mineral kalsit transparan diletakkan diatas satu titik,dan dilihat dari
atas,maka dua bayangan dari titik akan terlihat menembus kristal kalsit tersebut.
Ketika cahaya yang tidak terpolarisasi masuk kedalam kristal dari bawah,maka
cahaya itu akan terbagi menjadi 2 sinar terpolarisasi yang bergetar tegak lurus
masing-masing kedalam Kristal (Robb,2005).

Gambar 2.13 Ilustrasi proses pembiasan ganda yang ada pada beberapa jenis mineral.
c. Rasa
Rasa kadang-kadang menjadi karakteristik yang sangat baik dan kunci identifikasi
dalam beberapa kasus. Yang paling umum dilakukan iaalah "mencicipi" mineral
dari batu garam, tetapi ada beberapa mineral lainnya yang memiliki rasa yang khas
tersendiri.
Ketika mencicipi mineral, jangan menjilat langsung spesimen. Ada mineral yang
beracun, Disarankan bahwa penguji harus membasahi jari, kemudian letakkan jari
dalam keadaan basah pada spesimen kemudian cicipi rasa yg ada pada jari. Hal ini
memungkingkan kita dapat mengetahui rasa daripada spesimen tersebut.

22

Beberapa mineral memiliki rasa yang unik yang tidak dapat dijelaskan kecuali
secara umum, tetapi dengan praktek dapat diidentifikasi dengan mudah. Berikut
beberapa mineral yang bisa lebih larut dalam air dibandingkan mineral lain pada
umumnya (Robb,2005).
1. Borax ( basa manis)
2. Chalcanthite (sedikit beracun)
3. Epsomite (pahit)
4. Glauberite (pahit asin)
5. Halite (asin)
6. Hanksite (asin)
7. Melanterite (manis)
8. Sylvite (pahit)
9. Ulexite (bersifat alkali)
d. Reaksi dengan HCl
Beberapa mineral, terutama mineral karbonat, bereaksi terlihat dengan asam.
(Biasanya, larutan asam klorida [HCl] digunakan). Ketika setetes asam klorida
ditempatkan pada kalsit, gelembung atau muainya mudah untuk muncul.
Hanya setetes asam diperlukan untuk melihat apakah gelembung ada pada mineral.
Ketika Anda selesai melakukan pengujian, bersihkan larutan asam pada mineral
segera (Robb, 2005).

23

BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan
1. Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang
khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang
dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu. Untuk membedakan setiap
mineral, maka harus diketahui properti dari mineral tersebut.
2. Kristal adalah sebuah benda yang homogen, berbentuk sangat geometris dan
atom-atomnya tersusun dalam sebuah kisi-kisi kristal, karena bangunan kisi-kisi
kristal tersebut berbeda-beda maka sifatnya juga berlainan. Kristal dapat
terbentuk dalam alam (mineral) atau di laboratorium.
3. Mineral streak atau cerat pada batuan mineral bisa digunakan untuk membedakan
dua jenis mineral yang warnanya tampak sama tetapi warna ceratnya (warna
dalam keadaan menjadi bubuk).
4. Kekerasan bahan diukur terhadap skala ini dengan menemukan bahan terkeras
yang dapat menggores suatu bahan lunak atau sebaliknya. Misalnya, jika
beberapa bahan mampu digores oleh apatit, namun tidak dengan fluorit, maka
kekerasannya pada skala Mohs dapat menempati nilai 4 dan 5.
5. Warna mineral adalah warna yang bisa ditangkap oleh mata bilamana mineral
tersebut terkena sinar.
6. Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari
atom-atomnya.
7. Fracture merupakan suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu
mineral dan umumnya tidak teratur, disebabkan suatu mineral mendapat tekanan
yang melebihi batas-batas elastis dan plastisnya.
8. Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal
disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas
disebut amorf (Danisworo, 1994).

24

9. Untuk mengetahui mineral yang belum diketahui BD-nya dipakai alat yang
disebut cairan berat :
a. Pertama : Bromoform (ChBr)
b. Kedua : Joodmethylin (Ch2 J2)
c. Ketiga : Cclerici yaitu larutan Thallium malonat formiat
10. Spesial properti memiliki tinjauan dari segi :
a. Mineral magnetic.
b. Bias ganda.
c. Rasa.
d. Reaksi dengan HCl.
III.2 Saran
1. Diharapkan melalui makalah ini, para pembaca khususnya mahasiswa Geofisika
dapat mengetahui tentang Properti Mineral.
2. Melalui penjelasan dari penulis ini, dapat menambah wawasan bagi pembaca.

25

DAFTAR PUSTAKA
Danisworo, dkk. 1994. Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi. Yogyakarta:
UPN
Graha, Dodi S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Isbandi, Djoko. 1987, Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Robb, Laurence. 2005. Introduction to Ore Forming Process. London: Oxford University.
Sapiie, Benyamin dkk. 2006. Geologi Fisik. Bandung: ITB
Sudrajat. 1984. Mineralogi. Bandung: ITB
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_mineral diakses pada tanggal 21 Oktober 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Mohs diakses pada tanggal 21 Oktober 2016.
https://www.plengdut.com/geology diakses pada tanggal 21 Oktober 2016.
http://www.mineralogy4kids.org/mineral-properties diakses pada tanggal 21 Oktober
2016.

26

Anda mungkin juga menyukai