Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar
dari pada bagian daratan. Daratan merupakan bagian dari kulit bumi yang dapat
kita amati secara langsung, maka dapat dinyatakan bahwa daratan tersusun oleh
beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Batuan-batuan tersebut
digolongkan menjadi tiga jenis golongan yaitu batuan beku, batuan sediment dan
batuan metamorfosa/malihan, batuan ini adalah materi pembentukan dasar bumi,
dimana batuan sendiri adalah kumpulan dari mineral.
Mineral adalah zat padat anorganik yang terbentuk di alam secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang teratur, mineral
berasal dari bumi dan tidak bisa diproduksi oleh makhluk hidup, Mineral juga
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui. Mineral sering disebut
juga sebagai unsur pembentuk batuan selain sebaagai unsur pembentuk batuan,
mineral juga mempunyai peran penting bagi tubuh manusia yaitu sebagai nutrisi,
dalam konteks nutrisi, mineral dapat diartikan sebagai unsur kimia yang
dibutuhkan sebagai nutrisi esensial oleh mikroorganisme untuk melakukan fungsi
yang diperlukan untuk hidup. Tiap-tiap mineral mempunyai nama masing-masing,
pentuan nama-nama setiap mineral dapat dilakukan dengan cara membandingkan
sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya.
Sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi warna, kilap (luster), kekerasan
(hardness), gores (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur atau
bentuk kristal, berat mineral, jenis-jenis mkineral, sifat dalam mineral (tenacity)
dan kemagnetan.
Mineral terbagi menjadi dua yaitu mineral fisik dan mineral kimiawi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimana cara pembentukan mineral
2. Dapat mengetahui pembentukan mineral yang berasal dari larutan

Sistem Kristal Isometrik 1


3. Dapat mengetahui golongan-golongan berdasarkan kegunaannya
1.3 Alat dan Bahan
A. Alat
Peralatan yang di gunakan pada saat praktikum sebagai berikut :
1. Clipboard
2. Alat tulis lengkap
3. Pensil mekanik
4. Busur
5. mistar
B. Bahan
Adapun bahan yang di gunakan pada saat praktikum sebagai berikut :
1. LKS
2. Modul pratikum

Sistem Kristal Isometrik 2


BAB II
DASAR TEORI

Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos. Logos yang berarti
ilmuapabila digabungkan dengan mineral maka arti mineralogi adalah ilmu
tentangmineral. Mineralogi yaitu ilmu yang mempelajari segala
sesuatunya tentangmineral, baik sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia,
cara terjadinya, caraterdapatnya, dan kegunaannya. Mineral adalah senyawa
homogen anisotop yangterdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-
unsur kimiawi dalamperbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya
tersusun mengikuti suatupola yang sistematis (Badgley, 1959).
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik
yangterbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal
danrumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu
zatyang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat
homogen,memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang
mempunyaibentuk geometris tertentu (Sepie, 2006).
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian yaitu mineralogi fisik dan
mineralogikimiawi. Mineralogi fisik adalah yang mempelajari tentang sifat-sifat
dari suatumineral. Sedangkan mineralogi kimiawi adalah ilmu yang mempelajari
tentangsifat-sifat kimia dari suatu mineral (Ahmad, 2012).
Pengertian mineral menurut beberapa ahli yaitu pertama L.G. Berry dan
B. Mason, 1959 yang mengatakan bahwa mineral adalahsuatu benda padat
homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,mempunyai komposisi
kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atomyang tersusun secara
teratur. Kedua, D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 yang menyatakan bahwa
mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yanganorganik. Lalu, A.W.R.
Potter dan H. Robinson, 1977 menyatakan mineral adalah suatu bahan atau zat
yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentuatau dalam batas-batas dan
mempunyai sifat-sifat tetap dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

Sistem Kristal Isometrik 3


Dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral,  walaupun tidak
termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi
baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan
suatu ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat sebagai bahan alam,
mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur tunggal atau senyawa.
Definisi mineral kompilasi yaitu mineral adalah suatu bahan alam yang
mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal (Dana,
1984).
Berbagai unsur mineral terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum
semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineralesensial dan
nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses
fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan
organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk
komponen organ di dalam tubuh, mineral mikro yaitu minera lyang diperlukan
dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan
dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yangperannya
dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalamjaringan
sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ
tubuhmakhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan,
logamjuga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (Pellant, 1992).
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mi
neral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineralNon-
silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid,Karbonat,
Hidroksida dan Fospat. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya
beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral
tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-
formingminerals”, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan
mantel bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat yaitu
Silikat Oksida, Sulfida dan Karbonat dan Sulfat. Mengidentifikasi suatu mineral

Sistem Kristal Isometrik 4


merupakan salah satu cara agar kita dapat dengan jelas memberi nama mineral
tersebut (Noor, 2009).

3.2 Pembahasan
Dalam praktikum yang berjudul “Mineralogi Fisik” menjelaskan sifat
fisik mineral dan menjelaskan sifat-sifat mineral dari kemunculan pertama
hingga terbentuknya mineral tersebut, termasuk kekerasan Mohs. Skala Mohs
adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekerasan suatu mineral. Saat
itu, ahli geologi mengklasifikasikan kekerasan mineral menjadi 10 tingkatan
dengan mencari material terkeras yang dapat menggores material yang
diukur.
Adapun urutan skala Mohs adalah pertama yaitu Talc(Mg3Si4O10(OH)2)
merupakan subtansi berbentuk bedak. Talc memiliki bentuk kristal
monoklin. Memiliki belahan sempurna dan non elastis tetapi fleksibel. Talc
sangatlah lembutdan bersifat sectile (dapat dipotong dengan pisau). Talc
dapat tergores oleh kukudan memiliki berat jenis 2,5-2,8 gr/cm3. Talc tidak
dapat larut dalam air tapi agakkenyal jika dimasukkan larutan asam.
Warnanya berkisar dari putih ke abu-abuanatau kehijau-kehijauan. Talc
memiliki goresan (streak) berwarna putih. Mineral inibanyak ditemukan
pada batuan metamorf. Talc bersifat silikat, memiliki kilapmutiara
(pearly luster), pecahan pada mineral talc ini tidak rata (uneven)
danmemiliki belahan yang sempurna.
Urutan kedua yaitu Gypsum (CaSO4. 2H2O) mineral ini memiliki
sistem kristal monoklin dengan belahan sempurna dan 2 arah. Jika gypsum
tidak dikotor ioleh chronophores (mineral pengotor) maka warnanya
adalah putih. Bentuk mineral gypsum umumnya prismati. Pecahan
Gypsum yaitu choncoidal maka saat pecah akan berbentuk seperti gelas
yang pecah. Berat jenis gypsum antara2,31-2,33 gr/cm3. Gypsum memiliki
gores berwarna putih dan kilaunya adalah vitreous untuk sutera, mutiara dan
lilin. Urutan ketiga yaitu Calcite (CaCO3) yaitu mineral karbonat paling
stabil. Sistem kristalnya trigonal. Calcite memiliki belahan yang
sempurna dan 3 arah belah. Kilapnya ada yang kilap mutiara dan kilap sutera.

Sistem Kristal Isometrik 5


Warna goresnya putih, jika dimasukkan dalam larutan asam maka akan larut.
Berat jenisnya 2,7 g/cm3. Urutan keempat yaitu Fluorite (CaF2) mineral ini
termasuk mineral Halida
denganditandaiunsur F dalam unsur kimianya, sistem kristalnya adalah isomet
rik. Sebenarnya mineral ini tidak berwarna namun selalu terlihat berwarna
akibat pengotor yang mengenainya. Kilapnya kaca, pecahannya choncoidal
dan berat jenisnya 3,16-3,22 gr/cm3.Urutan keenam yaitu Ortoclase
(KAlSi3O8) mineral ini merupakan mineral paling melimpah dibumi.
orthoclass memiliki warna asli merah muda, putih,abu,coklat. Mineral ini
memiliki sistem kristal triklin. Kilapnya kaca. Berat jenisnya2.5 gr/cm3.
Belahannya tidak sempurna dan pecahannya tidak rata. Urutan ketujuh yaitu
Quartz (SiO2) merupakan mineral terbanyak kedua setelah feldspar yangada
dibumi. Quartz memiliki belahan tidak jelas dengan sistem kristal hexagonal.
Jika pecah mineral ini membentuk pecahan choncoidal. Warna goresnya putih
dankilapnya lilin. Quartz memiliki berat jenis 2,65; 2,59 - 2,63. Urutan
kedelapan yaitu Topaz (Al2SiO4(OH-,F-)2) mineral ini termasuk
golongan mineral silika. Topaz memiliki sistem kristal Orthorombik.
Belahan sempurna dan memiliki pecahan choncoidal. Jika digores
Topaz akan tampak warna putih. Topaz memiliki berar jenis 3,49-3,57
gr/cm3. Urutan kesembilan yaitu Corundum (Al2O3) mineral ini
masul pada kelompok mineral Oksida. Sistem kristal corundum
adalah trigonal. Pecahan corundum yaitu choncoidal, goresnya purih
dan berat jenisnya 3,95-4,10 gr/cm3. Urutan yang terakhir yaitu
Diamond (C) mineral ini adalah native mineral. Sistem kristal
diamond adalah isometrik dan hexagonal. Jika digores diamond tetap tanpa
warna. Berat jenisnya adalah 3,52 ±0,0001 gr/cm3. Diamond merupakan
mineral terkuat terkompak yang pernah ditemukan. Maka mineral ini sering
dimanfaatkan sebagai mata bor yang tentunya sangat mahal.
Adapun dalam praktikum ini, praktikan juga melakukan pendeskripsian be
berapa mineral. Pendeskripsian itu dilakukan dengan melihat sifat-sifat suatu
mineral. Sifat fisik mineral berupa warna, cerat, kilap, bentuk kristal,
pecahan,belahan, kekerasan, dan perawakan. Sifat fisik mineral ini

Sistem Kristal Isometrik 6


merupakan sifat yang khas dan unik karena sifat ini merupakan ekspresi dari
komponen penyusun dari mineral tersebut. Praktikan juga dapat mengetahui
tentang batasan batasan definisi mineral cara terjadi dan dimana terdapatnya
mineralmineral tersebut, bagaimana terbentuk serta apa saja kegunaannya
dikehidupan sehari hari yang tentunya sangat bermanfaat baik itu dibidang
industri, pembangunan bahkan hingga perhiasan yang biasanya digunakan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Mineral umumnya terbentuk mengikuti empat cara yaitu : terbentuk dari
larutan-larutan, terbentuk dari magma, terbentuk karena sublimasi dan
terbentuk karena metamorfisme.
2. Mineral yang terbentuk dari larutan yang terdapat dipermukaan bumi
memiliki dua kemungkinan yaitu air magmatis dan air permukaan.
Adapula penguapan larutan, pengeluaran gas, penurunan suhu dan
tekanan interaksi arutan larutan dan interaksi larutan dangan bahan padat.
3. Kegunaan mineral dapat digolongkan menjadimineral permata, mineral
perhiasan, mineral penggosok, mineral campuran campuran dalam
industri untuk semen, bahan bahan tahan apim keramik, pupuk bahan
optic dan ilmu pengetahuan, zat warna dan pingmen alam, sumbir bijih
unsur serta industry kimia,

4.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk tertib dan mengikuti tata tertib yang
berlaku dilab.

Sistem Kristal Isometrik 7


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. 2012. Kristalografi dan Mineralogi Teknik Pertambangan
USTJ.Jayapura: USTJ Press.
Badgley, P. C. 1959. Structural Methods for the Exploration Geologist. Harper
&Brothers Publishers: New York.
Dana, Edward Salisbury. 1984. A Text Book of Mineralogy. Jhon Willy and Sons,
Inc New York.
.Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Universitas
Pakuan:Bogor.
Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley.
Sepie, Benyamin. 2006. Geologi Fisik. Bandung: ITB.

Sistem Kristal Isometrik 8

Anda mungkin juga menyukai