Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

ROCK FORMING MINERAL

NAMA : FADEL SYALOOM LIMBAN


NIM 2209086044
KELOMPOK : 10 (SEPULUH)
NAMA ASISTEN : Divo Dwi Bramantyo
NIM 2009086008

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineralogi adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari masalah: pembentukan
(formation), keterjadian (occurrence), sifat-sifat, susunan, dan klasifikasi (pengelompokan)
mineral. Sebagai ilmu dasar dalam mengawali pembelajaran ilmu kebumian, diperlukan
pengenalan terhadap jenis-jenis mineral, karakteristik atau sifat fisik dan kimia, serta
keterjadian dari mineral.

Mineral banyak dijumpai di alam, di lingkungan tempat tinggal kita dan banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Mineral tersebut dapat dijumpai sebagai penyusun lantai,
keramik, tembok, slot dan gerendel pintu, rak dan almari besi, bahan dasar sepatu dan alas
kaki lainnya, kendaraan dan mesin-mesin yang dapat membantu aktivitas manusia, peralatan
makan dan memasak, perhiasan, televisi, kacamata, alat tulis dan lain-lain. Di alam, mineral
dijumpai menyusun tanah dan batuan, tanah dan batuan menyusun kulit bumi. Namun,
mineral dapat saja dijumpai dalam bentuk padat dan cair (massa plastis dalam magma).
Mineral dapat terbentuk di berbagai kondisi, berbagai mekanisme dan berbagai lingkungan
dan kedalaman. Setiap mineral tersusun atas kumpulan kristal-kristal yang sejenis, dan kristal
tersusun atas unsur-unsur kimia yang terikat dalam susunan dan komposisi yang sama. Jadi,
mineral adalah bagian terpenting dari bumi, merupakan variabel utama dalam kesetimbangan
alam; serta berperan penting dalam menunjang kehidupan manusia. Dengan kata lain, tanpa
mineral tidak akan kita jumpai batu, dan akibatnya tidak akan kita jumpai bumi. Karenanya,
tanpa mineral tidak aka nada kehidupan di bumi. Dalam pembelajaran ilmu-ilmu kebumian,
seperti geologi; mineral dipelajari di dalam mineralogi. Mineralogi adalah ilmu yang
mempelajari segala hal yang berhubungan dengan mineral, meliputi sifat fisik, sifat kimiawi,
sifat optis dan sifat mekanika mineral. Mineralogi dapat berupa mineralogi fisik dan dapat
pula mineralogi optik. Mineralogi fisik sangat berhubungan dengan susunan kristal dalam
mineral, sehingga di dalamnya juga dipelajari kristalografi mineral.

Oleh karena itu, pada praktikum kali ini praktikan akan mempelajari bagaimana cara
mendeskripsikan mineral dalam batuan, mempelajari seri reaksi bowen, dan juga mempelajari
keterdapatan dari mineral muskovit, piroksen, kuarsa dan biotit.
1.2 Tujuan
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan

- Untuk mengetahui mineral yang terdapat pada batu gabro dan batu granit.

- Untuk mengetahui keterdapatan dari mineral muskovit dan piroksen.

- Untuk mengetahui deskripsi dari mineral biotit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan mineral,
meliputi sifat fisik, sifat kimiawi, sifat optis dan sifat mekanika mineral. Mineralogi dapat
berupa mineralogi fisik dan dapat pula mineralogi optik. Mineralogi fisik sangat berhubungan
dengan susunan kristal dalam mineral, sehingga di dalamnya juga dipelajari kristalografi
mineral. Kristalografi sendiri sangat ditentukan oleh pemahaman kimia unsur, stokiometri,
geometri dan vektor. Pembelajaran kristalografi dianggap sangat penting dalam pembelajaran
mineralogi, karena setiap mineral adalah kristalin, sehingga memiliki sifat-sifat kristal; yang
dapat digambarkan dan diproyeksikan dalam bentuk penyajian grafis yang di dalamnya
berlaku hukum-hukum mekanisme kristalisasi (Mulyaningsih, 2018).

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, berfase padat, mempunyai
komposisi dan struktur tertentu. Batu bara bukan termasuk mineral, karena berasal dari zat
organik. Minyak bumi tidak termasuk mineral karena berfase cair. Salju dan gletser termasuk
mineral karena berfase padat (Zuhdi, 2019).

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom
didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-
mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada
dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena
didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas
dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai
bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal secara
umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan
dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi (Noor, 2012).

Telah disebutkan bahwa mineral dipelajari dalam mineralogi. Mineralogi adalah salah satu
cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang sifat fisik (termasuk optik), mekanik dan
kimiawi dari mineral, struktur kristal dan kristalisasinya, asosiasi dengan mineral yang lain
dan keterdapatannya di alam. Sedangkan pengertian mineral, menurut beberapa ahli
mineralogi, seperti:
1. Berry dkk (1983), mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. Nickel (1995), "A mineral is an element or chemical compound that is normally
crystalline and that has been formed as a result of geological processes", yang artinya
mineral adalah unsur atau senyawa kimia yang biasanya kristalin dan terbentuk sebagai
hasil dari proses geologi.
3. Mason dkk. (1968); “A mineral is a naturally occurring homogeneous solid,
inorganically formed, with a definite chemical composition and an ordered atomic
arrangement” artinya mineral secara alami merupakan suatu padatan homogen, terbentuk
secara anorganik, dengan komposisi kimia dan susunan atom tertentu.
4. Sinkankas (1966); "These... minerals ...can be distinguished from one another by
individual characteristics that arise directly from the kinds of atoms they contain and the
arrangements these atoms make inside them"; artinya ... mineral ... dapat dibedakan dari
yang lainnya oleh karakteristik individu yang timbul secara langsung dari jenis atom yang
dikandungnya dan pengaturan atom-atom ini membuat di dalamnya.
5. Dana & Ford, (1932); "A mineral is a body produced by the processes of inorganic
nature, having usually a definite chemical composition and, if formed under favorable
conditions, a certain characteristic atomic structure which is expressed in its crystalline
form and other physical properties”, artinya mineral adalah suatu benda yang dihasilkan
oleh proses alam anorganik, biasanya memiliki komposisi kimia tertentu dan, jika
terbentuk di bawah kondisi yang mendukung, memiliki karakteristik struktur atom
tertentu yang dinyatakan dalam bentuk kristal dan sifat fisik lainnya.
6. Brush & Penfield (1898); "Every distinct chemical compound occurring in inorganic
nature, having a definite molecular structure or system of crystallization and well-defined
physical properties, constitutes a mineral species", artinya setiap senyawa kimia yang
berbeda yang terjadi di alam secara anorganik, memiliki struktur molekul tertentu atau
sistem kristalisasi dan sifat fisik yang terdefinisi dengan baik, merupakan spesies mineral.
7. Mengacu pada TheFreeDictionary by Farlex, mineral adalah suatu benda alamiah, yang
tersusun atas zat-zat anorganik homogen, dengan bentuk padat, memiliki komposisi
kimia yang tetap dengan struktur kristal tertentu, memiliki karakteristik fisik, optik,
kimiawi dan mekanika tertentu.
(Mulyaningsih, 2018).

Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan
mineral Non silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non silikat, yaitu kelompok
Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat. Adapun
mineral silikat (mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan. Di depan telah
dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang.
Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-
mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”,
yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi. Mineral pembentuk
batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida dan (4) Karbonat dan
Sulfat.
1. Mineral Silikat. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari
kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.

Tabel 2.1 Kelompok Mineral Silikat


2. Mineral ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
 Olivine: dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara 3.27 – 3.37,
tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.
 Augite: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2 – 3.4 dengan
bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat penting untuk
membedakannya dengan mineral hornblende.
 Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah yang
berpotongan dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat membantu dalam cara
mengenalnya.
 Biotite: adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat dikelupas.
Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2.8 – 3.2.
3. Mineral non-ferromagnesium
 Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat , hijau
atau merah. BD. berkisar antara 2.8 – 3.1.
 Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Namanya juga
mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. “Feld” dalam
bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54 %.
Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah “plagioklas” dan “orthoklas”.
Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, “albit” dan “anorthit”. Orthoklas adalah yang
mengandung Kalium, albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.
 Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD.
2.57.
 Kuarsa: Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang
terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti
asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna
ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut “amethyst”,
merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
4. Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali
sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (HO), korondum
(AlO), hematit (FeO) dan kassiterit (SnO).
5. Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu
dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.
Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti “pirit” (FeS), “chalcocite” (CuS), “galena” (PbS), dan
“sphalerit” (ZnS).
6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan persenyawaan dengan ion (CO),
dan disebut “karbonat”, umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium
karbonat”, CaCO dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen.
(Noor, 2012).

Jenis mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer dan mineral
sekunder.Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya mempunyai ukuran butir fraksi
pasirdengan ukuran butir 2 hingga 0,05 mm. Mineral sekunder atau mineral liat adalah
mineral-mineral hasil pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi
selama proses pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan
mineral yang terlapuk. Jenis mineral ini berukuran sangat halus yaitu dengan ukuran lebih
kecil dari 2 mikron. Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dengan grup anion
yaitu, kelas silicate, kelas karbonat, kelas sulfate, kelas halide, kelas oxide, kelas sulfide, kelas
phosphate, kelas unsur dan kelas organic (Zuhdi, 2019).

Mineral berada di dalam tubuh batu, sebagai penyusun utamanya. Unsur-unsur kation dan
anion mengalami reaksi kimia membentuk senyawa. Susunan dan komposisi kimia dalam
suatu senyawa ditentukan berdasarkan jumlah muatannya, mengikuti aturan / rumus
stoikiometri. Senyawa yang berbentuk padatan, memiliki rumus bangun tertentu dan tetap,
serta dibatasi bidang-bidang yang banyak (poligon) disebut sebagai kristal. Kristal-kristal
sejenis yang padat, anorganik, terbentuk di alam dan secara alamiah disebut sebagai mineral.
Kumpulan mineral-mineral yang memiliki sifat kimia yang sama membentuk batu. Batu-batu
menyusun batuan. Batuan, terdiri atas batuan beku (hasil pembekuan magma), batuan
sedimen (hasil sedimentasi dari material asal denudasi dan erosi), batuan metamorf (hasil
ubahan struktur, tekstur dan komposisi batuan asal, yang membentuk mineral / batuan baru)
dan batuan gunung api (hasil dari aktivitas gunung api). Batuan-batuan tersebut menyusun
lapisan kerak bumi. Lapisan kerak bumi merupakan bagian terluar bumi, yang selanjutnya di
dalamnya terjadi proses geologi. Aktivitas tektonika membangun struktur kerak bumi,
membentuk gugusan pegunungan, lembah dan lautan atau yang disebut sebagai arsitektur
kerak bumi (Mulyaningsih, 2018).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Kaca
- Paku
- Koin perunggu
- Marmer/porselen
- Kamera hp
- Alat tulis
- Amplas
- Senter hp
- Kawat tembaga
- Loupe

3.1.2 Bahan
- Tisu
- Form deskripsi sifat fisik mineral

3.2 Prosedur Percobaan


- Diambil lembar deskripsi terlebih dahulu.
- Diambil sampel batuan yang akan dideskripsikan mineralnya.
- Diamati dan dicatat mineral-mineral yang terdapat pada batuan dengan bantuan loupe.
- Diamati dan dicatat warna dari mineralnya.
- Diamati warna cerat mineral menggunakan amplas halus.
- Diamati dan dicatat sistem dan perawakan mineralnya
- Diamati kilap pada mineral menggunakan senter hp.
- Diamati dan dicatat belahan pada mineral.
- Diamati dan dicatat pecahan pada mineral.
- Diamati dan dicatat Sifat kemagnetannya.
- Diamati dan dicatat Sifat khasnya.
- Diamati dan dicatat berat jenisnya.
- Diamati dan dicatat kekerasan mineral dengan menggores kuku, koin, paku, dan kaca
pada mineral.
- Diamati dan dicatat sifat kemagnetan pada mineral.
- Diamati dan dicatat golongan pada mineral.
- Diamati dan ditentukan transparasi mineral dengan menggunakan senter hp.
- Dicatat kegunaan dan juga genesanya.
- Dicatat dan ditentukan rumus kimia dari mineral dan dituliskan nama mineral
yang telah dideskripsikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Seri Reaksi Bowen


Seri reaksi bowen (bowen reaction series) menggambarkan proses pembentukan mineral pada
saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi
yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral-
mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma
mendingin (kristalisasi fraksional). Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral
yang lebih besar dapat terbentuk. Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”,
dimana lengan bagian atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan
kanan atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan kiri
atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).

a. Deret continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya
akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap
dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO)
sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan
kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar,
NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.

b. Deret discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral
berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi
dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan
satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang
dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 1100 0C, mineral yang mengandung kalsium
(CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada
suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.
4.2 Batu Granit
4.2.1 Mineral Muskovit

Foto 4.1 Batu Granit Foto 4.2 Mineral Muskovit

Mineral muskovit adalah salah satu contoh mineral dari sistem kristal monoklin dan mineral
ini berwarna putih bening. Kilap yang dimiliki mineral ini adalah kilap mutiara dengan
tingkat kekerasan 2 – 2,5 skala mosh. Mineral ini tidak memiliki warna cerat atau gores
dengan belahan yang sempurna dan pecahannya uneven. Daya tahan atau tenacity dari mineral
ini adalah elastis dengan berat jenis 2,7 – 3. Kemagnetan yang dimiliki mineral ini adalah
diamagnetik dengan derajat ketransparanan yang transparan. Sifat khas yang dimiliki mineral
ini adalah berlembar dengan perawakan mineral yang tabular dan bersisik. Mineral muskovit
termasuk ke dalam golongan silika dengan rumus kimia KAl2(AlSi3O10)(F,OH)2.

Nama muskovit berasal dari kaca muskovy, sebutan mineral yang diberikan di inggris,
didasarkan pada penggunaannya pada masa Pertengahan Rusia sebagai kaca jendela yang
lebih murah. Penggunaan ini diketahui secara luas di Inggris selama abad ke 16. Penyebutan
ini berada di dalam surat George Turberville, Sekertaris Kedutaan Inggris untuk Rusia pada
1568. Penemuan mineral muskovit sendiri yaitu pada tahun 1850. Muskovit adalah mineral
paling umum dari group mika. Mineral ini merupakan mineral penting pembentuk batuan
beku, metamorf, dan sedimen. Seperti umumnya anggota dalam group mika, muskovit
membelah membentuk lembaran tipis yang transparan.

Mineral muskovit adalah mineral batuan beku, metamorf, dan sedimen. Lembaran muskovit
yang termasuk lembaran mineral yang besar ditemukan di Nellore, India, dengan ukuran
5x3m. Mineral ini dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri seperti bahan baku
pembuatan isolator listrik, kompas navigasi, filter optik, diafragma untuk peralatan
pernapasan oksigen, komponen sistem rudal, pirometer, dll.
4.2.2 Mineral Piroksen

Foto 4.3 Batu Granit Foto 4.4 Mineral Piroksen

Mineral piroksen adalah contoh mineral dari sistem kristal monoklin dengan warna mineral
hitam dan memiliki perawakan kristal prismatik. Mineral piroksen termasuk dalam kelompok
mineral silikat komplek dan mineral ini memiliki kilap kaca dengan kekerasan 5 sampai 6,5
dalam skala mosh. Cerat dari mineral piroksen adalah putih memiliki belahan yang tidak jelas
dan pecahannya adalah concoidal. Memiliki daya tahan atau tenacity yang sectile dengan
berat jenis 2,9 sampai 3,6 gr/cm2 memiliki sifat kemagnetan yang ferromagetik dan derajat
ketransparanan opaque.

Pada tahun 1796, Rene Just Hauy menamai mineral ini sebagai piroksen. Nama piroksen
sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno “pyro” yang berarti api dan “xenos” yang berarti
asing. Piroksen dinamakan demikian dikarenakan kehadiran mereka di lava vulkanik, yang
mana mereka kadang-kadang dilihat sebagai kristal yang tertanam di kaca vulkanik seperti
kotoran yang menempel dikaca. Piroksen adalah kelompok mineral inosilikat pembentuk
batuan utama yang banyak ditemukan di batuan beku dan metamorf dimana piroksen
memiliki rumus kimia XY (Si,Al)2O6 dimana x mewakili kalsium, natrium, besi +2,
magnesium dan sedikit seng, mangan, litium. Sedangkan Y adalah ion kromium, aluminium,
besi +3, magnesium, mangan, skandium, titanium, vanadium, dan besi+2.

Mineral piroksen adalah mineral utama yang melimpah di basal, peridotit, batuan beku mafik
dan beberapa juga merupakan batuan metamorf pada batuan bermutu tinggi. Penyebaran
piroksen cukup luas di Indonesia, piroksen dapat ditemukan di daerah selatan pulau Jawa
seperti pantai selatan Yogyakarta dan kulonprogo. Juga dapat ditemukan juga di daerah pulau
Sumatra.
4.3 Batu Gabro
4.3.1 Mineral Biotit

Foto 4.5 Batu Gabro Foto 4.6 Mineral Biotit

Mineral adalah salah satu contoh mineral dari sistem kristal monoklin, memiliki warna hitam
dengan perawakan mineral yang masif hingga lempeng (platy). Mineral biotit memiliki kilap
kaca (vitreous) dengan kekerasan 2,5 – 3 skala mohs. Mineral ini memiliki gores atau cerat
putih keabu-abuan, memiliki belahan yang sempurna dan pecahan yang earthy. Daya tahan
(tenacity) dari mineral ini adalah sectile. Berat jenis dari mineral ini adalah 2,7 – 3,4,
kemagnetannya adalah paramagnetik dan derajat ketransparanannya berupa opaque, sifat khas
dari mineral ini adalah pecahannya yang berlembar-lembar. Mineral ini termasuk kedalam
golongan intermediet discontinue. Nama mineral ini adalah biotit dengan komposisi kimia
K(Mg,Fe)3AlSi3O10(OH)2K(Mg,Fe)3AlSi3O10(OH)2.

Biotit adalah mineral filosilikat umum yang ada di grup mika. Mineral ini paling umum dan
juga dikenal sebagai mika hitam, mineral silikat dalam kelompok mika umum. Perkiraan
rumus kimia K (Mg, Fe). Ini adalah nama yang digunakan untuk berbagai mineral mika hitam
dengan komposisi kimia yang berbeda tetapi dengan sifat fisik yang sangat mirip. Mineral ini
biasanya tidak dapat dibedakan satu sama lain tanpa analisis laboratorium.

Mineral ini dapat ditemukan di lapisan kristal besar dengan berat beberapa ratus pound.
Mineral ini berlimpah di batuan metamorf (baik regional dan kontak), pegmatit, dan juga di
granit dan batuan magmatik invasif lainnya. Biotit biasanya terdapat dalam varietas coklat
sampai hitam, hijau tua.

Mineral ini memiliki kegunaan sebagai lapisan permukaan pada industri aspal. Mineral ini
secara komersial dapat digunakan sebagai pengisi dan extender dalam cat, dan sebagai pengisi
inert dan media cetakan.
4.2.2 Mineral Kuarsa

Foto 4.7 Batu Gabro Foto 4.8 Mineral Kuarsa

Mineral kuarsa merupakan salah satu contoh mineral dari sistem kristal hexagonal, memiliki
warna putih bening. Kilap yang dimiliki mineral kuarsa ini adalah kilap kaca dengan
kekerasan 7 dalam skala mosh. Gores atau cerat yang dimiliki mineral kuarsa ini adalah putih.
Belahan dari mineral kuarsa ini adalah sempurna dan pecahannya adalah konkoidal. Daya
tahan atau tenacity dari mineral ini adalah ductile dengan berat jenis yang dimiliki adalah 2,6
– 2,7 gr/cm2. Mineral ini memiliki kemagnetan yang diamagnetik dengan derajat
ketransparanan yang translucent. Mineral ini memiliki sifat khas yang mana rasa dari mineral
ini adalah asam dan masuk dalam golongan silika. Nama dari mineral ini adalah mineral
kuarsa dengan komposisi kimianya adalah SiO2.

Kuarsa adalah senyawa kimia yang terdiri dari satu bagian silikon dan dua bagian oksigen
atau biasa disebut silikon dioksida (SiO2). Kuarsa merupakan mineral yang paling berlimpah
ditemukan di permukaan bumi dan sifatnya yang unik dapat membuatnya menjadi salah satu
mineral yang paling berguna. Kuarsa memiliki nilai ekonomis yang cukup besar. Banyak
varietas batu permata tersusun atas mineral kuarsa, seperti amethyst (batu kecubung), citrine,
smoky quartz, dan rose quartz

Mineral kuarsa ini sangat umum ditemukan dalam batuan yang terbentuk di lempeng benua.
Mineral ini menjadi penyusun utama batuan ekstrusif dan intrusif asam seperti granit,
granodiorit, ryolit dan pegmatit granit. Kuarsa umumnya juga terbentuk dalam wujud urat-
urat dalam batuan atau yang dikenal sebagai urat kuarsa, serta berperan sebagai media perekat
(cementing) dalam pembentukan kalsedon. Mineral yang memiliki ragam warna ini juga
biasanya ditemukan dalam batuan metamorfik. Rijang (chert) yang memiliki sifat keras,
berdensitas dan berkarakter mikro-kristalin hingga kripto-kristalin adalah variasi lainnya dari
kuarsa yang terbentuk di lingkungan laut.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai