PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelimpahan sumber daya alam di Indonesia sangat beragam, salah satunya
sumber daya mineral yang tersebar secara luas berupa bahan galian seperti pasir,
timah, batu bara, minyak bumi dan batuan mineral. Batuan adalah suata kumpulan
mineral yang menjadi satu. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral,
batuan dikelompokkan menjadi tiga yaitu batuan beku, sedimen dan batuan metamorf.
Bebatuan tidak akan kita jumpai tanpa adanyan suatu mineral. Mineral adalah bagian
terpenting dari bumi, yang merupakan suatu variabel utama dalam kesetimbangan
alam, Mineral adalah suatu zat atau benda yang biasanya padat dan berbentuk
homogen serta hasil bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu.
Suatu mineral dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati apabila senyawa tersebut
berupa padatan dan memiliki struktur kristal.
Pada kehidupan sehari-hari, kita sangat familiar dengan kata mineral
contohnya adalah air mineral, makanan yang mengandung mineral, dan lain-lain.
Namun, dalam ilmu geologi, mineral merupakan suatu benda padat anorganik yang
homogen, kristalin, terbentuk di alam dan secara alamiah. Indonesia memilki berbagai
macam sumber daya mineral, contohnya adalah mineral batuan. Mineral selalu
bersifat kristalin yang berarti tersusun atas kristal-kristal yang sejenis, tapi terkadang
kristal belum tentu mineral.
Kristal merupakan benda padat yang tersusun atas unsur-unsur kimia dengan
susunan yang tetap dan tertentu. Kristal bisa saja terbentuk secara organik dan
anorganik, susunan kimia kristal bisa saja sama dengan susunan kimia mineral,
sehingga memiliki sifat kimia yang sama. Mineral itu terbentuk dengan cara alamiah
di alam, yang dimana dapat berlangsung secara kimia, fisika dan mekanika.
Mekanisme dalam pembentukannya berhubungan dengan perubahan suhu dan
tekanan, yang biasanya disebut dengan proses kristalisasi. Proses kristalisasi mineral
dapat berlangsung di permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Kandungan
mineral pada batuan dapat dikarakterisasi menggunakan metode XRD (X-ray
Diffraction), XRF (X-Ray Fluorescence), dan Mikroskop cahaya.
sinar-X (XRD) adalah teknik untuk mengkarakterisasi bahan kristal. Ini
memberikan informasi tentang struktur, fase, orientasi kristal (tekstur), dan parameter
struktural lainnya, seperti ukuran butir rata-rata, kristalinitas, regangan, dan cacat
kristal. XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia
beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sampel dengan
menggunakan metode spektrometri. Dengan XRF kita dapat menganalisa unsur-unsur
apa saja yang membangun material yang kita amati, walaupun untuk unsur ringan
tidak dapat diamati. Mikroskop optik merupakan alat yang digunakan untuk dapat
melihat bentuk morfologi dari batuan yang digunakan sebagai sampel. Pada alat ini,
kita dapat mengetahui bentukan aslinya dengan menggunakan berbagai perbesaran.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui unsur dan fasa yang terkandung
dalam batuan mineral, pada batuan di sekitar Air Terjun Takapala dengan
menggunakan karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF),
dan Mikroskop Cahaya. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan referensi mengenai mineral batuan di sekitar Air Terjun Takapala.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Batuan
Batuan merupakan suatu benda padat bentukan alam yang merupakan agregasi
atau merupakan kumpulan dari mineral baik itu berupa sejenis atapun tidak sejenis.
Batuan ini pada umumnya mengandung mineral atau meneraloid. Yang dimana pada
dasarnya batuan yang berada dipermukaan bumi terbagi atas tiga jenis, yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf (Sultoni, M.I, et.al., 2019).
1. Batuan Beku
Batuan beku termasuk jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan adanya proses kristalisasi maupun tanpa adanya proses
kristalisasi, baik yang terjadi di bawah permukaan bumi yang dikenal sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi yang dikenal sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Dalam menentukan tekstur pada batuan beku,
umumnya degan menentukan kristalinitas, granularitas, bentuk kristal dan
hubungan antar kristal.
a. Kristalinitas digunakan dalam menunjukkan berapa banyak kristal yang
berbentuk dan yang tidak berbentuk, serta dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu
batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
b. Granularitas yaitu besar butir (ukuran) pada batuan beku. Yang umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu: Fanerik atau fanerokristalin
(ukuran kristal yang dapat dibedakan satu sama lain dengan mata telanjang.
Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi: halus, sedang, kasar
dan sangat kasar ) dan afanitik (ukuran kristal yang tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan lensa pembesar).
c. Hubungan antar kristal merupakan hubungan antara kristal/mineral yang satu
dengan yang lain dalam suatu batuan. Yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Ekuigranular (jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar) dan Inekuigranular (jika ukuran butir kristalnya sebagai
pembentuk batuan tidak sama besar).
2. Batuan Sedimen
Terbentunya batuan sedimen disebabkan karena endapan dari hasil pelapukan
materiall batuan. Material hasil lapukan dapat berupa suatu zat organik maupun
mineral. Material ini kemudian terkompaksi serta tersementasi. Batuan Sedimen
merupakansuatu batuan yang terbentuk akibat mengalami diagnesis dari material
batuan yang lain yang dimana sudah mengalami sedimentasi. Proses sedimentasi
meliputi proses pelapukan, pelapukan, transportasi, dan deposisi. Batuan ini
mengalami endapan pada tempat yang relatif lebih rendah dari tempat
sebeleumnya, misalnya di laut, samudera, ataupun danau-danau. Awalnya batuan
sedimen ini adalah batuan yang lunak, namun karena terjadi proses diagnesis
makah batuan itu berubah menjadi keras.
3. Batuan Metamorf
Metamorfisme merupakan suatu proses dimana mengubah mineral suatu batuan
pada fase padat akibat pengaruh kondisi fisik dan kimia yang mengalami
perbedaan dari kondisi sebelumnya di dalam kerak bumi, proses ini bukan proses
diagnesis. Proses metamorfose dapat berlangsung sangat lama hingga jutaan
tahun. Semakin lama prosesnya, maka semakin sempurna tingkat
metamorfosenya. Faktor yang mempengaruhi intensitas metamorfisme batuan
yaitu suhu, tekanan, larutan yang terlibat, waktu dan media metamorfisme (Zuhdi,
M. 2019).
2. Mineral
Mineral merupakan senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, berfase padat,
mempunyai komposisi dan struktur tertentu. Berdasarkan sifat fisik dari mineral,
mineral mampu dikenali dengan warna, bentuk, belahan, dan kekerasan. Sebuah
kristal dapat ditentukan secara geometris dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya.
Dalam ilmu kristalografi geometri dipakai enam jenis sistem sumbu,yaitu: sistem
sumbu isomerik, sistem sumbu tetragonal, sistem sumbu ortorombik, sistem sumbu
monoklin, sistem sumbu triklin, sistem sumbu heksagonal. Mineral yang terdapat
pada batuan umumnya dilakukan secara mikroskopis dengan cahaya terpolarisasi.
Jenis cahaya itu dapat diperoleh dengan memakai dua prismapolarisasi atau
polarisator. Sifat kristal pada mineral bisa rusak atau berubah oleh pengaruh suhu dan
tekanan. Semua mineral mempunyai komposisi kimia yang tertentu dan ditulis dengan
formula kimia tertentu ( Zuhdi, M. 2019).
Mineral bisa dijumpai sebagai penyusun lantai, keramik, tembok, slot, gerendel pintu,
rak dan almari besi, dan lain sebagainya. Suatu mineral tersusun dari kumpulan kristal
yang sejenis, dan kristal tersusun atas unsur kimia yang terikat dalam susunan dan
komposisi yang sama. Dalam ilmu kebumian, mineral dipelajari di dalam pembahasan
mineralogi. Mineralogi merupakan ilmu tentang mineral dari sifat fisik, sifat kimiawi,
sifat optis dan sifat mekanika. Mineral merupakan suatu benda padat homogen yang
terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia tertentu.
Struktur mineral adalah fungsi dari komposisi kimia mineral, suhu dan tekanan pada
saat pembentukannya. Mineral sangat luas pemanfaatannya suatu material sangat dan
mendukung dalam kehidupan manusia. Contoh mineral yang banyak dijumpai dan
banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari adalah kuarsa, halit, hematit,
garnet, kalsit, galena, talk, gipsum dan lain-lain (Mulyaningsih, S. 2018).
3. Kristal
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom-atom atau susunan molekul yang
teratur. Berdasarkan keteraturan panjang jarak susunan atom-atom atau molekul-molekul
zat padat, maka kristal dibagi menjadi dua, yaitu; Monokristal (kristal tunggal), yaitu kristal
yang memiliki keteraturan panjang jarak susunan atom-atom dan memiliki periodisitas yang
tidak berhingga ke segala arah dan Polikristal adalah kristal yang memiliki keteraturan,
dengan panjang (jarak) susunan atom-atom hanya terbatas pada daerah-daerah tertentu di
dalam kristal zat padat. Daerah dengan keteraturan atom-atom ini disebut butiran (grain).
Dalam sistem tiga dimensi kristal dikelompokkan menjadi tujuh sistem kristal, yaitu kubik,
monoklinik, triklinik, tetragonal, orthorombik, trigonal, dan heksagonal
4. XRD
Menurut Munasir, dkk., 2012. Sinar-X merupakan salah satu dari beberapa sinar yang
paling banyak digunakan dalam beberapa eksperimen. Salah satunya adalah X-Ray
Diffraction (XRD) yang merupakan sinar-x monokromatik atau biasa dikenal dengan
sinar-x karakteristik. Proses dari munculnya sinar-x monokromatik adalah karena
adanya proses transisi eksitasi elektron di dalam anoda. X-Ray Diffraction (XRD)
ialah sebuah teknik yang digunakan untuk menentukan fasa pada kristalin di dalam
material dengan cara menentukan parameter dari struktur kisi dengan tujuan untuk
mendapatkan ukuran partikel. Adapun fungsi dari X-Ray Diffraction, sebagai berikut:
Pada XRD, kekurangannya ialah sangat sulit untuk mendapat senyawa pada
sampel kristal.
Kelebihannya ada pada kemampuan penetrasi, itu dikarenakan energi di dalam
sinar-X sangatlah tinggi, sehingga membuat gelombang nya pendek (Munasir,
dkk., 2012).
5. XRF
XRF ialah sebuah teknik menganalisis non-destruktif yang sering digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan konsentrasi elemen pada sebuah padatan, bubuk,
maupun cair. Secara umum, XRF digunakan untuk mengidentifikasi komposisi pada
suatu unsur material. XRF ini merupakan metode yang sangat cepat jika digunakan
dan tidak merusak sampel (Agusnar, 2004).
Untuk prinsip kerja XRF, jika terjadi ekstasi sinar-X yang bersumber dari radioaktif.
Saat proses ini terjadi, sinar-X yang mengandung energi lumayan tinggi, elektron
yang dikandung akan berpindah dari kulit di dalam yang menjadi penyebab
kekosongan, yang menimbulkan atom menjadi tidak stabil. Ketika atom mulai stabil,
elektron tersebut akan pindah dari luar ke dalam yang dapat menghasilkan energi.
Secara umum, pada XRF terdapat Kalpha dan Kbetha; Lalpha dan Lbetha. Hasil dari
X-Ray ini akan muncul puncak-puncak intensitas yang berbeda.
6. Mikroskop Cahaya
BAB III
METEDOLOGI
A. Diagram Alir
Persiapan
Studi Literatur
Preparasi Sampel
Pengujian Sampel
Evaluasi
B. Waktu dan Tempat Eksplorasi
Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November Juni
2018, bertempat di Wisata Air Terjun Takapala. Sedangkan untuk pengujian sampel dan
pengolahan data dilakukan di Laboratorium XRD dan Mikroskop Cahaya di Jurusan Fisika,
Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar, sedangkan untuk XRF dilakukan di Laboratorium
Preparasi Teknik Geologi, Fakutas Teknik, Universitas Hasanuddin.
C. Metodologi
1. Preparasi sampel
Pengambilan sampel dalam bentuk batuan lalu dalam bentuk batuan dipotong
menggunakan palu dan gergaji besi hingga mencapai ukuran 2 ×2 cm, kemudian
menghalsukan sampel dengan menggunakan amplas hingga diperoleh sampel
berukuran 2 ×2 cm dengan ketebalan 2,5 mm dan sampel serbuk.
2. Uji XRF
Pengolahan data dan uji XRF dilaksanakan di Laboratorium Preparasi Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Sampel yang diuji untuk XRF
yaitu berbentuk serbuk agar menghasilkan informasi mengenai unsur penyusun dari
sampelnya.
3. Uji XRD
Pengolahan data dan uji XRD dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA Universitas Negeri Makassar. Sampel yang diuji berbentuk bulk yang sudah
dihaluskan permukaannya dengan amplas sehingga berukuran 2 ×2 cm dengan
ketebalan 2,5 mm. Uji XRD dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekristalan
dan fase pada sampel.
4. Uji Mikroskop Cahaya
Pengujian Mikroskop Cahaya dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA Universitas Negeri Makassar. Sampel yang diuji berbentuk bulk, sampel yang
sama pada saat pengujian XRD. Uji mikroskop cahaya ini dilakukan untuk
mendapatkan citra dari unsur-unsur penyusun sampel.
A. Hasil Pengamatan
1. Uji XRF (X-Ray Flouresence)
Grafik
1200
1000
800
Intensity (cps)
600
400
200
0 10 20 30 40 50 60 70
o
2 theta( )
Grafik 4.2 Hasil Uji XRD (X-Ray Diffraction) menggunakan aplikasi ORIGIN
(c) (d)
Gambar 4.1 Hasil Uji Mikroskop Cahaya
B. Analisis Data
Start Position [°2Th.] 5,0000
End Position [°2Th.] 70,0000
Step Size [°2Th.] 0,0200
Scan Step Time [s] 1,0000
Scan Type Pre-set time
Offset [°2Th.] 0,0000
Divergence Slit Type Fixed
Divergence Slit Size [°] 1,0000
Specimen Length [mm] 10,00
Receiving Slit Size [mm] 0,1000
Measurement Temperature [°C] 25,00
Anode Material Cu
K-Alpha1 [Å] 1,54060
K-Alpha2 [Å] 1,54443
K-Beta [Å] 1,39225
K-A2 / K-A1 Ratio 0,50000
Goniometer Radius [mm] 240,00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91,00
Main Graphics, Analyze View
Counts
SKLP_5
200
100
10 20 30 40 50 60 70
Peak List
Pos. [°2Th.] Height [cts] FWHM Left [°2Th.] d-spacing [Å] Rel. Int. [%]
Pattern List
Compound Displaceme Scale Chemical
Visible Ref. Code Score
Name nt [°2Th.] Factor Formula
01-081- Silicon
* 14 0,000 0,889 Si O2
0068 Oxide
* 96-901- 13 Pigeonite 0,000 0,246 Fe4.03
Mg3.48
Ca0.48
3717 Si7.92
Al0.08
O24.00
Mg0.06
Al5.55
96-900- Unmatched Fe0.65
* Pyroxene 0,000 0,392
6564 Strong Ca2.97
Si6.00
O24.00