Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diseluruh dunia riset yang sangat pesat pada saat ini adalah riset dibidang
material skala nanometer. Orang memiliki keyakinan bahwa material yang
berukuran nanometer memilki sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih
unggul dari material yang berukuran besar. Penemuan baru muncul dengan
adanya aplikasi-aplikasi baru seperti pada bidang elektronik, energi, kimia,
kedokteran, kesehatan, lingkungan, dan masih banyak bidang lainnya.
Teknologi nano adalah hal yang terbaru pada bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Nano berarti seper-satu milyar dari sesuatu. Untuk
perbandingannya dari 10 nm adalah 1000 kali lebih kecil dari diameter rambut
manusia. Perkembangan teknologi nanomaterial sangat mendukung teknologi
komposit. Suatu komposit yang menggunakan nanomaterial dapat
menghasilkan suatu sifat mekanik yang lebih baik dari komposit biasanya.
Salah satu dari jenis material nano adalah Carbon Nanotubes (CNT), CNT
merupakan salah satu material unggul teknologi nano yang membawa banyak
keuntungan disebabkan dari sifat kimia dan mekaniknya yang baik. Maka dari
itu CNT banyak dimanfaatkan diberbagai aplikasi nano-device ataupun dalam
material komposit. CNT banyak dimanfaatkan sebagai filler dalam suatu
pembuatan serat polimer komposit, pencampuran yang homogen antara
polimer dengan berbagai jenis bahan pengisi yang berukuran nano akan
menghasilkan suatu sifat fisik, sifat mekanik, sifat barrier dan sifat termal
yang lebih baik dari yang berukuran mikro dan sangat tinggi. Salah satu
biopolymer yang umumnya banyak dipelajari secara intesif yaitu plovinil
alcohol (PVA), ini disebabkan karena memilki suatu sifat yang dapat
membentuk film dengan baik, larut dalam air, mudah dalam proses, tidak
beracun, biocompatible dan biodegradable.
Umumnya CNT memilki dua bentuk struktur yaitu Single Walled Carbon
nanotubes atau kerap dikenal dengan SWCNT, yang dimana lapisan dari
jaringan karbonnya berbentuk tunggal. Dan struktur yang kedua yaitu Multi
Walled Carbon nanotube yang kerap dikenal dengan MWCNT yang memiliki
beberapa lapisan jaringan karbon berikatan silindrik. Antara SWCNT dan
MWCNT memiliki sifat kimia dan fisika yang berbeda, selain itu struktur
karbon dari CNT juga dapat dibedakan menjadi zigzag, armchair atau chiral.
Karena keunggulan dari sifat-sifat yang dimiliki oleh CNT, maka sangat
memungkinkan untuk dapat diaplikasikan pada bidang seperti sensor,
peralatan nanoelektrik, biologi, tekstil elektronik, elektroda sel bahan bakar,
superkapasitor, dan pendeteksi gas.
Karena berkembangnya riset saat ini sangat unggul dibidang nanomaterial
maka kita dapat membuat suatu film tipis dengan memanfaatkan carbon
nanotubes (CNT) dan plovinil alcohol (PVA). Maka dilakukan penelitian
pembuatan komposit CNT-PVA dalam pembuatn film tipis untuk menguji
peningkatan sifat mekanik dan fisik dari pencampuran tersebut. Pembuatan
komposit CNT-PVA termasuk salah satu cara dalam memanfaatkan CNT.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu “Bagaimana hubungan antara fisika
polimer dengan pembuatan film tipis dengan memanfaatkan carbon nanotubes
(CNT) dan plovinil alcohol (PVA) dengan melakukan penelitian pembuatan
komposit CTN-PVA.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan makalah ini yaitu untuk mengkaji hubungan
antara fisika polimer dengan pembuatan film tipis dengan memanfaatkan
carbon nanotubes (CNT) dan plovinil alcohol (PVA) dengan melakukan
penelitian pembuatan komposit CTN-PVA.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Carbon Nanotubes (CNT)


Dengan kelimpahan terbanyak di alam karbon merupakan unsur ke-empat
yang menjadikannya banyak dimanfaatkan diberbagai bidang aplikasi. Atom
karbon berukuran kecil yang membentuk nanostruktur yang berdiameter 1-1000
nm. Karbon terbagi atas beberapa bentuk yaitu alotrop (yang dimana memiliki
suatu elemen karbon yang sama, tapi berkaitan dengan cara yang beda), alotrop
juga digolongkan sesuai dengan susunan stukturnya yaitu non-kristal, dan
kristalin. Carbon nanotubes (CNT) adalah salah satu alotrop carbon lainnya yang
mampu menjadi salah satu material unggul teknologi nano yang membawa begitu
banyak keuntungan (Saputri, D.D., dan Teguh, E.S., 2020).
Pembentukan carbon nanotubes pertama kali ditulis oleh bajer, dkk.,1987
dalam sebuah literatur, namun CNT kadang kerap kali disebut dengan karbon
filamen. Mereka menggunakan sebuah katalis besi, kobalt dan kromium untuk
mendekomposisi asetilen dan menyongkong dalam grafit silicon, namun hasil dari
laporan itu tidak ada hal yang menarik dari penelitian yang dilakukan mengenai
CNT. Penelitian itu hanya sebuah mekanisme dalam menumbuhkan filamen
(Sutanti, R., dan Susi, H., 2013).
Carbon nanotube pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuan jepang pada
tahun 1991 yaitu Sumio Iijima melalui sebuah metode arc discharge dalam
sintesis fullerene. perkembangan CNT disebabkan karena kemampuan dalam
pengontrolan posisi suatu objek dengan sangat baik. Carbon nanotube ini
diklasifikasikan menjadi dua jenis sesuai dengan jumlah lapisan atau lembaran
grafit yang mengelilingi silinder, yaitu Single Walled Carbon nanotubes
(SWCNT) dan Multi Walled Carbon nanotube (MWCNT). Carbon nanotube
disintesis dari bahan hidrokarbon sebagai precursor karbon, Adapun bahan yang
digunakan dalam sintesis CNT yaitu alcohol, methanol, metana, etilen, asitilen,
propana, atau sikloheksana.
2.2 Polimer plovinil alcohol (PVA)
Polimer merupakan suatu molekul besar yang terbentuk dari susunan berulang
molekul kecil atau disebut dengan monumer. Berdasarkan asala atau sumbernya
maka polimer dibedakan atas dua bagian yaitu polimer alam dan polimer sintetik,
polimer alam itu dapat berasal dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Sedangkan
untuk polimer sintektik itu merupakan hasil darai suatu reaksi polimerisasi
kondensasi atau polimerisasi adisi. Berdasarkan kristalinitas, polimer dibedakan
atas polimer kristalin, polimer emikristalin, dan polimer amorf. Sedangkan jika
berdasarkan penggunaannya polimer dibedakan atas polimer sebagai plastic (film,
lempeng, lembaran), bahan pelapis, serat dan eltamoster (Siahaan, P., dan Tri, W.,
2004).
Salah satu polimer atau biopolymer yang banyak dipelaajari secara intensif
adalah PVA karena PVA sifatnya yang dapat membentuk film dengan baik, larut
dalam air, mudah dalam proses, tidak beracun, biocompatible dan biodegradable
(Pamela, V.Y., dkk. 2016). PVA merupakan bahan padat yang berwarna agak
putih dan bentuk granular atau tepung. Secara industry sudah berbagai macam
bentuk PVA yang diproduksi dan yang membedakannya itu adalah rantainya,
semakin Panjang rantai polimer maka semakin tinggi pula berat molekulnya
(Bernas, M.S., 2018).
Polyvinil alcohol (PVA) adalah suatu resin yang dibuat dari suatu
penggabungan moleku-molekul (polimerisasi) yang diperoleh dari polimer vinil
asetat. polivinil asetat. PVA juga merupakan salah satu dari beberapa polimer
sintetik, PVA memiliki sifat yang tidak berwarna, padatan termoplastik yang tidak
larut pada sebagian besar pelarut organic dan minyak, namun larut dalam air bila
gugus hidroksil daripolimernya cukup tinggi. polivinil alkohol merupakan plastik
yang paling penting dalam pembuatan film yang dapat larut dalam air (Azmy, I.
2014).
2.3 Metode Penelitian dan Hasil Penelitian
Pembuatan komposit CNT-PVA merupakan salah satu cara dalam
memanfaatkan CNT yang akan diaplikasikan dalam berbagai bidang , termasuk
dalam bidang pembuatan film dengan menggunnakan PVA. Pembuatan komposit
CNT-PVA telah dilakukan dalam beberapa penelitian yang dimana menghasilkan
peningkatan sifat mekanik yaitu peningkatan modulus young. Penambahan carbon
nanotube (CNT) ke dalam polimer polivinil alcohol (PVA) dapat meningkatkan
sifat mekanik komposit yang dihasilkan. Namun peningkatan sifat mekanik tidak
selalu terjadi ketika dilakukan penambahan CNT. Semakin banyaknya CNT
dalam komposit terdapat kemungkinan terjadi penggumpalan yang diaman
penggumpalan CNT dapat berpotensi membentuk rongga pada PVA. CNT dibuat
dengan menggunakan sebuah metode spary pyrolysis, dimana pada Sebagian
karbon digunakan dengan campuran benzen dan ferrocene, dengan temperature
sintesis 900 ℃ .
Pembuatan komposit CNT-PVA dilakukan dengan cara memvariasikan
fraksi massa CNT terhadap PVA, yang dimana PVA dilarutkan dalam aquades,
dan dipanaskan pada temperature 80 ℃ hingga PVA benar-benar larut. Kemudian
CNT di masukkan pada larutan PVA dengan menyesuaikan fraksi massa CNT.
Kemudian campurannya di aduk selama satu jam dengan hot plate magnetic stirrer
hingga keduanya tercampur, lalu tuangkan pada cetakan kemudian dikeringkan
dengan temperature 80℃ .
Pembuatan komposit CNT-PVA dilakukan beberapa metode yaitu dengan
variasi ketebalan dengan mencetak tebal, cetak lapis tebal dan cetak lapis tipis.
Pengujian komposit yaitu dengan melakukan uji Tarik dengan peralatan
Testometric. Dimana sampel itu dijepit kedua ujungnya dengan jarak jepit 75 mm,
lalu ditarik. Hasil yang didapatkan akan terekam pada system alat penguji. Berikut
Hasilnya:
Gambar 2.1. Hasil karakterisasi EDX komposit CNT- PVA dengan fraksi
massa CNT terhadap PVA (a) 20% (b) 30%
Dari hasil yang diperoleh, daerah yang sedikit mengandung CNT akan
lebih mudah mengalami deformasi setelah dilakukan pengujian. Ini karena
tegangan yang diterima PVA semakin besar. Deformasi pada komposit dengan
fraksi massa CNT 30% berupa retakan terlihat pada hasil karakterisasi permukaan
komposit dengan SEM yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 2.2 Foto makro rongga pada komposit metode cetak tebal
Permukaan tepi komposit yang menenmpel pada cetakan memiliki energi
panas yang lebih tinggi, sehingga molekul air bergerak kebagian tersebut dan
menghasilkan rongga saat pengeringan lebih lanjut.

Gambar 2.3. Foto komposit metode cetak lapis tebal tampak samping
Pada pembuatan komposit dengan metode cetak lapis tebal, digunakan
PVA sebanyak 6 gram untuk tiap lapisnya. Komposit yang dibuat terdiri dari 2
lapis. Lapisan kedua dilapiskan di atas lapisan pertama yang telah sedikit
mengering. Komposit 2 lapis memiliki ketebalan 3,19 mm. Komposit yang telah
diuji tarik menunjukkan kedua lapisan tidak menyatu dan terdapat rongga di
antara keduanya.
Gambar 2.4. Foto permukaan komposit lapis tipis
Pada metode cetak lapis tipis, jumlah PVA yang digunakan untuk tiap
lapis sebanyak 2 gram. Komposit yang dibuat dengan metode cetak lapis tipis
menghasilkan permukaan yang lebih rata karena proses penguapan molekul air
lebih merata.
2.4 Hubungan antara fisika polimer dengan pembuatan film tipis dengan
memanfaatkan carbon nanotubes (CNT) dan plovinil alcohol (PVA) dengan
melakukan penelitian pembuatan komposit CTN-PVA.
Permukaan komposit yang dibuat dengan metode cetak lapis tipis lebih
rata dibandingkan dengan metode cetak tebal dan metode cetak lapis tebal. Dari
hasil penelitian di atas, fisika material dalam memanfaatkan CNT dan PVA dapat
menghasilkan filem tipis yang baik. Karena Polyvinil alcohol (PVA) adalah suatu
resin yang dibuat dari suatu penggabungan moleku-molekul (polimerisasi) yang
diperoleh dari polimer vinil asetat. polivinil asetat, polivinil alkohol merupakan
plastik yang paling penting dalam pembuatan film yang dapat larut dalam air. Jadi
jika dilakukan pencampuran CNT dengan PVA maka akan menghasilkan
pembuatan komposit CTN-PVA yang dimana jika dibuat dengan metode cetak
lapis tipis maka dapat menghasilkan film lapisan tipis. Penambahan carbon
nanotube (CNT) ke dalam polimer polivinil alcohol (PVA) dapat meningkatkan
sifat mekanik komposit yang dihasilkan, maka keduanya akan saling berhubungan
jika dilakukan suatu pencampuran dalam menghasilkan film tipis.
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Polivinil alkohol merupakan plastik yang paling penting dalam pembuatan
film yang dapat larut dalam air. Jadi jika dilakukan pencampuran CNT dengan
PVA maka akan menghasilkan pembuatan komposit CNT-PVA yang dimana jika
dibuat dengan metode cetak lapis tipis. Dan dari hasil penelitian ketebalan
komposit CNT-PVA yang memberikan peningkatan sifat mekanik terbaik
dihasilkan dengan lapisan tipis.
DAFTAR PUSTAKA
Azmy, I. 2014. Pengaruh Konsentrasi Polivinil Alkohol (PVA)Terhadap Perfotma
Elektrokimia LiTi 2( PO 4 ¿3 Hasil Proses Sol-Gel Sebagai Anoda Untuk
Baterai Ion LithiumAqueous Elektrolit. Skripsi.
Bernas, M.S., 2018. Bahan Pembenah Tanah Polimer Untuk Konservasi Tanah
dan
Air. Palembang. UPT. Penerbit dan Percetakan.
Pamela, V. Y., dkk. 2016. KARAKTERISTIK MEKANIK, TERMAL DAN
MORFOLOGI FILM POLIVINIL ALKOHOL DENGAN
PENAMBAHAN NANOPARTIKEL ZNO DAN ASAM STEARAT
UNTUK KEMASAN MULTILAYER. Jurnal Penelitian Pascapanen
Pertanian. Volume 13 No.2.
Saputra, D.D., dan Teguh, E.S., 2020. Sintesis Carbon Nanotubes (CNT) Berbasis
Bahan Alam Limbah Tempurung Kelapa dan Aplikasinya dalam
Pembuatan
Polimer Komposit Polimida-CNT: Review. Proceeding of Chemistry
Conferences. vol. 6.
Siahan, P., dan Tri, W., 2007. Kimia Polimer. Semarang. AUSIA Fakultas Fmipa.
Wahyudi, T., dkk. 2012. PEMBUATAN KOMPOSIT CARBON NANOTUBE-
POLYVINYL ALCOHOL (CNT-PVA) SERTA EVALUASI SIFAT
MEKANIKNYA. Balai Besar Tekstil. Volume 27 No.1

Anda mungkin juga menyukai