Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA LANJUT

EKSPERIMEN PEMINTALAN ELEKTRIK SERAT NANO


POLIVINIL ALKOHOL (PVA)

Kelompok 3A

Adhila Mardhika (06111182025007)


Fatma Fadillah (06111282025017)
Karenina Amanda (06111182025015)
Regita Elsa Putri (06111182025003)
Yulianti (06111182025011)
Zaid Fadillah (06111182025013)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ida Sriyanti, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan nanoteknologi yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini
telah memberikan dampak terhadap perkembangan berbagai industri, termasuk industri
tekstil. Aplikasi nanoteknologi dalam industri tekstil dapat menghasilkan produk yang
bersifat lebih fungsional. Salah satu materi tekstil yang dihasilkan dengan menggunakan
nanoteknologi adalah serat nano (nanofiber). Dengan keunggulan sifat-sifat yang
dimilikinya seperti luas permukaan yang tinggi, struktur berpori dan tingkat modulus
elastisitas, nanofiber dapat diaplikasikan secara efektif untuk bidang medis, filtrasi, kain
pelindung dan lain-lain (Wahyudi & Sugiyana, 2011).

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk membuat serat nano adalah
electrospinning. Electrospinning merupakan suatu proses pembuatan serat nano yang efisien
dengan memanfaatkan pengaruh medan listrik dalam menghasilkan pancaran larutan atau
lelehan polimer bermuatan listrik. Beberapa keuntungan metode electrospinning terletak
pada peralatannya yang relatif sederhana dan biayanya yang cukup efisien. Keuntungan lain
dari electrospinning adalah tidak memerlukan proses fungsionalisasi, hanya membutuhkan
pelarut yang dapat mendispersikan nanopartikel dan melarutkan polimer.

Polivinil alkohol (PVA) adalah salah satu bahan yang sering digunakan dalam
pembuatan serat nano, karena PVA memiliki sifat yang tidak beracun, larut dalam air,
bersifat biodegradability, dan juga mempunyai sifat biocompatible. PVA biasanya juga
digunakan sebagai matriks bagi polimer lain untuk meningkatkan sifat mekanis membran.
Polivinil alkohol (PVA) diproduksi dengan cara polimerisasi bentuk radikal bebas dan
proses hidrolisis, sehingga distribusi berat molekul PVA menjadi lebih luas. Distribusi berat
molekul merupakan karakteristik penting dari PVA karena dapat mempengaruhi
crystallizability, adhesi, kekuatan mekanik, dan difusivitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik morfologi nanofiber PVA?
2. Bagaimana cara membuat larutan PVA dengan benar?
3. Bagaimana cara mengetahui morfologi dan karakterisitik serat nano dengan bahan
PVA dan aquades menggunakan electrospinning?

1.3 Tujuan Masalah


1. Menjelaskan karakteristik morfologi nanofiber PVA.
2. Menjelaskan cara membuat larutan PVA dengan benar.
3. Menjelaskan morfologi dan karakteristik serat nano dengan bahan PVA dan Aquades
menggunakan electrospinning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanofiber

Nanofiber atau serat nano adalah serat yang memiliki diameter kurang dari 500
nanometer dimana nanofiber merupakan salah satu hasil temuan yang mendapat perhatian
khusus karena potensi pemanfaatannya yang begitu luas pada berbagai bidang. Memiliki
Sifat yang sangat khas seperti rasio permukaan terhadap volume yang besar, pori yang kecil
dan sangat kuat. Nanofiber yang terbuat dari bahan polimer diteliti dikarenakan memiliki
sifat serta karakteristik seperti luas permukaannya yang tinggi, ukuran pori yang kecil dan
kemungkinannya untuk dibentuk struktur tiga dimensi sehingga berpotensi untuk digunakan
sebagai media filtrasi, serat optik, sistem penghantaran obat dalam bidang farmasi, tissue
scaffolds dalam dunia medis, dan pakaian pelindung (Islamiyah & Cahyono, 2021).

Electrospinning telah dianggap sebagai teknik sederhana dan efektif untuk


pembuatan serat polimer, serat anorganik dan komposit serat. Prinsip kerjanya ialah larutan
polimer pada tabung (syringe) disemprotkan dengan kecepatan alir tertentu yang dapat
diatur oleh pompa secara konstan. Polimer dilewatkan melalui lubang spinneret (jet) dan
selanjutnya ditarik menggunakan energi elektrostatik dengan tegangan listrik arus searah
(direct current/ DC) yang berkekuatan sekitar 30 kVA dan seratnya ditampung pada kolektor.
Sedangkan Nanopartikel adalah sebutan untuk partikel logam maupun non logam dalam
ukuran skala nanometer, yakni antara 1-100 nm. Nanopartikel memiliiki sifat yang berbeda
dengan material bulknya. Hal ini juga yang menjadikan nanopartikel sangat disukai untuk
diaplikasikan pada berbagai bidang teknologi. Untuk meningkatkan sifat-sifat dari material
nanofiber, nanofiber dapat dikompositkan dengan nanopartikel sehingga didapatkan sifat
gabungan dari material penyusunnya yaitu nanofiber dan nanopartikel.

2.2 Polivinil Alkohol (PVA)

Polivinil alkohol dengan rumus molekul [CH2 − CH(OH)−]n. adalah jenis polimer
hidrofilik yang tidak toksis, kelarutan yang tinggi dalam air, dan larut dalam air panas. PVA
PVA diperoleh melalui hidrolisis polivinil asetat dengan alcohol-12 karena monomer dari
vinil alkohol tidak dapat dipolimerisasi secara alami menjadi PVA. Umumnya, PVA
berwujud berupa serbuk berwarna putih dan memiliki densitas 1.200- 1.3020 g/𝑐�𝑐�3 serta
dapat larut dalam air bersuhu 80ºC. PVA memiliki kekuatan tarik yang tinggi, fleksibilitas
yang baik, dan sifat penghalang oksigen yang baik. Berdasarkan sifatnya yang kedap
terhadap uap air dan menjaga komponen aktif bahan lain supaya tidak berinteraksi dengan
oksigen maka PVA sering digunakan sebagai bahan pelapis.

Polivinil alkohol (PVA) telah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi biomedis
dan aplikasi farmasetik. PVA memiliki beberapa keuntungan yang membuat PVA dipilih
sebagai biomaterial. Beberapa keuntungan tersebut yaitu: tidak toksik, tidak bersifat
karsinogenik, bioadhesif, dan mudah dalam pengolahannya. PVA dapat mengembang di
dalam air, bersifat seperti karet, dan elastis. Karena sifat ini, PVA mampu mensimulasikan
jaringan secara alami dan dapat dengan mudah diterima oleh tubuh. PVA dapat diaplikasikan
untuk penggantian jaringan lunak, tulang rawan artikular, kateter, kulit buatan, pankreas
buatan, dan membran hemodialisis. Pada penelitian (Purnawati et al., 2017) dalam
pembuatan nanofiber yang menggunakan PVA sebagai masker debu vulkanik didapatkan
hasil bahwa konsentrasi PVA yaitu sebesar 10% dengan ukuran diameter rata-rata
nanopartikel sebesar 180,7 ± 40.6 nm.

2.3 Electrospinning

Teknik electrospinning adalah proses pembuatan serat berukuran nano (nanofiber)


secara efisien dengan memanfaatkan pengaruh medan listrik untuk menghasilkan pancaran
larutan polimer yang bermuatan listrik. Keuntungan dari metode ini adalah peralatan yang
relatif sederhana dan biaya yang murah dibandingkan dengan metode lain. Prinsip kerja dari
teknik electrospinning adalah penyemprotan larutan polimer yang ada di dalam tabung
dengan kecepatan konstan yang dapat diatur, kemudian polimer tersebut keluar melalui
lubang jarum yang kemudian ditarik dengan energi elektrostatik dari tegangan listrik arus
DC, dan serat yang terbentuk terkumpul pada layar kolektor. Ada tiga kelompok parameter
yang mempengaruhi karakteristik serat yang terbentuk yaitu larutan, proses, dan lingkungan.
Parameter larutan meliputi konsentrasi, berat molekul, viskositas, egangan permukaan, dan
konduktivitas larutan. Parameter proses meliputi tegangan, laju aliran, dan jarak kolektor ke
ujung jarum. Parameter lingkungan meliputi suhu dan kelembaban. Optimasi yang
dilakukan pada beberapa parameter tersebut dapat menghasilkan serat nano dengan
karakteristik yang diharapkan dan disesuaikan dengan aplikasi (Helga et al., 2022).

Electrospinning yaitu pembuatan serat nano dengan memberi muatan pada larutan
polimer yang kemudian dijatuhkan dari pipet di dalam daerah bermedan listrik tinggi.
Electrospinning adalah teknik pembuatan serat nano dengan memanfaatkan gaya
elektrostatik sebagai pendorong larutan polimer ketika larutan disuntikkan dari sebuah
jarum (spineret) ke suatu kolektor. Pancaran larutan polimer berakselerasi ke arah kolektor
memanjang dan menyebar secara tidak beraturan dari spineret ke kolektor. Pancaran larutan
tersebut akan menipis dan mengering seiring dengan menguapnya pelarut, meninggalkan
serat-serat nano yang saling berhubungan satu dengan lainnya membentuk jaring-jaring
yang solid (webs). Di antara beberapa teknik yang dikembangkan dalam pembuatan serat
mikro maupun nano, teknik electrospinning merupakan teknik yang dinilai lebih mudah dan
efektif untuk membuat serat halus dari berbagai macam polimer sintetik maupun alami
(Darmawan & Wibowo, 2016).

Electrospinning menggunakan tegangan tinggi yang dipasang pada ujung jarum


suntik dan collector. Ujung jarum dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan, dan
collector dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan. Kondisi ini menimbulkan
larutan polimer yang berada pada jarum akan mengalami polarisasi dan menimbulkan
medan listrik kearah collector. Syringe pump ditekan sehingga larutan menuju jarum suntik
berbentuk droplet (tetesan). Droplet akan mengalami gaya elektrostatik dan medan listrik.
Adanya kedua gaya tersebut, droplet tertarik ke arah collector membentuk kerucut kemudian
terlepas dari ujung jarum ke arah collector membentuk jet polimer. Jet tersebut membentuk
serat nonwoven dengan ukuran sangat kecil yang disebut nanofiber. Deformasi droplet
dikarenakan adanya muatan yang saling tolak menolak dari dalam larutan polimer dan
diimbangi viskositas larutan. Ukuran dan morfologi dari nanofiber dapat dikontrol dengan
parameter yang dibagi 3 kategori, yaitu:

1. Parameter larutan (viskositas larutan, konsentrasi larutan, berat molekul,


konduktivitas larutan dan zat pelarut)
2. Parameter pengolahan (penggunaan tegangan listrik, jarak nozzle dengan collector,
flowrate dan jari-jari nozzle), dan
3. Parameter lingkungan (suhu, kelembaban, dan tekanan atmosfer)
Parameter-parameter diatas sangat mempengaruhi pembentukan diameter
serat nano serta struktur atau morfologinya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Material

Polivinil alcohol (PVA) diperoleh dari Laboratorium Nano Fakultas Ilmu


Komunikasi Universitas Sriwijaya, Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Spatula Laboratorium (1 buah) 5. Pipet tetes (1 buah)

6. Aluminium foil (secukupnya)


2. Gelas kimia (1 buah)

3. Neraca Analitik Digital (1


buah)
7. Kertas perkamen
(secukupnya)

4. Magnetic stirrer (1 buah)


8. Karet gelang (1 buah) 9. Electrospinning machine (1
buah)

Bahan :

1. Aquades (secukupnya)

2. PVA (Polyvinyl Alcohol) (secukupnya)


3.3 Larutan PVA

Dalam eksperimen ini larutan polyvinyl alcohol dibuat dengan konsentrasi 10%
sebanyak 5 gram.

Langkah -langkah Membuat Larutan PVA 5 gram dengan konsentrasi 10%

1. hitung berat PVA yang digunakan


10
𝑃𝑉𝐴 ∶ 100 × 5�𝑔𝑟𝑎𝑚�= 0,5 gram

2. hitung berat pelarut yang digunakan


90
𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 ∶ × 5�𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4,5�𝑔𝑟𝑎𝑚
100

3. kalibrasi timbangan
4. timbang PVA dengan menaruh kertas perkamen keatas timbangan lalu letakkan PVA
menggunakan spatula lab hingga didapatkan berat sebesar 0.5g
5. pindahkan PVA 0.5g diatas kertas tadi ke dalam gelas ukur, kemudian letakkan kembali
gelas ukur ke atas timbangan
6. tambahkan pelarut (air aquades) ke dalam gelas berisi PVA 0.5g tadi menggunakan
pipet tetes hingga mendapatkan berat sebesar 4.5g
7. setelah itu masukkan magnet pengaduk kedalam gelas berisi PVA 0.5g dan air aquades
4.5g tadi
8. tutup gelas kimia menggunakan alumunium foil yang dilapis dua kemudian dirapatkan
dengan karet gelang hingga tidak ada cela agar tidak terjadi penguapan
9. setelah itu hidupkan mesin strirer lalu atur suhu 80°c dan kekuatan mengaduk 200 rpm
10. letakkan gelas ukur yang sudah siap tadi di atas mesin stirer yang telah di set. lalu
tunggu hingga komponen di dalam gelas ukur tadi larut.

3.4 Preparasi Nanofiber

Nanofiber Polivinil alkohol (PVA) dibuat dengan menerapkan PVA dengan konsentrasi
sebesar 10%. PVA sebanyak 0,5 gram dilarutkan dengan aquades seberat 4,5 gram sehingga
menghasilkan larutan seberat 5 gram. Magnet jarum dimasukan ke dalam gelas kimia. Lalu,
gelas kimia ditutup rapat menggunakan lapisan plastik dan aluminium foil. Pada hot plate-
magnetic stirring, larutan diaduk dengan suhu suhu 80oC, selama 60 menit dan kecepatan 200
rpm. Larutan dipindahkan ke dalam ml yang dilengkapi silika (Terumo, Jepang) dan dipintal
menggunakan electrospinning.
Gambar 3.1 Diagram Skema Peralatan Electrospinning (Jauhari, 2021)

Parameter proses yang digunakan adalah laju alir 0,1 ml per jam, tegangan tinggi 13
kV, jarak ujung jarum kolektor drum 15 cm, dan putaran nanofiber 250 rpm. Pada saat
pengumpulan nanofiber dapat menggunakan kamera untuk memantau Taylor Cone yang
terbentuk pada ujung pelarut. Morfologi PVA diamati menggunakan mikroskop fluoresensi
(MiF) (Optika B-380 Material Science MET, Italy). Analisis ukuran diameter menggunakan
software ImageJ 1.52a (National Institutes of Health, USA), dan hasil analisis dibuat normal
distribusi menggunakan perangkat lunak OriginPro 2018 (OriginLab Corporation, USA).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nanofiber PVA
Nanofiber PVA (Polyvinyl Alcohol) dipintal dengan menggunakan electrospinning
Nanolab ES106, Malaysia. Komponen-komponen yang terlibat dalam pemintalan nanofiber
PVA antara lain: (1) Jarum suntik (needle) yang sudah diasah ujungnya sampai berbentuk datar
dan didalamnya terdapat larutan polimer PVA. (2) Pompa pendorong (syringe pump) yang
digunakan untuk mendorong larutan keluar dari jarum suntik. (3) Sumber tegangan tinggi yang
terhubung pada jarum suntik untuk memberikan muatan terinduksi agar larutan polimer PVA
tertarik dari ujung jarum suntik menuju kolektor drum. (4) Kain putih dan kolektor drum yang
digunakan untuk mengumpulkan nanofiber.

Gambar 4.1 Diagram Skema Peralatan Electrospinning

Pemintalan nanofiber dimulai dengan pembuatan larutan polimer PVA dengan


komposisi bahan yang telah ditentukan yaitu PVA 10% dan Aquades 90%. Setelah dibuat,
larutan dimasukkan ke dalam suntikan sebanyak 3 mL serta pastikan tidak ada gelembung.
Kemudian letakkan pada pompa pendorong di dalam electrospinning. Selanjutnya, mengatur
suntikan di pompa pendorong dengan memilih Injection pada LCD Control Panel dan
mengatur laju alir (Rate) menjadi 0,05 mL. Setelah itu letakkan kain putih pada kolektor drum
yang berputar. Lalu, hidupkan High Voltage dan atur tegangan listrik menjadi 14 kV. Kemudian
larutan polimer PVA akan terdorong keluar hingga menuju ujung jarum dengan berbentuk
kerucut.
Jarum suntik (neddle) terhubung dengan kutub positif sumber listrik tegangan tinggi
dengan yang terdapat pada penyangga suntikan tersebut. Sementara itu, kain putih diletakkan
di atas kutub negatif dan digunakan sebagai kolektor serat nano yang terbentuk selama proses
electrospinning berlangsung.
Gambar 4.2 Nanofiber PVA

Gambar 4.2 di atas menunjukkan hasil pemintalan nanofiber PVA (Polyvinyl Alcohol).
Nanofiber PVA dibuat dengan konsentrasi PVA 10% dan Aquadest dengan konsentrasi 90%.
PVA merupakan polimer hidrofil yang mempunyai tingkat biokompatibilita tinggi, bebas
toksisitas baik secara kimia serta mempunyai stabilitas termal. Pembuatan larutan PVA pada
konsentrasi 10% sebanyak (5 x 10% = 0,5 g) sedangkan aquadest (5 x 90% = 4,5 g). Dari
gambar 4.1 menunjukkan bahwa polimer PVA menimbulkan serat halus bewarna putih. Saat
melakukan sintetis antara PVA dan Aquades terjadi perubahan viskositas larutan. Secara
makroskopis nanofiber yang terbentuk menghasilkan permukaan yang halus, homogen dan
bewarna putih. Sedangkan hasil mikroskopis nanofiber PVA dapat dilihat pada gambar 4.3.
Lembaran PVA yang terbentuk dari penumpukan nanosat telah berhasil dibuat dengan
menggunakan pemintalan elektrik sistem jarum banyak yang berjejer (multti nozzle) dan
kolektor berbentuk silinder yang dapat berputar (kolektor drum). Pada pemintalan elektrik
dengan sistem multi nozzle terjadi distorsi medan listrik pada ujung jarum, yang menyebabkan
serat pada kolektor tidak rata. Morfologi nanoserat yang dihasilkan dapat dikontrol dengan
mengubah parameter laju alir larutan. Agar nanoserat yang dihasilkan oleh pemintal elektrik
sistem jarum banyak pada kolektor rata, perlu modifikasi kembali alat pemintal elektrik yang
dapat menggeser dudukan penyemprot bergerak secara otomatis ke samping kanan dan kiri.
Lembaran nanoserat hasil pemintalan elektrik yang dihasilkan dengan alat pemintal elektrik
sistem jarum banyak dan kolektor silinder berputar memiliki potensi untuk diaplikasikan
sebagai penutup luka. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan nanoserat agar
diperoleh nanoserat yang halus tanpa butiran. Faktor-faktor tersebut adalah berat molekul,
viskositas larutan, tegangan permukaan, konduktivitas larutan, tegangan yang digunakan, laju
alir larutan, suhu, jenis kolektor, diameter nozzle, jarak antara ujung nozzle dan kolektor.
4.2 Morfologi Nanofiber PVA
Pada morfologi serat nano PVA dikarakterisasi dengan menggunakan Mikroskop
Digital. Sampel membran nanofiber yang di amat memperlihatkan morfologi serat PVA yang
terbentuk dari hasil electrospinning dengan menggunakan konsentrasi PVA 10% seberat 0,5
gram. serat nanofiber yang dihasilkan yaitu berwarna putih. Untuk morfologi dan struktur fiber
dapat dilihat seperti yang dibawah ini.

Gambar 4.3. Morfologi Nanofiber

Penampakan fisik serat PVA yang dihasilkan dari proses electrospinning dapat dilihat
seperti gambar diatas. Konsentrasi polimer yang digunakan 10% serat nano yang dihasilkan
ditemukannya beads dan serat melingkar, hal ini dikaitkan dengan viskositas larutan. Pada
viskositas rendah, larutan memiliki lebih sedikit ikatan antar rantai, menyebabkan larutan
polimer tidak dapat mempertahankan kontinuitas pemanjangan selama peregangan jet. Oleh
sebab itu, kondisi ini akan menghasilkan serat yang terdapat beads. Pada serat yang terdapat
beads juga dikarenakan serat masih berbentuk larutan tidak ditarik dengan sempurna
membentuk nanofiber. Serta, struktur fiber yang melingkar/melengkung yang disebabkan oleh
viskositas larutan terlalu rendah.

Gambar 4.4. Grafik Diameter Serat Nanofiber PVA


Berdasarkan grafik yang didapat menggunakan perangkat lunak OriginPro 2018
(OriginLab Corporation, USA) dapat dijelaskan bahwa distribusi diameter dengan sebaran
ukuran diameter serat berkisar antara 800 hingga 1400. Distribusi diameter serat PVA 10%
yang diamati memiliki koefisien variasi (cv) dengan harga 0,13. Homogenitas terjadi ketika
rasio antara standar deviasi dan diameter rata-rata serat kurang dari 0,13. Berdasarkan pada
Gambar 4.5 didapat juga standar deviasi senilai 149,02615.

Gambar 4.5. Tabel Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan diameter rata-rata 1122,83054 (mean), juga


didapatkan koefisien variasi sebesar 0,13272 (coefficient of variation). Dimana menurut teori
nilai koefisien variasi menunjukkan kehomogenan serat, apabila nilai koefisien variasi kurang
dari sama dengan 0,2 maka serat nano memiliki diameter yang homogen. Jadi, berdasarkan
data yang telah diperoleh dari eksperimen nilai koefisiennya sebesar 0,13272. Artinya, hal ini
menunjukkan bahwa diameter serat yang dihasilkan bersifat homogen.
KESIMPULAN

Dari eksperimen yang sudah dilakukan pada sampel membran nanofiber yang dibuat
menggunakan metode electrospinning dengan konsentrasi PVA 10% seberat 0,5 gram, didapat
hasil serat nanofiber berwarna putih, ditemukan beads dan serat melingkar. Serta didapatkan
diameter rata-rata 1122,83054 (mean), juga didapatkan koefisien variasi sebesar 0,13272
(coefficient of variation). Dimana menurut teori nilai koefisien variasi menunjukkan
kehomogenan serat, apabila nilai koefisien variasi kurang dari sama dengan 0,2 maka serat
nano memiliki diameter yang homogen. Jadi, berdasarkan data yang telah diperoleh dari
eksperimen nilai koefisiennya sebesar 0,13272. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa diameter
serat yang dihasilkan bersifat homogen.
Untuk Nanofiber Polivinil alkohol (PVA) dapat dibuat dengan menerapkan PVA dengan
konsentrasi sebesar 10%. PVA sebanyak 0,5 gram dilarutkan dengan aquades seberat 4,5 gram
sehingga menghasilkan larutan seberat 5 gram.
Cara mengetahui morfologi dan karakteristik serat nano dengan bahan PVA dan
Aquadest menggunakan electrospinning dapat diamati menggunakan mikroskop fluoresensi
(MiF) (Optika B-380 Material Science MET, Italy). Analisis ukuran diameter menggunakan
software ImageJ 1.52a (National Institutes of Health, USA), dan hasil analisis dibuat normal
distribusi menggunakan perangkat lunak OriginPro 2018 (OriginLab Corporation, USA).
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, M., & Wibowo, Y. D. S. (2016). KARAKTERISTIK SERAT NANO KOMPOSIT


KITOSAN-POLIVINIL ALKOHOL (PVA) DARI CANGKANG RAJUNGAN
MELALUI PROSES ELECTROSPINNING Production of Chitosan-Polyvinyl Alcohol
(PVA) Composite Nanofiber by Electrospinning Method. Jurnal Pascapanen Dan
Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 11(2), 213–222.

Helga, Z., Wibowo, L., Syakir, N., Faizal, F., & Safriani, L. (2022). Karakteristik serat nano
pva yang dibuat menggunakan elektrospinning dengan kolektor statik. Jurnal Material
Dan Energi Indonesia, 12(01), 26–33.

Islamiyah, A. N., & Cahyono, E. (2021). Preparation of PVA/ME/β-CD and PVA/ME


Nanofibers by Electrospinning and Their Activity as a Drosophila melanogaster
Attractant. Indonesian Journal of Chemical Science, 10(3), 206–214.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs/article/view/51118%0Ahttps://journal.unne
s.ac.id/sju/index.php/ijcs/article/download/51118/20517

Purnawati, D., Nugraheni, A. D., Shalihah, H., & Laraswati, L. (2017). Pembuatan Nanofiber
Polivinil Alkohol (PVA) Dengan Metode Electrospinning Sebagai Masker Debu
Vulkanik. Jurnal Fisika Indonesia, 21(1), 24. https://doi.org/10.22146/jfi.38656

Wahyudi, T., & Sugiyana, D. (2011). Pembuatan Serat Nano Menggunakan Metode
Electrospinning. Arena Tekstil, 26(1), 29–34. https://doi.org/10.31266/at.v26i1.1439
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai