Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 1

SELULOSA NANOFIBRIL

Oleh : Kelompok II

1. Mia Puspita Sari 1715041001


2. Atika Putri Karina 1715041018

Mata Kuliah : Rekayasa Nanoteknologi


Dosen : Yuli Darni, S.T, MT

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Lampung
Bandar Lampung
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr wb
Alhamdulillahirrabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT kami
telah dapat menyelesaikan makalah tentang selulosa nanofibril sebagai tugas
mata kuliah Rekayasa Nanoteknologi. Makalah ini selanjutnya akan dijadikan
bahan diskusi bersama teman – teman. Pada makalah ini memuat pengetahuan
mengenai pembuatan material selulosa nanofibril. Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat membantu kita semua untuk lebih memahami mengenai
selulosa nanofibril.
Kami bertrima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Mohon maaf atas segala kekurangan. Kritik dan
pesan yang membangun sangat kami harapkan demi makalah kami yang lebih
baik lagi kedepannya.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum wr wb

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
I. Latar Belakang...................................................................................... 1
II. Tujuan Umum....................................................................................... 1
III. Tujuan Khusus...................................................................................... 1
BAB II ISI............................................................................................................... 2
I. Bahan Dasar................................................................................................ 2
II. Metodologi dan Proses................................................................................ 3
III. Hasil dan Kesimpulan................................................................................. 6
BAB III KESIMPULAN......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa yang melibatkan proses
pembentukan material, struktur fungsional, dan molekul dalam skala
nanometer. Perkembangan nanoteknologi akhir – akhir ini mengalami
perkembangan yang amat pesat. Salah satu material yang dihasilkan dari
prinsip nanoteknologi adalah nanofiber.
Nanofiber menimbulkan sifat yang unik dan keunggulan dibandingkan
serat berukuran bulk. Nanofiber dapat dibuat dari berbagai jenis polimer
baik yang berasal dari alam maupun sintetis. Nanofiber yang berasal dari
alam antara lain yaitu selulosa.
Ketersediaan selulosa yang berlimpah dari alam menjadi sangat
menguntungkan karena memiliki berbagai keunggulan diantaranya dapat
diperbaharui, mudah terurai, tidak beracun, ramah lingkungan dsb.
Untuk itu, perlu terus dilakukannya pengembangan mengenai produk
selulosa nanofibril yang dapat menjadi bahan material yang sangat
bermanfaat dimasa yang akan datang.

II. Tujuan Umum


Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Rekayasa Nanoteknologi.

III. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui
perkembangan penelitian dan produksi selulosa nanofibril, bahan baku,
metode serta kelebihan dan kekurangan dalam produk selulosa nanofibril
yang dihasilkan. Dengan harapan dapat melakukan pembuatan atau
pembaruan terhadap produk selulosa nanofibril.

1
BAB II
ISI
I. Bahan Dasar
a. Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan
MetodeElectrospinning
Bahan dasar yang digunakan yaitu nanoselulosa yang berbentuk
nanowishkers dan diperoleh dari ekstraksi serat alam melalui proses
hidrolisa. Struktur selulosa alam pada umumnya disusun sebagai
mikrofibril yang terhubung secara teratur membentuk serat selulosa dan
memiliki kelebihan pada beberapa sifat mekanik yang kompleks.
Nanofiber komposit nanoselulosa dari nanowishkers yang dihasilkan
digunakan pada tahap kedua.
b. OPTIMASI TEKNOLOGI PRODUKSI NANOFIBER SELULOSA
BAMBU AMPEL (Bambussa vulgaris)
Bahan dasar yang digunakan yaitu Bambu Ampel (bambussa
vulgaris). Bambu Ampel merupakan salah satu tumbuhan yang
mengandung lignoselulosa. Pembudidayaan yang mudah dan jangka waku
pertumbuhan yang singkat menggambarkan potensi bambu sebagai
substitusi penggunaan serat sintetis.
c. PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL
ALKOHOL/NANOSERAT SELULOSA YANG DIISOLASI DARI
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
(ELAEISGUINEENSISJACK) DENGAN METODE LEDAK UAP
Bahan yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit,
Aquadest, NaOCl(p), NaOH, CH3COOH, H2C2O4, PVA
d. SINTESIS NANOFIBER SELULOSA ASETAT DENGAN
METODE ELECTROSPINNING
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah selulosa asetat
dengan kadar asetil 40 %, dimethylacetamide.

2
II. Metodologi dan Proses
a. Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode
Electrospinning
Proses-proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a) Proses hidrolisa
Proses ini dilakukan untuk menghasilkan nanoselulosa berbentuk
nanowishkers yang diperoleh dari ekstraksi serat alam.
b) Proses ultrasonic
Proses ini dilakukan pada suhu 30°C dengan variasi waktu 10 menit
dan 30 menit (selanjutnya masing-masing disebut UC-10 dan UC-30).
c) Proses electrospinning
d) Electrospinning merupakan metode yang relatif mudah, sederhana, dan
efektif untuk membentuk nanofiber. Penelitian pembuatan serat
polimer berskala nano (polymer nanofibers) dengan metode
electrospinning sudah banyak dilaporkan. Proses ini dilakukan pada
tegangan 15 kV, jarak antara ujung jarum dan pelat kolektor (TCD) 13
cm dan diameter jarum syringe 0,5 mm.
e) Scanning electron microscopy (SEM )
Untuk mengamati morfologi nanoselulosa dan nanofiber komposit
nanoselulosa/PVA
f) Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy.
Untuk menganalisis kandungan selulosa.
b. OPTIMASI TEKNOLOGI PRODUKSI NANOFIBER SELULOSA
BAMBU AMPEL (Bambussa vulgaris)
Proses-proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Proses pulping semikimia
1) Chip disiapkan sebanyak 250 g, konsentrasi NaOH 2,5 % (1:10).8
2) Proses pemasakan dengan alat digester selama 2 jam menggunakan
suhu 170ºC.
3) Chip dikeluarkan dan dikondisikan selama 24 jam, setelah itu dicuci
sampai pH netral.

3
1. Proses mekanik
Proses mekanik dilakukan setelah metode pulping semikimia dengan
menggunakan alat disc refiner sebanyak 4,7, 10,13, dan 16 kali, hal ini
bertujuan untuk fibrilasi mikrofibril selulosa dan dilakukan pengeringan
secara alami
2. Proses ultrasonikasi
Proses pembentukan nanofiber dengan menggunakan alat ultrasonikasi.
Mikrofibril selulosa ditimbang sebanyak 5 g sebagai massa awal,
dilarutkan dalam aquades 500 ml (1:100) dan dibiarkan selama 24 jam.
Sampel diultrasonikasi dengan menggunakan gelombang berfrekuensi
(f) = 20 kHz dengan waktu 2 jam
3. Freeze drying
Proses pengeringan menggunakan freeze dryer dengan suhu -0ºC
hingga +20ºC selama 48 jam.
4. Analisis Mikrofibril Selulosa
Analisis yang dilakukan meliputi, Scanning Electron Microscope
(SEM) untuk mengetahui morfologi permukaan dan analisis difraksi
sinar-X (XRD) untuk mengetahui kristalografi selulosa.
c. PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL /
NANOSERAT SELULOSA YANG DIISOLASI DARI TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEISGUINEENSISJACK)
DENGAN METODE LEDAK UAP
Proses – prosesnya meliputii :
a) Pembuatan larutan PVA 10%
PVA memiliki sifat yang sangat baik dalam pembentukan kemasan,
tahan tarik dan fleksibelitas tinggi. Dalam pembuatannya dengan cara
serbuk PVA dilarutkan dalam aquadest dan campuran dipanaskan dan
didinginkan.
b) Penyiapan serat tandan kosong kelapa sawit
Tandan kosong kelapa sawit direndam dan dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering.

4
Dipotong kecil – kecil dan dihaluskan menggunakan blender. Diayak
dengan saringan berukuran 80 mesh.
c) Isolasi α-Selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sebanyak 75 g TKKS yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam
beaker glass dan ditambahkan 1 L larutan NaOH 2 %. Dimasukkan
kedalam autoklaf dan diatur tekanan dan temperatur selama 1 jam.
TKKS dicuci dengan air sampai pH netral. Diketingkan α-Selulosa
yang dihasilkan didalam oven pada suhu 60°C dan ditimbang
d) Isolasi Nanoserat Selulosa dari α-Selulosa
Sebanyak 10 g α-Selulosa dihidrolisis dengan 250 mL H2C2O4 11 % di
dalam autoklaf dengan tekanan 130 kPa, suhu 130°C, dan waktu
selama 15 menit. Dihilangkan tekanan secara mendadak. Diatur
kembali tekanan sebesar 130 kPa selama 15 menit dan diulangi proses
hidrolisis selama 8 kali. Didinginkan, disaring dan dicuci residu
sampai pH netral. Dihomogenkan dengan menggunakan high shear
homogenizerdengan kecepatan putaran sebesar 8000 rpm selama 4
jam. Dikeringkan suspensi di dalam oven pada temperatur 60°C
e) Pembuatan Nanokomposit PVA/Nanoserat Selulosa
Sebanyak 28,5 g PVA 10 % dimasukkan ke dalam beaker glass .
ditambahkan NSS ke dalamnya dengan variasi berat 5,10,15,20 dan 25
berat (b/b) PVA 10 %. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan
stirer selama 2 jam. Kemudian dicetak menggunakan teflon dengan
diameter 120 mm dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 60°C
sampai diperoleh berat konstan.
d. SINTESIS NANOFIBER SELULOSA ASETAT DENGAN METODE
ELECTROSPINNING
Proses – prosesnya meliputi :
a) Pembuatan larutan selulosa asetat
Larutan selulosa asetat dibuat pada konsentrasi berbeda yaitu 5, 10,
dan 15 %. Selulosa asetat ditimbang sebanyak 5, 10 dan 15 g
kemudian dilarutkan dalam 100 ml pelarut aseton: dimethylacetamide

5
(2:1) sambil diaduk menggunakan magnetic stirrerpada suhu ruangan
secara perlahan hingga selulosa asetat larut sempurna.
b) Pembuatan nanofiber selulosa asetat dengan metode electrospinning
Menggunakan peralatan electrospun. Tahap awal proses adalah larutan
polimer dimasukkan ke dalam syringe berolume 5 ml kemudian
ditempatkan diatas syringe pump. Larutan dialirkan melalui
syringemenuju spinneret. Ujung logam spinneret kemudian
dihubungkan dengan kutub positif sumber listrik tegangan tinggi.
Lembaran plat aluminium dihubungkan dengan kutub negatif Yng
digunkan sebagai kolektor nanofiber yang terbentuk selama proses
electrospinning berlangsung. Tegangan listrik yang digunkan dalam
penelitian ini 6 kV dan jarak antara spinneret dengan kolektor 6,8 dan
10 cm. Proses electrospinning dilakukan pada temperatur ruangan
selama 2,5 jam hingga terbentuk lapisan serat nano pada plat
aluminium.
III. Hasil dan Kesimpulan
a. Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan
MetodeElectrospinning
Hasilnya menunjukkan bahwa komposit nanofiber dengan konsentrasi 3%
nanoselulosa UC-10/PVA memiliki morfologi nanofiber yang tidak
seragam dengan diameter antara 100 nm – 500 nm dan terjadi aglomerasi
di sepanjang nanofiber, sedangkan komposit nanofiber dengan konsentras
5% nanoselulosa UC-30/PVA memiliki morfologi nanofiber yang relatif
seragam dengan diameter antara 100 nm – 200 nm dan terbentuk nanofiber
yang halus.
b. OPTIMASI TEKNOLOGI PRODUKSI NANOFIBER SELULOSA
BAMBU AMPEL (Bambussa vulgaris)
Hasil produksi menghasilkan serat dalam ukuran nanofiber. Dalam
Analisis X-Ray Diffarction didapatkan bahwa selulosa yang dihasilkan
bermutu dan dapat diaplikasikan ke produk biokomposit, sedangkan dalam
Analisis Scanning Electron Microscopy disimpulkan bahwa proses
mekanik sangat berpengaruh dalam proses fibrilasi selulosa.

6
c. PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL /
NANOSERAT SELULOSA YANG DIISOLASI DARI TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEISGUINEENSISJACK)
DENGAN METODE LEDAK UAP
Hasil yang diperoleh yaitu :
a) Isolasi α-Selulosa dari TKKS
Diperoleh α-Selulosa berwarna putih dan dihasilkan α-Selulosa murni
sekitar 30 g (40 % berat awal TKKS)
b) Produksi nanoserat selulosa dari α-Selulosa
Dari 10 g α-Selulosa dihasilkan 7 g nanoserat selulosa
c) Analisa gugus fungsi dengan FTIR
Adanya interaksi PVA dengan nanoserat selulosa
d) Analisa morfologi dengan TEM
NSS telah berhasil diisolasi dari α-Selulosa yang berasal dari serat
TKKS.
e) Analisa sifat mekanik Nanokomposit PVA/NSS

7
Variasi berat PVA/NSS (80:20) (b/b) merupakan variasi berat yang
paling baik karena dapat meningkatkan kekuatan tarik dan modulus
Young’s dari nanokomposit yang dihasilkan.
f) Analisa degradasi Termal dengan TGA
Nanokomposit PVA/NSS dengan variasi berat 80:20 memiliki
stabilitas termal yang baik dibandingkan dengan variasi berat
nanokomposit yang ainnya.
g) Analisa morfologi dengan SEM
PVA/NSS (80:20)% terlihat bahwa distribusi nanoserat selulosa pada
film nanokomposit yang dihasilkan lebih merata dan homogen
dibandingkan dengan nanokomposit PVA/NSS pada perbandingan
yang lain.
d. SINTESIS NANOFIBER SELULOSA ASETAT DENGAN METODE
ELECTROSPINNING
Hasil yang diperoleh :
a) Preparasi larutan selulosa asetat
Hasil electrospinning menghasilkan nanofiber yang secara visual
berbentuk selaput tipis berwarna putih yang melekat pada kolektor
b) Karakteristik morfologi
Nanofiber dari electrospinningselulosa asetat komersial pada
konsentrasi 17%, jarak spinneretkolektor 25 cm, tegangan 25 kV
cenderung lebih padat dan ukuran diameter lebih merata pada kisaran
300 – 1500 nm
c) Karakteristik kristanilitas
Nanofiber dengan kondisi proses terbaik pada konsentrasi larutan 10%
dan jarak spinneret-kolektor 8 cm yang menghasilkan struktur yang
amorf dan tidak memiliki struktur molekul yang teratur.

8
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan artikel atau jurnal yang telah kami baca. Dapat disimpulkan
beberapa hal antara lain :
1. Pembuatan nanoselulosa dapat dibuat dari berbagai macam bahan
terutama yang mengandung lignoselulosa
2. Dalam penentuan bahan baku akan lebih baik jika dikombinasikan
dengan bahan baku tambahan yang dapat meningkatkan kualitas dan
kemampuan produk selulosa nanofibril
3. Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pembuatan
selulosa nanofibril, penentuan metode dapat ditentukan dengan melihat
bahan baku yang digunakan. Namun, tentu terdapat kelebihan dan
kekurangan dalam setiap metode yang digunakan
4. Dalam upaya fabrikasi selulosa nanofibril, metode yang paling sering
digunakan adalah metode electrospinning.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bahmid, Nur Alim, 2014. Pengembangan Nanofiber Selulosa Asetat dari Selulosa
Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Pembuatan Bioplastik.
http://repository.ipb.ac.id/ diakses tanggal 12 Maret 2019
Muhaimin, M. 2014. Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan
Metode Electrospinning. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Grup Riset
Nanomaterial, Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT),
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. http://etd.repository.ugm.ac.id/
diakses tanggal 12 Maret 2019
N Fakhruzy,dkk 2013. Optimasi Teknologi Produksi Nanofiber Selulosa Bambu
Ampel (Bambussa vulgaris). Jurnal Biofisika 9 (1): 16-21. Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Departemen Fisika, Fakultas
Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor.http://journal.ipb.ac.id/
diakses tanggal 13 Maret 2019
S Gea, Y Muis, 2017. Pembuatan Nanokomposit Polivinil Alkohol/Nanoserat
Selulosa yang diisolasi dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Metode
Ledak Uap. http://jurnal.kimia.fmipa.unmul.ac.id/ diakses tanggal 11
Maret 2019
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode
Electrospinning
Kelebihan :
 Dapat mengetahui secara jelas kandungan selulosa dan morfologi
selulosa
 Dapat menghasilkan nanofiber yang sangat baik
Kekurangan :
 Tidak diketahui secara jelas jenist serat alam yang digunakan
 Sulit mendapatkan diameter serat yang konsisten dan terkontrol
2. OPTIMASI TEKNOLOGI PRODUKSI NANOFIBER SELULOSA
BAMBU AMPEL (Bambussa vulgaris)
Kelebihan :
 Menghasilkan ukuran nanofiber yang optimum sampai 480 nm
Kekurangan :
 Metode yang digunkan rumit dan tidak sederhana
 Menurunkan kandungan selulosa
3. PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL /
NANOSERAT SELULOSA YANG DIISOLASI DARI TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEISGUINEENSISJACK) DENGAN
METODE LEDAK UAP
Kelebihan :
 Menghasilkan nanoserat selulosa yang banyak yaitu sebesar 70%
berat awasl TKKS.
 Dapat Membuat produk nanokomposit dengan kekuatan tarik yang
tinggi dan modulus Young’s yang tinggi.
Kekurangan :
 Tidak dapat difabrikasi
4. SINTESIS NANOFIBER SELULOSA ASETAT DENGAN METODE
ELECTROSPINNING
Kelebihan :
 Dapat mengetahui secara jelas ukuran diameter nanofiber terendah
dengan konsentrasi tertentu
 Teknik yang digunakan sederhana dan kontinyu
 Memanfaatkan limbah
Kekurangan :
 Sulit menentukan pelarut yang khas
 Kecendurungan hasil membentuk gel

KESIMPULAN JURNAL
1. Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode
Electrospinning
Spektroskopi FTIR dan SEM dapat digunakan sebagai instrument analisis
untuk mengklarifikasi kandungan selulosa dan mengamati morfologi selulosa
hasil hidrolisa dan nanofiber komposit nanoselulosa yang dihasilkan melalui
metode electrospinning. Fabrikasi komposit nanofiber dapat dihasilkan dengan
menggunkan nanoseluosa UC-30 sebagai fillers pada matriks PVA (dengan
konsentrasi 5% nanoselulosa/PVA) sehingga diperoleh nanofiber berupa membran
dengan karakteristik yang cukup baik.
2. OPTIMASI TEKNOLOGI PRODUKSI NANOFIBER SELULOSA
BAMBU AMPEL (Bambussa vulgaris)
Proses pilping dapat menurunkan kandungan selulosa namun memiliki derajat
kristalinitas selulosa Refiner 16 kali menghasilkan ukuran nanofiber yang
optimum dengan ukuran 480 nm. Metode pulpih kimia dan refiner dapat
digunakan untuk sintesa nanofiber bagian pangkal bamboo ampel (bambussa
vulgaris) bebas kulit.
3. PEMBUATAN NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL /
NANOSERAT SELULOSA YANG DIISOLASI DARI TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEISGUINEENSISJACK) DENGAN
METODE LEDAK UAP
1. α-selulosa telah berhasil diisolasi dari serat TKKS dengan menggunakan
metode ledak uap. α-selulosa yang diperoleh berwarna putih dan dari 75 g
TKKS diperoleh 30 g α-selulosa (40% dari berat awal serat TKKS)
2. Nanoserat selulosa telah berhasil diperoleh melalui hidrolisis α-selulosa
menggunakan H2C2O4 11% dan metode ledak uap. Dari 10 g α-selulosa
diperoleh 7 g NSS (70% dari berat awal α-selulosa). Hasil analisa TEM
menunjukkan NSS memiliki diameter rata – rata 44,6 cm
3. Analisa sifat mekanik, morfologi dan ketahanan termal dari nanokomposit
PVA/NSS menunjukkan bahwa variasi berat NSS sebesar 20%
memberikan hasil yang terbaik dengan nilai uji tarik sebesar 17,41 MPa
dan modulus Young’S 0,9 GPa, suhu dekomposisi 267,23℃ dengan
massa residu sebesar 11,8% dan permukaan yang lebih rata dan homogen.
4. SINTESIS NANOFIBER SELULOSA ASETAT DENGAN METODE
ELECTROSPINNING
1. Proses electrospinning larutan selulosa asetat dengan konsentrasi 5%
tidak menghasilkan nanofiber.
2. Peningkatan konsentrasi larutan selulosa asetat sampai 15% menyebabkan
ukuran diameter nanofiber meningkat.
3. Jarak spinneret-kolektor tidak berpengaruh terhadap morfologi dan
ukuran diameter nanofiber,
4. Proses electrospinning larutan selulosa asetat konsentrasi 10% dengan
jarak spinneret-kolektor 8 cm menghasilkan nanofiber dengan ukuran
diameter terendah 134 nm.
5. Nanofiber selulosa asetat memiliki struktur yang amorf.

KESIMPULAN
Dari keempat jurnal dapat disimpulkan bahan yang paling tepat digunakan
adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) selain mudah didapat hal ini juga
sebagai upaya pemanfaatan TKKS yang tidak lagi digunakan. Metode
pembentukan dan perlakuan yang paling sering digunakan dan dirasa paling baik
adalah metode electrospinning karena memiliki ketelitian yang tinggi, dapat
diketahui secara jelas hasilnya, dapat difabrikasi serta dapat dikontrol dengan baik
meskipun ada beberapa kekurangan yaitu munculnya gel dan diameter cenderung
tidak konstan.

Anda mungkin juga menyukai