Anda di halaman 1dari 6

Resume Jurnal Ujian Komprehensif

Nama : Nur Nilam Sari


NIM : 11150950000032
Dosen Penguji : Etyn Yunita, M.Si

Judul Jurnal : Sintesis dan Karakterisasi Selulosa Nanofiber (CNF) dari Jerami untuk Penguat
Komposit Pati Singkong
Author : Edi Syafri, Anwar Kasim, Hairul Abral, Sudirman, Grace Tj Sulungbudi,
M.R. Sanjay, Nasmi Herlina Sari

Pendahuluan
Penggunaan pati dan selulosa sebagai komposit ramah lingkungan memiliki banyak
kelebihan diantaranya adalah ramah lingkungan, mudah didapatkan dan murah. Pati memiliki
kekurangan diantaranya memiliki permeabilitas yang rendah dan bersifat hidrofil. Pati
membutuhkan penguat yang berasal dari organik maupun organik untuk meningkatkan sifat
mekanik dari komposit. Selulosa nanofiber dikenal memiliki efisiensi yang tinggi untuk
menudukung sifat fisik maupun mekanis dari komposit. Selulosa nanofiber memiliki
kompatibilitas yang cocok dengan matriks berupa pati, dapat meningkatkan stabilitas termal,
menuunkan derajat hidrofobik dan biodegradabilitas komposit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan selulosa nanofiber dari jerami pada nanokomposit endapan
kalsium karbonat dan pati singkong sebagai matriks.

Metodologi
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain jerami yang telah dikuliti, NaOH
98%, KOH, NaClO2, CH3COOH, H2SO4, gliserol, CaCO3/PCC, pati singkong yang lah
diendapkan.
Metode yang dilakukan antara lain preparasi selulosa nanofiber rami yaitu dengan
menjemur rami di bawah sinar matahari kemudian merendamnya dengan NaOH selama 2 jam
pada temperatur 170 oC. Kemudian rami dikelantang menggunakan NaClO2 + asam asetat selama
2 jam, dicuci menggunakan air bersih, dikelantang lagi menggunakan KOH, dicuci dan
dikelantang dengan NaClO2 + asam asetat untuk yang kedua kali. Serat rami kemudian di
hidrolisis menggunakan H2SO4 dengan perbandingan serat : H2SO4 sebesar 1 : 8,75. Pengambilan
serat selulosa berukuran nano dilakukan dengan proses ultrasonifikasi menggunakan ultrasonik.
Proses selanjutnya adalah pencetakan komposit dengan terlebih dahulu melarutkan pati pada
aquades sebesar 5% kemudian dicampurkan selulosa nanofiber dan CaCO3 dengan kombinasi
berbagai konsentrasi yaitu konsentrasi nanofiber 0 sampai 10% dan konsentrasi kalsium
karbonat 0 sampai 10%, dilanjutkan dengan menambah gliserol 30% dan dipanaskan pada suhu
75 oC 350 rpm kemudian dicetak. Hasil cetakan diletakan pada ultrasonic bath 15 menit dan oven
37oC 17 jam. Hasil cetakan diletakan pada desikator 1 jam sebelum diuji karakteristik. Uji
karakteristik yang dilakukan diantaranya morfologi nanokomposit menggunakan TEM, kuat
Tarik menggunakan alat tensile strength, XRD, FITR, termogravimetri dan ketahanan air.

Hasil dan Pembahasan


Kuat Tarik nanokomposit meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi pati
singkong dan CaCO3. Sebaliknya, kuat Tarik nanokmposit berkurang seiring dengan
meningkatnya nanofiber dimulai dari konsentrasi 5% hingga 10%. Sedangkan kuat Tarik
tertinggi diperoleh pada konsentrasi selulosa nanofiber 4%. Penambahan selulosa nanofiber
meningkatkan perpanjangan saat putus dari nanokomposit.
Nanokomposit tanpa penambahan penguat dan kalsium karbonat memiliki derajat
kristalinitas yang rendah. Penambahan nanofiber dan kalsium karbonat meningkatkan derajat
kristalinitas nanokomposit. Derajat kristalinitas tertinggi diperoleh dengan kadar nanofiber 4%
dan kalsium karbonat 6%. Derajat kristalinitas terendah diperoleh dengan konsentrasi nanofiber
0% dan kalsium karbonat 10%. Ketahanan air dari nanokomposit meningkat seiring dengan
meningkatnya kalsium karbonat karena sifat hidrofobiknya yang tinggi dibandingkan pati dan
selulosa. Hal ini karena kalsium karbonat bersifat inorganik. Pada analisis TGA, semakin
meningkatnya konsentrasi selulosa nanofiber, maka kehilangan berat pada temperatur 500 oC
semakin berkurang.
Kesimpulan
Ultrasonifikasi kimia adalah metode yang digunakan untuk mengisolasi selulosa
nanofiber dari jerami. Perolehan sifat mekanik terbaik adalah dari percampuran antara selulosa
nanofiber 4% dan kalsium karbonat 6% dengan kuat Tarik sebesar 12,84 MPa dengan derajat
kristalinasi tertinggi 30,76%.
Judul Jurnal : Selulosa Nanofiber dari Limbah Singkong sebagai Penguat Termoplastik Pati Singkong
Author : Eliangela de M. Teixeira, Daniel Pasquini, Antônio A.S. Curvelo, Elisângela
Corradini, Mohamed N. Belgacem, Alain Dufresne

Pendahuluan
Pati merupakan bahan alam yang tersedia melimpah dan merupakan bahan yang dapat
digunakan untuk membuat bioplastik yang ramah bagi lingkungan. Penelitian tentang bioplastik
pati telah banyak dilakukan dengan berbagai campuran, penguat dan zat pemlastis. Zat pemlastis
yang sering digunakan diantaranya adalah sorbitol dan gliserol. Pati sudah banyak digunakan
untuk bahan tambahan bagi plastik petrokimia sehingga plastik petrokimia lebih mudah
diuraikan oleh alam. Selulosa telah banyak diekstraksi dengan berbagai ukuran dari
mikroselulosa hingga nanoselulosa dengan hidrolisis asam dan berbagai metode. Nanoselulosa
teerdiri atas selulosa nanofiber dan selulosa nanokristal. Penelitian sebelumnya telah
menggunakan nanokristal sebagai penguat namun memiliki sifat mekanik yang rendah, hal ini
disebabkan karena hadirnya hemiselulosa yang berada pada nanokristal mengganggu ikatan
hidrogen antara nanokristal dan pati atau matriksnya. Singkong merupakan sumber pati
melimpah yang dapat digunakan sebagai bahan bioplastik. Industri pengolah singkong yang
memanfaatkan gula atau pati singkong aja menghasilkan limbah singkong yang mengandung
15% samapai 50% selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai nanofiber penguat bioplastik pati
singkong itu sendiri. Zat pemlastis yang digunakan berupa perpaduan antara sorbitol dan gliserol.

Metodologi
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pati singkong dengan kadar amilosa
18% dan limbah singkong dengan kadar selulosa 17,5% dan kadar pati 82,5% yang diperoleh
dari Corn Products Brazil, Gliserol, Sorbitol, asam sulfat, membran selulosa dan asam stearate.
Preparasi selulosa nanofiber diawali proses hidrolisis dengan merendam 10 gram limbah
singkong pada asam sulfat 200 ml 6.5 M sambil dipanaskan pada 60 oC dan diaduk. Sampel
disentrifugasi 8000 rpm untuk memisahkan serat dengan asam sulfat kemudian di dialisis dengan
air sampai pH mendekati normal. Sampel di ultrasonifikasi dan disimpan dalam lemari
pendingin.
Campuran yang dibuat adalah pati/nanofiber/asam strearat/sorbitol, pati/nanofiber/asam
stearat/gliserol, pati/nanofiber/asam stearat/sorbitol/gliserol dengan perbandingan sorbitol dan
gliserol 1:1. Konsentrasi nanofiber yang digunakan 0, 5, 10 dan 20 wt% dari berat pati.
Pencampuran dilakukan di Haake Rheomix 600 batch mixer 60 rpm selama 6 menit dan dicetak.
Uji karakteristik yang dilakukan diantaranya adalah uji morfologi nanofiber menggunakan
mikroskop SEM, TEM dan AFM, uji kehadiran gula dengan HPLC, uji kristalinitas nanofiber
dengan XRD, uji analisis termogravimetri, ketahanan air dan ketahanan temperatur dengan DMA
serta uji kuat tarik.

Hasil dan Pembahasan


Uji morfologi SEM menyatakan bahwa selulosa nanofiber berhasil di ekstraksi namun
masih dengan keadaan bergerombol dan masing-masing serat sulit dipisahkan. Panjang nanofiber
yang terdeteksi adalah 360 -1700 nm Analisis menggunakan AFM menunjukan diameter
nanofiber sebesar 25 nm. Derajat kristalinitas nanofiber sebesar 54%, rendahnya derajat
kristalinitas tersebut diduga karena adanya kontaminasi partikel nano lain yang ikut saat
hidrolisis. Pada uji dekomposisi termogravimetri, pengurangan massa bioplastik terjadi secara
o o
signifikan pada temperatur antara 50 C – 150 C diduga asam sulfat mengurangi
termostabilitasnya. Pada uji ketahanan air kehadiran selulosa nanofiber efektif meningkatkan
ketahanan air bioplastik. Campuran pati/nanofiber/asam stearat/sorbitol/gliserol memiliki
persentase ketahanan air yang lebih tinggi dibandingkan hanya menggunakan gliserol saja. Pada
uji kuat tarik, campuran zat pemlastis sorbitol dan gliserol lebih unggul dibandingkan hanya
menggunakan gliserol saja. Hal ini menyataan bahwa pencampuran zat pemlastis sorbitol dan
gliserol lebih efektif digunakan untuk bioplastik pati dengan penguat selulosa nanofiber.
Kesimpulan
Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa produk yang berkualitas dapat diperoleh dari
residu limbah agrikultural. Nanofiber yang diperoleh dari limbah memiliki panjang 360 – 1700
nm dan diameter 2-11 nm. Penambahan zat pemlastis gliserol dengan campuran sorbitol lebih
efektif meningkatkan sifat mekanik, ketahanan air dan derajat kristalinitas. Hal ini dikarenakan
sorbitol dan gliserol mampu menghalangi ketegangan antara pati dan selulosa nanofiber.
Penambahan selulosa nanofiber mampu mengurangi sifat hidrofil dari bioplastik pati sehingga
meningkatkan ketahanan air bioplastik.

Anda mungkin juga menyukai