Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK

POLIMER INDUSTRI
Annisa Nur Qurbaini 2017011010
Dina Novita 2017011058
Dinda Abdillah 2017011093
Ester Monika Simarmata 2017011033
Ida purwati 2017011037
BIOPOLYMER
LATAR BELAKANG

Polimer sebagian besar dikategorikan sebagai alami dan sintetis.


Polimer alami adalah biopolimer yang diperoleh dari sumber alami,
seperti diekstraksi dari tanaman, diperoleh dari limbah makanan, dan
mikroorganisme.
LATAR BELAKANG

Penelitian tentang biopolimer cukup menarik dikarenakan sifat fisik,


kimia, dan biokimia yang bisa diterapkan pada berbagai bidang.
Polisakarida yang merupakan sumber polimer alami terdiri dari karbon,
oksigen dan hidrogen yang diaplikasikan untuk membuat polimer.
Bahan baku polisakarida pembentuk biopolimer cukup beragam dan
banyak sumbernya di alam serta dengan memanfaatkan limbah yang
sudah tidak digunakan. Sumber polisakarida sangat banyak yaitu
tumbuhan, mikroba, dan hewan. Polisakarida terbagi menjadi beberapa
jenis seperti pati, selulosa, hemiselulosa, lignin, dan kitin.
LATAR BELAKANG

Di antara berbagai polimer, selulosa merupakan salah satu polimer


yang paling melimpah di bumi, yang dapat dengan mudah diperoleh
dari dinding sel tanaman. Karena biokompatibilitas dan kelestarian
lingkungannya, selulosa dan turunannya mendapat perhatian luas dan
dianggap memiliki implikasi yang signifikan.
APLIKASI

Surfaktan yang berasal dari lignosulfonate dan selulosa sulfat


berpotensi untuk diaplikasikan dalam enhanced oil recovery. Selain itu
juga biopolimer yang umum dan sudah komersil pada saat ini adalah
injeksi polimer yang berasal dari polisakarida xanthan gum hasil
fermentasi Xanthomonas campestris.
TURUNAN

Surfaktan berbasis bahan alam seperti lignosulfonat dan selulosa sulfat


dapat dijadikan alternatif pengganti surfaktan berbasis minyak bumi.
Lignosulfonat dan selulosa sulfat merupakan suatu polimer alam
turunan dari senyawa lignin dan selulosa yang dapat diperoleh dari
biomassa, salah satunya limbah gergaji kayu. Kandungan lignin dan
selulosa pada limbah gergaji kayu (hardwood) berturut-turut berkisar
16-24% dan 43- 47%.
PROSEDUR

1. Persiapan limbah gergaji kayu

Limbah gergaji kayu yang diproleh dari tempat pemotongan kayu dibersihkan dan
dikeringakan dibawah sinar matahari.
Dihaluskan menggunakan grinder.
Limbah gergaji kayu kemudian di rendam dalam air panas selama 2 jam pada
suhu 100 oC
dibilas dengan etanol dan dikeringkan.
PROSEDUR

2. Isolasi Selulosa
Limbah gergaji kayu sebanyak 25 g dimasukkan ke dalam labu leher 3.
Ditambahkan larutan NaOH 2% dan etanol dengan perbandingan 1:1.
Direfluks selama 2 jam pada suhu 90 – 95 oC. Diperoleh filtrat yang berupa (lignin)
dan residu yang berupa (selulosa).
Residu selulosa direaksikan dengan campuran asam asetat dan asam nitrat dengan
perbandingan volume 1:1.
Direfluks selama satu jam pada suhu 95 oC.
Padatan selulosa yang diperoleh kemudian dibias menggunakan etanol dan aquades.
Selulosa yang telah dimurnikan kemudian dikeringkan dan dikarakterisasi
meenggunakan FTIR dan SEM-EDX.
PROSEDUR

3. Sulfonasi selulosa

Sulfonasi selulosa dilakukan dengan menggunakan metode direct sulfonation.


Sebanyak 1.5 g selulosa dilarutkan dalam asam sulfat pekat dingin, etanol absolut
dan 0.8 g natrium sulfat didalam erlenmeyer.
Dicampuran kemudian diaduk selama 4 jam dan dijaga suhunya dibawah 0 oC.
Selanjutnya, sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan padatan dan larutan.
Padatan yang diperoleh kemudian di bilas menggunakan etanol absolut.
Padatan selulosa sulfat kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60 oC.
Produk sulfonasi kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR dan SEM-EDX.
HASIL

1. Isolasi Selulosa

Spektrum FTIR selulosa memiliki serapan pita pada bilangan gelombang


3100-3600 cm-1 yang merupakan vibrasi dari regangan –OH. Regangan C-
O pada C-O-H dan C-O-C diobservasi pada bilangan gelombang 1056-1165
cm-1. Serapan pita pada bilangan gelombang 894 cm-1 merupakan ciri
khas dari regangan C-O-C pada selulosa yang merupakan ikatan 1,4-B
glikosida.
HASIL

Proses sulfonasi selulosa dimungkinkan terjadi


pada gugus hidroksi pada posisi C6 pada
selulosa dimana pada posisi ini gugus hidroksi –
OH memiliki karakteristik yang sama dengan
alkohol primer sehingga lebih reaktif dibanding
dengan gugus hidroksi pada posisi yang lain dari
selulosa. Munculnya serapan baru pada
bilangan gelombang 1180 dan 1126 cm-1
mengindikasikan adanya vibrasi dari regangan
ikatan S=O.
HASIL

Kenampakan SEM selulosa dan selulosa


sulfat menunjukkan morfologi selulosa
sebelum disulfonasi berupa serat panjang
yang permukaannya halus. Setelah proses
sulfonasi, bagian amorphous dari selulosa
rusak akibat hidrolilis asam sehingga
menyebabkan permukaan dari selulosa sulfat
lebh kasar.
HASIL

Komposisi atom pada spesimen selulosa dan selulosa sulfat


HASIL

1. Uji kompatibilitas surfaktan selulosa sulfat

Dilakukan pengamatan uji kompabilitas selama satu minggu pada


suhu 60 oC. Dari hasil observasi diketahui surfaktan selulosa
sulfat kompatibel dengan air formasi dimana tidak terdapat
endapan pada bagian bawah botol selama pengamatan.
HASIL

2. Uji kelakukan fasa surfaktan selulosa sulfat

Pengamatan uji kelakuan fasa dilakukan selama satu minggu pada


suhu 60 oC. menunjukkan bahwa surfaktan selulosa sulfat
memiliki jenis emulsi fasa tengah, dimana posisi emulsi berada
diantara minyak dan larutan surfaktan. Jenis emulsi ini diharapkan
menghasilkan nilai tegangan antarmuka (IFT) yang rendah
HASIL

3. Nilai tegangan antarmuka (IFT)

Pengukuran nilai tegangan antarmuka dilakukan menggunakan alat


spinning drop TX 500D pada suhu 50 oC dimana menggunakan air
formasi yang berasal dari reservoir Kalimantan tengah dan crude oil P14
Rantau. Dalam penelitian ini tidak digunakan formulasi tambahan pada
larutan surfaktan. Nilai IFT 3.03 X10-1 mN/M sehingga surfaktan
selulosa sulfat sangat potensial untuk dikembangkan dalam industri
perminyakan.
BIOMATERIAL
LATAR BELAKANG

Biomaterial merupakan suatu bahan murni atau paduan dan


campuran yang berasal dari alam atau sintetis yang bertujuan untuk
aplikasi adanya kontak dengan tubuh manusia dan berfungsi untuk
memperbaiki (to repair), mengganti (to replace), mendukung (to
support) dan atau mengembalikan (to restore) fungsi organ dan atau
bagian tubuh manusia.
LATAR BELAKANG

Sebelum digunakan biomaterial harus memiliki sifat


biokompatibiulitas. Biokompatibilitas dapat artikan sebagai parameter
kemampuan material untuk bisa digunakan sebagai implan pada
tubuh makhluk hidup, sehingga daerah implant tersebut dapat
memberikan respon tertentu/spesifik, yang sesuai dengan tujuan
implantasinya.
APLIKASI

salah satu aplikasi yang sering diterapkan adalah untuk membuat


membuat biomaterial substitusi tulang yang menyerupai komposisi
tulang sebenarnya, dengan menggunakan bahan berupa cangkang
telur ayam dan bebek sebagai sumber kalsium dan KH2PO4 sintetik
sebagai sumber posfat. Cangkang telur dan KH2PO4 sebagai mineral
inorganik tulang, sedangkan matriks organik yang digunakan adalah
kitosan dari kulit udang
APLIKASI

cangkang telur ayam dan bebek digunakan sebagai sumber kalsium (Ca) karena
cangkang telur mengandung 94-97% CaCO3. Selain itu,karena ketersediannya
sangat melimpah serta harganya yang sangat murah.
Sementara itu, material yang akan digunakan sebagai matriks dalam
pembuatan biomaterial komposit substitusi tulang haruslah memiliki sifat
antara lain tidak beracun, osteo- konduktif, biocompatible, biodegradable dan
tidak karsinogenik. Salah satu bahan alam yang melimpah di Indonesia serta
memiliki karakter yang telah disebutkan adalah kitosan. Dalam penelitian ini
kitosan yang digunakan adalah kitosan yang berasal dari limbah kulit udang.
TURUNAN

Mineral tulang dalam jaringan makhluk hidup disebut apatit biologi. Apatit dalam
jaringan makhluk hidup ini mengandung banyak karbonat (CO32-). Ion CO32- dapat
menggantikan gugus posfat (PO4)3- atau hidroksil (OH-) pada kristal hidroksiapatit,
sehinggamenghasilkan mineral apatit yang nonstoikiometri.Senyawa kalsium posfat
yang memiliki karakteristik yang sama dengan mineral tulang, seperti HAP inilah yang
disin- tesis pada penelitian ini dengan menggunakan cangkang tekur ayam dan bebek
sebagai sum- ber kalsium (Ca) dan KH2PO4 sintetis sebagai sumber Posfat (PO4)3-.
Senyawa kalsium posfat ini memiliki sifat kimia yang sama dengan senyawa kalsium
posfat yang ditemukan dalam tulang, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
substitusi tulang.
PROSEDUR

1. Kalsinasi Cangkang Telur Ayam dan Bebek

Cangkang telur ayam dan bebek dibersihkan di air yang mengalir dan bagian
mem- brannya dipisahkan.
cangkang telur dikeringkan pada temperatur ruangan.
kalsinasi dilakukan pada tempera- tur 1000oC selama 5 jam untuk
menghilangkan komponen organik dan mengubah kalsium kar- bonat (CaCO3)
menjadi kalsium oksida (CaO).
Cangkang telur hasil kalsinasi dikarakterisasi dengan XRD untuk memastikan
bahwa CaCO3 pada cangkang telur ayam dan bebek telah berubah menjadi CaO.
PROSEDUR

2. Sintesis Apatit

teteskan larutan KH2PO4 (0,5 M) ke dalam larutan CaO (0,3 M) dan diaduk dengan
magnetic stirrer.
Setelah presipitasi, proses pengadukan dilanjutkan selama 30 menit. larutan
hasil presipitasi diaging (disimpan) selama 12 jam.
Larutan hasil aging kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
mendapat kan endapan yang berwarna putih.
endapan hasil penyaringan dipanaskan dalam furnace pada temperatur 110 oC
selama 3 jam, sehingga diperoleh serbuk berwarna putih. Serbuk putih tersebut
selanjutnya dikarakteri- sasi dengan XRD dan FT-IR.
PROSEDUR

3. Sintesis Komposit Apatit-Kitosan

larutan kitosan dengan asam asetat 3% dipresipitasikan pada larutan hasil sintesis
apatit dengan penambahan kitosan sebanyak 20% (b/b)
didiamkan pada suhu ruang selama 12 jam.
disaring dengan kertas saring
dikering kan pada incubator
Karakteristik sampel dianalisis melalui X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui
fasa yang terdapat pada sampel.
Gugus-gugus yang terkandung pada sampel dianalisis dengan analisis FTIR
HASIL

Berdasarkan hasil analisis XRD, ke-


murnian CaO dari hasil kalsinasi cangkang
telur bebek lebih tinggi daripada cangkang
telur ayam. Dari cangkang telur ayam
diper- oleh 65,67% (b/b) serbuk hasil
kalsinasi, sementara dari cangkang telur
bebek diperoleh 55,02% (b/b).
HASIL

Hasil analisis XRD pada sampel mem-


perlihatkan pola XRD Kristal apatit dengan
puncak difraksi dominan adalah kristal
hidroksiapatit dan apatit karbonat
HASIL

FTIR menunjukan pola serapan apatit


biologi yang ditandai den- gan adanya pita
serapan OH, PO4 dan CO3.
POLIMER BIODEGRADABLE
TURUNAN

Proses pembuatan mikrosfer menggunakan emulsifikasi ultrasonik,


yang dapat menghasilkan partikel nano dengan dimensi berukuran
nanometer. Ukuran dan bentuk partikel yang dihasilkan dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti konsentrasi polimer, rasio kloroform/air,
dan kecepatan pengadukan. Penggunaan alat ultrasonik pada
proses emulsifikasi menghasilkan partikel yang lebih kecil dan
seragam dibandingkan dengan menggunakan pengaduk biasa.
TURUNAN

Proses pelapisan nanopartikel magnetik dengan PLA, yang


melibatkan pembasahan partikel dengan larutan PLA,
emulsifikasi, dan penguapan kloroform dalam air. Partikel
terlapisi yang dihasilkan stabil dalam air dan memiliki nilai
magnetisasi saturasi yang lebih rendah karena adanya fasa lain
dalam partikel Fe3O4 yang digunakan.
PROSEDUR
Pembuatan dan Karakterisasi Partikel Magnetik Terlapis PLA

Diencerkan pengenceran dengan mencampurkan 0,1 gram Fe3O4


ke dalam 5 mL larutan PLA 10 %w/w kemudian dihomogenkan
Dimasukkan ke dalam 50 mL aquades yang telah ditambah
dengan 5 mL larutan PVA 5 %w/w sebagai stabilizer dan disonikasi
selama 2 menit.
Dituangkan emulsi ke dalam gelas beaker berisi 500 mL air sambil
diaduk dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 jam sehingga
kloroform menguap dan terbentuk butiran yang tersebar dalam
air.
PROSEDUR
Pembuatan dan Karakterisasi Partikel Magnetik Terlapis PLA

Sampel dalam bentuk serbuk kering selanjutnya dikarakterisasi


untuk menentukan bentuk, ukuran dan keberadaan Fe3O4
Bentuk dan ukuran serbuk diamati dengan Scanning Electron
Microscope (SEM). Keberadaan Fe3O4 di dalam serbuk ditentukan
berdasarkan kristalinitas dan kemagnetannya.
APLIKASI

Menghasilkan nanopartikel magnetik terlapis polimer


biodegradable (PLA) yang dapat digunakan dalam aplikasi
biomedis seperti bahan kontras MRI.
Aplikasi lainnya yaitu untuk menghasilkan mikrosfer dengan
ukuran nanometer menggunakan metode ultrasonik emulsifikasi,
yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi seperti
pengiriman obat-obatan dan bahan-bahan kosmetik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai