Abstrak
Limbah tongkol jagung yang melimpah perlu ditangani karena akan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Salah satu cara dengan mengubah tongkol jagung menjadi bioetanol. Kandungan
hemilselulosa dan selulosa pada tongkol jagung berpotensi untuk diolah menjadi glukosa yang kemudian
difermentasi sehingga menghasilkan bioetanol. Variabel penelitian berupa molaritas asam dan lama
waktu fermentasi. Proses pembuatan bioetanol terdiri dari pretreatment, hidrolisa, fermentasi, dan
pemurnian. Pretreatment dilakukan dengan menambahkan NaOH 0,1 M pada bubuk tongkol jagung. Lalu
dihidrolisa dengan HCl pada variasi konsentrasi 0,1 M ; 0,2 M ; 0,3 M ; 0,4 M ; 0,5 M. Lalu difermentasi
selama 3, 5, dan 7 hari. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan Saccaromyces Cerevisiae sebanyak
2 gram dan urea sebagai nutrien sebanyak 0,2 gram . Produk setelah difermentasi dimurnikan dengan cara
didestilasi pada temperatur 800C. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang berbanding lurus
antara molaritas asam dengan kadar etanol yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi asam, maka akan
semakin tinggi pula kadar etanol yang didapat. Begitu pula hubungan antara lama waktu fermentasi
dengan kadar etanol. Kadar etanol tertinggi yang dihasilkan pada kondisi HCl 0,5 M dengan waktu
fermentasi 7 hari yaitu 1,3 % (v/v).
Abstract
Amount of corn cobs which are commonly generated from agriculture must be treated because they can
make environmental pollution. So far not a lot of waste corn cobs used to be a value-added product. We
can solve this problem by changing corn cobs become bioethanol. Corn cobs consist of hemilselulose and
cellulose which is potential to be converted into bioethanol. The purpose of this research is for knowing
what is the effect of variation acid concentration and fermentation time on ethanol content. There are
four steps for manufacturing bioethanol, they are pretreatment, hydrolysis, fermentation, and
purification. Pretreatment performed by adding 0.1 M NaOH on corn cob powder. The corn cob
hydrolyzed with HCl at concentrations variation 0.1 M ; 0.2 M ; 0.3 M ; 0.4 M ; 0.5 M and it fermented
for 3, 5, and 7 days. Fermentation is done by adding Saccaromyces cereviceae as much as 2 grams of
yeast and as much as 0.2 grams of nutirent. After the fermented, product was purified by distilled at a
temperature of 800C. For bioethanol the research results, it can be concluded that the higher molarity
hydrochloric acid and the longer the fermentation time, it will increase the ethanol content. From the
result of research on the manufacture of bioethanol from corn cobs obtained the highest content of
ethanol is 1.3% (v/v) in optimum condition NaOH 0.5 M and fermentation for seven days.
1. PENDAHULUAN
Hidrolisis asam pekat merupakan teknik senyawa lain (Taherzadeh & Karimi, 2007 dalam
yang sudah dikembangkan cukup lama. Shofiyanto, 2008).
Braconnot di tahun 1819 pertama menemukan Hidrolisis meliputi proses pemecahan
bahwa selulosa bisa dikonversi menjadi gula polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa,
yang dapat difermentasi dengan menggunakan yaitu: selulosa dan hemiselulosa menjadi
asam pekat (Sherrad and Kressman 1945 in monomer gula penyusunnya. Hidrolisis
(Taherzadeh & Karimi, 2007 pada Shofiyanto, sempurna selulosa menghasilkan glukosa,
2008). Hidrolisis asam pekat menghasilkan gula sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa
yang tinggi (90% dari hasil teoritik) monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6).
dibandingkan dengan hidrolisis asam encer, dan Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam)
dengan demikian akan menghasilkan ethanol atau enzimatik. Ada dua macam hidrolisa yang
yang lebih tinggi (Hamelinck, Hooijdonk, & digunakan pada pembuatan bioetanol dari bahan
Faaij, 2005 dalam Shofiyanto, 2008). Hidrolisis baku biomassa, yaitu enzimatis dan hidrolisa
asam encer dapat dilakukan pada suhu rendah. asam.
Namun demikian, konsentrasi asam yang Hemisellulosa dan selulosa mudah
digunakan sangat tinggi (30 70%). dihidrolisa menggunakan asam konsentrasi
Hidrolisis asam encer juga dikenal rendah (encer) pada kondisi reaksi moderat, akan
dengan hidrolisis asam dua tahap (two stage acid tetapi diperlukan kondisi yang lebih ekstrim
hydrolysis) dan merupakan metode hidrolisis untuk dapat menghidrolisa sellulosa. Keuntungan
yang banyak dikembangkan dan diteliti saat ini. utama hidrolisa dengan asam encer adalah, tidak
Hidrolisis asam encer pertama kali dipatenkan diperlukannya recovery asam, dan tidak adanya
oleh H.K. Moore pada tahun 1919. Potongan kehilangan asam dalam proses (2002). Umumnya
(chip) kayu dimasukkan ke dalam tangki asam yang digunakan adalah H2SO4 atau HCl
kemudian diberi uap panas pada suhu 300oF pada range konsentrasi 2-5% 2002), dan suhu
selama satu jam. Selanjutnya dihidrolisis dengan reaksi 160oC. Suhu yang lebih tinggi akan
menggunakan asam fosfat. Hidrolisis dilakukan mempermudah dekomposisi gula sederhana dan
dalam dua tahap. Hidrolisat yang dihasilkan senyawa lignin
kemudian difermentasi untuk menghasilkan
ethanol. Bioetanol
Hidrolisis selulosa dengan Bioetanol adalah etanol yang. berasal
menggunakan asam telah dikomersialkan dari sumber hayati. Bioetanol bersumber dari
pertama kali pada tahun 1898 (Hamelinck, karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku
Hooijdonk, & Faaij, 2005 dalam Shofiyanto, seperti tebu, nira sorgum, ubi kayu, garut, ubi
2008). Tahap pertama dilakukan dalam kondisi jalar, sagu, jagung: jerami, bonggol jagung dan
yang lebih lunak dan akan menghidrolisis kayu. Setelah melalui proses fermentasi,
hemiselulosa (misal 0.7% asam sulfat, 190oC). dihasilkan etanol.
Tahap kedua dilakukan pada suhu yang lebih Etanol adalah senyawa organik yang
tinggi, tetapi dengan konsentrasi asam yang lebih terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen,
rendah untuk menghidrolisis selulosa (215oC, sehingga dapat dilihat sebagai derivat senyawa
0.4% asam sulfat) (Hamelinck, Hooijdonk, & hidrokarbon yang mempunyai gugus hidroksil
Faaij, 2005 dalam Shofiyanto, 2008). dengan rumus C2H5OH.
Kelemahan dari hidrolisis asam encer Etanol merupakan zat cair, tidak
adalah degradasi gula hasil di dalam reaksi berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan
hidrolisis dan pembentukan produk samping menguap, dapat bercampur dalam air dengan
yang tidak diinginkan. Degradasi gula dan segala perbandingan. Penggunaan bioetanol di
produk samping ini tidak hanya akan mengurangi antaranya adalah sebagai bahan baku industri,
hasil panen gula, tetapi produk samping juga minuman, farmasi, kosmetika, dan bahan bakar.
dapat menghambat pembentukan ethanol pada Beberapa jenis etanol berdasarkan kandungan
tahap fermentasi selanjutnya. Beberapa senyawa alkohol dan penggunaannya adalah (1) Industrial
inhibitor yang dapat terbentuk selama proses crude (90-94,9% v/v), rectified (95-96,5% v/v),
hidrolisis asam encer adalah furfural, 5- (2) jenis etanol yang netral, aman untuk bahan
hydroxymethylfurfural (HMF), asam levulinik minuman dan farmasi (96-99,5% v/v), dan (3)
(levulinic acid), asam asetat (acetic acid), asam etanol untuk bahan bakar, fuel grade etanol
format (formic acid), asam uronat (uronic acid), (99,5-100% v/v).
asam 4-hydroxybenzoic, asam vanilik (vanilic
acid), vanillin, phenol, cinnamaldehyde,
formaldehida (formaldehyde), dan beberapa
Tabel 2. Sifat Fisika dan Kimia Etanol beberapa senyawa yaitu karbon, hidrogen dan
Properti Nilai oksigen. Selain lignin, bagian yang lain dari
Berat molekul (g/mol) 46,1 jerami adalah selulosa. Selulosa merupakan
Titik beku (C) -114,1 polisakarida yang didalamnya mengandung zat -
Titik didih normal (C) 78,32 zat gula (Hari Hartadi, 1983 dalam Octavia,
Densitas (g/ml) 0,7983 2011).
Viskositas pada 20C (Cp) 1,17 Pretreatment ini dimaksudkan untuk
Panas penguapan normal 839,31 meningkatkan kemampuan area permukaan
(J/kg) (porositas) selulosa sehingga dapat
Panas pembakaran pada 29676,6 meningkatkan konversi selulosa menjadi glukosa
25C (J/kg) (gula fermentasi).
Panas jenis pada 25C (J/kg) 2,42 Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan enzim menghidrolisis bahan
Nilai oktan (penelitian)* 106-111
lignoselulosa diantaranya kandungan lignin dan
Sumber: Kirk-Orthmer, Enyclopedia of
hemiselulosa dan tingkat kekristalan selulosa.
Chemical Technolgy, vol 9, 1967) *American
Oleh karena itu pretreatment diperlukan untuk :
Petroleum Institute
1. Menghilangkan lignin dan hemiselulosa,
2. Menurunkan tingkat kekristalan selulosa
Ketika etanol dihasilkan dari biomassa yang
sehingga meningkatkan fraksi amorph
mengandung pati atau selulosa, maka etanol
selulosa, dan
mampu menjadi bioenergi. Atau lebih dikenal
3. Meningkatkan porositas material (Snchzes
dengan istilah bioetanol. Salah satu proses
dan Cardona, 2007; Zhu dkk., 2008; Hsu
pembuatan etanol dalam industri dengan cara
dkk., 2010 dalam Octavia, 2011).
fermentasi.
Pretreatment juga harus bisa
Proses fermentasi dilakukan dengan
menghalangi terbentuknya inhibitor pada
memakai berbagai macam bahan baku. Bahan
hidrolisis berikutnya dan selama proses
baku yang umum digunakan antara lain,
fermentasi, menghalangi kehilangan karbohidrat,
1. Sugar
dan biaya yang efektif (Sun dan Cheng, 2005;
Bahan bahan ini mengandung gula atau
Kumar dan Wyman, 2009 dalam Octavia, 2011).
disebut substansi sakarin yang rasanya manis.
Salah satu cara yang dapat digunakan
Bahan ini berasal dari gula tebu, gula bit,
untuk proses pretreatment bahan lignoselulosa
molase ( tetes ) buah-buahan yang langsung
adalah alkali pretreatment. Proses alkali
dapat difermentasikan menjadi alkohol
pretreatment menggunakan kondisi temperatur
2. Starches
dan tekaran yang rendah
Starches adalah bahan yang mengandung
Proses ini tergantung pada jumlah lignin
pati, gandum, kentang, akar tumbuh-
yang terkandung dalam biomasa. Sodium,
tumbuhan, jagung, ubi kayu, padi padian dan
potassium, calsium, dan aluminium hidroksida
lain-lain. Bahan jenis ini terlebih dahulu
adalah senyawa kimia yang cocok untuk proses
harus dihidrolisa dengan bantuan enzim atau
ini.
katalis asam terlebih dahulu, agar dapat
Alkali pretreatmet dapat dilakukan pada
menjadi gula, kemudian difermentasikan
kondisi rata-rata dengan waktu dalam hitungan
menjadi etanol.
jam atau hari. Proses alkali dapat mendegradasi
3. Cellulose Material
gula lebih sedikit dibandingkan proses asam.
Bahan-bahan ini mengandung sellulosa,
Sodium, potasium, kalsium dan ammonium
misalnya ampas kelapa, kayu, ampas tebu,
hidroksida merupakan senyawa yang cocok
kulit kerang, waste sulft liquor yang
untuk proses alkali pretreatment. Dari keemapat
merupakan residu dari pabrik pulp dan kertas.
senyawa ini, natrium hidroksida lebih sering
Untuk menghasilkan etanol sellulosa harus
digunakan dalam proses. Natrium nidroksida
dihidrolisa dengan mineral atau larutan asam
merupakan senyawa pretreatment yang lebih
sebelum difermentasikan
efektif. NaOH dapat menghilangkan senyawa
amorf seperti lignin dan hemiselulosa yang
Pembuatan Bioetanol
terdapat pada biomassa. Alkali pretreatment
Delignifikasi
dapat meningkatkan efektifitas enzim pada
Lignin merupakan salah satu bagian
proses enzimatik hidrolisis. Kandungan lignin
yang mengayu dari tanaman seperti janggel, kulit
pada biomassa akan mengalami proses
keras, biji, bagian serabut kasar, akar, batang dan
penguraian dengan proses NaOH pretreatment,
daun. Lignin mengandung substansi yang
tetapi tidak terjadi pada kandungan selulosanya.
kompleks dan merupakan suatu gabungan
Alkali pretreatment dapat miningkatkan
kandungan selulosa dan efektif untuk antara molekul karbohidrat dan molekul air
menghilangkan lignin. semakin berkurang dengan demikian kecepatan
Secara skematis pada prinsipnya kerja reaksi pembentukan glukosa semakin berkurang
alkali adalah sebagai berikut : pula.
1. Memutuskan sebagian ikatan antara selulosa b. PH Hidrolisa
dan hemiselulosa dengan lignin, PH berpengaruh terhadap jumlah produk
2. Esterifikasi gugus asetil dengan membentuk hidrolisis, pH ini erat hubungannya dengan
asam uronat, kosentrasi asam, dimana pH makin rendah bila
3. Merombak struktur dinding sel, melalui kosentrasi asam yang digunakan lebih besar, pH
pengembangan jaringan serat, dan optimum adalah 2 - 3. (Tina Jeoh, 1998 )
memudahkan penetrasi molekul enzim c. Waktu hidrolisa
mikroorganisme. Semakin lama pemanasan, warna semakin keruh
Cara kerja alkali memecah ikatan dan semakin besar pula konversi pati yang
lignoselulosa dan lignohemiselulosa belum dihasilkan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses
diketahui secara sempurna. Alkali mempunyai hidrolisa asam ini yaitu 1 sampai dengan 3 jam.
kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen d. Suhu
di dalam molekul selulosa kristal sehingga Semakin besar suhunya semakin besar pula
selulosa membengkak dan bagian selulosa kristal konversinya karena konstata kecepatan reaksi
akan berkurang. Alkali mampu menghasilkan juga semakin besar. Suhu yang digunakan untuk
perubahan terhadap struktur dinding sel yang mencapai konversi selulosa adalah antara 120C
mencakup hilangnya grup asetil dan fenolik, 180C.
larutnya silika dan hemiselulosa serta e. Tekanan
kemungkinan hidrolisis ikatan hemiselulosa Tekanan berpengaruh terhadap jumlah produk
lignin. Pembengkakan selulosa dapat dibedakan hidrolisis. Tekanan yang digunakan untuk titik
menjadi dua macam yakni pembengkakan di didih 120C, tekanan atmosfernya adalah 1 atm.
dalam kristal (intercrystalline swellin) dan (Tina Jeoh, 1998).
pembengkakan antarkristal (intracrystalline
swelling). Air tidak dapat menembus struktur Fermentasi
selulosa, akan tetapi berpengaruh terhadap Fermentasi adalah suatu kegiatan
pembengkakan antarkristal di dalam selulosa. penguraian bahan - bahan karbohidrat yang tidak
Membengkaknya selulosa menyebabkan menimbulkan bau busuk dan menghasilkan gas
renggangnya ikatan lignoselulosa dan karbondioksida. Suatu fermentasi yang busuk
lignohemiselulosa dan pecah sehingga dinding merupakan fermentasi yang mengalami
sel menjadi lemah (Murni dkk, 2008) kontaminasi.
Hidrolisa Ada berbagai macam fermentasi
Hidrolisa adalah proses antara reaktan tergantung dari hasil akhir fermentasi tersebut.
dengan menggunakan air supaya suatu Salah satu fermentasi yang telah berumur ribuan
persenyawaan pecah atau terurai. Reaksi tahun adalah fermentasi alkohol (etanol).
hidrolisa yaitu : Fermentasi ini dilakukan oleh mikroorganisme
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6 berupa khamir. Khamir yang sering digunakan
Selulosa Air Glukosa pada fermentasi etanol adalah Saccharomyces
Zat - zat penghidrolisa ada beberapa rnacam, cereviseae, S. uvarium, Schizosaccharomyces
antara lain : sp., Kluyveromyces sp. Khamir yang sangat
1. Air potensial untuk fermentasi etanol adalah
2. Asam Saccharomyces cereviseae karena memiliki daya
3. Basa konversi menjadi etanol sangat tinggi,
4. Enzim metabolismenya sudah diketahui, metabolit
Beberapa faktor yang mempengaruhi utama berupa etanol, karbondioksida, dan air dan
proses hidrolisa, antara lain: sedikit menghasilkan metabolit lainnya.
a. Jumlah kandungan karbohidrat pada bahan Beberapa organisme
baku seperti Saccharomyces dapat hidup, baik dalam
Jumlah kandungan karbohidrat pada bahan baku kondisi lingkungan cukup oksigen maupun
sangat berpengaruh terhadap hasil hidrolisis kurang oksigen. Organisme yang demikian
asam, dimana bila kandungan karbohidrat sedikit disebut aerob fakultatif. Dalam keadaan cukup
maka jumlah gula yang terjadi juga sedikit, dan oksigen, Saccharomyces akan melakukan
bila sebaliknya bila kandungan karbohidrat respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan
terlalu tinggi mengakibatkan kekentalan lingkungan kurang oksigen Saccharomyces akan
campuran akan meningkat, sehingga tumbukkan melakukan fermentasi. Saccharomyces
cereviiseae akan meemperoleh nuttrisi yaitu denngan Pro oses fermentaasi alkohol deengan bantuaan ragi
menam mbahkan bahhan zat-zat yaang menganduung terrgantung dari fakttor-faktor yang
fosforr dan nitroogen, sepertii super fossfat, meempengaruhi, antara lain:
ammoonium sulfat, ammonium fosfat, urea, dan
lain-laain. a. Kosentrasi
K gula
Mikroba yamg
y biasa digunakan
d adaalah Koosentrasi gu ula yang digunakan untuk
Sacchharomyces cereviseae.
c Perubahan
P yyang ferrmentasi dianttara 10 18 wwalaupun dapaat pula
terjaddi biasanya dinyatakan
d daalarn persam maan dip
pergunakan kosentrasi
k seelain itu. Apabila
A
berikuut: dip
pergunakan ko osentrasi gala terlalu tinggi hal ini
dappat nlenurunkkan pertumbuuhan ragi, seh hingga
C6H122O + Sacchharomyces cerreviseae waaktu fermentaasi akan lebbih lama daan ada
Gula Ragi kemmungkinan adanya
a gulaa tidak ekon nomis.
Koosentrasi gulaa yang seringg kali dipergu unakan
2 C2H5OH + 2 CO
C 2 adaalah 12% ataau sedikit lebbih tinggi. (Prescott
alkohhol karbbondioksida andd Dunn, 1959 dalam Octaviia, 2011).
d. Temperatur
T
Temperatur berpengaruh
b terhadap proses
ferrmentasi melaluil dua hal yaaitu secara lan
ngsung
meempengaruhi aktivitas ennzim khamirr dan
seccara tidak lan
ngsung menguurangi hasil alkohol
a
karrena penguaapan. Sepertti proses biologi b
(en
nzimatik) yang g lain, kecepaatan fermentassi akan
berrtambah sesuaai dengan kennaikan suhu sampai
s
suhhu optimum.
e. Waktu
W yang diperlukan
d unttuk fermentasii
Waaktu yang diperlukan untuk ferm mentasi
terrgantung padaa temperatur, kosentrasi gu
ula dan
fakktor-faktor lainnya. W
Waktu ferm
mentasi
Gamb bar 3. Mekkanisme Ferm mentasi Glukkosa semmpurna biasaanya selama kurang leb bih 24
Menjaadi Etanol (Heendro Subektii, 2006) jamm.(Foster A. Agblevor, 20003 dalam Octavia,
2011).
Pemurnian
Untuk memisahkan alkohol dari hasil Limbah tongkol jagung
fermentasi dapat dilakukan dengan destilasi.
Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan
perbedaan titik didih. Proses ini dilakukan untuk Pretreatment dengan NaOH
mengambil alkohol dari hasil fermentasi.
Destilasi dapat dilakukan pada suhu
80C, karena titik alkohol 78C. sedangkan titik Hidrolisa dengan HCl
didih air 100CC.
Destilasi adalah memisahkan komponen
- komponen yang mudah menguap suatu Pengaturan suhu dan pH fermentasi
campuran cair dengan cara menguapkannya
(separating agent-nya panas), yang diikuti
dengan kondensasi uap yang terbentuk dan Penambahan Ragi
menampung kondensat yang dihasilkan. Uap
yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai
uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat Fermentasi
dan bagian campuran yang tidak menguap
disebut residu.
Distilasi
2. METODOLOGI
Etanol
Percobaan dilakukan dengan
menimbang 20 gram tongkol jagung,
memasukkan kedalam 6 buah erlemeyer 500 ml. Analisa Kadar Etanol
Lalu menambahkan 200 ml NaOH 0,1 M dan
menutup rapat erlenmeyer dengan gabus. Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
Kemudian dipanaskan dengan suhu 121 oC
dengan waktu 30 menit. Kemudian mencuci fase
solidnya dengan air beberapa kali. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hidrolisis dan fermentasi dilakukan pada
erlenmeyer dengan pengisian biomassa sebanyak 1. Pengaruh Molaritas Asam HCl Terhadap
20 gram hasil pretreatment dengan Kadar Etanol Pada berbagai Variasi
menambahkan 200 ml larutan HCl. Kemudian Waktu Fermentasi
dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121 oC
selama 60 menit. Bubur tongkol jagung 4
didingingkan kemudian diatur pH nya. Setelah
itu ditambahkan Saccaromyces Cerevisiae
3,9
sebanyak 2 gram dan 0,2 gram nutrient.
Fermentasi dimulai dengan adanya penambahan
KadarEtanol(%)