Disusun oleh :
2019
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
i
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Cangkang telur merupakan salah satu sampah yang berasal dari rumah tangga yang
jumlahnya tidak sedikit. Disisi lain cangkang telur memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan apabila digunakan sebagai bahan pengolahan limbah. Hampir secara
keseluruhan cangkang telur ayam ras mengandung kalsium karbonat. Menurut
Godelitsas dkk.,(2003) Kalsium karbonat berinteraksi dengan kuat ion logam divalent
(M2+) perhitungan ion logam dalam larutan dapat dilakukan dengan adsorpsi.
Pada penelitian ini digunakan limbah-limbah dari cangkang telur ayam ras untuk
dimanfaatkan sebagai bahan adsorben logam berat khususnya Pb dan Cu dalam limbah
cair elektroplating. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karbon aktif dari
limbah cangkang telur ayam ras dengan karbon aktif buatan pabrik terhadap penyerapan
limbah cair elektroplating khususnya parameter Cu dan Pb.
2
3
1.3 Tujuan
1. Membuat karbon aktif dari sampah cangkang telur ayam ras secara aktifasi kimia.
3. Membandingkan nilai daya adsorpsi karbon aktif cangkang telur dengan karbon
aktif buatan pabrik atau komersil baik saat uji karakterisik maupun aplikasi
adsorpsi ion Cu dan Pb di limbah cair elektroplating PT X.
1.4 Kegunaan
Sebagai pencegah pencemaran lingkungan akibat dari limbah logam berbahaya dari
limbah elektroplating
1.5 Luaran
1. Penelitian ini ditargetkan membuat karbon aktif dari limbah cangkang telur ayam
ras sebagai adsorben alternatif serta membandingkannya dengan karbon aktif buatan
pabrik atau komersil baik secara nilai kemampuan adsorpsi karbon aktif saat uji
karakteristik dan secara nilai daya adsorpsi karbon aktif pada ion Cu dan Pb di limbah
cair elektroplating PT X
3
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Cangkang telur atau Kulit Telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi
melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan
Bila dilihat dengan mikroskop maka kulit telur terdiri dari 4 lapisan yaitu:
2. Lapisan busa lapisan ini merupakan bagian terbesar dari lapisan kulit telur. Lapisan
ini terdiri dari protein dan lapisan kapur yang terdiri dari kalsium karbonat, kalsium
fosfat, magnesium karbonat dan magnesium fosfat.
3. Lapisan mamilary lapisan ini merupakan lapisan ketiga dari kulit telur yang terdiri
dari lapisan yang berbentuk kerucut dengan penampang bulat atau lonjong. Lapisan ini
sangat tipis dan terdiri dari anyaman protein dan mineral.
4. Lapisan membrane merupakan bagian lapisan kulit telur yang terdalam. Terdiri dari
dua lapisan selaput yang menyelubungi seluruh isi telur. Tebalnya lebih kurang 65
mikron 1)
Potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar. Produksi telur ayam ras
petelur dan buras di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1.337.030 ton per tahunnya
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Sekitar 10% dari telur merupakan
cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 133.703 ton cangkang telur per tahunnya.
Cangkang telur mengandung sekitar 98 % CaCO3 (calcium carbonat) dan memiliki
10.000 - 20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan dapat
digunakan sebagai adsorben 2)
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus
untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar
4
antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang
menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben 3
Proses Pembuatan Karbon Aktif Secara garis besar, ada 3 tahap pembuatan karbon
aktif, yaitu:
1) Proses Dehidrasi Adalah proses penghilangan air pada bahan baku. Bahan baku
dipanaskan sampai temperatur 170°C.
a. Proses Aktivasi Fisika Pada proses aktifasi fisika, biasanya karbon dipanaskan
didalam furnace pada temperatur 800-900°C. Beberapa bahan baku lebih mudah untuk
diaktifasi jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk
menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan uap.
b. Proses Aktivasi Kimia Proses aktivasi kimia merujuk pada pelibatan bahan-bahan
kimia atau reagen pengaktif. Menurut Kirk and Othmer (1940), bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai pengaktif diantaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl,
Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya. Menyatakan bahwa unsur-unsur mineral
aktivator masuk diantara plat heksagon dari kristalit dan memisahkan permukaan yang
mula-mula tertutup. Dengan demikian, saat pemanasan dilakukan, senyawa
kontaminan yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini
menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah besar dan meningkatkan daya
serap karbon aktif 4)
Aktifator adalah zat atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai reagen pengaktif
dan zat ini akan mengaktifkan atom-atom karbon sehingga daya serapnya menjadi
5
lebih baik. Zat aktifator bersifat mengikat air yang menyebabkan air yang terikat kuat
pada pori-pori karbon yang tidak hilang pada saat karbonisasi menjadi lepas.
Selanjutnya zat aktifator tersebut akan memasuki pori dan membuka permukaan arang
yang tertutup. Dengan demikian pada saat dilakukan pemanasan, senyawa pengotor
yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terserap sehingga luas permukaan karbon
aktif semakin besar dan meningkatkan daya serapnya . Menurut Kirk and Othmer
(1978), bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif di antaranya CaCl2,
Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl, Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya.
Semua bahan aktif ini umumnya bersifat sebagai pengikat air 5)
2.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri atas reaksi-reaksi permukaan sat
padat (adsorben) dengan pencemar (adsorbat), baik pada fasa cair maupun gas atau
dengan kata lain peristiwa adsorpsi juga suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase. Dalam
peristiwa adsorpsi dibutuhkan adsorben sebagai bahan atau zat yg sifatnya dapat
menyerap zat lain sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia. Dalam
praktek penjerapan masih terbatas pada penggunaan karbon aktif dengan alasan murah
dan sebagai penjerap yang tidak selektif. Adsorben (penjerap) merupakan bahan
buatan atau alami berstruktur mikrokristal yang mempunyai pori-pori besar 8)
6
ditimbulkan bagi lingkungan maka diperlukan suatu pengolahan terlebih dahulu
sebelum efluent limbah tersebut dibuang ke lingkungan 6)
Timbal (Pb) atau biasa disebut timah hitam merupakan logam yang lunak, tidak
bisa ditempa, memiliki konduktivitas listrik yang rendah dan tergolong salah satu
logam berat seperti halnya raksa (Hg), sifat logam timbal yang tahan korosi
membuatnya sering dipakai untuk menampung cairan yang bersifat korosif ataupun
sebagai konstruksi bangunan.Pada industri elektroplating, Timbal (Pb) banyak dipakai
untuk elektroda pada peralatan elektrolisis, timbal juga digunakan untuk melapis
kuningan agar tidak licin 7)
Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82 dan berada pada golongan IVA dalam tabel
periodik unsur. Logam pada golongan A lebih beracun bila dibandingkan dengan
logam pada golongan B . Sebuah badan di Amerika Serikat (U.S. Agency for Toxic
Substance and Diseease Registry) mengeluarkan daftar mengenai bahan-bahan
berbahaya yang ditemui pada limbah atau buangan berdasarkan toksisitasnya.
Berdasarkan daftar tersebut diketahui bahwa logam merupakan kelompok terbesar
dalam kategori bahan beracun yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kesehatan manusia. Dalam kelompok logam, diketahui bahwa golongan
logam berat menempati urutan pertama, kedua, ketiga, dan keempat masing-masing
adalah timbal, merkuri, arsenik, dan kadnium 7)
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda, yang lunak dapat ditempa, dan liat.
Tembaga dalam tabel periodik memiliki lambang Cu dengan nomor atom 29 dan
memiliki massa atom standar 63,546 g/mol. Logam Cu melebur pada 1038 dan
memiliki titk didih 2562 . Karena potensial elektroda standarnya posotif (+ 0,34 V
untuk pasangan Cu/Cu2+), Cu tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen Cu bisa larut sedikit. Logam ini banyak digunakan
pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna yang biasanya
bercampur denganlogam lain seperti alloi dengan perak, kandium, timah putih dan
seng 9)
BAB III
7
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, Peralatan dan bahan
yang akan digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian yang akan dilakukan
dalam skala laboratorium.
Proses penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada diagram alir penelitian
di bawah ini. Penelitian ini dimulai dengan penyiapan cangkang telur ayam ras,
kemudian dilakukan tahap karbonisasi menggunakan furnace. Setelah itu dilakukan
aktivasi secara kimia menggunakan NaOH. Karbon aktif cangkang telur yang
terbentuk selanjutnya akan dilakukan uji karakteristik. Tahap uji karakteristik adalah
sebagai berikut :
Uji kadar air
Uji kadar abu
Uji daya serap terhadap iodium
Selanjutnya karbon aktif akan di aplikasikan sebagai adsorben untuk proses
adsorpsi limbah elektroplating PT X khususnya parameter Cu dan Pb.
8
Preparasi cangkang telur ayam
(pencucian, pengeringan/dehidrasi,
penghalusan, pengayakan(100 mesh))
Karbonisasi
Secara umum proses pembuatan karbon aktif terdiri dari tiga tahap yaitu:
3.1.1.1 Dehidrasi
3.1.1.2 Karbonisasi
Pengujian kadar air bertujuan mengetahui sifat higroskopis dari karbon aktif,
dimana umumnya karbon aktif memiliki sifat afinitas yang sangat besar terhadap
air. Sifat yang sangat higrokopis inilah, sehingga karbon aktif digunakan sebagai
absorben.
Kadar abu sangat berpengaruh terhadap kualitas barbon aktif. Keberadaan abu
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori karbon
aktif, sehingga luas permukaan karbon aktif menjadi berkurang.
11
3.1.3 Proses Aplikasi
Pengaplikasian karbon aktif cangkang telur ayam ras sebagai adsorben untuk
proses adsorpsi limbah elektroplating PT X akan menggunakan instrument AAS
untuk mengetahui kadar Cu dan Pb yang mampu diserap oleh Karbon aktif.
3.2.1.1 Dehidrasi
Cangkang telur ayam ras dicuci dengan air kemudian direndam dengan air panas
lalu di bilas dan dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 100oC sampai bobot
konstan. Kemudian cangkang telur dihaluskan menggunakan blender yang selanjutnya
cangkang telur diayak dengan ayakan 100 mesh.
3.2.1.2 Karbonisasi
Kemudian serbuk cangkang telur diarangkan dalam furnace yang dialirkan gas
nitrogen untuk meminimalisasi jumlah oksigen, pada suhu 500oC selama ±2 jam
sampai terbentuk karbon yang ditandai dengan tidak terbentuknya asap. Setelah karbon
aktif itu didinginkan di dalam desikator.
Karbon yang telah terbentuk dicampur dengan zat pnegaktivasi, yaitu NaOH.
Perbandingan yang digunakan adalah perbandingan berat 1:1 (1 gram karbon dengan
1 gr NaOH padat). Campuran tersebut dilarutkan dalam air dan dididihkan pada suhu
110o C sambil diaduk sampai terbentuk pasta. Setelah terbentuk pasta, dipindahkan ke
dalam wadah stainless steel. Campuran karbon dan zat pengaktivasi yang berada di
wadah lalu dimasukkan ke dalam oven untuk proses pemanasan pada suhu 150 °C
selama sekitar ½ jam.
Karbon yang telah teraktivasi didinginkan dalam desikator. Setelah dingin, dicuci
dengan HCl konsentrasi rendah. Pencucian dilanjutkan dengan menggunakan aquades
12
sampai air hasil cucian mendekati pH netral. Karbon aktif selanjutnya dikeringkan
dalam oven dengan suhu ± 110 °C hingga didapat bobot yang konstan. Karbon aktif
cangkang telur disimpan dalam desikator dan selanjutnya siap digunakan.
Timbang arang aktif seberat 1 gram dan masukkan ke dalam kurs porselin yang
telah dikeringkan, setelah itu masukkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam,
kemudian dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar air dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Dimana:
Sebanyak 2 gram arang aktif dimasukkan dalam cawan yang telah diketahui
bobotnya, kemudian di furnace pada suhu 400oC hingga seluruh sampel menjadi abu,
kemudian didinginkan dalam desikator hingga suhu konstan lalu ditimbang. Kadar abu
karbon dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
13
3.2.2.3 Uji daya serap terhadap iodium
Pengujian terhadap daya serap iodium dilakukan dengan menimbang karbon aktif
5 gram dan campurkan dengan 100 ml larutan Iodium 0,1 N. Kocok dengan alat
pengocok selama 15 menit. Setelah itu pindahkan ke dalam tabung sentrifugal sampai
karbon aktif turun, kemudian mengambil 10 ml cairan itu dan titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning pada larutan mulai samar, tambahkan
larutan amilum 1 % sebagai indikator. Titrasi kembali warna biru tua hingga menjadi
warna bening. Rumus perhitungan daya serap Iodium yaitu sebagai berikut:
Dimana :
fp = faktor pengenceran
14
3.2.2 Aplikasi Karbon aktif
Karbon aktif cangkang telur sebanyak 30 gram dimasukan ke dalam 1 liter limbah
cair elektroplating yang sebelumnya sudah diketahui kadar Cu dan Pb nya, selanjutnya
dilakukan pengadukan sampel limbah menggunakan magnetik stirer selama 5 menit
dengan kecepatan 300 rpm. Kemudian sampel limbah akan di lakukan pengukuran
kadar Cu dan Pb menggunakan Atomic absorption spectrophotometry (AAS) untuk
mengetahui penurunan kadar Cu dan Pb karena adanya adsorpsi dari karbon aktif.
15
3.4.2.1. Spektrofotometri AAS
3.4.2.2. Tube Furnace
16
DAFTAR PUSTAKA
17