Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN KUALITAS ABSORBEN DARI CANGKANG TELUR


AYAM RAS TERAKTIVASI TERMAL DENGAN KARBON AKTIF PADA
PENYERAPAN LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

Disusun oleh :

Orlanda NIM : 2017430022 Tahun Angkatan : 2017

Dwi prambudi NIM : 2017430031 Tahun Angkatan : 2017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................................................... 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................................................. 3

1.4 Kegunaan ........................................................................................................................................ 3

1.5 Luaran ............................................................................................................................................. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4

2.1 Cangkang telur ................................................................................................................................ 4

2.2 Karbon aktif .................................................................................................................................... 4

2.2.1 Proses pembuatan karbon aktif .............................................................................................. 5

2.3 Zat Aktivator ................................................................................................................................... 5

2.4 Adsorpsi .......................................................................................................................................... 6

2.5 Limbah electroplating ..................................................................................................................... 6

2.6 Logam berat Pb (Timbal) ................................................................................................................ 7

2.7 Logam berat Cu .............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 17

i
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri yang berpotensi menghasilkan limbah yang mengandung logam berat pb


dan cu ( timbal dan tembaga) adalah industri elektroplating. Salah satu cara mengatasi
limbah elektroplating yang mempunyai kandungan logam berat adalah dengan proses
adsorpsi (penyerapan). Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri atas reaksi
reaksi permukaan zat padat (absorben) dengan pencemar (adsorbat)baik pada fase cair
maupun fase gas. Adsorben yang paling banyak digunakan untuk tujuan ini adalah
karbon aktif. Kabon aktif merupakan adsorben yang paling umum digunakan untuk
proses adsorpsi karena kapasitas adsorpsi yang tinggi. Namun demikian, karbon aktif
yang tersedia secara komersil memiliki harga yang cukup mahal, oleh karena itu banyak
dilakukan pengembangan untuk mencari adsorben alternatif. Pada penelitian ini,
cangkang telur ayam ras digunakan sebagai bahan baku untuk menyerap logam Pb dan
Cu.

Cangkang telur merupakan salah satu sampah yang berasal dari rumah tangga yang
jumlahnya tidak sedikit. Disisi lain cangkang telur memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan apabila digunakan sebagai bahan pengolahan limbah. Hampir secara
keseluruhan cangkang telur ayam ras mengandung kalsium karbonat. Menurut
Godelitsas dkk.,(2003) Kalsium karbonat berinteraksi dengan kuat ion logam divalent
(M2+) perhitungan ion logam dalam larutan dapat dilakukan dengan adsorpsi.

Pada penelitian ini digunakan limbah-limbah dari cangkang telur ayam ras untuk
dimanfaatkan sebagai bahan adsorben logam berat khususnya Pb dan Cu dalam limbah
cair elektroplating. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karbon aktif dari
limbah cangkang telur ayam ras dengan karbon aktif buatan pabrik terhadap penyerapan
limbah cair elektroplating khususnya parameter Cu dan Pb.
2
3

1.2 Perumusan Masalah

1. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah


dalam penelitian ini yaitu pembuatan karbon aktif dari sampah cangkang telur
ayam ras sebagai adsorben pada limbah cair elektroplating PT X Khususnya
parameter Cu dan Pb serta membandingkannya dengan karbon aktif buatan
pabrik atau karbon aktif komersil

1.3 Tujuan

1. Membuat karbon aktif dari sampah cangkang telur ayam ras secara aktifasi kimia.

2. Memperoleh dan menganalisa nilai kemampuan adsorpsi karbon aktif cangkang


telur terhadap ion Cu dan Pb pada limbah cair elektroplating PT X

3. Membandingkan nilai daya adsorpsi karbon aktif cangkang telur dengan karbon
aktif buatan pabrik atau komersil baik saat uji karakterisik maupun aplikasi
adsorpsi ion Cu dan Pb di limbah cair elektroplating PT X.

1.4 Kegunaan

Sebagai pencegah pencemaran lingkungan akibat dari limbah logam berbahaya dari
limbah elektroplating

1.5 Luaran

1. Penelitian ini ditargetkan membuat karbon aktif dari limbah cangkang telur ayam
ras sebagai adsorben alternatif serta membandingkannya dengan karbon aktif buatan
pabrik atau komersil baik secara nilai kemampuan adsorpsi karbon aktif saat uji
karakteristik dan secara nilai daya adsorpsi karbon aktif pada ion Cu dan Pb di limbah
cair elektroplating PT X

3
BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cangkang telur

Cangkang telur atau Kulit Telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi
melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan

Bila dilihat dengan mikroskop maka kulit telur terdiri dari 4 lapisan yaitu:

1.Lapisan kutikula lapisan kutikula merupakan protein transparan yang melapisi


permukaan kulit telur. Lapisan ini melapisi pori-pori pada kulit telur, tetapi sifatnya
masih dapat dilalui gas sehingga keluarnya uap air dan gas CO2 masih dapat terjadi.

2. Lapisan busa lapisan ini merupakan bagian terbesar dari lapisan kulit telur. Lapisan
ini terdiri dari protein dan lapisan kapur yang terdiri dari kalsium karbonat, kalsium
fosfat, magnesium karbonat dan magnesium fosfat.

3. Lapisan mamilary lapisan ini merupakan lapisan ketiga dari kulit telur yang terdiri
dari lapisan yang berbentuk kerucut dengan penampang bulat atau lonjong. Lapisan ini
sangat tipis dan terdiri dari anyaman protein dan mineral.

4. Lapisan membrane merupakan bagian lapisan kulit telur yang terdalam. Terdiri dari
dua lapisan selaput yang menyelubungi seluruh isi telur. Tebalnya lebih kurang 65
mikron 1)

Potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar. Produksi telur ayam ras
petelur dan buras di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1.337.030 ton per tahunnya
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Sekitar 10% dari telur merupakan
cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 133.703 ton cangkang telur per tahunnya.
Cangkang telur mengandung sekitar 98 % CaCO3 (calcium carbonat) dan memiliki
10.000 - 20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan dapat
digunakan sebagai adsorben 2)

2.2 Karbon aktif

Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus
untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar
4
antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang
menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben 3

2.2.1 Proses pembuatan karbon aktif

Proses Pembuatan Karbon Aktif Secara garis besar, ada 3 tahap pembuatan karbon
aktif, yaitu:

1) Proses Dehidrasi Adalah proses penghilangan air pada bahan baku. Bahan baku
dipanaskan sampai temperatur 170°C.

2) Proses Karbonisasi Adalah proses pembakaran bahan baku dengan menggunakan


udara terbatas dengan temperatur udara antara 300oC sampai 900oC sesuai dengan
kekerasan bahan baku yang digunakan. Proses ini menyebabkan terjadinya penguraian
senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk metanol, uap asam asetat,
tar, dan hidrokarbon. Material padat yang tertinggal setelah proses karbonisasi adalah
karbon dalam bentuk arang dengan permukaan spesifik yang sempit.

3) Proses Aktivasi Proses aktivasi dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Proses Aktivasi Fisika Pada proses aktifasi fisika, biasanya karbon dipanaskan
didalam furnace pada temperatur 800-900°C. Beberapa bahan baku lebih mudah untuk
diaktifasi jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk
menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan uap.

b. Proses Aktivasi Kimia Proses aktivasi kimia merujuk pada pelibatan bahan-bahan
kimia atau reagen pengaktif. Menurut Kirk and Othmer (1940), bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai pengaktif diantaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl,
Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya. Menyatakan bahwa unsur-unsur mineral
aktivator masuk diantara plat heksagon dari kristalit dan memisahkan permukaan yang
mula-mula tertutup. Dengan demikian, saat pemanasan dilakukan, senyawa
kontaminan yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini
menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah besar dan meningkatkan daya
serap karbon aktif 4)

2.3 Zat Aktivator

Aktifator adalah zat atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai reagen pengaktif
dan zat ini akan mengaktifkan atom-atom karbon sehingga daya serapnya menjadi
5
lebih baik. Zat aktifator bersifat mengikat air yang menyebabkan air yang terikat kuat
pada pori-pori karbon yang tidak hilang pada saat karbonisasi menjadi lepas.
Selanjutnya zat aktifator tersebut akan memasuki pori dan membuka permukaan arang
yang tertutup. Dengan demikian pada saat dilakukan pemanasan, senyawa pengotor
yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terserap sehingga luas permukaan karbon
aktif semakin besar dan meningkatkan daya serapnya . Menurut Kirk and Othmer
(1978), bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif di antaranya CaCl2,
Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3, HCl, Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya.
Semua bahan aktif ini umumnya bersifat sebagai pengikat air 5)

2.4 Adsorpsi

Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri atas reaksi-reaksi permukaan sat
padat (adsorben) dengan pencemar (adsorbat), baik pada fasa cair maupun gas atau
dengan kata lain peristiwa adsorpsi juga suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase. Dalam
peristiwa adsorpsi dibutuhkan adsorben sebagai bahan atau zat yg sifatnya dapat
menyerap zat lain sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia. Dalam
praktek penjerapan masih terbatas pada penggunaan karbon aktif dengan alasan murah
dan sebagai penjerap yang tidak selektif. Adsorben (penjerap) merupakan bahan
buatan atau alami berstruktur mikrokristal yang mempunyai pori-pori besar 8)

2.5 Limbah electroplating

Meningkatnya kebutuhan akan produk yang menggunakan proses elektroplating


mendorong berkembangnya industri elektroplating yang berada di Indonesia.
Perkembangan industri yang semakin pesat tersebut selain memberikan manfaat, juga
menimbulkan dampak negatif dari limbah yang dihasilkan. Limbah dari proses
elektroplating merupakan limbah logam berat yang termasuk dalam limbah B3 (Bahan
Beracun Berbahaya) 6)

Pembuangan langsung limbah dari proses elektroplating tanpa pengolahan terlebih


dahulu ke lingkungan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Cemaran tersebut
dapat mencemari mikroorganisme dan lingkungannya baik dalam bentuk larutan,
koloid, maupun bentuk partikel lainnya. Mengingat penting dan besarnya dampak yang

6
ditimbulkan bagi lingkungan maka diperlukan suatu pengolahan terlebih dahulu
sebelum efluent limbah tersebut dibuang ke lingkungan 6)

2.6 Logam berat Pb (Timbal)

Timbal (Pb) atau biasa disebut timah hitam merupakan logam yang lunak, tidak
bisa ditempa, memiliki konduktivitas listrik yang rendah dan tergolong salah satu
logam berat seperti halnya raksa (Hg), sifat logam timbal yang tahan korosi
membuatnya sering dipakai untuk menampung cairan yang bersifat korosif ataupun
sebagai konstruksi bangunan.Pada industri elektroplating, Timbal (Pb) banyak dipakai
untuk elektroda pada peralatan elektrolisis, timbal juga digunakan untuk melapis
kuningan agar tidak licin 7)

Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82 dan berada pada golongan IVA dalam tabel
periodik unsur. Logam pada golongan A lebih beracun bila dibandingkan dengan
logam pada golongan B . Sebuah badan di Amerika Serikat (U.S. Agency for Toxic
Substance and Diseease Registry) mengeluarkan daftar mengenai bahan-bahan
berbahaya yang ditemui pada limbah atau buangan berdasarkan toksisitasnya.
Berdasarkan daftar tersebut diketahui bahwa logam merupakan kelompok terbesar
dalam kategori bahan beracun yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kesehatan manusia. Dalam kelompok logam, diketahui bahwa golongan
logam berat menempati urutan pertama, kedua, ketiga, dan keempat masing-masing
adalah timbal, merkuri, arsenik, dan kadnium 7)

2.7 Logam berat Cu

Tembaga (Cu) adalah logam merah muda, yang lunak dapat ditempa, dan liat.
Tembaga dalam tabel periodik memiliki lambang Cu dengan nomor atom 29 dan
memiliki massa atom standar 63,546 g/mol. Logam Cu melebur pada 1038 dan
memiliki titk didih 2562 . Karena potensial elektroda standarnya posotif (+ 0,34 V
untuk pasangan Cu/Cu2+), Cu tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen Cu bisa larut sedikit. Logam ini banyak digunakan
pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna yang biasanya
bercampur denganlogam lain seperti alloi dengan perak, kandium, timah putih dan
seng 9)

BAB III
7
METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, Peralatan dan bahan
yang akan digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian yang akan dilakukan
dalam skala laboratorium.
Proses penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada diagram alir penelitian
di bawah ini. Penelitian ini dimulai dengan penyiapan cangkang telur ayam ras,
kemudian dilakukan tahap karbonisasi menggunakan furnace. Setelah itu dilakukan
aktivasi secara kimia menggunakan NaOH. Karbon aktif cangkang telur yang
terbentuk selanjutnya akan dilakukan uji karakteristik. Tahap uji karakteristik adalah
sebagai berikut :
 Uji kadar air
 Uji kadar abu
 Uji daya serap terhadap iodium
Selanjutnya karbon aktif akan di aplikasikan sebagai adsorben untuk proses
adsorpsi limbah elektroplating PT X khususnya parameter Cu dan Pb.

3.1 Diagram alir penelitian

8
Preparasi cangkang telur ayam
(pencucian, pengeringan/dehidrasi,
penghalusan, pengayakan(100 mesh))

Karbonisasi

Aktivasi dengan NaOH

Penetralan dengan HCL-Aquadest

Pengeringan Karbon Aktif

Uji Karakteristik Aplikasi Karbon Aktif

Preparasi cangkang telur ayam


(pencucian, pengeringan, penghalusan)

3.1. Metode dan Tahapan Penelitian


9
3.1.1 Proses Pembuatan Karbon Aktif

Secara umum proses pembuatan karbon aktif terdiri dari tiga tahap yaitu:

3.1.1.1 Dehidrasi

Dehidrasi ialah proses penghilangan kandungan air didalam bahan baku


cara pemanasan didalam oven dengan temperatur 170 oC. Pada suhu sekitar
275 oC terjadi dekomposisi karbon dan terbentuk hasil seperti tar, methanol,
fenol dan lain-lain. Hampir 80% unsur karbon yang diperoleh pada suhu 400-
600 oC (Cerny, 1970).

3.1.1.2 Karbonisasi

Karbonisasi adalah suatu proses dimana unsur-unsur oksigen dan


hidrogen dihilangkan dari karbon dan akan menghasilkan rangka karbon yang
memiliki struktur tertentu. Hesseler berpendapat bahwa untuk menghasilkan
arang yang sesuai untuk dijadikan karbon aktif, karbonisasi dilakukan pada
temperatur lebih dari 400 oC akan tetapi hal itu juga tergantung pada bahan
dasar dan metoda yang digunakan pada aktivasi. Smisek dan Cerny,
menjelaskan bahwa saat karbonisasi terjadi beberapa tahap yang meliputi
penghilangan air atau dehidrasi, perubahan bahan organik menjadi unsur
karbon dan dekomposisi tar sehingga pori-pori karbon menjadi lebih besar.

3.1.1.3 Aktivasi kimia

Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk


memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami
perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, 2003).

Produk dari karbonisasi tidak dapat diaplikasikan sebagai adsorben


(karena struktur porosnya tidak berkembang) tanpa adanya tambahan aktivasi.
Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi pada
temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan karbon oksida yang tersebar
dalam permukaan karbon karena adanya reaksi antara karbon dengan zat
pengoksidasi (Kinoshita, 1988).
10
3.1.1.4 Tahap Netralisasi dan Pencucian

Karbon aktif dinetralkan menggunakan HCl dan dicuci menggunakan


aquades sampai pH netral. Selanjutnya karbon aktif dikeringkan di dalam
oven selama 2 jam pada suhu 150 oC. .

3.1.2 Proses uji karakteristik karbon aktif

3.1.2.1 Uji kadar air

Pengujian kadar air bertujuan mengetahui sifat higroskopis dari karbon aktif,
dimana umumnya karbon aktif memiliki sifat afinitas yang sangat besar terhadap
air. Sifat yang sangat higrokopis inilah, sehingga karbon aktif digunakan sebagai
absorben.

3.1.2.2 Uji kadar abu

Kadar abu sangat berpengaruh terhadap kualitas barbon aktif. Keberadaan abu
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori karbon
aktif, sehingga luas permukaan karbon aktif menjadi berkurang.

3.1.2.3 Uji daya serap terhadap iodium


Daya adsorpsi karbon aktif terhadap iod memiliki korelasi dengan luas
permukaan dari karbon aktif. Semakin besar angka iod maka semakin besar
kemampuannya dalam mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Untuk bilangan Iodin
akan semakin bertambah, daya serap terhadap Iod semakin besar dengan kenaikan
suhu, ini berarti bahwa kualitas arang aktif akan semakin baik dalam penyerapan.
Luas area permukaan pori merupakan suatu parameter yang sangat penting dalam
menentukan kualitas dari suatu karbon aktif sebagai adsorben. Hal ini disebabkan
karena luas area permukaan pori merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
daya adsorpsi dari suatu adsorben

11
3.1.3 Proses Aplikasi

Pengaplikasian karbon aktif cangkang telur ayam ras sebagai adsorben untuk
proses adsorpsi limbah elektroplating PT X akan menggunakan instrument AAS
untuk mengetahui kadar Cu dan Pb yang mampu diserap oleh Karbon aktif.

3.2 Prosedur penelitian

3.2.1 Pembuatan Karbon Aktif

3.2.1.1 Dehidrasi

Cangkang telur ayam ras dicuci dengan air kemudian direndam dengan air panas
lalu di bilas dan dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 100oC sampai bobot
konstan. Kemudian cangkang telur dihaluskan menggunakan blender yang selanjutnya
cangkang telur diayak dengan ayakan 100 mesh.

3.2.1.2 Karbonisasi

Kemudian serbuk cangkang telur diarangkan dalam furnace yang dialirkan gas
nitrogen untuk meminimalisasi jumlah oksigen, pada suhu 500oC selama ±2 jam
sampai terbentuk karbon yang ditandai dengan tidak terbentuknya asap. Setelah karbon
aktif itu didinginkan di dalam desikator.

3.2.1.3 Aktivasi Kimia

Karbon yang telah terbentuk dicampur dengan zat pnegaktivasi, yaitu NaOH.
Perbandingan yang digunakan adalah perbandingan berat 1:1 (1 gram karbon dengan
1 gr NaOH padat). Campuran tersebut dilarutkan dalam air dan dididihkan pada suhu
110o C sambil diaduk sampai terbentuk pasta. Setelah terbentuk pasta, dipindahkan ke
dalam wadah stainless steel. Campuran karbon dan zat pengaktivasi yang berada di
wadah lalu dimasukkan ke dalam oven untuk proses pemanasan pada suhu 150 °C
selama sekitar ½ jam.

3.2.1.4 Tahap Netralisasi dan Pencucian

Karbon yang telah teraktivasi didinginkan dalam desikator. Setelah dingin, dicuci
dengan HCl konsentrasi rendah. Pencucian dilanjutkan dengan menggunakan aquades
12
sampai air hasil cucian mendekati pH netral. Karbon aktif selanjutnya dikeringkan
dalam oven dengan suhu ± 110 °C hingga didapat bobot yang konstan. Karbon aktif
cangkang telur disimpan dalam desikator dan selanjutnya siap digunakan.

3.2.2 Uji Karakteristik Karbon aktif

3.2.2.1 Uji kadar air

Timbang arang aktif seberat 1 gram dan masukkan ke dalam kurs porselin yang
telah dikeringkan, setelah itu masukkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam,
kemudian dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar air dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

Dimana:

a = berat arang aktif mula-mula (gram)

b = berat arang aktif setelah dikeringkan (gram)

3.2.2.2 Uji kadar abu

Sebanyak 2 gram arang aktif dimasukkan dalam cawan yang telah diketahui
bobotnya, kemudian di furnace pada suhu 400oC hingga seluruh sampel menjadi abu,
kemudian didinginkan dalam desikator hingga suhu konstan lalu ditimbang. Kadar abu
karbon dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

a = massa awal karbon aktif (g)

b = massa akhir karbon aktif (g)

13
3.2.2.3 Uji daya serap terhadap iodium

Pengujian terhadap daya serap iodium dilakukan dengan menimbang karbon aktif
5 gram dan campurkan dengan 100 ml larutan Iodium 0,1 N. Kocok dengan alat
pengocok selama 15 menit. Setelah itu pindahkan ke dalam tabung sentrifugal sampai
karbon aktif turun, kemudian mengambil 10 ml cairan itu dan titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning pada larutan mulai samar, tambahkan
larutan amilum 1 % sebagai indikator. Titrasi kembali warna biru tua hingga menjadi
warna bening. Rumus perhitungan daya serap Iodium yaitu sebagai berikut:

Dimana :

A = Volume larutan iodin (mL)

B = Volume Na2S2O yang terpakai (mL)

fp = faktor pengenceran

α = bobot karbon aktif (g)

N(Na2S2O3) = kosentrasi Na2S2O3 (N)

N (iodin) = kosentrasi iodin (N)

126,93 = jumlah iodin sesuai 1 mL larutan Na2S2O3

14
3.2.2 Aplikasi Karbon aktif

3.2.2.1 Aplikasi karbon aktif cangkang telur

Karbon aktif cangkang telur sebanyak 30 gram dimasukan ke dalam 1 liter limbah
cair elektroplating yang sebelumnya sudah diketahui kadar Cu dan Pb nya, selanjutnya
dilakukan pengadukan sampel limbah menggunakan magnetik stirer selama 5 menit
dengan kecepatan 300 rpm. Kemudian sampel limbah akan di lakukan pengukuran
kadar Cu dan Pb menggunakan Atomic absorption spectrophotometry (AAS) untuk
mengetahui penurunan kadar Cu dan Pb karena adanya adsorpsi dari karbon aktif.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Studi Literatur
Studi literature terhadap proses, metode dan hasil berdasarkan jurnal-jurnal
dan penelitian serta artikel ilmiah nasional / internasional.

3.4 Analisis Data/Penafsiran Data/ Pengujian


3.4.1 Tahap Penelitian
1. Perencanaaan
Perencanaan dilakukan dengan studi literatur pada jurnl-jurnal dan
artikel ilmiah pembuatan karbon aktif cangkang telur dan limbah
elektroplating
2. Proses penelitian
Penelitian dilakukan dengan proses adsorpsi karbon aktif cangkang telur
Pada limbah elektroplating khususnya parameter Cu dan Pb
3. Pembuatan Laporan
Dilakukan setelah penelitian dari adsorpsi karbon aktif cangkang telur
terhadap limbah elektroplating
4. Kesimpulan penelitian
Hasil berupa karbon aktif cangkang telur ayam ras yang mampu
mengadsorpsi limbah elektroplating

3.4.2 Instrumen Penelitian

15
3.4.2.1. Spektrofotometri AAS
3.4.2.2. Tube Furnace

3.4.3 Prasyarat Analisis

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Dian S.A., Aulia F., Dewi P. (2014) “PEMANFAATAN LIMBAH


CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI PENGADSORPSI LOGAM
MERKURI DI SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT”
2. Titin N., Laeli K., Rita Dwi Ratnani. (2017)” PEMANFAATAN LIMBAH
CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA
METHYL ORANGE DALAM LARUTAN.” Inovasi Teknik Kimia, Vol. 2,
No. 2
3. MEILITA T.S., TUTI S. (2003)” ARANG AKTIF (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya).” Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara
4. Fuadi R., Mirah h., Jo Handi. (2008)” PEMBUATAN KARBON AKTIF
DARI PELEPAH KELAPA (Cocus nucifera).” Jurnal Teknik Kimia, No. 2,
Vol. 15
5. Tri K.D., Arif N., Edwin P. (2009) “PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI
KULI UBI KAYU (Mannihot esculenta).” Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16
6. Nurhasni., Zainus S., Ita N. (2013) “ Pengolahan Limbah Industri
Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi.” Valensi Vol. 3 No. 1
7. Basaltico R.S., Okik H. “PEMANFAATAN KULIT DURIAN SEBAGAI
ADSORBEN LOGAM BERAT Pb PADA LIMBAH CAIR
ELEKTROPLATING.” Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.8 No 1
8. Nunik P., Okayadnya. “PENYISIHAN LOGAM BESI (Fe) PADA AIR
SUMUR DENGAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI.”
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 2
9. Asriani., (2017) “IDENTIFIKASI LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA ZONASI
RADIUS 1-5 Km TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) ANTANG
MAKASSAR TERHADAP PENGARUH KUALITAS AIR SUMUR GALI.”
SKRIPSI UIN Alauddin Makassar

17

Anda mungkin juga menyukai