Anda di halaman 1dari 18

b

PENGARUH AKTIVASI FISIKA-KIMIA TERHADAP


STRUKTUR PORI, LUAS PERMUKAAN DAN SIFAT
LISTRIK KARBON AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk memenuhi sebagian


persyaratan Mencapai derajat sarjana (S-1)

NI KADEK SAGIT ARI WARSANI


F1B114032

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tanaman industri andalan bagi

perekonomian Indonesia yang tetap bertahan pada saat terjadinya krisis

ekonomi berkepanjangan dan merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang menyumbang devisa besar bagi negara (Krismawati dan Ahdia,

2013). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar kedua di

dunia setelah Malaysia. Indonesia melonjak naik menjadi produsen ekspor

minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Pada musim panen 2009/10, negara

kepulauan ini menghasilkan 21 juta ton minyak kelapa sawit, yaitu hampir

separuh dari produksi minyak kelapa sawit dunia yang berjumlah 45 juta

ton. Sebanyak 18 juta ton lainnya berasal dari Malaysia. Proyeksi beberapa

tahun ke depan diperkirakan Indonesia menempati posisi pertama. Prospek

pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di

dalam negeri tetapi juga di luar negeri (Purwanto, 2011). Dari hasil

produksi kelapa sawit tersebut tentu akan menghasilkan banyak limbah.

Pada umumnya limbah cangkang sawit tidak dimanfaatkan secara efisien

oleh masyrakat Indonesia.

Limbah cangkang sawit dapat dimanfaatkan sebagai penghasil

bio-oil melalui proses pirolisis. Proses ini merupakan peruraian dengan

bantuan panas tanpa adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang

terbatas. Biasanya terdapat tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas
(uap organik), pirolisis oil, dan arang. Proses pirolisa melibatkan

berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan

kondensasi. Proses pirolisa ini bertujuan untuk menguraikan senyawa

kimia yang ada dalam cangkang sawit seperti kadar lignin, kadar

holoselulosa, kadar air dan senyawa lainnya. Pembakaran yang tidak

sempurna pada cangkang sawit menyebabkan senyawa karbon kompleks

tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida dan peristiwa tersebut disebut

sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya

oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian

besar menjadi karbon atau arang (Sani., 2008).

Istilah lain dari pirolisis adalah “destructive distillation” atau

destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur

dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan

tanpa berhubungan dengan udara luar. Dalam mengoptimalkan

pemanfaatan arang cangkang sawit dari hasil pirolisis, maka diperlukan

alternatif lain untik memperolehh nilai tambah secara ekonomis. Salah satu

alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah cangkang kelapa

sawit menjadi arang aktif (Erna, 2010).

Karbon aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-

masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah

secara khusus melalui proses aktivasi, sehingga pori-porinya terbuka dan

dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat

lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat nonpolar. Struktur pori berhubungan dengan

luas permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan

luas permukaan semakin besar (Reski, 2013).

Beberapa penelitian mengenai pembuatan karbon aktif dari

berbagai bahan dengan aktivator kimia telah dilakukan di beberapa daerah

lain dimana variabel yang digunakan beraneka ragam. Miranti (2012)

melakukan penelitian pembuatan karbon aktif dari bambu dengan metode

aktivasi terkontrol menggunakan activating agent H3PO4 dan KOH dengan

rasio massa activating agent/massa karbon 1/1, 2/1, dan 3/1. Aktivasi

dilakukan pada temperatur 700 oC selama 1 jam. Luas permukaan tertinggi

direpresentasikan dengan bilangan iodin sebesar 772,08 mg/g diperoleh

dengan aktivasi menggunakan H3PO4 dengan rasio massa activating

agent/massa karbon 3/1, sedangkan aktivasi menggunakan KOH diperoleh

bilangan iodin tertinggi sebesar 744,92 mg/g dengan rasio massa activating

agent/massa karbon 3/1. Prameidia (2013) melakukan penelitian tentang

pengaruh konsentrasi aktivator H2SO4 terhadap daya serap karbon aktif dari

cangkang kelapa sawit pada konsentrasi 1, 2, 3 M dengan ukuran partikel

60, 170, dan 200 mesh. Kondisi terbaik didapat pada konsentrasi 3 M

dengan ukuran partikel 200 mesh menghasilkan kadar air 2,69 %; kadar abu

1,85 %; dan daya serap terhadap iodin sebesar 888,370mg/g. Saputri (2013)

melakukan penelitian tentang pengaruh suhu dan konsentrasi aktivator KOH

terhadap proses pembuatan karbon aktif dari cangkang sawit untuk

mengolah POME pada suhu 450 oC dan 500 oC dengan konsentrasi 5, 10,
15, 20, dan 25 %, Kondisi terbaik didapat pada karbon aktif dengan suhu

500 oC dan konsentrasi aktivator KOH 25 % menghasilkan kadar air 6,34

%; kadar abu 3,506 %, kadar zat terbang 10,163 %, kadar karbon 78,991 %;

dan daya serap terhadap iodin sebesar 457,828 mg/g. Kurniawan dkk (2014)

melakukan penelitian karakterisasi luas permukaan BET (Braunanear,

Emmelt, dan Teller) karbon aktif dari tempurung kelapa dan tandan kosong

kelapa sawit dengan aktivasi asam fosfat (H3PO4) dengan konsentrasi 2,5;

2,75; 3; 3,25; dan 3,5 M selama 7 jam dengan suhu karbonisasi 400 oC

selama 3 jam. Dari hasil penelitian bahwa luas permukaan karbon aktif yang

terbaik adalah pada tempurung kelapa sawit dengan variasi 3 M dengan

hasil 386,447 m2 /g.

Berdasarkan uraian di atas, masih sedikit ya n g

melakukan aktivasi dengan menggunakan aktivasi secara

f i s i k a . M aka pada penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan kajian

mengenai “Pengaruh Aktivasi Fisika-Kimia Terhadap Struktur Pori,

Luas Permukaan dan Sifat Listrik Karbon Aktif dari Limbah

Cangkang Kelapa Sawit”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka masalah yang

muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses aktivasi fisika-kimia pada hasil pirolisis karbon

cangkang kelapa sawit?

2. Bagaimana pengaruh aktivasi secara fisika-kimia hasil pirolisis karbon

cangkang kelapa sawit terhadap struktur pori, luas permukaan dan sifat

listrik yang dihasilkan ?

3. Bagaimana perbandingan struktur pori, luas permukaan dan sifat listrik

yang dihasilkan sebelum dan sesudah aktivasi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji proses aktivasi fisika-kimia pada hasil pirolisis karbon

cangkang kelapa sawit?

2. Mengetahui pengaruh aktivasi secara fisika-kimia hasil pirolisis karbon

cangkang kelapa sawit terhadap struktur pori, luas permukaan dan sifat

listrik yang dihasilkan ?

3. Mengetahui perbandingan struktur pori, luas permukaan dan sifat listrik

yang dihasilkan sebelum dan sesudah aktivasi ?


D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang fisika

serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang ada untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

2. Bagi lembaga pendidikan

Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai sarana informasi bagi

pembaca serta sebagai bahan pelengkap referensi bagi pihak-pihak

yang membutuhkan.

3. Bagi Pemerintah dan bidang ekonomi serta masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah

secara objektif tentang pembuatan karbon aktif aktif dari limbah

organik cangkang kelapa sawit melalui aktivasi fisika-kimia.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Cangkang Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia

yang perkembangannya sangat pesat. Dalam industri pengolahan minyak

sawit atau Crude Palm Oil (CPO) akan diperoleh limbah industri. Limbah

ini digolongkan menjadi limbah padat, cair, dan gas. Salah satu jenis

limbah padatnya yaitu cangkang kelapa sawit. Cangkang kelapa sawit

merupakan salah satu limbah yang jumlahnya mencapai 60% dari produksi

minyak inti. Limbah cangkang kelapa sawit berwarna hitam keabuan,

bentuk tidak beraturan, dan memiliki kekerasan cukup tinggi (Purwanto,

D. 2011). Cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai karbon aktif.

Karbon aktif dapat dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu

5500C selama kurang lebih tiga jam. Karakteristik karbon aktif yang

dihasilkan melalui proses tersebut memenuhi SII, kecuali kadar abu.

Tingkat keaktifan karbon cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serap

iodnya sebesar 28,9% (Andriati, 2003).

Sumber : https://www.google.co.jp
Gambar 1. Cangkang Kelapa Sawit
Cangkang sawit mengandung selulosa sebesar 45% dan

hemiselulosa sebesar 26% yang baik untuk dimanfaatkan sebagai arang

aktif (Rasmawan, 2009). Menurut Pope (1999), bahan organik yang

mengandung lignin, hemiselulosa, dan selulosa dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena sangat efektif

mengadsorpsi limbah cair. Selain itu lignin dan selulosa sebagian besar

tersusun dari unsur karbon yang pada umumnya dapat dijadikan karbon.

Cangkang sawit termasuk bahan berlignoselulosa berkadar karbon tinggi

dan memiliki massa jenis lebih daripada kayu sebesar 1,4 g/ml. Dimana

semakin besar massa jenis bahan baku, daya serap arang aktif yang

dihasilkan akan semakin besar sehingga baik untuk dijadikan arang aktif

(Nurmala dan Hartoyo, 1990).

Tabel 1. Karakteristik Cangkang Kelapa Sawit


No. Parameter Hasil (%)
1 Kadar air 7,8
2 Kadar abu 2,2
3 Kadar yang menguap 69,5
4 Karbon aktif murni 22,5
Sumber : Kim, dkk.

B. Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan yang berupa karbon amorf yang

mempunyai luas permukaan yang sangat besar, yaitu 200 sampai 200 m2 /g.

Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan pada

proses adsorpsi. Hal ini disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorpsi

dan luas permukaan yang lebih baik dibandingkan adsorben lainnya. Luas

permukaan yang besar ini disebabkan karena mempunyai struktur pori-pori. Pori-
pori inilah yang menyebabkan karbon aktif mempunyai kemampuan untuk

menyerap (Sudibandriyo, 2003).

1. Jenis-jenis Karbon aktif

Berdasarkan bentuknya, karbon aktif dapat dibedakan menjadi tiga

golongan, yaitu (Sukir, 2008):

1. Bentuk serbuk. Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran lebih kecil dari

0,18 mm (80#). Terutama digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas.

Digunakan pada industri pengolahan air minum, industri farmasi, terutama

untuk pemurnian monosodium glutamat, bahan tambahan makanan, penghilang

warna asam furan, pengolahan pemurnian jus buah, penghalus gula, pemurnian

asam sitrat, asam tartarik, pemurnian glukosa dan pengolahan zat pewarna

kadar tinggi.

2. Bentuk granular. Karbon aktif bentuk granular/tidak beraturan dengan ukuran

0,2 –0,5 mm. Jenis ini umumnya digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas.

Beberapa aplikasi dari jenis ini digunakan untuk: pemurnian emas, pengolahan

air, air limbah dan air tanah, pemurni pelarut dan penghilang bau busuk.

3. Bentuk pellet. Karbon aktif berbentuk pellet dengan diameter 0,8-5 mm.

Kegunaaan utamanya adalah untuk aplikasi fasa gas karena mempunyai

tekanan rendah, kekuatan mekanik tinggi dan kadar abu rendah. Digunakan

untuk pemurnian udara, kontrol emisi, tromol otomotif, penghilang bau

kotoran, dan pengontrol emisi pada gas buang.


Berdasarkan pori-porinya, karbon aktif dapat dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu (Sukir, 2008):

1. Makropori. Merupakan bagian paling luar dari karbon aktif, dengan jari-jari

lebih besar dari 50 nm dengan volume pori-pori 0,2-0,5 cm3 /gr dan luas

permukaan 0,2-2 m2 /gr. Makropori dan mesopori memberikan kapasitas

adsorpsi karbon aktif dan kegunaanya terbentuk selama aktivasi.

2. Mesopori. Memiliki jari-jari 2-50 nm dengan volume pori-pori mencapai 0,02-

0,01 cm3 /gr dengan luas permukaan 1-100 m2 /gr. Mesopori merupakan

cabang setelah makropori dan berfungsi sebagai sarana transportasi.

3. Mikropori. Merupakan pori-pori terkecil dengan jari-jari kurang dari 2 nm

dengan volume pori 0,15-0,5 cm3 /gr dan luas permukaan mencapai 100-

1000 m 2 /gr.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2018. Sampai Januari

2018. Penelitian ini berlokasi di Laboratorium Fiskia Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan bidang kajian

Fisika Material, yang berjudul “Pengaruh Aktivasi Fisika-Kimia

Terhadap Struktur Pori, Luas Permukaan dan Sifat Listrik Karbon

Aktif dari Limbah Cangkang Kelapa Sawit”

C. Alat Dan Bahan Penelitian

Adapun alat yang digunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Alat Kegunaan
1. Alat Pirolisis
1. Microwave 1. Sumber gelombang mikro
2. Boyling pirex 2. Reaktor kaca
3. Adaptor pirex 3. Penghubung
4. Kondensor 4. Mengkondensasikan uap
5. Air 5. Sumber pendingin kondensor
6. Pompa air 6. Untuk memompa air kekondensor
7. Selang air 7. Tempat mengalirnya air kekondensor
8. Wadah bio-oil 8. Penampung hasil pirolisis
9. Selang sisa gas 9. Mengalirkan sisa gas uap keminyak
10. Minyak 10. Menghalangi masuknya oksigen
kerangkayan pirolisis
11. Sensor terpokapel tipe K 11. Mendeteksi suhu sampel
12. Detektor termokopel 12. Membaca hasil deteksi termokapel
13. Selang penghubung 13. Untuk meneruskan uap menuju ke
kondensor
14. Wadah air 14. Untuk menampung air
15. wadah minyak 15. Untuk menampun minyak
2. Kertas creb Sebagai pembungkus setiap sambungan
3. Aluminum foil Pembugkus sampel setelah dipirolisis
4. Timbangan Untuk menimbang sampel sebelum/sesudah
pirolisis serta masanya karbon aktif
5. Botol Untuk menampung bio-oil setelah ditimbang
masanya
6. Alat GC Untuk menganalisis komponen bio-oil
7. Kertas Saring Untuk memisahkan tar dan bio-oil
8. Kain lap atau tisu Sebagai pembersih wadah
9. Gelas ukur Untuk mengukur volume bio-oil
10. Air Media pendingin

1. Bahan Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian


No Bahan Kegunaan
1. Cangkang Kelapa Sawit Sebagai bahan yang dipirolisis

2. Prosedur Penelitian

Ada beberapa prosedur yang dilakukan pada penelitian ini:

a. Preparasi sampel

Langkah-langkah untuk preparasi sampel adalah :

1. Memotong kecil cangkang kakao dengan ukuran 1x1 cm

2. Mengeringkang cangkang kakao dibawah sinar matahari.

b. Pembuatan rancangan pirolisis serta pengambilang data karbon

Tahapan pembuatan rancangan pirolisis microwave serta pengambilan

data adalah :

1. Merancang alat pirolisis seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.1. Rangkaian skema pirolisi


Keterangan :

1. Microwave
2. Boyling pirex
3. Adaptor pirex
4. Kondensor
5. Air
6. Pompa air
7. Selang air
8. Wadah bio-oil
9. Selang sisa gas
10. Minyak
11. Sensor terpokapel tipe K
12. Detektor termokopel
13. Selang penghubung
14. Wadah air

2. Menimbang sampel sebanyak 100 gram

3. Memasukan sampel kedalam boyling pyreks

4. Menaikan daya microwave/ laju pemanasan hingga mencapai daya 180 watt

5. Mengatur waktu microwave selama 1 jam

6. Menyimpan karbon pada botol kaca yang telah disiapkan

7. Mengulangi langkang 2 sampai 6 untuk daya pirolisis 300 watt, 450 watt

8. Mengamati struktur pori, luas permukaan dan sifat listrik karbon yang

dihasilkan .

c. Proses aktivasi

Karbon cangkang kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pirolisis kemudian

diaktivasi secara fisika dalam furnace pada suhu 750oC selama 3 jam.

Selanjutnya, dimasukan ke dalam 250 mL larutan KOH 0.1 N, diaduknya serta

ditutup selama 24 jam, lalu disaring dan dicuci arang dengan aquadest. Setelah itu

dikeringkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100oC selama 1 jam.
A. Diagram Alir Penelitian

Preparasi

Memotong sampel dengan Membuat rancangan alat


ukuran 1x1 cm pirolisis

Mengeringkan cangkang Menguji alat

Menimbang sampel seberat 50 garam

Memberikan daya 180 watt, 300 watt, 450

Mengatur Waktu selama 1 jam

Pirolisis

Karbon

Karakterisasi DIaktivasi dan


dengan SEM Di karakterisasi

Membandingkan hasil karbon aktif


sebelum dan sesudah aktivasi

Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. Gina, 2012, Hidrodeoksigenasi Bio-Oil Menggunakan Katalis
Como/C
18

Anda mungkin juga menyukai