Anda di halaman 1dari 25

PEMBUATAN ARANG AKTIF AKTIF DARI CANGKANG

BUAH KARET (Hevea brasilliensis) DENGAN AKTIVASI


MICROWAVE

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
Mohammad Ali Ibrahim
NIM 16644039

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis) termasuk genus Hevea dan famili

Euphorbiaceae. Selain menghasilkan getah (lateks) karet juga menghasilkan biji.

Pohon karet merupakan pohon yang tegak, kuat, bercabang banyak, dan berdaun

lebat (Iskandar, 1983).

Menurut Aritonang (1986) karet merupakan tanaman berbuan polong yang

sewaktu masih muda buahnya terpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi

oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit tebal yang keras dan

berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung biji. Setelah tua

warna kulit buah berubah menjadi keabu – abuan dan kemudian mengering. Pada

waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah

tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji

dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah

pada umur lima tahun dan semakin banyak setiap pertambahan umurnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan timur (2015), luas

perkebunan karet Provinsi Kalimantan Timur yaitu 113.739 hektar. Setiap 1

hektar terdapat 500 pohon karet dan setiap 1 pohon karet menghasilkan 800 buah

(Syamsunarno dan sunarno, 2014).


2

Bobot biji karet 3-5 gram tergantung dari varietas, umur biji dan kadar air.

Biji karet berbentuk bulat telur dan rata pada salah satu sisinya (Whenwantha,

1987). Tanaman karet mulai berbuah pada umur 5 tahun, sebelum berbuah

tanaman karet mengalami luruh daun menjelang berakhirnya musim hujan,

kemudian bersemi lagi dan mulai berbunga. Massa luruh daun berbeda – beda

tergantung iklim setempat. Pertumbuhan dari bunga menjadi biji tua berlangsung

selama 5,5 – 6 bulan. Dipulau jawa musim masak biji jatuh pada bulan maret

sedangkan di sumatera utara pada bulan oktober sampai November (Iskandar,

1983).

Kegunaan atau manfaat arang aktif yaitu sebagai adsorben, decolorizing,

pemurnian air, katalis dan bidang pengobatan (Shreve Norris R. 1984).

1.2 Rumusan Masalah

Pemanfaatan Cangkang Buah Karet sebagai Arang aktif sudah pernah

dilakukan, oleh beberapa peneliti terdahulu. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh (Malau, 2014) dengan bahan baku Cangkang Buah Karet, kondisi

karbonisasi menggunakan temperatur 800 oC selama 1 jam, menggunakan jenis

aktivator H3PO4 dengan konsentrasi 5%. Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil

kadar air 5,5%, kadar abu 6,0%, kadar zar mudah menguap 21%, dan daya serap

iod 251,321 mg/g hasil ini belum memenuhi standar. Sedangkan (Meilianti, 2017)

telah melakukan penelitian dengan bahan baku yang sama dengan memvariasikan

konsentrasi aktivasi kimia diperoleh kualitas arang aktif terbaik pada konsentrasi

10% dengan suhu 750 oC selama 1 jam dimana diperoleh kadar air 3,25%, kadar

abu 5,86%, volatile matter 3,15% dan daya serap iod 947,24 mg/g.
3

Pada penelitian (Hsibuan & Syahputri, 2017) dengan bahan baku

tempurung kelapa digunakan jenis aktivasi fisika menggunakan microwave pada

daya terbaik 600 watt dengan waktu 20 menit diperoleh hasil daya serap iod

sebesar 767,745 mg/g hasil ini memenuhi standar arang aktif. Sedangkan pada

penelitian (Jamilatun, 2014) dengan menggunakan jenis aktivasi fisika

menggunakan furnace (metode konvensional) diperoleh hasil daya serap iod

sebesar 580,0 mg/g hasil ini tidak memenuhi standar arang aktif. Maka untuk

meningkatkan hasil penelitian (Malau, 2014) yang kualitas arang aktifnya belum

memenuhi salah satu kriteria standar SNI 06-3730-1995 pada penyerapan iod

minimal sebesar 750 mg/g pada penelitian tersebut diperoleh 592,859 mg/g.

Untuk bisa memenuhi SNI 06-3730-1995 maka dilakukan pengembangan dengan

menggunakan bantuan microwave untuk aktivasi fisika dengan menggunakan

konsentrasi hasil terbaik dari penilitian (Meilianti, 2017) serta menambahkan

variasi waktu aktivasi kimia untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gelombang

mikro pada proses aktivasi fisika dan waktu aktivasi kimia terhadap kualitas

karbon aktif menurut standar SNI 06-3730-1995 syarat mutu karbon aktif.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis

cangkang biji karet menjadi karbon aktif dengan proses karbonisasi dan aktivasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cangkang Buah Karet

Karet atau memiliki nama latin Hevea Brasiliensis, merupakan tanaman asli

dari lembah sungai Amazon, Brazil, Amerika Selatan. Tanaman dapat tumbuh

baik di daerah daratan rendah, yakni hingga ketinggian 200 m dari permukaan

laut dengan kebutuhan sinar matahari minimum 5-7 jam perhari. Karet mampu

tumbuh hingga mencapai ketinggian 15-25 m. Menurut Anonim (2008), dalam

dunia tunbuhan karet memiliki taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Sub Famili : Mimosoidae

Genus : Hevea

Species : Hevea brasilliensisMuell. Ag

Secara fisik cangkang buah biji karet memiliki ciri ini sebagai tumbuhan

yang berlignin. Konstruksi cangkang yang keras mengindikasi bahwa

cangkang biji karet ini mengandung senyawa aktif berupa lignin. Selain
6

pemanfaatannya yang masih kurang optimal, jika dibandingkan dengan

bagian buah lainnya, bagian cangkang termasuk bagian yang mengandung

lignin yang cukup banyak, sehingga bagian ini cukup potensial untuk diolah

menjadi produk karbon aktif yang sangat bermanfaat dan bernilai jual yang

tinggi. Hal ini akan membuat cangkang buah bijikaret menjadi lebih

termanfaatkan.

Tabel 2.1 Komposisi Kimia yang Terkandung dalam Cangkang Buah Biji Karet

Komponen Presentase

Penyusun (%)

Selulosa 48,64

Lignin 33,54

Pentosan 16,81

Kadar Abu 1,25

Kadar Silika 0,52

Sumber: Esih Susi Safitri, 2003

2.2 Karbonisasi

Karbonisasi atau pengarangan adalah suatu pembakaran tak sempurna dengan

udara terbatas dari bahan yang mengandung karbon. Pada proses ini pembentukan

sturktur pori dimulai. Tujuan utama dalam proses ini adalaha untuk menghasilkan

butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang rapi. Proses ini juga

menyebabkan terjadinya penguraian senyawa organik yang menyusun struktur


7

bahan berbentuk methanol, uap asam asetat, tar-tar dan hidrokarbon. Produk

padatan dari karbonisasi tidak dapat diaplikasikan sebagai adsorben (karena

struktur porosnya tidak berkembang) tanpa adanya tambahan aktivasi (Kinoshita,

1988 dalam Zunipar, 2015)

Sedangkan, Proses karbonasi secara sempurna dapat dilakukan dengan cara

pemanasan bahan baku tanpa adanya udara, hingga mencapai suhu tinggi. Suhu

tinggi dapat mengeringkan serta menguapkan senyawa dalam arang karbon.

Proses tersebut menyebabkan terjadinya dekomposisi termal dari bahan awal yang

mengandung karbon dan mengusie spesies senyawa non-karbnonya (Astusi, 1990

dalam Winarno 2004).

2.3 Arang Aktif

Arang aktif adalah senyawa padat karbon berpori-pori yang menggunakan

hasil pembakaran dari bahan yang menggandung unsure karbon serta ditingkatkan

daya adsorpsinya dengan melakukan proses aktivasi.

Karbon aktif memiliki kandungan air 5-15%, abu 2-35% dan sisanya terdiri

atas karbon sekitar 87-97%. Karbon aktif disusun oleh atom karbon yang terikat

secara kovalen dalam kisi heksagonal di mana molekulnya berbentuk amorf yaitu

merupakan pelat-pelat dasar. Pelat ini bertumpuk satu dengan yang lain, serta

dengan menghilangkan hidrogen dan bahan aktif, maka permukaan dan pusat aktif

akan menjadi luas yaitu berkisa 300-4000 m2 (Sudradjat dan Pari, 2011)

Pada dasarnya karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung

karbon baik yang berasal dari tumbuhan, binatang maupun barang tambang seperti

sekam padi, tempurung kelapa, mahkota nanas dan lain-lain dimana bahan ini di
8

preparasi dengan cara di karbonisasi dan aktivasi sehingga menghasilkan karbon

aktif. Karbon aktif yang baik mutunya adalah karbon yang memiliki kadar karbon

yang tinggi dan kadar abu serta air rendah (Othmer, 1978)

Karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang besar dapat dimanfaatkan

untuk berbagai aplikasi yaitu sebagai bahan pemucatan dan penghilangan bau

contohnya pada industri minyak goreng, dan sebagai penyerap logam pada

industri pengolahan air minum dan air limbah di industri, serta sebagai katalis

dalam pembuatan sulfur dioksida, klorin dan sulfur klorida (Sudradjat dan Pari,

2011).

2.4 Aktivasi

Proses aktivasi merupakan bagian dalam proses pembuatan arang aktif

dimana dalam prosesnya bertutujuan untuk membuka atau memperluas pori yang

nantinya akan dilalui oleh adsorbat. Tahap ini juga digunakan untuk memperbesar

distribusi dan ukuran pori serta memperbesar luas permukaan arang aktif. Luas

permukaan yang meningkat ini dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar

dan sisa-sisa senyawa lain pada proses pengarangan sebelumnya. Selain bahan

baku yang digunakan, pada proses aktivasi merupakan hal penting yang harus

diperhatikan. Pemecahan hidrokarbon pada permukaan arang sehingga akan

mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimianya. Tahap aktivasi

memiliki 2 metode yang biasa digunakan, yaitu :

2.4.1 Aktivasi Fisika

Arang aktif yang diaktivasi secara fisika yaitu menggunakan bahan activator

dari gas CO2 pada temperature tinggi antara 800-1200oC sehingga terjadi
9

pemutusan rantai karbon dari senyawa organik yang ada. Hasil dari proses

aktivasi fisika akan mempengaruhi antara lain bahan dasar, laju aliran gas, laju

aliran kalor furnace, temperature pada saat proses aktivasi, activator yang

digunakan, alat yang digunakan, lama proses aktivasi dan proses karbonisasi

selanjutnya. Pada aktivasi ini, terjadi pengurangan massa karbon dalam jumlah

cukup besar dikarenakan adanya pembentukan struktur karbon.

2.4.2 Aktivasi Kimia

Arang aktif yang di aktifkan secara kimia melalui proses perendaman bahan

dasar terlebih dahulu pada activator yang digunakan. Aktivator yang digunakan

pada aktivasi kimia ini berupa bahan kimia tertentu yang dapat bersifat basa

(seperti: NaOH, KOH) atau asam (HCl) merupakan bahan kimia yang cukup baik

untuk digunakan bahwa ZnCl2, NaOH dan H3PO4 merupakan bahan kimia yang

cukup baik untuk digunakan sebagai activator pada metode aktivasi kimia.

Konsentrasi yang ada pada garam klorida dan asam fosfat berkisar 10-15%

sedangkan NaOH 1-2% yang dapat digunakan tergantung dari kekerasan bahan

dasar. Waktu yang dibutuhkan unuk perendaman sekitar 10-24 jam (Sudradjat dan

Pari, 2011)

Proses aktivasi kimia pada arang aktif menurut Wenhui dkk (2012) dalam

Esterlita (2015), umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

 Waktu aktivasi

Waktu aktivasi yang optimum akan dihasilkan oleh bahan baku yang berbeda

tergantung jenis aktivator yang digunakan

 Ukuran partikel
10

Ukuran partikel yang semakin kecil akan semakin baik dikarenakan permukaan

arang aktif akan kontak langsung dengan larutan aktivasi meningkat

 Jenis aktivator

Jenis aktivator yang digunakan mempengaruhi banyak hal dalam pembuatan arang

aktif, termasuk kenaikan daya serap yang nantinya dihasilkan juga akan

berpengaruh

 Rasio aktivator

Semakin besar rasio atau konsentrasi activator yang digunakan maka daya serap

arang aktif yang akan dihasilkan juga semakin besar. Penggunaan rasio yang

terlalu besar juga akan menimbulkan masalah seperti akan terjadinya degradasi

atau rusaknya selulosa akibat daya serap arang aktif menurun

 Waktu karbonisasi

Waktu karbonisasi yang optimum digunakan untuk berbagai jenis activator

ataupun bahan baku yang berbeda.

 Suhu karbonisasi

Besar kecilnya suhu karbonisasi yang digunakan akan meghasilkan arang aktif

dengan daya serap berbeda.

2.5 Zat Aktivator (H3PO4)

Zat atau senyawa kimia yang dapat berfungsi sebagai reagen pengaktif

disebut sebagai aktivator, zat ini nantinya akan mengaktifkan atom-atom karbon

sehingga memiliki daya serap yang lebih baik. Zat aktivator memiliki sifat yaitu

mengikat air, menyebabkan air yang terikat pada pori karbon yang tidak hilang
11

pada saat pemanasan akan lepas. Zat aktivator ini yang akan masuk dalam pori

serta membuka permukaan arang yang tertutup. Pemansaan yang dilakukan akan

membuat senyawa pengotor menjadi mudah terserap dan akan memperluas

permukaan arang aktif yang akan dibuat serta meningkatkan daya serap dengan

semakin besarnya luas permukaan arang aktif (sari, 2015)

Bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai zat activator pengaktif

arang adalah NaCl, HCl, MgCl2, ZnCl2, HNO3, H3PO4, NaOH, Ca(OH)2 dan

sebagaianya menurut Krik dan Othmer dalam sari (2015). Bahan-bahan aktif ini

semua umunya memiliki sifat pengikat air. Penelitian kali ini bahan pengaktif

yang akan digunakan adalah activator asam yaitu Kalium Hidroksida.

Asam fosfat disebut asam ortofosfat (H3PO4). Asam fosfat murni adalah

kristal padat (titik leleh 42,35 °C atau 108,2 °F). Asam fosfat membentuk tiga

jenis garam sesuai dengan penggantian satu, dua, atau tiga atom hidrogennya

(Anonim, 2006).

2.6 Microwave

Microwave merupakan pemanas dengan prinsip kerjanya menggunakan

gelombang mikro yang berfrekuensi 2450 MHz. Microwave biasa digunakan

untuk memanaskan bahan makanan dan alat medis. Pemanas yang dihasilkan dari

microwave berasal dari dua efek yaitu glombang radio dan gelombang mikro.

Apabila bahan baku yang mengandung air saat dipanaskan dengan microwave

akan terjadi gesekan yang mengakibatkan panas (Q Lailatul, 2011 dalam Uchi

Inda P, 2018). Pemanasan yang sebagian besar berasal dari energi dari gelombang

mikro. Gelombang mikro mengantarkan energi secara langsung ke sampel secara


12

radiasi dengan kecapan cahaya tanpa konduksi dan konveksi pada pemanasan

konvensional (Kim Teawon, 2015 dalam Uchi Inda P, 2018). Pemanasan

microwave memiliki kelebihan yang mana yaitu kenaikan temperatur sangat

cepat, distribusi temperatur seragam dan menghemat energi sehingga dapat

meningkatkan laju produksi, lebih efisien dan menghemat waktu (Zhang, 2013

dalam Uchi Inda P, 2018).

Pengaktifan karbon menggunakan radiasi gelombang mikro memiliki

beberapa keunggulan, yaitu efisiensi energi yang tinggi, laju pemanasan yang

tinggi, pemanasan volumetrik dari sisi dalam ke sisi luar dan pemanasan yang

beragam (Chen and HAshiso, 2012 dalam Fitriani dkk, 2016) dan waktu

pemanasan yang relatif singkat (Ahmed and Theydan, 2014 dalam Fitriani dkk,

2016).

2.6.1 Karakteristik Pemanasan Menggunakan Microwave

Berikut adalah karakteristik dari microwave :

A. Gelombang mikro

Microwave adalah bentuk radiasi elektromagnetik dengan rentang panjang

gelombang dari sepanjang 1 m hingga sesingkat 1 mm dengan frekuensi antara 0,3

dan 300 GHz. Panjang gelombang ini diatur untuk industri, ilmiah dan tujuan

medis untuk menghindari gangguan. Untuk microwave industri pengolahan

berbagai bahan, frekuensi yang tersedia adalah 0,915 GHz, 2,45 GHz, 5,8 GHz,

dan 24,124 GHz; Untuk keperluan rumah tangga, 2,45 GHz umumnya digunakan

( Komarov V, 2010 dalam Wenya Ao et al, 2018) . Namun, microwave domestik

0,915 GHz oven juga tersedia di pasar. Panjang gelombang yang sesuai digunakan
13

dalam pemanasan MW domestik 12 atau 33 cm, memberikan efisiensi tinggi dan

pemanasan yang kurang menembus.

B. Temperatur Microwave Dengan Variasi Daya

Pemanasan gelombang mikro: Energi yang disuplai oleh generator

gelombang mikro disimpan secara langsung di karbon aktif (Haque, 1999 dalam

Liqiang Zhang et al, 2013). (Liqiang Zhang et al, 2013)

Gambar 2.2 Temperatur pada masing-masing daya microwave (Liqiang Zhang


et al, 2013)
Gambar 2.3 menunjukkan kenaikan temperatur di berbagai daya input. Dalam

variasi daya pemanasan karbon aktif, Namun temperatur tidak konstan selama 15

menit. Pada awalnya, ada yang cepat peningkatan temperatur dan kemudian

secara bertahap meningkat menjadi konstan. Semakin besar input daya

microwave, semakin cepat temperatur lapisan karbon aktif meningkat dan

semakin tinggi temperatur mencapai pada tahap konstan. Ketika daya microwave

setinggi 400 W, temperaturnya naik hingga 800 ° C dalam satu menit dan

mencapai ke temperatur puncak, sekitar 900 ° C. Saat daya 100 W, temperatur

mencapai sekitar 500 ° C dalam 4 menit. (Liqiang Zhang et al, 2013)


14

C. Mekanisme Pemanasan Microwave

Gesekan dan tabrakan dihasilkan oleh meningkatnya rotasi molekul.

Mekanisme temperatur dan arah perpindahan panas dapat dilihat pada gambar 2.4.

( Wenya Ao et al, 2018) .

Gambar 2.3 Skema profil temperatur dan arah perpindahan panas (a)
Pemanasan konvensional (b) Pemanasan microwave (MW) (temperatur merah-
tinggi, biru-rendah). (Wenya Ao, 2018)
Mekanisme pemanasan microwave berbeda dari konvensional pemanasan

adalah alasan utama untuk berbagai sifat karbon aktif yang disiapkan dari metode

konvensional dan iradiasi microwave, tergantung pada tipe dan sifat biomassa

yang berbeda. Dapat dilihat dari gambar 2.4 skema profil temperatur dan arah

perpindahan panas menggunakan microwave yaitu dari dalam inti kemudian

distribusinya keluar ke arah permukaan, sedangkan pemanasan konvensional

distribusi panas dari permukaan luar ke bagian dalam. ( Wenya Ao, 2018).

2.6.2 Karakteristik Karbon Aktif

Perkembangan zaman membuat keberadaan arang aktif dimaksimalkan

sehingga dapat menyerap berbagai senyawa organic dan anorganik serta

menanggualangi emisi udara. Kualitas arang aktif dapat dilihat dan diketahui

berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional


15

Indonesia SNI 06-3730-1995 mengenai karakteristik standart arang aktif tersebut

memiliki standar yang harus dipenuhi yaitu :

Tabel 2.1 Standar Arang Aktif Menurut SNI 06-3730-1995


Uraian Persyaratan Kualitas
Bagian yang hilang pada Maks. 15%
pemanasan 950°C
Kadar air (%) Maks. 10
Kadar abu (%) Maks. 2,5
Bagian yang tidak mengarang Tidak ternyata
Daya serap terhadap I2 (Mg/g) Min. 750
Sumber :Anonim, (1979)

Karakteristik dari arang aktif tersebut dapat dilihat melalui pengujian untuk

arang aktif yang sesuai dengan standar nasional. Beberapa karakteristik dari arang

aktif dapat dijalankan sebagai batasan yang harus dicapai dalam pembuatan arang

aktif. Metode atau cara-cara yang dapat digunakan untuk pengujian karakteristik

arang aktif ini berdasarkan pada standar SII. 0258-79 yang meliputi :

A. Kadar Air

Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang tersisa

pada arang/ aktif melalui proses pengaktifan dengan zat aktivator. Keberadaan air

di dalam karbon berkaitan dengan sifat higroskopis dari arang aktif, dimana

umumnya arang aktif memiliki sifat afinitas yang besar terhadap air. Arang aktif

mampu menyerap uap air dalam jumlah yang sangat besar. Dari sifat yang sangat

higroskopis inilah, sehingga arang aktif digunakan sebagai adsorbent (Pari dkk,

2006) Penetapan kadar air ditentukan dengan rumus :


𝑀2−𝑀3
𝑀= 𝑋 100% ……………………………………….(2.1)
𝑀2−𝑀1
16

dimana :

M = kadar air yang dianalisa (%)

M1 = berat cawan petri kosong (gram)

M2 = berat cawan petri isi arang aktif sebelum dioven (gram)

M3= berat cawan petri isi arang aktif setelah dioven (gram)

B. Kadar Abu

Bahan yang tesisa apabila arang dipanaskan berlebih hingga massa konstan

dapat disebut abu. Kadar abu yang terkandung dalam bahan baku sebanding bahan

anorganik yang ada di dalam arang aktif. Penetapan kadar abu bertujuan untuk

mengetahui kandungan oksida logam dalam karbon aktif. Kadar abu adalah sisa

dari pembakaran yang tidak memiliki unsur karbon lagi. Nilai kadar abu yang

dihasilkan menunjukkan jumlah sisa dari akhir proses pembakaran berupa zat-zat

mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran (sudrajat R, 2002 dalam

Yusuf, M. A. dan S. Tjahjani, 2013). Perhitungan kadar abu total karbon aktif

menggunakan standar SII. 0258-79 dengan rumus :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ (𝑔) 𝑥100%.................................. (2.2)

C. Kadar Zat Terbang

Pengujian kadar zat mudah menguap bertujuan untuk mengetahui presentase

zat atau senyawa yang belum menguap pada karbonisasi dan aktivasi fisika tetapi

menguap pada suhu 950oC. Kadar zat mudah menguap pada pemanasan ini terdiri

sebagian besar gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbondioksida,

metan dan sebagian uap kecil yang mengembun seperti tar, dan sebagainya

(Sudradjat dkk., 2005)


17

𝑀2−𝑀3
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔 = 𝑋 100% − 𝑀ad …………………………….(2.3)
𝑀2−𝑀1

dimana :

Mad = kadar air (%)

M1 = berat cawan petri kosong (gram)

M2 = berat cawan petri isi arang aktif sebelum dioven (gram)

M3= berat cawan petri isi arang aktif setelah dioven (gram)

D. Daya Serap Iod

Pengujian terhadap daya serap iodium dilakukan untuk mengetahui

kemampuan arang aktif pada penyerapan iodium. Arang aktif yang telah diuji

daya serap iodiumnya harus memiliki daya serap minimal 750 mg/g sesuai dengan

batas minimum yang dikeluarkan oleh standar SII. 0258-79. Prosedur perhitungan

daya serap terhadap iodium dapat menggunakan rumus :


(𝑏×𝑎)
{𝐻 }×𝐵𝐸𝐼×𝑁
𝑁𝑖
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑜𝑑 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ………..….. (2.)
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ (𝑔)

Dimana :

H = volume filtrat

b = volume titran

a = normalitas Na2S2O3

Ni = Normalitas I2

BE I = 126,9 mg/ mgrek


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada September 2019 sampai Desember 2019 di

Politeknik Negeri Samarinda. Pengambilan bahan baku Cangkang Buah Karet

dari Desa Bunga Putih Kecamatan Muarangkayu, dan analisa kadar air, kadar abu,

dan kadar zat terbang dilakukan di Laboratorium PT. Carsurin Samarinda dan

daya serap terhadap larutan iodium dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri

Samarinda.

3.2 Rancangan penelitian

3.2.1 Variabel Berubah

Waktu aktivasi microwave: 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit

3.2.1 Variabel Tetap

1. Waktu aktivasi kimia : 24 jam

2. Suhu Karbonisasi : 500 oC

2. Ukuran partikel : 100 mesh (-100 +120)

3. Konsentrasi aktivator H3PO4 : 10%

4. Perbandingan sampel dan aktivator H3PO4 : 1:4 (berat : volume)

5. Daya microwave : 400 watt


20

3.2.2 Variabel Respon

1. Kadar Air (SNI 06-3730-1995)

2. Kadar Abu (SNI 06-3730-1995)

3. Kadar Zat Terbang (SNI 06-3730-1995)

4. Daya Serap Terhadap I2 (SNI 06-3730-1995)

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

1. Desikator

2. Piknometer 10 mL

3. Gelas Kimia 100 mL dan 250 mL

4. Oven

5. Neraca Analitik

6. Labu Ukur 100 mL dan 500 mL

7. Cawan Porselin

8. Gegep

9. Spatula

10. Erlenmeyer 250 mL

11. Statif dan Klem

12. Bulp

13. Corong

14. Buret 50 mL

15. Pipet Tetes


21

16. Screening

17. Pipet ukur 5 mL, 10 mL, dan 50 mL

18. Pipet volume 5 mL, 25 mL, dan 50 mL

19. Hot plate dan magnetic stirrer

20. Botol aquadest

21. mikrowave

3.3.2 Bahan

1. Cangkang buah karet

2. Serbuk gergaji kayu meranti

3. Larutan H3PO4 10%

4. Aquadest

5. Larutan Iod 0.1N

6. Larutan Natrium Thiosulfat 0.1N

7. Kertas Saring Whatman No.42


22

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Diagram Alir Penelitian

Mengumpulkan bahan baku Cangkang buah


karet

Pencucian, pengeringan dan pengecilan ukuran

Karbonisasi pada temperatur 500 oC selama 2


jam

Pengayakan dengan ukuran lolos 100 mesh

Perendaman dalam larutan H3PO4 10% sesusai


waktu variasi

Pencucian dengan aquadest sampai pH netral

Penyaringan Menggunakan kertas saring

Pengeringan didalam oven dengan suhu 110 oC


selama 6 jam

Aktivasi fisika dengan microwave dengan daya


400 watt

Arang aktif

Analisa kadar air, kadar abu, zat terbang, daya


serap iod
23

3.4.2 Prosedur Penelitian Pembuatan Arang Aktif

3.4.2.1 Preparasi Cangkang Buah Karet

1. Membersihkan Cangkang buah karet dari pengotor

2. Memotong Cangkang buah karet hingga berukuran kecil

3.4.2.2 Pembuatan Arang Aktif

1. Memasukkan 450 gram Cangkang buah karet kering kedalam Furnace

selama 1 jam dengan temperatur 500oC untuk mengarangkan bambu tersebut

2. Mengecilkan ukuran dan mengayak arang yang sudah dihasilkan

menggunakan screening hingga lolos ukuran 100 mesh.

3. Mengambil 200 gram arang bambu yang telah dihasilkan dari proses

pengarangan dan memasukkan kedalam erlenmeyer dan merendam dengan

larutan H3PO4 dalam 100 mL dengan konsentrasi 10% selama 24 jam

4. Mencuci arang yang telah direndam dengan menggunakan aquades sambil

diaduk menggunakan stirrer selama 20 menit hingga pH menjadi netral

5. Menyaring arang yang telah diaktifasi tersebut menggunakan kertas saring

Whatman No. 42.

6. Mengeringkan arang aktif dengan menggunakan oven dengan suhu 110 oC

selama 6 jam.

7. Mendinginkan didalam desikator selama 30 menit.

8. Mengaktivasi fisika dengan microwave

9. Melakukan uji kadar air, kadar abu, dan daya serap terhadap iod pada arang

aktif.
24

3.4.2.2 Prosedur Analisa

a. Analisa Kadar Air

1. Menimbang petridish kosong + tutupnya, mencatat data.

2. Menimbang sampel 5 gram kedalam cawan petridish, meletakkan di atas

tray.

3. Memasukkan tray beserta sampel tersebut kedalam oven, dan meletakkan

tutup cawan petridish di luar.

4. Memanaskan selama 1 jam.

5. Mengeluarkan tray beserta sampel dari oven, dan menutup kembali dengan

penutup cawan petridish yang sesuai.

6. Mendinginkan cawan beserta sampel di dalam desikator selama 15 menit.

7. Menimbang kembali cawan petridish beserta sampel yang telah didinginkan.

8. Mencatat data analisa pada lembar kerja proximate analysis.

9. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

(𝑚2−𝑚3)
Kadar air (%) =(𝑚2−𝑚1) × 100% (3.1)

b. Analisa Kadar Abu

1. Menimbang cawan kosong, mencatat data.

2. Menimbang sampel 5 gram ke dalam cawan, meratakannya lalu meletakkan

di atas tray.

3. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel di dalam furnace pada suhu

450-500°C selama 1 jam, kemudian dilanjutkan pada suhu 750°C selama 3


25

jam. Mengeluarkan cawan dari furnace dan mendinginkan di dalam desikator

selama 5-10 menit.

4. Menimbang cawan yang berisi residu.

5. Membersihkan residu didalam cawan dengan menggunakan kuas kering.

6. Menimbang cawan kosong setelah pemanasan.

7. Mencatat data analisa pada lembar kerja proximate analysis.

8. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

(𝑚3−𝑚1)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (%) = (𝑚2−𝑚1) 𝑥100% ……………(3.2)

c. Analisa Kadar Volatile Matter

1. Menaikkan suhu furnace VM hingga 950°C.

2. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor crucible pada lembar

kerja proximate analysis

3. Menimbang crucible kosong beserta tutup kemudian mencatatnya pada

lembar kerja proximate analysis.

4. Menimbang secara merata sampel 1 gram kedalam crucible, lalu menutupnya

kembali dan mencatat hasil timbangan.

5. Memasukkan crucible yang telah berisi sampel ke dalam furnace beserta

tutupnya dan memijarkannya selama 7 menit.

6. Mengeluarkan crucible dari furnace dan mendinginkannya pada

desikator selama 7 menit.

7. Menimbang crucible yang berisi residu yang telah didinginkan tersebut

beserta tutupnya dan mencatatnya pada lembar kerja proximate analysis.


26

8. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

(𝑚2−𝑚3)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔 (%) = (𝑚2−𝑚1) 𝑥100% - Mad……………(3.3)

d. Prosedur Analisa Daya Serap Arang Aktif terhadap Iodin

1. Menimbang arang aktif sebanyak 1 gram dan mencampurkan arang aktif

yang telah ditimbang dengan 25 mL larutan iodin 0,1 N.

2. Mengaduk larutan yang telah di beri arang aktif dengan magnetic stirrer

selama 15 menit.

3. Menyaring larutan menggunakan kertas saring Whatman No. 42.

4. Memipet 10 mL larutan sampel dan menitrasi dengan larutan Natrium

Thiosulfat 0,1 N hingga larutan mulai terlihat keruh.

5. Menambahkan larutan kanji 1 % kedalam larutan sampel sebagai indikator

hingga larutan sampel berwarna biru tua.

6. Menitrasi kembali larutan sampel hingga berubah warna menjadi bening.

7. Menghitung daya serap arang aktif tehadap iodin menggunakan rumus

berikut:
(𝑏×𝑎)
{𝐻 }×𝐵𝐸𝐼×𝑁
𝑁𝑖
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑜𝑑 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ………..….. (3.4)
𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ (𝑔)

Anda mungkin juga menyukai