Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Talenta Publisher (E-Journals, Universitas Sumatera Utara)

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

PEMBUATAN BIOSORBEN DARI BIJI PEPAYA (Carica papaya L) UNTUK


PENYERAPAN ZAT WARNA

BIOSORBENT MAKING FROM SEEDS PAPAYA (Carica papaya L) FOR ABSORPTION


OF THE SUBSTANCE COLOR

Siswarni MZ, Lara Indra Ranita*, Dandri Safitri


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
*Email : ayhalararanita@gmail.com

Abstrak
Biosorben adalah bahan yang memiliki pori – pori banyak, dimana proses adsorpsi dapat berlangsung
pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut. Pembuatan biosorben
biji pepaya menggunakan H2SO4 sebagai aktivator, kemudian digunakan sebagai penyerapan zat
warna tekstil, yaitu methyl orange, methyl violet dan methyl red. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi optimum dalam pembuatan biosorben dari biji pepaya. Analisis yang dilakukan
adalah bilangan iodin, luas permukaan, dan menguji kemampuan daya sarap terhadap zat warna
(methyl orange, methyl violet dan methyl red). Dalam pembuatan biosorben dari biji pepaya ini,
metode yang digunakan yaitu proses aktivasi kimia. Penelitian ini menggunakan biji pepaya sebagai
bahan baku dan asam sulfat sebagai aktivator. Konsentrasi asam sulfat yang digunakan 5%, 7%, 10%
dan waktu pengeringan 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Massa biosorben 0,5 g (2,5%
dari 20 ml larutan), 1,0 g (5% dari 20 ml larutan) dan 1,5 g (7,5% dari 20 ml larutan) dengan waktu
adsorpsi yaitu 20 menit, 30 menit, dan 40 menit untuk penyerapan zat warna. Hasil penelitian
menunjukkan bilangan iodin tertinggi diperoleh 482,22 mg/g pada waktu pengeringan 120 menit dan
konsentrasi asam sulfat 10% dan luas permukaan tertinggi diperoleh 33,43556 m2/g pada waktu
pengeringan 120 menit dan konsentrasi asam sulfat 10%. Hasil analisis daya adsorpsi terbesar untuk
zat warna methyl violet yaitu 9,547 mg/g pada massa biosorben 1,0 g dan waktu adsorpsi 40 menit.

Kata kunci: adsorpsi, biji pepaya, biosorben, methyl orange, methyl violet dan methyl red.

Abstract
Biosorbent is a material that has a pore - pore lot, where the adsorption process can take place on
the pore walls or occur in certain regions of the particles. Preparation from papaya seeds biosorbent
using H2SO4 as an activator, and then used as a textile dye absorption, namely methyl orange, methyl
violet and methyl red. This study aims to determine the optimum conditions in the manufacturing
biosorbent from papaya seeds. Analysis is iodine number, surface area, and test the ability of sarap to
dyes (methyl orange, methyl violet and methyl red). In the manufacture biosorbent of this papaya
seeds, the method used is chemical activation process. This study uses papaya seeds as raw material
and sulfuric acid as an activator. The concentration of sulfuric acid used 5%, 7%, 10% and the
drying time of 30 minutes, 60 minutes, 90 minutes, and 120 minutes. Biosorbent mass of 0.5 g (2.5%
of 20 ml), 1.0 g (5% of 20 ml) and 1.5 g (7.5% of 20 ml) with adsorption time of 20 minutes, 30
minutes, and 40 minutes for the absorption of the dye. The results showed the highest iodine gained
482.22 mg / g on the drying time of 120 minutes and a sulfuric acid concentration of 10% and the
highest surface area was obtained 33.43556 m2 / g on the drying time of 120 minutes and a sulfuric
acid concentration of 10%. The analysis results of the adsorption capacity for methyl violet dye that
is 9.547 mg / g on biosorbent mass of 1.0 g and the adsorption time of 40 minutes..

Keywords: adsorption, biosorbent, methyl orange, methyl violet and methyl red, papaya seeds.
trophotometry

Pendahuluan seperti alkaloid, flavonoid, glikosida antrakinon,


Tahun 2014 Indonesia merupakan penghasil tanin, triterpenoid/steroid, dan saponin [25]. Selain
buah pepaya yang cukup besar yaitu 840,112 kandungan di atas, biji pepaya juga memiliki unsur
ton/tahun [6]. Biji pepaya merupakan sampah karbohidrat sebesar 32,2 g, yang diyakini unsur
pertanian yang bisa dijadikan sebagai biosorben paling penting sebagai biosorben [12]. Untuk
dengan biaya yang sangat murah. Nilai ekonomis mengatasi hal tersebut, perlu di lakukan inovasi
dari limbah biji pepaya sampai saat ini masih dengan menggunakan biji pepaya sebagai
sangat kurang efesien, padahal biji pepaya biosorben. Konsumsi biosorben dunia semakin
mengandung beberapa senyawa-senyawa aktif meningkat setiap tahunnya, misalkan pada tahun

7
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

2014 mencapai 530.000 ton/tahun. Sedangkan bulk yang menjadi dasar pemisahan dengan
negara besar seperti Amerika kebutuhan teknologi adsorpsi [3].
perkapitanya mencapai 0,4 kg per tahun dan Mekanisme yang terjadi pada proses
Jepang berkisar 0,2 kg per tahun [8]. Biosorben adsorpsi dapat dijelaskan sebagai berikut :
merupakan suatu zat padat yang dapat digunakan 1. Molekul-molekul adsorbat berpindah dari
untuk menyerap komponen tertentu dari suatu fasa fase bagian terbesar larutan ke permukaan
fluida. Biosorben dapat dibuat dari bahan yang interface, yaitu lapisan film yang melapisi
mengandung karbon. Biosorben sangat banyak permukaan biosorben.
digunakan dalam skala industri sebagi purifikasi 2. Molekul adsorbat dipindahkan dari
atau pemisahan gas atau cairan dan juga sebagai permukaan ke permukaan luar dari biosorben.
katalis maupun katalis pedukung [19]. 3. Molekul-molekul adsorbat dipindahkan dari
Penelitian mengenai biosorben biji papaya permukaan luar biosorben menyebar menuju
telah banyak dilakukan diantaranya adalah : pori-pori biosorben. Fase ini disebut dengan
1. Penelitian mengenai pembuatan biosorben biji difusi pori.
pepaya untuk penyerapan methyl blue, dengan 4. Molekul adsorbat menempel pada permukaan
ukuran partikel 60 mesh aktivator 98%. pori-pori biosorben [10]
Kapasitas adsorpsi dengan metode Langmuir Proses adsorpsi pada biosorben, seringkali
sebesar 55,557 mg/g [7]. diberikan perlakukaan awal untuk meningkatkan
2. Penelitian mengenai pembuatan biosorben biji nilai luas permukaannya, karena luas permukaan
pepaya untuk penyerapan cristal violet, ukuran biosorben merupakan salah satu sifat utama untuk
partikel 60 mesh dengan aktivator 98%, mempengaruhi proses adsorpsi. Luas permukaan
diperoleh luas permukaan 1,38 m2/g [12]. biosorben semakin besar maka semakin besar pula
3. Penelitian mengenai pembuatan biosorben biji daya adsorpsinya. Luas permukaan total
pepaya untuk penyerapan larutan Pb(II) dengan mempengaruhi kapasitas adsorpsi total sehingga
ukuran partikel 60 mesh dan aktivator asam meningkatkan efektifitas biosorben dalam
sulfat 98% diperoleh luas permukaan 27,5 m2/g penyisihan senyawa organik dalam air buangan.
[23]. Ukuran partikel tidak terlalu mempengaruhi luas
Dari beberapa penelitian terdahulu, dapat permukaan total sebagian besar meliputi pori-pori
dilihat bahwa nilai luas permukaan masih rendah partikel karbon [17]. Luas permukaan biosorben
dan belum memenuhi SNI. Oleh Karena itu umumnya berkisara antara 300 – 3000 m2/g dan ini
peneliti mencoba untuk mencari kondisi percobaan terkait denga struktur pori pada biosorben tersebut.
sehingga diperoleh nilai luas permukaan yang Struktur pori menyebabkan ukuran molekul
memenuhi SNI. Kondisi percobaan adalah dengan teradsorpsi terbatas, sedangkan bila ukuran partikel
variasi konsentrasi H2SO4 lebih kecil kemudian tidak masalah, kuantitas bahan yang diserap
dilakukan pengujian terhadap kemampuan daya dibatasi oleh luas permukaan biosorben [20].
serap zat warna methyl orange, methyl violet, dan Bilangan iodin merupakan parameter utama
methyl red. Rumusan masalah yang diambil yaitu yang digunakan untuk melihat karakteristik dari
pengaruh variasi konsentrasi aktivator H2SO4 dan biosorben maupun karbon aktif. Bilangan ini
waktu pemanasan terhadap parameter bilangan sering ditulis dengan satuan mg/g. Bilangan ini
iodin, luas permukaan serta kemampuan daya mengukur kandungan mikropori dengan cara
serap zat warna dengan pengaruh massa dan menyerap iodin dari larutan [4]. Bilangan iodin
waktu kontak biosorben. merupakan parameter dasar yang paling penting
yang digunakan untuk karakterisasi yang
Teori menunjukkan biosorben. Iodin merupakan ukuran
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan pada tingkat keaktifannya[5]. Berdasarkan standar
dimana suatu fluida (adsorbat) berpindah ke kualitas biosorben menurut SNI penetapan daya
permukaan zat padat yang menyerap (biosorben) serap biosorben terhadap iodium merupakan
yang terjadi karena adanya gaya tarik atom atau persyaratan umum untuk menilai kualitas
molekul pada permukaan padatan yang tidak biosorben yang bertujuan untuk mengetahui
seimbang. Hal ini menciptakan daerah padat pada kemampuan biosorben untuk menyerap zat dengan
molekul cairan yang membentang beberapa ukuran molekul yang lebih kecil. Standar bilangan
diameter molekuler di dekat permukaan (fase iodin menurut SNI 06-3730-1995 yaitu ≥ 760
terjerap). Untuk campuran multikomponen, mg/g. Semakin besar angka iod yang dihasilkan
komponen tertentu dari campuran (bahan terjerap maka semakin besar kemampuan dalam
yang dipilih) berkumpul pada permukaan akibat mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut. Salah satu
adanya perbedaan kekuatan tarik cairan-padat cara dalam menganalisis daya serap biosorben
diantara komponen-komponen. Fasa terjerap ini terhadap iod adalah dengan cara metode titrasi
memiliki komposisi yang berbeda dari fasa cairan iodometri [1].

8
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

Zat warna merupakan senyawa organik atau Prosedur Analisis


anorganik berwarna yang digunakan untuk Penentuan Bilangan Iodin
memberi warna tekstil atau suatu makanan, Sebanyak 1 g sampel ditimbang dan
minuman, obat - obatan, kosmetika, dan lain-lain dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian
[26]. Sebagian zat warna adalah racun bagi tubuh ditambahkan larutan iodin 0,1 N 25 ml dan diaduk
manusia, tetapi ada zat warna yang relatif aman selama 15 menit lalu disaring. Sebanyak 10 ml
bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan filtrat dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1
dalam industry pangan, minuman dan farmasi. N hingga berwarna kuning muda. Kemudian
Penggolongan zat warna berdasarkan pada sifat- ditambahkan amilum 1% pada larutan dan titrasi
sifat dan penggunaannya yaitu zat warna asam, dilanjutkan hingga warna biru hilang. Daya serap
basa, direct, mordan, komplek logam, azoat, iodin dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
belerang, bejana, dispersi dan reaktif [24]. berikut [8]:
Methyl orange merupakan molekul zat
warna dengan rumus molekul C14H14N3NaO3S dan ( )
mempunyai berat molekul 327,33 g/mol. Panjang DSI
gelombang maksimum larutan methyl orange
adalah sekitar 465 nm. Methyl orange termasuk ………..(1)
jenis zat warna azo yang mempunyai system Dimana :
kromofor dari gugus azo (-N=N) berikatan dengan DSI = daya serap iodin (mg/g)
gugus aromatik. Trayek pH methyl orange berkisar V = filtrat yang dititrasi (10 ml)
3,0 hingga 4,4 [18]. T = volume titrasi natrium tiosulfat (N)
Methyl violet termasuk dalam golongan zat C1 = konsentrasi natrium tiosulfat (N)
warna kation dengan rumus kimia C24H28N3Cl C2 = konsentrasi iod (N)
W1 = berat iod (12,69 mg/L
dan mempunyai berat molekul 393,96 gram/mol.
Methyl violet dalam larutan asam berwarna kuning Penentuan Luas Permukaan
yang berubah menjadi hijau-biru pada pH 0-1,8 Methyl blue dipilih dalam riset ini karena
dan diatas pH 1,8 akan berwarna ungu [9]. telah diketahui kekuatan adsorpsi pada padatan dan
Methyl red bersifat mutagenik pada kondisi dikenal kegunaannya dalam karakterisasi adsorpsi
aerobik, mengalami biotransformasi menjadi asam material [10]. Kalibrasi methyl blue dilakukan
2-aminobenzoat dan N-N’ dimetil-p-fenilen diamin dengan konsentrasi 20-200 ppm pada panjang
[25]. gelombang 664 nm. Kemudian sebanyak 0,5 g
biosorben rendam dengan metilen biru dan diaduk
Metodologi Penelitian selama 2 jam, selanjutnya disaring. Filtrat diukur
Bahan dan Peralatan absorbansinya dengan panjang gelombang 664 nm.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini Luas permukaan dapat dihitung dengan persamaan
adalah limbah biji papaya yang diperoleh dari berikut :
penjual buah Pajak Sore Padang Bulan, asam
sulfat (H2SO4), methyl blue, iodin, natrium
tiosulfat, amilum, methyl orange, methyl violet dan ………..(2)
methyl red. Alat utama yang digunakan adalah Dimana :
oven, blender, ayakan berukuran 60 mesh, beaker S = luas permukaan biosorben (m2/g)
glass, spektrofotometer FTIR, spektrofotometer N = bilangan avogrado (6,002 x 10-2 mol-1),
UV-Vis, rotary shaker. X = berat adsorbat teradsorpsi (g/g)
a = luas penutupan oleh 1 molekul methyl
Prosedur Percobaan blue (197 x 10-20 m2)
Proses Aktivasi Biosorben Biji Pepaya Mr = massa molekul relative Methyl
Biji pepaya dicuci dan keringkan. Biji blue (320,5 g/mol)
pepaya dihaluskan dengan menggunakan ayakan
berukuran 60 mesh, dan diaktifkan dengan asam Penentuan Kemampuan Daya Serap Biosorben
sulfat (H2SO4) rasio perbandingan 1 :1 dengan Terhadap Zat Warna dengan Variasi Massa
konsentrasi asam sulfat 5%, 7%, dan 10% dan dan Waktu adsoripsi
diovenkan selama 12 jam pada suhu 110 oC. Biosorben dari biji pepaya yang lolos pada
Kemudian dicuci dengan aquadest untuk ayakan berukuran 60 mesh ditimbang masing –
menghilangkan asam. Selanjutnya di ovenkan pada masing 0,5 g, 1,0 g dan 1,5 g dan dimasukkan
suhu 110 oC selama 30 menit, 60 menit, 90 menit, kedalam beaker glass 100 mL. Ditambahkan
dan 120 menit. larutan zat warna 100 ppm dan diaduk
menggunakan shaker dengan kecepatan 180 rpm
selama 20 menit, 30 menit dan 40 menit. Larutan

9
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

disaring menggunakan kertas whatman No. 1


hingga didapatkan filtratnya. Filtrat yang 40

Luas Permukaan (m2/g)


C 5%
dihasilkan kemudian dianalisa absorbansinya 35
menggunakan spektrofotometr UV-Vis. C 7%
30
C 10%

Hasil dan Pembahasan 25


Pengaruh Aktivator dan Waktu Pemanasan 20
terhadap Bilangan Iodin
15
Pada penelitian ini dapat dilihat kapasitas
adsorpsi biosorben yang paling baik dari berbagai 10
variasi waktu pemanasan di oven dan rasio 5
konsentrasi aktivator tertentu yang dinyatakan
0
sebagai bilangan iodin (mg/g), yaitu jumlah mg
30 60 90 120
iodin yang dapat diserap oleh setiap 1 g biosorben.
Waktu (menit)
600
C 5%
500 Gambar 3. Pengaruh Waktu dan Konsentrasi
C 7% Terhadap Luas Permukaan Biosorben.
Bilangan Iodin

400 C 10% Biosorben dari biji pepaya yang telah


dilakukan oleh peneliti terdahulu memiliki luas
(mg/g)

300 permukaan yang berkisaran dari 1,38 sampai 38,46


m2/g [2,22]. Jadi, hasil pengukuran luas
200 permukaan biosorben biji pepaya pada berbagai
waktu pemanasan dan konsentrasi aktivator yang
100 telah sesuai dengan standar luas permukaan
biosorben dari biji pepaya yang ada. Luas
0 permukaan tertinggi yaitu sebesar 33,43556 m2/g
30 60 90 120 berada pada waktu pemanasan 120 menit dengan
Waktu (menit) konsentrasi asam sulfat 10%.

Gambar 1. Pengaruh Waktu Pemanasan terhadap Pengaruh Massa Biosorben Terhadap Adsorpsi
Bilangan Iodin Biosorben pada Rasio Konsentrasi Zat Warna
Asam Sulfat Massa biosorben merupakan salah satu
Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi.
bilangan iodin cenderung meningkat seiring Semakin banyak massa adsorben yang digunakan
dengan semakin tingginya waktu pemanasan dan semakin efektif proses adsorpsi terjadi [11]. Hal ini
konsentrasi aktivator. Untuk konsentrasi asam disebabkan karena bertambahnya luas permukaan
sulfat pada waktu pemanasan yang sama pada titik biosorben, sehingga ion-ion akan lebih banyak
tertentu mengalami penurunan bilangan iodin. terserap pada permukaan biosorben tersebut [16].
Bilangan iodin tertinggi diperoleh yaitu 482,22
mg/g pada waktu pemanasan 120 menit dan 5,0
konsentrasi asam sulfat 10% . 4,5 20 menit
4,0 30 menit
Pengaruh Waktu dan Konsentrasi terhadap 3,5 40 menit
Daya Adsorpsi (mg/gr

Luas Permukaan Biosorben 3,0


Luas permukaan biosorben merupakan 2,5
salah satu karakter fisik yang memiliki peranan 2,0
penting dimana berhubungan langsung dengan 1,5
kemampuan adsorpsi biosorben terhadap zat-zat 1,0
yang dijerap [16]. Luas permukaan diukur dari 0,5
lapisan monolayer dari standar adsorbat, kemudian 0,0
nilai numeriknya didapat dari densitas adsorbat 0,5 1 1,5
dan dimensi molekul [15]. Semakin luas Massa Biosorben (g)
permukaan biosorben, maka memberikan bidang
kontak yang lebih besar sehingga semakin banyak (a)
adsorbat yang dijerap dan proses adsorpsi semakin
efektif [22].

10
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

terbatas yang menyebabkan biosorben saling


10,0 tumpah tindih atau berebutan untuk menutupi,
9,0 20 menit sehingga adsorbat terbatas gerakannya untuk
8,0 30 menit
memperebutkan permukaan. Daya adsorpsi
Daya Adsorpsi (mg/g)

40 menit
7,0 maksimum diperoleh sebesar 3,815 mg/g pada
6,0 massa biosorben 0,5 g pada waktu adsorpsi 20
5,0 menit.
4,0
3,0 Pengaruh Waktu Adsorpsi Terhadap Adsorpsi
2,0 Zat Warna
1,0 Waktu kontak merupakan hal yang sangat
0,0
0,5 1 1,5
menentukan dalam proses adsorpsi, karena waktu
kontak memungkinkan proses difusi dan
Massa Biosorben (g)
penempelan molekul adsorbat berlangsung.
(b) Desorpsi merupakan proses pelepasan kembali ion
atau molekul yang telah berikatan dengan gugus
4,5 aktif pada adsorben [21]. Semakin lama waktu
interaksi biosorben dengan adsorbat
4,0
memungkinkan banyaknya tumbukan yang terjadi
Day Adsorpsi (mg/g)

20 menit
3,5 30 menit sehingga semakin banyak adsorbat yang terserap.
40 menit
3,0 Tumbukan kecepatan reaksi bergantung pada
2,5 jumlah tumbukan persatu satuan waktu, semakin
2,0
banyak tumbukan yang terjadi maka reaksi
semakin cepat berlangsung [14]
1,5
Hasil yang diperoleh untuk zat warna
1,0
methyl orange diperoleh daya adsorpsi maksimum
0,5 sebesar 4,391 mg/g pada waktu 20 menit. Pada zat
0,0 warna methyl violet diperoleh hasil maksimum
0,5 1 1,5
sebesar 9,547 mg/g pada waktu adsorpsi 40 menit.
Massa Biosorben (g)
Pada zat warna methyl red diperoleh daya adsorpsi
(c) tertinggi sebesar 0,954 mg/g pada waktu adsorpsi
20 menit.
Gambar 4. Pengaruh Massa Biosorben Terhadap Zat
Warna (a) Methyl Orange (b) Methyl Violet (c) Methyl Kesimpulan
Red Bilangan iodin biosorben dari biji pepaya
Hasil yang diperoleh untuk zat warna tertinggi diperoleh sebesar 482,22 mg/g pada
methyl orange yaitu kemampuan daya adsorpi konsentrasi asam sulfat 10% dan waktu
mengalami fluktuasi di setiap massa biosorben. pemanasan 120 menit. Luas permukaan biosorben
Hal ini disebabkan karena kecepatan putaran dari biji pepaya tertinggi sebesar 33,43556 m2/g
menjadi lambat dengan bertambahnya massa pada konsentrasi asam sulfat 10% dan waktu
biosorben, sehingga daya adsorpsi menjadi tidak pemanasan 120 ment. Dari hasil analisa FTIR
bagus. Pada zat warna methyl orange diperoleh biosorben dari biji pepaya dapat menyerap
daya adsorpsi maksimum sebesar 4,391 mg/g pada kandungan kromofor yang terdapat pada zat
massa 0,5 g pada waktu adsorpsi 20 menit. warna. Daya adsorpsi tertinggi sebesar 9,547 mg/g.
Hasil yang diperoleh untuk zat warna pada zat warna methyl violet yaitu pada massa
methyl violet adalah daya adsorpsi semakin besar biosorben 1,0 g dan waktu adsorpsi 40 menit.
seiring bertambahnya massa biosorben. Hal ini
dikarenakan semakin banyak massa biosorben Daftar Pustaka
maka luas permukaan biosorben akan semakin [1] A. Herlin, S.Bahri, Nurakhirawati, Kajian
besar sehingga memungkinkan daya adsorpsi Penggunaan Arang Aktif Tongkol Jagung
besar. Daya adsorpsi maksimum diperoleh sebesar Sebagai Adsorben Logam Pb Dengan
9,547 mg/g pada massa biosorben 1,0 g pada Beberapa Aktivator Asam, Jurnal Natural
waktu adsorpsi 40 menit Science, ISSN: 2338-0950 Vol. 2 (3), Hal.
Hasil yang diperoleh untuk zat warna 75-86, 2013.
methyl red yaitu dengan semakin bertambahnya [2] A. Napitupulu, Impregnasi Karbon Aktif
massa biosorben yang digunakan maka Dengan Na2S Sebagai Adsorben Terhadap
kemampuan daya adsorpsi semakin kecil. Hal ini Larutan Cu2+ Dan Cd2+, Skripsi, Medan,
disebabkan karena adsorbat yang digunakan 2010.

11
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

[3] A.M. Khah, dan R. Ansari, Activated Kimia , Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Charcoal: Preparation, characterization Syarif Hidayatullah, Jakarta, Vol. 4, No. 1
and Applications, Iran. International (36-44), 2014.
Journal of ChemTech Research. Vol.1, [14] H.Purnawati, dan B. Utami, Pemanfaatan
No.4 ISSN : 0974-4290, hal. 859-864, Limbah Kulit Buah Kakao
2009. (Theobromacocoa L.) Sebagai Adsorben
[4] A.U. Itodo, F.W. Abdulrahman, L.G. Zat Warna Rhodamin B, Pendidikan Kimia
Hassan, S.A. Maigandi, H.U. Itodo, FMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Application of Methylene Blue and Iodine Pendidikan Universitas Sebelas Maret ,
Adsorption in the Measurement of Specific Surakarta, Vol.5, No.1, 2014.
Surface Area by Four Acid and Salt Treated [15] L.Kurniasari, I.Riwayati, dan Suwardiyono,
Activated Carbons, New York Science Pektin Sebagai Alternatif Bahan Baku
Journal, 3(5) 2010 hal. 25 - 26. Biosorben Logam Berat, Universitas Wahid
[5] A. Verla, M. Horsfall (Jnr), E.N Verla, A.I. Hasyi, Momentum, Vol.8, No.1, 2012.
Spiff1, dan O.A. Ekpete3, Preparation And [16] M.A. Ashraf, M.J. Maah, dan I. Yusoff, I,
Characterization Of Activated Carbon Study of Banana peel (Musa sapientum) as
From Fluted Pumpkin (Telfairia a Cationic Biosorben, American-Eurasian J.
Occidentalis Hook.F) Seed Shell, Vol. 1, Agric & Environ. Sci, Vol. 8(1): 7-17,
No. 3, September 2012 2010.
[6] Badan Pusat Statistik. Pertanian dan [17] M. Abedi, and Z. Bahreini, Preparation of
Industri http://www.bps.go.id diunduh pada Carbonaceous Adsorbent from Plant of
tanggal 10 Februari 2017. Calotropis Gigantea by Thermo-Chemical
[7] B.H. Hameed, Evaluation of Papaya Seed Activation Process and its Adsorption
as a Novel Non-Conventional Low-Cost Behavior for Removal of Methylene Blue,
Adsorbent for Removal of Methylene Blue, World Applied Sciences Journal. ISSN
Jurnal Of Hazardous Materiel, 2009. 1818-4952. Vol 11 (3) hal. 263-268, 2010.
[8] C.B. Roop dan M. Goyal, Activated Carbon [18] M.S. Fadjri, Adsorpsi Zat Warna Methyl
Adsorpsion, Lewis Publisher, United States Orange Menggunakan Pasir Vulkanik
of America, hal 125, 2005 Gunung Merapi, Skrispsi, Program Studi
[9] D.M. Fatin, Modifikasi Adsorben Berbasis Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
katu Randu dengan Metode Pemanasan dan Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Aplikasinya Sebagai Penjerap Zat Warna Yogyakarta, 2012.
Methyl Violet pada Limbah Industri Batik, [19] N.N. Paramesti, Efektivitas Ekstrak Biji
Skripsi, Program Studi Teknik Kimia Pepaya (Carica papaya) Sebagai Anti
Fakultas Teknik Universitas Negeri Bakteri Terhadap Bakteri Escherichia coli,
Semarang, Semarang, 2015. Skrispsi, Universitas Islam Negeri Syarif
[10] D.Suhedra dan E.R.Gunawan, Pembuatan Hidayatullah, Jakarta, 2014.
Arang Aktif dari Batang Jagung [20] P. Devarly, Y.Kartika, A.T Nani, and
Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan S.Ismadji, Activated Carbon from Jackfruit
Penggunaannya Pada Penjerapan Ion Peel Waste by H3PO4 Chemical Activation:
Tembaga (II), Makara, Sains, Vol 14, No.1, Physical and Surface Chemistry
2010. Characterization, National Conference:
[11] Falahiyah, Adsorpsi methylene blue Design and Application of Technology,
menggunakan abu dari sabut dan hal. 1-10, 2007
tempurung kelapa teraktivasi asam sulfat, [21] R.R.Puspitasai, dan Yetty, Pengaruh Massa
Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Adsorben, Waktu Adsorpsi, dan
Malik Ibrahim Malang . Malang, 2015. Konsentrasi Pewarna terhadap Daya
[12] F.A.Pavan, E.S.Campicho, E.L. Guilherme Adsorpsi Bentonit pada pewarna Direct Red
and V.T.A. Branco, Formossa Papaya Seed Teknis, Skrispsi, Jurusan Pendidikan
Powder (FPSP):Preparation, Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Characterization And Application As On Pengatahuan Alam, Universitas Negeri
Alternative Adsorben For The Removal Of Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.
Crystal Violet From Aqueous Phase, Jurnal [22] R. Rajeshkannan, M. Rajasimman, and N.
Of Envioronmenta Chemical Engineering 2 Rajamohan, Decolourization of Malachite
(2014) 230-238, 2014. Green Using Tamarind Seed:
[13] H.Nurhasni, dan N.Saniyyah, Sekam Padi Optimazation, Isotherm, and Kinetic
utuk Menyerap Ion Logam Tembaga dan Studies, Chemical Industry & Chemical
Timbal dalam Air Limbah, Program Studi

12
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 6, No. 2 (Juni 2017)

Engineering Quarterly, Vol. 17, No. 1, 67-


79, 2011.
[23] S.K. Yadav, D.K. Singh, S.Sinha. Chemical
Carbonization of Papaya Seed Originated
Charcoals for Sorpstion of Pb (II) from
Aqueus Solution, Jurnal Of Environmental
Chemical Engineering, 2014.
[24] T. Ardyani, Adsorpsi Zat Warna Methyl
Red Menggunakan Pasir Vulkanik Gunung
Merapi, Skrispsi, Program Studi Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Uniersitas Negeri Yogyakarta, 2012
[25] T.Pangesti, I.N. Fitriani, F.Ekaputra, And
Hermawan. Sweet Papaya Seed Candy
Antibacterial Escherichia coli Candy With
Papaya Seed (Carica papaya l), Universitas
Negeri Yogyakarta, 2013
[26] U.A. Faqih, Penurunan Kadar Zat Warna
Remazol Yellow FG Menggunakan
Adsorben Semen Portland, Tesis, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010
[27] W.D. Widhianti, Pembuatan Arang Aktif
daai Biji Kapuk (Ceiba pentandra L)
Sebagai Adsorben Zat Warna Rhodamin B,
Skripsi. Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga, 2010.

13

Anda mungkin juga menyukai