Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

JUDUL PRAKTIKUM :
UJI FITOKIMIA PADA EKSTRAK DAUN PANDAN UNTUK INHIBITOR KOROSI

Pembimbing :
Drs. Budi Santoso, Apt.MT

Oleh :
Hanny Supriati
Winda Dwiastuti
Yunika Citra Lestari
Zulfany Ali
Kelas : 2A - Analis Kimia

POGRAM STUDI D3 ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLTEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini. Adapun judul
laporan ilmiah ini adalah “UJI FITOKIMIA PADA EKSTRAK DAUN PANDAN UNTUK
INHIBITOR KOROSI”
Laporan ilmiah ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca perihal
ekstraksi daun pandan dengan metode maserasi yang dapat digunakan untuk inhibitor korosi.
Laporan ilmiah ini disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian yang
dilakukan di Laboratorium Satuan Proses, Politeknik Negeri Bandung.
Dalam penyusunan ini, penyusun dibantu oleh :
1. Bapak Budi Santoso selaku pembimbing praktikum yang telah memberi pengarahan
dan masukkan kepada penyusun dalam melakukan penelitian ilmiah ini.
2. Ibu Verina, A.Md. selaku teknisi di Laboratorium Satuan Proses, Politeknik Negeri
Bandung.
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terimakasih.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ilmiah ini.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat mnjadikan penyusun
lebih baik di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam
bidang kimia.

Bandung, Januari 2017

Tim Penyusun
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bahan alam yang ada dalam
ekstrak daun pandan yang dapat djadikan inhibitor korosi. Ekstrak daun pandan didapatkan
dari ekstraksi menggunakan metode maserasi. Waktu maserasi dibuat variasi yaitu 1x24
jam, 2x24 jam, 3x24 jam, dan 4x24 jam. Maserasi ini menggunakan etanol sebagai
pelarutnya. Ekstrak yang didapatkan dari maserasi ini dipekatkan menggunakan rotaty
evaporator yang diharapkan bahwa ekstrak yang didapatkan lebih murni. Dilakukan uji
fitokimia untuk senyawa bahan alam yang ada dalam ekstrak daun pandan yang dapat
digunakan sebagai inhibitor korosi. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa senyawa yang
positif ada dalam ekstrak daun pandan tersebut yaitu alkaloid, tannin, dan flavonoid
menggunakan pereaksi. Dari hasil maserasi dengan variasi waktu, didapatkan volume
ekstrak daun pandan yang berbeda namun tidak terukur.
Kata kunci : ekstrak daun pandan, maserasi, fitokimia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2


1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................17
3.1 Tahap Persiapan..................................................................................17
3.1.1 Studi Literatur.....................................................................................17
3.1.2 Persiapan Alat dan Bahan.........................................................17
3.2 Tahap Pelaksanaan..............................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................26
5.1 Kesimpulan............................................................................................26
5.2 Saran......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencengahan korosi dapat dilakukan dengan pelapisan pada permukaan logam,
perlindungan katodik, inhibitor korosi dan lain-lain. Namun, inhibitor korosi adalah
salah satu upaya untuk mencegah korosi yang sampai saat ini digunakan karena biaya
yang diperlukan relatif murah dan prosesnya yang mudah. Inhibitor korosi itu sendiri
merupakan suatu zat kimia yang ditambahkan ke dalam lingkungan korosif, walaupun
dalam jumlah sangat sedikit tetapi dapat menurunkan laju korosinya dengan mengubah
lingkungannya menjadi tidak korosif.
Inhibitor korosi dapat diperoleh dari senyawa organik maupun anorganik. Saat ini,
sudah banyak digunakan senyawa anorganik untuk inhibitor korosi karena memiliki
inhibisi yang baik terhadap laju korosi logam. Namun, inhibitor dari senyawa anorganik
bersifat toksik bagi lingkungan jika terakumulasi. Maka dari itu, pemilihan inhibitor
korosi tidak hanya berdasarkan seberapa tinggi efisiensinya dalam menghambat korosi.
Sehingga, saat ini penggunaan inhibitor korosi dari senyawa anorganik sudah dibatasi
dan penggunaan inhibitor dari senyawa organik dikembangkan karena lebih ramah
lingkungan dan tidak berbahaya. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.
Memang pada umumnya inhibitor yang efektif adalah senyawa-senyawa organik
yang mengandung satu atau lebih gugus nitrogen, belerang, oksigen, fosfor, dan ikatan
rangkap, yang dapat teradsorpsi dengan baik pada permukaan logam. Senyawa organik
yang mengandung gugus amina dan karboksilat seperti asam amino juga dapat
digunakan sebagai inhibitor korosi (Sriri et al., 1996; Heeg et al., 1998; Rajendran et al.,
2001; Stupnisek-Lisack et al., 2002 dalam Ni Ketut dkk., 2010; Sagita, 2013). Hal ini
disebabkan karena adanya pasangan elektron bebas dari gugus-gugus tersebut dapat
berinteraksi dengan permukaan logam dan membentuk lapisan protektif terhadap
lingkungan yang korosif.
Inhibitor korosi dari senyawa organik dapat diperoleh dari bahan alam. Ekstrak
tanaman atau bahan alam sebagai inhibitor korosi organik menjadi semakin penting
karena inhibitor organik lebih diterima secara ekologis. Selain itu, ekstraksi tanaman
yang akan digunakan sebagai inhibitor juga memiliki prosedur yang mudah dan murah.
Contohnya yaitu daun pandan (Pandanus amarrylifolius) yang sangat sering dijumpai,
yang pada umumnya hanya digunakan untuk aroma harum pada masakan dan untuk
pewarna makanan, ternyata memiliki banyak manfaat dalam bidang kehidupan yang lain.
Salah satunya adalah sebagai inhibitor korosi baja. Daun pandan meiliki senyawa bahan
alam sekunder dimana senyawa tersebut yang dapat berperan sebagai inhibitor korosi
yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan lain-lain.
Pemilihan daun pandan sebagai bahan alam yang akan diuji kandungan senyawanya
karena daun pandan dapat dijumpai dengan mudah. Hampir di setiap daerah terdapat
daun pandan. Untuk itu, perlu adanya pengujian terhadap daun pandan ini. Hal
terpenting yang harus dilakukan adalah pengujian fitokimia dimana dari sinilah dapat
diketahui senyawa-senyawa sekunder apa sajakah yang ada di dalam ekstrak daun
pandan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Perbedaan apa saja yang didapatkan dari variasi waktu maserai daun pandan
dengan pelarut etanol?
1.2.2 Bagaimana mengetahui adanya senyawa sekunder yang ada dalam ekstrak
daun pandan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui perbedaan yang didapatkan dari variasi waktu maserasi daun
pandan dengan pelarut etanol.
1.3.2 Menjelaskan proses pengujian fitokimia untuk mengetahui senyawa sekunder
yang ada dalam ekstrak daun pandan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Pandan


Keanekaragaman tumbuhan sebenarnya telah memberikan manfaat yang
banyak dalam kehidupan seharihari, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
kerajinan, furnitur, makanan, minuman, bumbu masakan, obat-obatan, tonik,
kosmetik, pakan ternak dan lain sebagainya. Seperti halnya pada penggunaan
tumbuhan untuk bahan obat, bumbu masakan dan pangan cenderung meningkat
setiap tahunnya menjadi lebih dari 1000 ton per tahun. Walaupun permintaan
tersebut cukup tinggi, tetapi hanya 13 jenis tumbuhan berasal dari hutan yang baru
dimanfaatkan (Pribadi 2009).
Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3 – 7 m
yang bercabang juga terkadang memiliki batang yang berduri serta akar tunjang di
sekitar pangkal batang. umumnya besar, panjang 2 - 3 m, lebar 8 – 12 cm; ujungdaun
segitiga lancip-lancip; tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur
daun berlilin, berwarna hijau mudahijau tua.

Gambar 1 . Daun Pandan.


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=pengertian+daun+pandan

Pandan wangi di perkirakan berasal dari kepulauan di Lautan Pasifik, dengan


penyebaran terbesar di Madagaskar dan Malesia. Untuk penyebarannya, Terdapat
hampir di seluruh Indonesia, karena tumbuhan ini mudah tumbuh. Untuk
keanekaragaman beberapa varietas daun memiliki sisi yang berduri. Tanaman
pandan wangi mempunyai kerabat yang memiliki famili yang sama, contohnya untuk
varietas Pandanus: P. tectorius, P. bidur, P. furcatus, P. amaryllifolius, P. edulis, P.
andamanensium. Freycinetia: F.funicularis, F. javanica, F. gaudidii, F. banksii.
Sararanga: S. simosa.
Klasifikasi tanaman pandan :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : P. amaryllifolius
Genus Pandanus (Screw-cines) memiliki botani yang sangat sulit dan sejarah
yang rumit. Ini, karena ukuran dan karakter khasnya, sudah menarik perhatian
banyak pelaut dan ahli botani bahkan sebelum zaman Linnaeus. Tumbuhan pandan
wangi dapat dijumpai di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman, di kebun dan
di pekarangan rumah atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Selain itu,
tumbuhan ini dapat tumbuh liar di tepi sungai, rawa dan tempat-tempat lain yang
tanahnya agak lembab dan dapat tumbuh subur dari daerah pantai sampai daerah
ketinggian 500 m dpl (di atas permukaan laut) (Dalimartha, 2009).
Kandungan kimia yang ada pada daun pandan wangi meliputi :
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen, bersifat optis aktif. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal dan
hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Sebagian besar alkaloid
berasa pahit. Beberapa pereaksi uji yang sering digunakan adalah Mayer,
Bouchardat dan Dragendorf. Alkaloid dikaitkan dengan hambatan replikasi DNA
bakteri yaitu dengan menghambat aktivasi enzim yang berperan pada proses
pengrahan nukleotida pada pita DNA tunggal induk sebagai cetakannya. Adanya
gangguan replikasi DNA menyebabkan gangguan pula pada pembelahan sel.
Selain itu sintesa protein untuk metabolisme bakteri maupun untuk sintesa
dinding sel akan terhambat.
2. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri
dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai
popan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6 –C3 –C6. Senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai mekanisme
membentuk kompleks dengan protein ekstraselular sehingga akan merusak
membran sel bakteri.
3. Tannin
Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang kuat dan
tidak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari
tuumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap
pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.
4. Saponin
Saponin berfungsi sebagai antibakteri dan antimikroba. Hal ini didasarkan
pada sifat sitotoksik dari saponin dan kemampuannya dalam mempengaruhi
permeabilitas membran sitoplasma sehingga sel mikroba menjadi lisis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilakukan uji fitokimia. Dalam prosesnya, dilakukan ekstraksi
dengan metode maserasi dengan variasi waktu yaitu 1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam, dan
4x24 jam. Uji fitokimia ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder apa
saja yang ada dalam daun pandan yang dapat dijadikan sebagai inhibitor korosi.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 September 2017 sampai 11 Desember
2017 di Laboratorium Satuan Proses, Politeknik Negeri Bandung.

3.1 Tahap Persiapan


Tahap ini merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian sebagai dasar dari
tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini meliputi :
1. Studi literatur
2. Persiapan alat dan bahan
3.1.1 Studi Literatur
Studi literature ini mencakup pencarian tinjauan pustaka dan prosedur
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Studi literatur dilakukan dari
berbagai sumber seperti internet, artikel, jurnal, dan buku yang berhubungan dengan
judul penelitian.
3.1.2 Persiapan Alat dan Bahan
Pada tahap ini dilakukan persiapan alat yang dibutuhkan untuk penelitian
yang akan dilakukan mulai dari peralatan untuk pembuatan larutan pereaksi, gelas
kimia untuk tempat maserasi, serta rotary evaporator untuk memekatkan ekstrak
daun pandan.
Persiapan bahan yaitu meliputi pereaksi-pereaksi yang dibutuhkan untuk uji
fitokimia serta sampel daun pandan yang telah menjadi bubuk agar proses maserasi
maksimal.
3.2 Tahap Pelaksanaan
3.2.1 Proses Maserasi
Pada tahap ini dilakukan ekstraksi daun pandan dengan metode maserasi.
Maserasi ini dilakukan dengan empat variasi waktu (1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam,
dan 4x 24 jam). Dalam prosesnya, digunakan pelarut etanol. Hasil dari proses
maserasi ini berupa ekstrak daun pandan yang selanjutnya dilakukan pemekatan
dengan menggunakan alat rotary evaporator.
3.2.2 Uji Fitokimia
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap ekstrak daun pandan untuk
mengathui senyawa-senyawa yang terkandung di dalam daun pandan tersebut. Uji
fitokimia ini meliputi uji senyawa alkaloid dengan pereaksi mayer, tannin dengan
pereaksi FeCl3 0.1%, flavonoid dengan pereaksi HCl, terpenoid dengan kloroform dan
H2SO4, serta uji senyawa fenolik menggunakan pereaksi FeCl3 1%.
3.3 Diagram Alir Proses
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Tinjauan Pustaka Daun Pandan. Diakses pada http://repository.uin-


suska.ac.id/6061/3/BAB%20II.pdf 25/12/17: 05.25

Kam YK. Comparative systematic foliar anatomy of Malaya Pandanus. Bot. J. Linn. Soc.
64: 315-351. 1971.

Rahayu, Sri Endarti., Sri Handayani. 2008. “Keanekaragaman Morfologi dan Anatomi
Pandanus (Pandanaceae ) di Jawa Barat”. VIS VITALIS, Vol. 01 No. 2, tahun
2008.

Susilo, Adi., Denny. 2016. “Keragaman tumbuhan dan potensi pemanfaatannya di kawasan
hutan alam sekunder RPH Cisujen KPH Sukabumi, Jawa Barat”. PROS SEM
NAS MASY BIODIV INDON. Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 ISSN: 2407-
8050
Halaman: 256-262.
LAMPIRAN A

DATA PENGAMATAN
A. Proses Maserasi
Waktu Maserasi Berat Serbuk Daun Pandan Volume Etanol
1x24 jam 24 gram 75 ml
2x24 jam 24 gram 75 ml
3x24 jam 24 gram 75 ml
4x24 jam 24 gram 75 ml

B. Uji Fitokimia
Uji Senyawa Pereaksi Hasil
(+)
Alkaloid Mayer (HgCl+KI+aquades)
endapan putih

(+)
Tanin FeCl3 0.1%
larutan berwarna biru gelap

Flavonoid HCl dan NaOH  


LAMPIRAN B

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai