KARYA ILMIAH
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
Disetujui
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
082401054
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas sukacita dan
penyertaanNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan judul “ PENGARUH SUHU TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN
SABUN CUCI PIRING CAIR BUATAN SENDIRI,SUNLIGHT, DAN S.O.S”.
Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan meyelesaikan program Diploma-III
Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
Selesainya karya ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Bapak terkasih Ir.
T. Siahaan dan Ibu tersayang E.br Panjaitan,dan adik- adik tercinta. Juga dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Ibu
Dra. Tirena B. Siregar, M.Eng, selaku dosen pembimbing pada penyelesaian karya
ilmiah ini. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S.selaku ketua Departemen Kimia, Ibu
Dra.Emma Zaidar Nasution,M.Si selaku ketua Program Studi DIII Kimia Analis.
Abang dan kakak Asisten Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU.Abang dan kakak
Brave yang terus mendukung dan teman- teman seperjuangan mahasiswa kimia analis
2008.
Penulis menyadari atas kekurangan dari materi yang disajikan dalam laporan
ilmiah ini disebabkan karena keterbatasan literatur dan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan laporan
ilmiah ini. Semoga laporan ilmiah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
ABSTRACT
The effect of temperature on the surface tension of homemade liquid dish soap,
Sunlight, and SOS was carried out. The temperatures was variated 280C(without
heating), 300C, 400C and 500C. The homemade liquid dish soap was prepared by using
an active ingredients. The active ingredient of the liquid dishwashing soap were
sodium lauryl ether sulphate, sodium alkyl benzene sulfonate, and sodium lauril ether
sulfate, respectively. The determination of surface tension was based the increasing of
temperature on the liquid dishwashing soap causing of descreasing of their surface
tension. The results showed that the soap SOS has the lowest surface tension value of
5.96 dyne / cm at a temperature of 500C and the surface tension of the biggest soap is
owned by Sunlight dishwashing soap without heating is 19.83 dyne/ cm.
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Metodologi Penelitian 3
1.7 Lokasi Penelitian 3
BAB 5 KESIMPULAN 32
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ABSTRACT
The effect of temperature on the surface tension of homemade liquid dish soap,
Sunlight, and SOS was carried out. The temperatures was variated 280C(without
heating), 300C, 400C and 500C. The homemade liquid dish soap was prepared by using
an active ingredients. The active ingredient of the liquid dishwashing soap were
sodium lauryl ether sulphate, sodium alkyl benzene sulfonate, and sodium lauril ether
sulfate, respectively. The determination of surface tension was based the increasing of
temperature on the liquid dishwashing soap causing of descreasing of their surface
tension. The results showed that the soap SOS has the lowest surface tension value of
5.96 dyne / cm at a temperature of 500C and the surface tension of the biggest soap is
owned by Sunlight dishwashing soap without heating is 19.83 dyne/ cm.
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Apakah ada pengaruh kenaikan suhu sabun cuci piring cair buatan sendiri, Sunlight,
dan S.O.S terhadap nilai tegangan permukaan
• Sabun cuci piring yang digunakan adalah sabun cuci piring buatan sendiri,
Sunlight, dan S.O.S
• Pengukuran tegangan permukaan dilakukan pada suhu 30o C, 40oC, dan 50o C
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Dalam penelitian ini divariasi merek
sabun dan suhu. Variasi suhu sabun 28oC, 30oC, 40oC, dan 50o C dalam 10 ml larutan.
Sedangkan untuk variasi sabun ditetapkan terlebih dahulu yaitu Sunlight dan S.O.S
dan dibandingkan dengan sabun buatan sendiri dengan pemakaian sodium lauril eter
sulfat sebagai bahan utama. Penentuan tegangan permukaan sabun dipengaruhi oleh
suhu sabun pada pemanasan 28oC, 30oC, 40oC, dan 50o C. Penentuan tegangan
permukaan itu sendiri menggunakan tensiometer kapiler dengan diameter 1 mm.
Replikasi dilakukan tiga kali untuk setiap perlakuan sampel
TINJAUAN PUSTAKA
Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Pembuatan
sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar. Teknik pembuatan
sabun dilupakan orang dalam zaman kegelapan ( Dark Ages), namun ditemukan
kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun mulai meluas pada bad ke- 18.
Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada
zaman yang lampau. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi
( natrium hidroksida) dan karenanya terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium
dari asam lemak. Dulu digunakan abu kayu ( yang mengandung basa seperti kalium
karbonat) sebagai ganti lindi (lye = larutan alkali) (Fessenden, 1992).
Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium) dari asam- asam
lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga
mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sekali
penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan
gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam
tembakau, industri farmasi dan kosmetik. (sifat melembabkan timbul dari gugus-
gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan
air itu). Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang
lindi yang berlebih, NaCl, dan gliserol. Zat tambahan (additive) seperti batu apung, zat
warna dan parfum kemudian ditambahkan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat- zat non
polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
Deterjen berasal dari kata detergene yang berarti “membersihkan”, yang sesuai
dengan tujuan semula pembuatan campuran itu. Pada awal abad ke - 19 di Jerman
ditemukan bahan sintetik, semula sebagai bahan pencuci pakaian, dan dipakai sebagai
bahan pengganti konvensional yang disebut sebagai deterjen sintetik (synthetic
detergents = syndet).
Terdapat berbagai nama lain untuk syndet, yaitu cleanser bar, detergent bar, synthetic
toilet soap. Istilat tenside yang popular di Eropa merupakan istilah yang semula lebih
bersifat teknis untuk menamai mekanisme kerja bahan- bahan ini, yaitu aktif di
tegangan permukaan (tenside) namun di negara lain lebih sering disebut sebagai
surfaktan ( Wasitaatmaja, 2007 ) .
Sabun konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami dengan garam
alkali serta sabun deterjen saat ini yang dibuat dari bahan sintetik, biasanya
mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan, deodoran, warna, parfum, pengontrol
pH, dan bahan tambahan khusus.
• Surfaktan
Surfaktan adalah bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai
dalam sabun berasal dari minyak kelapa ( asam lemak C12), minyak zaitun
(asam lemak C16 - C18). Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun
yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia.
• Pelumas
Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja
meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak,
misalnya asam lemak bebas, gliserol,lanolin, paraffin lunak, dan minyak
almon, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat. Bahan- bahan tersebut selain
Surfaktan adalah prinsip kerja dari setiap deterjen, yang jika dilarutkan kedalam cairan
cenderung memekat pada permukaan cairan tersebut. Kesanggupan ini disebabkan
sifat fisiokimia yang dualistik, yaitu mempunyai bagian yang senang pada pelarut
(filik) dan bagian yang tidak senang pada pelarut ( fobik). Jika pelarutnya air, maka
surfaktan akan berada di batas antara air dan yang dilarutkan dan tegak lurus terhadap
batas tersebut dengan bagian yang bersifat filik berada dalam air
Dua jenis surfaktan yang dikenal, yatiu:
1. Surfaktan ionik, yakni surfaktan yang bila terlarut dalam pelarut (air) akan
terurai menjadi ion negatif dan positif
2. Surfaktan nonionik ( tidak berionisasi), misalnya poliglikol ester dan alkohol
jenuh.
Selain sebagai pelarut, surfaktan dapat bekerja sebagai pembasah, pembentuk
busa, dan pengemulsi. Pada sabun, surfaktan bekerja sebagai pelarut ( kotoran dan
lemak), pengemulsi, dan pembentuk busa. Meskipun banyaknya busa tidak
mempengaruhi daya larut dan daya bersih sabun, namun masih banyak orang
menyukai busa sabun dalam pencucian.
Rapat massa atau densitas material yang didefinisikan sebagai massa per satuan
volume .Simbol yang paling sering digunakan untuk densitas yaitu ρ.
Dalam beberapa kasus (misalnya, di Amerika Serikat ), kerapatan juga
didefinisikan sebagai berat per satuan volume walaupun jumlah ini lebih tepat disebut
berat jenis.
m (2.1)
ρ=
V
dimana ρ adalah kerapatan, m adalah massa, dan V adalah volume. Dari persamaan
ini, kerapatan massa harus memiliki satuan massa per volume.
Secara umum, kerapatan dapat diubah dengan mengubah baik tekanan atau suhu.
Meningkatkan tekanan selalu meningkatkan densitas material. Peningkatan suhu
umumnya menurun densitas (Anonim1 , 2011).
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin meregang, sehingga permukaannya seolah-
olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik
menarik antara partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan.
Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di
dekatnya dengan gaya yang sama kesegala arah. Pada permukaan cairan, tiap molekul
ditarik oleh molekul sejenis didekatnya dengan arah hanya kesamping dan kebawah,
tetapi tidak ditarik oleh molekul diatasnya karena diatas permukaan cairan berupa fase
uap ( udara ) dengan jarak antara molekul sangat renggang.
Adanya gaya atau tarikan ke bawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan
berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut dengan tegangan permukaan.
Besarnya tegangan permukaan cairan bergantung pada gaya tarik antara
molekul- molekulnya. Ketika gaya tarik besar, seperti dengan H2O, tegangan
a. Jenis cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti
air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin
karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
b. Suhu
Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya
suhu molekul- molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara
molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun.
c. Adanya zat terlarut
Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan
permukaan. Untuk air adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti
sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan adanya zat- zat
seperti sabun, detergen, dan alkohol adalah efektif dalam menurunkan tegangan
permukaan ( Yazid, 2005).
Metode cincin du nouy merupakan metode yang paling baik digunakan karena lebih
akurat dan cepat dalam pengukuran tegangan permukaan deterjen, serum, suspensi,
koloid dan lain- lain.
Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin dari permukaan air dapat
dihitung dari persamaan :
βF
γ = (2.2)
4 RF
R = jari- jari rata- rata cincin
F = gaya yang dibutuhkan untuk mengangkut cincin dari permukaan
β = faktor koreksi yang dihitung dengan persamaan berikut :
4b 1
(β − a )2 = 2 2
F
+ c (2.3)
π R 4πR(ρ1 − ρ 2 )
a = 0, 725
b = 0,09075 m-1det2
c = 0,04534 – 1,679 ( r/ R)
r = Jari- jari kawat yang digunakan untuk membuat cincin
R = jari- jari rata- rata lingkaran
P1 = massa jenis cairan yang ada di bawah
P2 = massa jenis cairan yang berada di atas
2γ
∆ρ maks = + gh(ρ − ρ 0 ) (2.4)
r
ρ 0 =Massa jenis uap cair ( biasanya diabaikan karena ρ 0 << ρ ) ( Bird, 1987)
Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa bila sebatang pipa kapiler dimasukan
kedalam cairan maka permukaan cairan dalam pipa kapiler dapat mengalami kenaikan
atau penurunan. Apabila cairan membasahi bejana ( θ < 90 ) maka permukaan cairan
akan naik. Sedangkan bila cairan tidak membasahi bejana ( θ > 90 ) permukaan cairan
akan turun. Peristiwa naik turunnya permukaan cairan dalam kapiler ini disebut
dengan kapilaritas.
( Yazid, 2005 ).
Pada peristiwa terangkatnya cairan pada kolom pipa, besarnya gaya keatas
akibat tegangan permukaan diberikan persamaan :
F1 = 2 π r γ cos θ (2.5)
Kenaikan cairan tidak dapat berlangsung terus, karena pada permukaan cairan
juga bekerja gaya akibat berat cairan ( F2 ) yang arahnya ke bawah sebesar :
F2 = d V g (2.6)
Karena V = π r2 h, maka :
F2 = π r2 h d g (2.7)
d = rapatan cairan
g = percepatan grafitasi
h = kenaikan atau penurunan cairan dalam kapiler
d ghr
γ = (2.9)
2 cos θ
Metode ini didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk menarik pelat tipis dari
permukaan cairan. Pelat digantung pada salah satu lengan neraca dan dimasukkan
kedalam cairan yang akan diselidiki. Besarnya gaya tarik pada neraca yang digunakan
untuk melepas pelat dari permukaan cairan dicatat. Pada saat pelat terlepas berlaku
hubungan :
F = W + 2 lγ (2.11)
F− W
γ = (2.12)
2l
Dimana : γ = tegangan permukaan
1 = lebar lempeng
Dalam metode ini diandaikan sudut kontak θ = 00, dan pengaruh dari ujung-
ujung lempeng dapat diabaikan ( Yazid, 2005 ).
Pada metode ini, digunakan lempengan mika tipis atau kaca slide mikrosip
yang digantung pada neraca. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara statistik
ataupun dengan detasment yang secara akurat diberikan pada persamaan ideal.
Bahan aktif merupakan bahan inti dari detergen sehingga bahan ini harus ada
dalam proses pembuatan deterjen. Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil
dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak.
(http://www.chemicalland21.com)
1- Dodecene 1- dedosilbenzen
1) NaOH
2) H2SO4
CH3
CH3(CH2)9CH SO3-Na+
4. Bahan pewarna
Bahan pewarna dalam pembuatan sabun dimaksudkan untuk meningkatkan
nilai jual. Dalam penelitian ini menggunakan pewarna hijau sintetik
Minyak kelapa 5
Air 50
(Board, 2002)
BAB 3
3. NaCl 20%
Hasil Hasil
Larutan Surfaktan
( Board, 2002 )
3.4.2. Skema Penentuan Tegangan Permukaan Sabun Cuci Piring Cair Buatan
Sendiri, Sunlight, dan S.O.S
Hasil Hasil
Dengan : d = densitas
= 1, 032 gr/ ml
d ghr
γ=
2
Dimana : γ = tegangan permukaan cairan ( dyne/ cm )
r = jari- jari pipa kapiler , yaitu 0,01 cm ( 1 cm )
h = tinggi cairan ( cm )
g = percepatan grafitasi ( 9,8 ms2- )
d = rapatan cairan ( gr/ ml)
BAB 4
4.1. Hasil
4.1.2. Data
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran tegangan permukaan larutan sabun cuci piring
buatan sendiri, Sunlight dan S. O. S dengan variasi suhu 30oC, 40oC, 50oC,
dan tanpa pemanasan.
(28)
Sabun buatan 30 2.1 2.0. 2.0 2.1
sendiri
40 2.1 1.9 2.0 2
(28)
(28)
(28)
Sabun buatan 30 16.09 16.09 16.08 16.09
sendiri
40 16.11 16.10 16.10 16.10
(28)
(28)
Larutan
Variasi suhu (oC) Densitas (gr / mL)
Sabun pencuci piring
(28)
30 1.026
Sabun buatan sendiri
40 1.028
50 1.022
(28)
30 1.034
Sunlight
40 1.03
50 1.024
(28)
30 1.024
S.O.S
40 1.02
50 1.014
(28)
30 10.55
Sabun buatan sendiri
40 10.07
50 9.16
(28)
30 14.16
Sunlight
40 11.14
50 8.02
(28)
30 7.52
S.O.S
40 6.49
50 5.96
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan tensiometer
kapiler, secara umum diperoleh hasil bahwa adanya pengaruh kenaikan suhu terhadap
tegangan permukaan larutan sabun cuci piring cair . Pengaruh penambahan suhu ini
dapat dilihat dari nilai tegangan permukaan yang diperoleh sebelum dan sesudah
dipanaskan. Sebagai contoh pada larutan Sabun Sunlight yang ditunjukkan pada Tabel
4.4 didapat nilai tegangan permukaannya sebelum pemanasan yaitu 19,83 dyne/ cm.
Tetapi setelah dipanaskan pada suhu 500 C, tegangan permukaan larutan sabun
Sunlight tersebut turun hingga mencapai 8, 02 dyne/ cm.
Dari hasil pengukuran nilai tegangan permukaan larutan pencuci piring cair
setelah dipanaskan pada variasi suhu 30oC, 40oC, dan 50oC, memberikan pengaruh
yang cukup besar yakni setelah dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi akan
menurunkan nilai tegangan permukaan larutan pencuci piring cair. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dimana terjadi perbandingan nilai tegangan permukaan larutan
sabun yang cukup signifikan. Hal ini dapat memberikan kesimpulan bahwa jika suhu
semakin tinggi maka tegangan permukaannya juga akan semakin rendah dan bahkan
mencapai 0 dyne/ cm.
Dari gambar 4.1 juga dapat diberikan kesimpulan bahwa tegangan permukaan akan
semakin rendah jika suhu dinaikkan. Dimana grafik menggambarkan penurunan nilai
tegangan permukaan sabun pencuci piring cair.
4.2. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang diperoleh, menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan
terhadap nilai tegangan permukaan larutan pencuci piring cair sebelum dan sesudah
pemanasan. Dalam hal ini, sebelum dipanaskan nilai tegangan permukaan sabun tinggi
dan setelah dipanaskan pada suhu 30o C, nilai tegangan permukaan akan turun, dan
akan semakin rendah jika pemanasan dilakukan pada suhu 40oC dan 50oC.
Sabun komersil memiliki bahan aktif berupa surfaktan yang berbeda- beda. Untuk
sabun cuci piring buatan sendiri dan S.O.S mempunyai bahan aktif sodium lauril eter
sulfat yang mana sodium lauril eter sulfat (SLES) adalah surfaktan anionik yang
digunakan sebagai agen foaming (untuk membersihkan dan membuat busa) yang
banyak terdapat dalam berbagai produk yang umum digunakan. Sodium lauril eter
sulfat (SLES) digunakan pada sediaan pasta gigi, sabun pembersih wajah, sabun
mandi serta deterjen.
sodium lauril eter sulfat (SLES) merupakan surfaktan digunakan untuk menghapus/
Sedangkan bahan aktif permukaan yang terdapat dalam sabun cuci piring sunlight
yaitu natrium alkil benzen sulfonat yang mana bahan ini biasanya digunakan untuk
berbagai bahan kosmetik. Bahan ini sangat aktif sebagai bahan aktif pembersih wajah.
Penurunan nilai tegangan permukaan juga karena ada pengaruh surfaktan (zat aktif
permukaan) yang dikandung sabun tersebut. Dalam sabun yang dianalisa, zat aktif
yang digunakan yaitu sodium lauril eter sulfat dan natrium alkil benzena sulfat.
Penurunan tegangan permukaan disebabkan surfaktan sodium lauril eter sulfat dan
sodium lauril eter sulfat menempati ruang-ruang diantara molekul air. Ikatan hidrogen
antar molekul-molekul air pada permukaan akan digantikan dengan ikatan dari gaya
Van der Waals yang lebih lemah.Gaya Van der Waals yang terbentuk merupakan
interaksi antar molekul-molekul surfaktan yang mengadsorpsi permukaan.
(Hargreaves 2003)
Sodium alkil benzen sulfonat mampu menurunkan nilai tegangan permukaan deterjen
pencuci piring pada suhu 500C.Ttegangan permukaannya turun drastis dari 19.82 dyne/
cm ( tanpa pemanasan ) menjadi 8.02 dyne/ cm. Kemampuan SABS dalam menurunkan
nilai tegangan antarmuka sabun ini disebabkan karena.gugus hidrofilik dan lipofilik dalam
satu molekul. Dengan kedua gugus ini, surfaktan tersebut mampu meningkatkan gaya
tarik-menarik antara dua fasa yang berbeda polaritasnya. Gugus hidrofilik akan berikatan
dengan air yang polar dan gugus lipofilik akan berikatan dengan alkil yang bersifat
nonpolar.Perilaku ini menyebabkan tegangan permukaan menjadi turun.
Penurunan nilai tegangan permukaan natrium alkil benzena sulfonat lebih besar daripada
tegangan permukaan sodium lauril eter sulfat pada suhu 500C karena natrium alkil
benzena sulfonat mengandung dua gugus hidrofil yaitu benzil dan alkil. Adanya dua
gugus ini menyebabkan surfaktan tersebut lebih aktif dalam menurunkan tegangan
permukaan surfaktan tersebut.
Melalui penelitian ini, diperoleh nilai tegangan permukaan yang rendah. Hal ini
membuktikan bahwa sabun buatan sendiri maupun sabun cuci piring komersil baik
dan layak untuk digunakan. Karena ditinjau dari daya pembersihnya, sabun cuci piring
ini baik untuk membersihkan piring atau peralatan dapur lainnya. Dan sesuai dengan
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Adamson, A.W. 1990. Physical Chemistry of Surface. Fifth Edition. New York:
John Wiley & Sons
Anonim1. http://www.liftminds.com/ lesson /186/ Physical Properties of Liquids Effect
of Temperature on Surface Tension. Diakses tanggal 13 Maret 2011
Anonim2.http://www.chemicalland21.com/specialchem/sodium lauryl sulfate.htm.
Diakses tanggal 23 Juni 2011
Anonim3 . http:// scienceinthebox.com.un/pdf/LAS. Diakses tanggal 23 Juni 2011
Atkins,P.W. 1990. Kimia Fisika. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga
Bahl,A.1948. A Textbook of Organic Chemistry. New Dehli : S. Chand & Co.
Bird, T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia
Board, N. 2002 . Soaps, Detergents, & Acid Slurry. Dehli : Asia Pasifik Business
Press
Brady, J . 1994. Kimia Universitas . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Denbigh, K. 1993. Prinsip- prinsip Kesetimbangan Kimia. Jakarta : UI- Press
Fessenden, F . 1992. Kimia Organik. Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Glasstone, S. 1940. Textbook of Physical Chemistry. Second edition. Princeton : Van
Nostrand Company.
Hargreaves, T . 2003. Chemical Formulation. Cambridge :RSC Paperbacs
Hart, H . 1991 . Organic Chemistry. Boston : Houghton Mifflin Company.
Poedjiadi, A. 2004. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta
Wasitaatmadja, S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik . Jakarta : UI- Press
Weiser, H. 1958. Colloid Chemistry . Second edition. New York : John Wiley & Sons
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis . Yogyakarta : Penerbit Andy