Disusun oleh
Muhammad Sofyan Saleh
(0661 12 088)
(0661 12 097)
Nurhalimah Tusadiyah
(0661 12 105)
Chaerunnisa
(0661 12 130)
Desi Purnamasari
(0661 12 125)
Yesi Restina
(0661 12 134)
(0661 12 144)
Dea Yuniar A P
(0661 12 152)
Nadia Rani
(0661 12 161)
(0661 12 169)
Farmasi Fisika | 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Tegangan Muka Air Murni, Aseton, dan Zat X
(Asam Asetat Glasial) dengan Menggunakan Metode Tetes ini berhasil diselesaikan. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW dan para sahabat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
Farmasi Fisika | 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....
DAFTAR ISI.........
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN MAKALAH........ 4
MANFAAT MAKALAH.. 4
TINJAUAN PUSTAKA.. 5
PEMBAHASAN . 9
KESIMPULAN..
12
DAFTAR PUSTAKA 13
Farmasi Fisika | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi
fenomena-fenomena tersebut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan
permukaan. Sering terlihat peristiwa-peristiwa alam yang tidak diperhatikan dengan
teliti misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa keran yang bukan suatu aliran, laba-laba
air yang berada di atas permukaan air, mainan gelembung-gelembung sabun, pisau
silet yang diletakkan perlahan-lahan di atas permukaan zat cair yang terapung, dan
naiknya air pada pipa kapiler. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gaya-gaya
yang bekerja pada permukaan zat cair atau pada batas antara zat cair dengan bahan
lain.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada pada keadaan diam (statis). Contoh yang menarik, tetes air
cenderung berbentuk seperti balon (yang merupakan gambaran luas minimum sebuah
volume) dengan zat cair berada di tengahnya.
B. TUJUAN
Menentukan tegangan muka air murni, aseton, dan zat x (asam asetat glasial)
dengan menggunakan metode tetes
C. MANFAAT
Dapat mengukur tegangan muka cairan sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa senyawa yang memiliki kepolaran tinggi akan memiliki tegangan permukaan
yang tinggi pula.
Farmasi Fisika | 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh
molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua
arah. Bila terdapat molekul-molekul yang terletak di permukaan cair maka gaya tarik
molekul lain pada fasa uapnya. Gejala ini menyebabkan permukaan cairan cenderung
berubah menuju ke luas permukaan yang sekecil mungkin, sehingga nampak dalam
keadaan tegang. Pada percobaan kali ini kita akan menganalisa tegangan permukaan
pada cairan dengan menggunakan metode berat tetes. Dengan menganalisa tegangan
permukaan menggunakan metode berat tetes, kita dapat mengetahui nilai tegangan
permukaan dari suatu larutan
Tegangan permukaan adalah suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
menuju keadaan yang luas pemukaannya lebih kecil, seperti contoh yaitu permukaan
datar, atau bulat seperti bola. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan
benda-benda kecil di permukaannya. Seperti silet, berat dari silet menyebabkan
permukaan zait cair sedikit melengkung kebawah dimana silet itu berada. Lengkungan
itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya
berusaha mempertahankan luas permukaannya sekecil mungkin. Tegangan permukaan
merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam
keadaan diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya F persatuan
panjang L yang bekerja tegak lurus pada setiap garis di permukaan fluida.
F
L
Permukaan fluida yang berada dalam keadaan tegang meliputi permukaan luar
dan dalam (selaput cairan sangat tipis tapi masing jauh lebih besar dari ukururan satu
molekul pembentuknya), sehingga untuk cincin dengan keliling L yang diangkat
perlahan dari permukaan fluida, besarnya gaya F yang dibutuhkan untuk
mengimbangi gaya-gaya permukaan fluida 2L dapat ditentukan dari pertambahan
panjang pegas halus penggantung cincin (Dinamometer). Sehingga tegangan
permukaan fluida memiliki nilai sebesar :
Farmasi Fisika | 5
dimana,
F
2L
Pada zat cair yang adhesive berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil daripada
gaya adhesinya dan pada zat yang non-adhesive berlaku sebaliknya. Salah satu
besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak () yaitu sudut
yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding (lihat gambar 2.1).
Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi)
dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adhesi). Harga dari sudut
kontak ini berubah-ubah dari 0 sampai 180 derajat dan dibagi menjadi dua bagian
yaitu : pada zat cair yang adhesive besarnya sudut kontak ( ) : 0 << 90 (derajat)
Farmasi Fisika | 6
dan pada zat cair non-adhesive besarnya () : 90 << 180 (derajat). Sedangkan
besarnya tegangan permukaan ( ) yaitu :
f
(2 R cos )
: =
R . y . g . zat cair
(2 R cos)
Peristiwa adanya tegangan permukaan bisa pula ditunjukkan pada percobaan sebagai
berikut jika cincin kawat yang diberi benang seperti pada gambar II.2a dicelupkan ke
dalam larutan sabun, kemudian dikeluarkan akan terjadi selaput sabun dan benang
dapat bergerak bebas. Jika selaput sabun yang ada diantara benang dipecahkan, maka
benang akan terentang membentuk suatu lingkaran. Jelas pada benang sekarang
bekerja gaya-gaya ke luar pada arah radial (gambar II.2).
Namun, pada suhu dibawah -25oC, balon akan membeku di udara dan dapat pecah
ketika meyentuh tanah.
2. Metode Tetes merupakan metode bila cairan tepat akan menetes maka gaya
tegangan permukaan (F1) sama dengan gaya yang disebabkan oleh massa cairan
sebagai gaya berat itu sendiri (F2). Jika F1 = 2 r dan F2 = mg, maka
persamaannya adalah :
=
m. g
2 r
dx . na
. a
da. nx
Farmasi Fisika | 8
BAB III
PEMBAHASAN
Percobaan tentang tegangan muka suatu zat dengan air sebagai pembanding. Zat yang
diukur tegangan mukanya antara lain aquades, asam asetat glacial dan aseton. Setelah
dilakukan percobaan didapatkan data seperti dibawah.
Dari data pengamatan diatas dilakukan perhitungan tegangan muka terhadap zat-zat
dengan air sebagai pembanding dengan menggunakan persamaan :
=
Vdg
2 rn
x=
dx . na
. a
da. nx
Farmasi Fisika | 9
Farmasi Fisika | 10
dan 27,23 dyne/cm. Dari hasil, bisa kita lihat bahwa nilai tegangan permukaan yang
diperoleh nilainya berbeda-beda.
Berdasarkan persamaan pada teori bahwa tegangan muka berbanding terbalik
dengan jumlah tetesan, maka semakin banyak tetesan yang dihasilkan dalam 1 ml zat
cairan pada percobaan ini, semakin kecil tegangan muka cairan tersebut begitu pula
sebaliknya semakin sedikit tetesan yang dihasilkan dalam 1ml zat cairan pada
percobaan ini maka semakin besar tegangan muka cairan tersebut. Jika dilihat dari
data pengamatan tegangan muka cairan yang paling tinggi adalah air > zat X ( as a m
as et a t g la s i a l ) > aseton, karena air dan zat X (asam asetat glasial) merupakan
senyawa polar sedangkan aseton merupakan senyawa nonpolar. Perbedaan kepolaran
suatu senyawa dipengaruhi oleh perbedaan momen dipole antara unsur - unsur
penyusunnya. Dengan semakin polarnya suatu senyawa maka jumlah tetesan yang
diperoleh akan semakin sedikit. Sedangkan jika senyawa tersebut bersifat non polar
maka tetesan yang diperoleh akan semakin banyak dalam volume yang sama.
Jika ditinjau dari bentuk tetesannya, berdasarkan teori maka bentuk tetesan
akan berbanding lurus dengan nilai tegangan permukaannya. Bila semakin besar
bentuk tetesannya maka nilai tegangan mukanya juga semakin besar. Faktor suhu juga
mempengaruhi besarnya suatu tegangan permukaan dimana jika suhunya semakin
tinggi maka nilai tegangan permukaannya semakin kecil. Hal ini karena pergerakan
partikel semakin cepat sehingga gerak antar partikel semakin besar dan gaya tarik
menarik berkurang akibatnya nilai tegangan permukaannya semakin kecil.
Kemudian dilakukan percobaan dan perhitungan terhadap densitas aquades,
aseton dan asam asetat glasial. Percobaan dilakukan dengan menimbang piknometer
50 mL kosong, kemudian ditambah masing masing zat dan kemudian ditimbang
kembali menggunakan neraca analitik. Massa zat didapatkan setelah mengurangi
dengan massa piknometer kosong. Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil
sebagai berikut :
Farmasi Fisika | 11
BAB IV
KESIMPULAN
a. Berdasarkan banyaknya tetesan pada percobaan tegangan muka dengan
menggunakan metode tetes, asam asetat memiliki jumlah tetesan yang paling
banyak dikarenakan asam asetat memiliki densitas yang paling besar
dibandingkan zat X (asam asetat glasial) dan air dikarenakan selain bersifat polar,
senyawa tersebut juga memiliki densitas rendah
b. Hubungan jumlah tetesan dengan tegangan permukaan sesuai dengan teori yaitu
semakin banyak jumlah tetesan maka tegangan permukaan semakin kecil, namun
jumlah tetesan tak mutlak menunjukan nilai tegangan pemukaan, sebab nilainya
juga dipengaruhi oleh densitas zat cair.
c. Semakin polar suatu zat maka tegangan muka juga semakin besar
d. Dari percobaan ini didapatkan tegangan muka aseton pada n1 33 tetes sebesar
25,65 dyne/cm, pada n2 34 tetes sebesar 24,90 dyne/cm, dan pada n3 34 tetes
adalah sebesar 24,90 dyne/cm. Tegangan muka zat X (asam asetat glasial) pada
n1 40 tetes sebesar 27,92 dyne/cm, pada n2 40 tetes sebesar 27,92 dyne/cm dan
pada n3 adalah sebesar 27,23 dyne/cm. Sedangkan tegangan muka air sudah
diketahui yaitu sebesar 72,8 dyne/cm pada suhu 30oC (suhu
ruangan
laboratorium Kimia Fisika). Dengan kata lain tegangan muka air > zat X >
aseton.
e. Faktor yang mempengaruhi nilai tegangan permukaan dalam metode tetes adalah
jumlah tetesan, bentuk tetesan, kepolaran, temperatur dan momen dipole.
f. Berdasarkan percobaan densitas, setelah dilakukan perhitungan, didapat bahwa
densitas asam asetat glasial > aquades > aseton
Farmasi Fisika | 12
DAFTAR PUSTAKA
Rizkia Widyawati, Yudith.2012.Laporan Praktikum Tegangan Muka.Bukit
Jimbaran: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana.
Tim LaboratoriumKimia Fisika. 2013.Penuntun Praktikum KimiaFisika II. Bukit
Jimbaran : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep Kosep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Farmasi Fisika | 13