Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI I


TEGANGAN PERMUKAAN

Herlianah
05031181722045

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
201
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tegangan permukaan adalah gaya perentang yang diperlukan untuk membentuk
selaput yang diperoleh dengan membagi suku Rn selaput dalam kesetimbangan.
Banyak sekali fenomena alam disekitar kita yang kurang kita perhatikan akan tetapi
fenomena tersebut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan permukaan. Sering
terlihat pada peristiwa alam sekitar yang tidak di perhatikan dengan teliti dan saksama
misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa keran yang bukan suatu aliran dan laba-laba air
yang berada diatas permukaan air tanpa tenggelam dan tampak melayang. Hal tersebut
dapat terjadi karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada permukaan zat cair atau pada
batas antara zat cair dengan bahan yang lain (Fauziah, 2013).
Tegangan permukaan merupakan fenomena alam disekitar kita sangat menarik
seperti yang terjadi pada zat cair atau fluida yang berada pada keadaan diam (statis).
Suatu molekul yang sedang berada dalam fase cair dapat dianggap secara sempurna
jika dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya
tarik-menarik yang sama dengan semua arah. Permukaan zat cair mempunyai sifat
ingin merenggang, sehingga permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan
yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antar partikel sejenis
didalam zat cair sampai ke permukaan (Fauziah, 2013).
Akibatnya gerakan partikel-partikelnya sangat bebas dan tidak teratur. Itulah
sebabnya bentuk dan volume gas selalu berubah sesuai dengan bentuk wadahnya.
Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam
anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu antara lain sabun. Didalam teori dikatakan bahwa
penambahan emulgatorakan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan
yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur (Novita, 2013).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menentukan tegangan permukaan suatu zat
cair secara relatif dengan cair sebagai zat pembanding.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tegangan Permukaan


Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus
diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini
tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog
dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada
seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi
seutas tali. Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat
cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan
elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih
kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan
sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair
mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya. Seperti silet, berat silet
menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak silet itu
berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan
tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil
mungkin (Juliyanto, 2012).
Beberapa gejala tegangan permukaan yang sering kita jumpai adalah pada sebuah
pipet (penetes obat cair) akan mengeluarkan fluida setetes demi setetes dan tidak
mengalir, sebatang jarum yang diletakkan dipermukaan air tidak akan tenggelam dan
lalat yang hinggap pada permukaan airpun tidak tenggelam. Tegangan permukaan zat
cair pada pipa kapiler dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Adhesi menyebabkan zat
cair yang dekat dengan dinding naik. Sedangkan kohesi menyebabkan zat cair yang
ada di tengah ikut naik. Naiknya zat cair dalam pipa diimbangi oleh berat air itu
sendiri. Contoh peristiwa yang membuktikan adanya tegangan permukaan, antara lain,
peristiwa jarum, silet, penjepit kertas, atau nyamuk yang dapat mengapung di
permukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola pada sarang laba-laba, air yang
menetes cenderung berbentuk bulat-bulat dan air berbentuk bola di permukaan daun
talas. Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang yang
dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik kohesi
(gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan. Resultan gaya kohesi pada
molekul ini ke arah bawah (tidak nol). Gaya-gaya resultan arah ke bawah akan
membuat permukaan cairan sekecil-kecilnya. Akibatnya permukaan cairan menegang
seperti selaput yang Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya
tegang yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya
tarik kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan. Resultan gaya
kohesi pada molekul ini ke arah bawah (tidak nol). Gaya-gaya resultan arah ke bawah
akan membuat permukaan cairan sekecil-kecilnya. Akibatnya permukaan cairan
menegang seperti selaput yang tegang. Keadaan ini dinamakan tegangan permukaan
(Muhajir, 2010).
2.2. Metode Kenaikan Kapiler Pada Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan di ukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik
melalui suatu kapiler. Bila suatu pipa kapiler di masukkan ke dalam cairan yang
membasahi dinding maka cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya tegangan
muka. Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi tertentu sehingga terjadi
keseimbangan antara gaya ke atas dan ke bawah. Metode kenaikan kapiler hanya dapat
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan
antar muka (Tang, 2011).
Metode penentuan tegangan muka diantaranya adalah metode kenaikan pipa
kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler merupakan metode bila suatu pipa kapiler
dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka cairan akan naik kedalam
kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai suhu tinggi tertentu
sehingga terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah (Effendi, 2014).
2.3. Metode Tetes Pada Tegangan Permukaan
Cairan diteteskan melalui suatu pipa kapiler. Jadi, harus dinyatakan supaya
jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh berat tetesan saja tidak ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya. Disini biasa digunakanmetode perbandingan. Dihitung
tetesan untuk semua volume tertentu. Cara ini dapat digunakan untuk mengukur
tegangan permukaan dan tegangan antar permukaan zat cair (Tang, 2011).
Metode penentuan tengangan permukaan dengan rumus atau persamaan tengan
permukaan sama dengan gaya yang disebabkan oleh massa cairan sebagai gaya berat
itu sendiridengan gaya berat cairan massa dikali dengan gaya grafitasi dan tegangan
permukaan adalah 2πr dimana r merupakan jari jari sehingga didapatkan tegangan
permukaan sama merupakan massa dikali dengan gaya grafitasi dibagi dengan 2πr.
Dalam percobaan ini biasanya menggunakan tetesan cairan yang ingin di ketahui
tegangan permukaanya (Tang, 2011).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 12 Februari 2018, pukul 08.00 WIB
sampai dengan 10.00 WIB, di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi
Pertanian, FakultasPertanian, Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini untuk metode kenaikan kapiler,
yaitu 1) bola karet 2) gelas ukur 500 ml, 3) stopwatch, dan 4) penggaris.
Bahan yang digunakan untuk metode kenaikan kapiler, yaitu 1) aquadest dan 2)
minyak goreng.
Alat yang digunakan untuk metode tetes, yaitu 1) neraca analitik, 2) pipet tetes, 3)
beaker glass 250 ml, dan 4) gelas ukur.
Bahan yang digunakan untuk metode tetes, yaitu 1) aquadest, dan 2) detergen
bubuk merek Daia, dan 3) detergen bubuk merek Rinso.
3.3. Cara Kerja
Cara kerja praktikum kali ini adalah :
Metode kenaikan kapiler
1. Tentukan terlebih dahulu berat jenis masing-masing sampel dengan piknometer.
2. Sampel dimasukkan dalam gelas ukur 500 ml, kemudian bola bekel (karet)
dimasukkan kedalamnya.
3. Ukur waktu, tinggi dari permukaan cairan hingga bola bekel saat bola bekel
melayang dalam gelas ukur. Catat tinggi awal permukaan pada gelas ukur dari
permukaan cairan hingga dasar gelas ukur maka selisih adalah tinggi h.
4. Ulangi percobaan ini sampai tiga kali pengamatan, kemudian digantikan dengan
sampel yang akan diselidiki harganya.
5. Analisa data dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan.
Metode tetes:
1. Detergen di timbang di dalam beaker glass A, larutkan detergen tersebut dengan
aquadest sesuai dengan masing-masing perlakuan.
2. Larutan tersebut dipindahkan ke beaker glass B dengan cara diteteskan.
3. Hitung dan catat berapa tetes masing-masing perlakuan.
4. Ulangi percobaan ini tiga kali untuk setiap macam zat cair yang akan diselidikinya.
5. Analisa data dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil dari praktikum pada tegangan permukaan kali ini adalah :
Tabel. 1 Hasil Metode Kenaikan Kapiler
Sampel Waktu ΔH Tegangan Permukaan y (dyne/cm)
Minyak Curah 1 39,25 s 12 M 144
Minyak Curah 2 0,63 s 20ml 240

Tabel. 2 Hasil Metode Tetes


jumlah tetesan (n) Tegangan Permukaan γ (dyne/cm)
Kel. sampel
n1 n2 n3 γ1 γ2 γ3
4 Rinso 40 32 26 1 1 1
5 Daia 13 33 25 1 1 1
6 Daia 18 16 16 1 1 1
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini, yaitu tegangan permukaan dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kenaikan kapiler dan metode tetes. Metode kenaikan kapiler digunakan untuk
menentukan tegangan suatu zat cair. Sampel yang digunakan adalah minyak curah 1
dan minyak curah 2. Semua sampel memiliki kerapatan jenis yang berbeda-beda
sehingga data yang diperoleh digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan pada
sampel. Minyak curah 1 dan minyak curah 2 masing-masing dimasukkan dalam gelas
ukur 500 ml. Minyak ini digunakan dalam percobaan menggunakan bola karet, yakni
bola karet di lepaskan dari atas sampai menyentuh dasar gelas ukur kemudian dihitung
waktu dan diukur tinggi sebelum dan sesudah memasukkan bola. Semakin besar massa
dari bola karet, semakin cepan waktu yang dibutuhkan bola karet untu mencapai ke
dasar gelas ukur.
Selanjutnya percobaan dengan metode tetes. Praktikan menggunakan detergen
bubuk merek rinso dan detergen bubuk merek daia sebanyak 10 gram yang
ditambahkan aquades sebanyak 20 ml, lalu dihitung berapa tetes menggunakan pipet
tetes. Detergen bubuk merek daia diambil dengan menggunakan pipet tetes dan
dihitung banyak tetesan pada satu kali ambilan dan dilakukan sebanyak tiga kali.
Pengambilan larutan detergen pertama mendapatkan sebanyak 18 tetes, kedua 16 tetes
dan ketiga 16 tetes. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus seper 20 tetes
dikalikan banyak tiap-tiap percobaan. Nilai 20 tetes didapat dari jumlah normal
pengambilan satu kali dengan pipet tetes. Selanjutnya dilakukan perhitungan jari-jari
yang dapat dihitung menggunakan rumus tanpa mengukur ukuran jari-jari pada alat
yang digunakan. Setelah nilai jari-jari didapat, dilakukan perhitungan nilai mi.
Perhitungan akhir yaitu menentukan nilai tegangan permukaan dari suatu larutan
detergen daia yang telah direaksikan dengan menggunakan rumus mi dikalikan
gravitasi bumi kemudian dibagi dengan dua dikali π dikali jari-jari sehingga didapat
bahwa nilai tegangan permukaannya adalah satu dyne/cm.
Percobaan menggunakan merek daia mendapatkan jumlah tetesan yang lbih sdikit
dibandingkan kelompok lain yang menggunakan detergen merek rinso.hal itu
disebabkan karena rinso memiliki permukaan yang lenih kecil dan lebih halus sehingga
lebih mudah untuk laru ke dalam air. Detergen daia, ketika dilarutkan dengan pelarut,
daia tidak bisa langsung larut, dan pelarut yang digunakan memiliki jumlah yang sama,
namun pada larutan ini air semakin mengental sehingga jumlah tetesan yang didapat
lebih sedikit.
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah:


1. Semakin banyak jumah volume yang digunakan untuk melarutkan detergen maka
jumlah tetesan yang dihasilkan akan semakin banyak dan sebaliknya.
4. Tegangan permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair
dipermukaan zat cair.
3. Semakin besar massa yang digunakan maka akan semakin besar pula tegangan
permukaan yang dihasilkan.
4. Semakin banyak konsentrasi detergen maka akan semakin besar luas permukaan
yang terbentuk oleh zat cair.
5. Tegangan permukaan menunjukkan gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan benda dalam keadaan tegang.

DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Nisa. 2013. Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang
Pipa. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol. 2(3): 117-120.

Juliyanto, Eko. 2012. Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair. Jurnal Kajian
Pendidikan Sains. Vol, 3(4): 176-186.

Muhajir, Khairul. 2010. Karakterisasi Aliran Fluida Gas-Cair Melalui Pipa Sudden
Contrraction. Jurnal Teknologi. Vol. 2(2): 176-184.

Novita, Falen. 2013. Tegangan Permukaan Metode Berat Tetes. Jurnal Kimia Fisika.
Vol. 2(1): 1-16.

Tang, Muhammad. 2011. Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan


Permukaan Larutan Sabun. Jurnal Prosiding Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains. Vol. 22(23): 1-7.

LAMPIRAN

Perhitungan tegangan permukaan dengan metode tetes :


Diketahui : Volume Aquades : 15 ml ; n1 = 18 tetes
Berat Detergen Daia : 10 g ; n2 = 16 tetes
g : 10 m/s2 ;
n3 = 16 tetes
d : 0,6 g/ml ; π = 3,14

Ditanya : detergen daia ?

Dijawab :

V1 = x 18 tetes = 0,9

V2 = x 16 tetes = 0,8

V3 = x 16 tetes = 0,8

2πr =

= 0,3

mi =

= 0,03

γ =

= 1 dyne/cm

Anda mungkin juga menyukai