Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI I


TEGANGAN PERMUKAAN

Nindia Febianti
05031281823081

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang berperilaku
layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan.
Pengaruh tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antar-
molekul di permukaan zat cair tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar nilai
tegangan permukaan suatu zat. Tegangan permukaan diartikan sebagai suatu
kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang
luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola
atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan
baru. Banyak metode yang digunakan untuk menentukan tegangan
permukaan. Namun, dengan metode-metode yang telah ada banyak pendidik
yang kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada siswanya tentang
metode tersebut. Untuk itu, kita perlu menggunakan alat sederhana pada
praktikum tegangan permukaan (Indarniati, 2014).
Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair akibat
pengaruh tegangan. Penentuan tegangan permukaan dilakukan dengan metode
kenaikan pipa kapiler yang bekerja jika suatu cairan naik dalam kapiler karena gaya
tegangan mukanya bekerja pada sistem kapiler dan sepanjang perimeter kapiler.
Sebagai akibat dari adanya kohesi zat cair dan adhesi antara zat cair – udara diluar
permukaan maka pada permukaan zat cair selalu terjadi tegangan yang disebut
tegangan permukaan. Tegangan permukaan air berbanding terbalik dengan
suhunya. Jika suhu air naik maka tegangan permukaan semakin kecil (Ardisty, 2015).

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan permukaan zat cair secara relatif
dengan air sebagai zat pembanding.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Kapiler


Ada beberapa metode penentuan tegangan muka diantaranya adalah metode
kenaikan pipa kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler merupakan metode bila suatu
pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka cairan
akan naik kedalam kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan
sampai suhu tinggi tertentu sehingga terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan
kebawah. Pada kesetimbangan, gaya kebawah sama dengan gaya keatas ( Yulianto,
2016).

2.3. Metode Tetes


Metode tetes pada praktikum tegangan permukaan, menggunakan salah satu alat
yakni pipet tetes, untuk mengetahui beberapa tetesan yang diperoleh yang
dituangkan ke dalam beaker gelas. Pipet tetes berfungsi untuk membantu
memindahkan cairan dari wadah satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang
sangat kecil yaitu setetes demi setetes. Pemindahan cairan dengan menggunakan
pipet tetes memang memakan waktu yang sangat lama apabila yang dipindahkan
sangat banyak. Tetapi sesuai dengan namanya, pipet tetes hanya digunakkan
untuk memindahkan cairan dengan kuantitas yang sangat kecil atau sedikit. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pipet tetes memiliki fungsi dapat membantu
memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang
sangat kecil dari tetes demi tetes. Hal ini penting terutama dalam membantu
menepatkan pengukuran larutan dan pada waktu pengenceran. Adanya zat-zat seperti
sabun, detergen dan alkohol adalah efektif dalam
menurunkan tegangan permukaan atau tegangan antar muka Mula - mula tetesan
berupa setengah bola, kemudian memanjang dan membentuk pinggang. Pada saat
akan jatuh bebas, gaya ke bawah pada tetesan akan sama dengan gaya ke atasyang
menahan tetesan. Dalam metode tetes ini menggunakan alat yang bernama
pipet tetes dalam proses praktikum berlangsung. (Ningrum, 2015).

2.3. Tegangan Permukaan


Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang
harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam.
Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam
satuan cgs. Hal ini analog dengankeadaan yang terjadi bila suatu objek yang
menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh
seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali.Tegangan
permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic.
Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya
lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya
didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan
sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebakan permukaan zat cair sedikit
melengkung ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas
permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha
mempertahankan luas permukaan-nya sekecil mungkin. Beberapa gejala
tegangan permukaan yang sering kita jumpai adalah pada sebuah pipet (penetes
obat cair) akan mengeluarkan fluida setetes demi setetes dan tidak
mengalir, peristiwa jarum, silet, penjepit kertas, atau nyamuk yang dapat
mengapung di permukaan air, sebatang jarum yang diletakkan dipermukaan air
tidak akan tenggelam dan lalat yang hinggap pada permukaan airpun tidak
tenggelam. Tegangan permukaan zat cair pada pipa kapiler dipengaruhi oleh
adhesi dan kohesi. Adhesi menyebabkan zat cair yang dekat dengan dinding naik.
Sedangkan kohesi menyebabkan zat cair yang ada di tengah ikut naik. Naiknya
zat cair dalam pipa diimbangi oleh berat air itu sendiri ( Yulianto, 2016).

BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul Tegangan Permukaan ini dilaksanakan pada tanggal 22
Februari 2019, pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB di laboratorium
Kimia Hasil Pertanian, Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum yang berjudul Tegangan Permukaan ini
adalah: 1) beaker gelas, 2) bola bekel, 3) gelas ukur, 4) neraca analitik, 5) penggaris,
6) pipet tetes, dan 7) stopwatch.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1), 2) kelereng, 3) minyak
goreng 4) Rinso, dan 5) Super Krim.

3.3. Cara Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan dua metode, yaitu :


Metode kenaikan kapiler
1. Tentukan lebih dahulu berat jenis masing-masing sample dengan piknometer.
2. Sampel dimasukkan dalam gelas ukur 500 ml, kemudian bola bekel (karet)
dimasukkan ke dalamnya.
3. Ukur waktu, tinggi dari permukaan cairan hingga ola bekel saat bola bekel
melayang dalam gelas ukur. Catat tinggi awal permukaan pada gelas ukur dari
permukaan cairan hingga dasar gelas ukur maka selisihnya adalah tinggi h.
4. Ulangi percobaan ini sampai tiga kali pengamatan, kemudian diganti dengan
sampel yang akan diselidiki harganya.
5. Analisa data dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan.

Metode tetes
1. Deterjen dihitung ditimbang di dalam Beaker gelas A, larutan deterjen tersebut
dengan aquadest, sesuai dengan masing-masing perlakuan.
2. Larutan tersebut dipindahkan ke Beaker gelas B dengan cara diteteskan.
3. Hitung dan catat berapa tetes masing-masing perlakuan.
4. Ulangi percobaan ini tiga kali untuk setiap macam zat cair yang akan
diselidikinya.
5. Analisa data dengan menggunakan perhitungan ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dalam praktikum tegangan permukaan adalah:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tegangan Permukaan Metode Kenaikan Kapiler
No Sampel Waktu ΔH Tegangan Permukaan (dyne/cm)
(s)
1. Minyak + Bola Bekel 2 20 80
2. Minyak + 3 Kelereng 0 10 40

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tegangan Permukaan Metode Tetes


No Sampel Jumlah Tetesan Tegangan Permukaan (dyne/cm)
1. Super Krim 420 1
2. Rinso 326 1
4.2. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa jumlah tetesan
tergantung pada bahan yang digunakan dan juga jumlah tiap pelarutnya. Hal ini
dibuktikan oleh data yang ada, yaitu : Ketika rinso dengan massa 2 gr dilarutkan
dengan pelarut aquades sebanyak 15 ml, rinso dapat terlarut dengan mudah, rinso
lebih mudah terlarut dan masih memiliki sifat encer sehingga jumlah tetesan yang
didapat memiliki nilai yang sangat tinggi, yaitu 326 tetes. Hal ini dikarenakan rinso
memiliki butiran yang halus dan mudah larut dalam pelarut (air). Data yang didapat
setelah melakukan percobaan (tabel hasil pengamatan) dapat kita lihat bersama
bahwa dalam jumlah pelarut (aquadest) yang sama dan konsentrasi berbeda (lebih
besar) maka jumlah tetesan air yang dihasilkan akan semakin sedikit/kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan ini dapatlah kita tarik kesimpulan bersama bahwa
konsentrasi berbanding terbalik dengan jumlah tetesan yang dihasilkan. Maksudnya,
semakin besar konsentrasi suatu larutan maka akan semakin sedikit jumlah tetes yang
dihasilkan.
Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan konsentrasi tiap-tiap jenis deterjen
dan juga terhadap kadar air yang diperlukan suatu deterjen untuk dapat larut berbeda
satu sama lain. Berdasarkan hal utama diatas perbedaan jumlah tetesan tiap
konsentrasi berbeda adalah tergantung ketelitian praktikan dalam menggunakan alat.
Dapat juga karena kurang telitinya praktikan dalam proses pencampuran bahan
(deterjen) dengan pelarut (aquadest), atau kurangnya ketelitian praktikan pada saat
proses meneteskan larutan atau pada saat menghitung jumlah tetesannya.
Namun jumlah dan bentuk bahan yang akan dilarutkan juga berpengaruh pada
jumlah tetesan. Apabila jumlah pelarut dan jumlah bahan yang digunakan tidak
seimbang, maka jumlah tetesan yang akan didapat akan sedikit. Molekul-molekul zat
cair yang berada di bagian dalam fase cair seluruhnya akan dikelilingi oleh molekul-
molekul dengan gaya tarik-menarik sama ke segala arah. Jumlah tetesan juga
mempengaruhi nilai tegangan permukaan. Semakin banyak tetesan yang jatuh,
tegangan permukaannya semakin kecil dan semakin besar bentuk tetesannya maka
tegangan permukaannya pun semakin besar.
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa didapat dari praktikum tegangan permukaan adalah :

1. Semakin besar massa yang digunakan, maka akan semakin besar pula tegangan
permukaan yang dihasilkan.

2. Semakin banyak konsentrasi detergen maka akan semakin besar luas permukaan
yang terbentuk oleh zat cair sehingga semakin kecil nilai tegangan permukaan.

3. Nilai tegangan permukaan berbanding lurus dengan massa yang digunakan.

4. Bentuk bahan yang akan dilarutkan berpengaruh pada jumlah tetesan.

5. Semakin banyak jumlah volume yang digunakan untuk melarutkan detergen, maka
jumlah tetesan yang dihasilkan akan semakin banyak dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardisty, Bunga., 2015. Tegangan Permukaan. Jurnal Pendidikan. 5(7) : 25-34.

Denny, Satya., 2012. Hubungan Detergen dengan Tegangan Permukaan Air .


(Online). http://scribd.com/2012/02/hubungan-deterjen-dengan-tegang
an.html. ( Diakses pada 25 Februari 2019 ).
Indarniati dan Frida U.E., 2014, Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 4 (1) : 1- 4.

Ningrum, F. S. dan S. Linuwih . 2015. Analisis Pemahaman Siswa SMA


Terhadap Fluida Pada Hukum Archimedes. Unnes Physics Education
Journal. 4(1): 33-36.

Yulianto, Eko, J. Rofingah, A. Finda, F.N. Hakim., 2016. Menentukan Tegangan


Permukaan Zat Cair. Jurnal Kajian Pendidikan Sains. 2 (2) : 176-186.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1.1. Perhitungan Volume

1
V= x
20
1
V= x 326
20
= 16,3

1.2. Perhitungan Massa Detergen


d = 0,6

m=

16,3 x 0,6
m=
326
9,78
=
326
= 0,03

1.3. Perhitungan Tegangan Permukaan

V .d .g
2π r=
n

16,3 x 0,6 x 10
2π r=
326
978
=
326
= 0,3

m. g
γ =
2π r
0,03 x 10
γ=
0,3
0,3
=
0,3
dyne
=1
cm

Anda mungkin juga menyukai