Anda di halaman 1dari 3

Nama : Randy Wijaya

NIM : 05031281924099

Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan Limbah

Kelas : THP Indralaya 2019

Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry


Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya
dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu
menempati luas areal + 321 ribu hektar dengan total produksi tebu Indonesia mencapai + 2
juta ton pada tahun 2002. Selama ini, produk utama yang dihasilkan dari tebu adalah gula;
sementara buangan atau hasil samping yang lain tidak begitu diperhatikan. Buangan atau
hasil samping tersebut adalah ampas tebu, tetes tebu, blotong, dan abu. Di luar limbah
pabrik itu, tanaman tebu menghasilkan limbah pula sejak masa tanam hingga
penebangan/pemanenan berupa daun tebu kering yang disebut klethekan atau daduk, pucuk
tebu, hingga sogolan (pangkal tebu). Padahal semua itu bisa dimanfaatkan dan punya nilai
ekonomis pula.
Perubahan paradigma industri gula menjadi industri perlu diterapkan menuju
terciptanya zero waste industry dengan mengoptimalkan pemanfaatan setiap buangan atau
hasil samping dari tebu maupun proses pengolahannya. Usaha ini diharapkan dapat
menekan Harga Pokok Produksi (HPP) pada pembuatan gula yang pada gilirannya dapat
menekan harga gula yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Penurunan HPP akan
memungkinkan produk gula bisa bersaing dengan pasar internasional. Selain itu, usaha ini
diharapkan juga dapat membuka lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan
perekonomian nasional.

Berikut ini akan dibahas berbagai pemanfaatan tebu dan buangan atau hasil samping
pengolahannya yang dapat dikembangkan.
a. Pemanenan Tebu
Dari proses pemanenan tebu dihasilkan limbah berupa daun tebu kering yang disebut
klethekan atau daduk, pucuk tebu, dan sogolan (pangkal tebu). Pucuk tebu bisa diolah
jadi pakan ternak (sapi) dengan harga jual antara Rp 300~400 per kg dan harga ekspor
0,5 dollar AS. Jumlah limbah pucuk tebu ini mencapai 15 persen dari total tanaman,
ditambah sogolan dua persen.
b. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan limbah selulosik yang banyak sekali potensi
pemanfaatanya. Selain yang telah disebutkan di atas, yaitu untuk makanan ternak;
bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board; dan untuk bahan bakar boiler di
pabrik gula, masih banyak lagi pemanfaatannya yang lain. Ampas tebu dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kanvas rem, furfural, sirup glukosa, etanol,
CMC (carboxymethil cellulose), dan bahan penyerap (adsorben) zat warna. Bahkan
di Kuba, ampas tebu telah pula dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik yang
dapat memenuhi 30 persen kebutuhan listrik di Kuba. Pabrik yang memanfaatkan
ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan particle board dan kanvas rem, telah
beroperasi di Indonesia. Tetapi untuk pembuatan furfural belum ada; selama ini
Indonesia masih mengimpor furfural dari Cina (J.A. Witono, 2003). Sedangkan
untuk pembuatan etanol, CMC, dan adsorben masih dalam taraf penelitian.

c. Tetes Tebu (Molase)


Selain untuk pembuatan etanol dan bahan monosodium glutamate (MSG, salah
satu bahan untuk membuat bumbu masak), molase dapat dimanfaatkan untuk
berbagai bahan.

d. Blotong
Selama ini blotong dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Hasil limbah
produksinya yaitu blotong, abu, tetes, dan ampas yang dicampur dengan kotoran
hewan, menjadi pupuk kompos unggul (fine compost) yang punya nilai tinggi..

e. Abu
Limbah abu boiler (ketel) yang seringkali menjadi bahan protes masyarakat karena
mencemari lingkungan, dapat dicampur dengan beberapa zat lain untuk dimanfaatkan
menjadi pupuk mixed (fine compost).
Diagram Alir Pengolahan Limbah Industri Tebu Zero Waste

Anda mungkin juga menyukai