Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

TEGANGAN PERMUKAAN

Disusun Oleh:

1. Adinda Permata Salsabila 21034010001


2. Renovan Rizky Heryanto Putra 21034010053
3. Muh Satria Arhamza 21034010070
4. Elza Dianis Nurfarikha 21034010074

Dosen Pembimbing: Restu Hikmah Ayu Murti, ST., MSc

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................3


1.1 Latar Belakang...........................................................................................................3
1.2 Tujuan ........................................................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup ..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................4
2.1 Tegangan Permukan ..................................................................................................4
2.2 Macam-Macam Metode yang Digunakan Dalam Tegangan Permukaan ..................5
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan .......................................5
2.4 Menghitung Tegangan Permukaan ............................................................................6
BAB III PERALATAN DAN BAHAN ................................................................................8
BAB IV PROSEDUR KERJA DAN GAMBAR ALAT KERJA .........................................8
4.1 Prosedur Alat Kerja ...................................................................................................8
4.2 Gambar Alat Kerja ....................................................................................................9
BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .................................................10
5.1 Hasil Pengamatan ....................................................................................................10
5.2 Pembahasan .............................................................................................................16
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................18
6.1 Kesimpulan ..............................................................................................................18
6.2 Saran ........................................................................................................................18
BAB VII DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tegangan permukaan adalah sebuah kejadian menarik yang ada pada zat cair dalam
keadaan statis atau diam. Pada tegangan ini diwujudkan sebagai gaya persatuan panjang,
yang terjadi secara tegak lurus di permukaan zat cair. Uniknya di dalam zat cair tersebut,
terjadi gaya tarik menarik antar molekul dengan yang lainnya. Kondisi ini disebut sebagai
tegangan permukaan.

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menentukan tegangan permukaan.
Salah satunya adalah metode kenaikan kapiler. Sayangnya metode kenaikan kapiler ini
hanya digunakan untuk menentukan tegangan yang terjadi pada zat cair saja. Sehingga
metode kenaikan kapiler tidak bisa digunakan untuk menentukan tegangan pada permukaan
dua cairan yang masih terpisah. Ketika zat cair diisi dengan pipa kapiler, maka zat akan
masuk ke dalam kapiler sampai efek gravitasi ke bawah karena berat zat cair mengimbangi
gesekan ke atas.

Secara umum tegangan yang terjadi pada permukaan suatu zat cair, akan
dipengaruhi oleh beberapa hal penting seperti pelarut serta suhu. Adanya zat terlarut dalam
zat cair, akan mempengaruhi besaran tegangan permukaan. Khususnya pada zat molekul
yang ada berupa lapisan non molekuler yang disebut molekul surfaktan pada permukaan
zat cair.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tegangan permukaan yang terjadi pada zat cair atau larutan.
2. Untuk membiasakan diri menggunakan konsep dan pengukuran yang terjadi pada
tegangan permukaan
3. Mahasiswa dapat mengerti tentang praktikum tegangan permukaan.

1.3 Ruang lingkup


Ruang lingkup dari kegiatan praktikum adalah sebagai berikut:

1. Praktikum dilaksanakan secara daring menggunakan virtual lab dengan website yang
diberikan oleh laboran.
2. Praktikum dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat merasakan
sensasi praktikum di Laboratorium.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tegangan Permukaan
Fluida adalah zat yang dapat mengalir, istilah fluida digunakan untuk cairan dan gas,
umumnya kita beranggapan bahwa gas adalah sesuatu yang mudah ditekan, sedangkan
cairan hampir tidak mungkin dapat ditekan. Mekanika fluida adalah cabang ilmu yang
mempelajari tentang sifat-sifat fisik dari fluida, ilmu ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
dinamika fluida dan statika fluida. Dinamika fluida mempelajari tentang fluida yang
bergerak, yang jauh lebih kompk dari statika fluida. Sedangkan statika fluida mempelajari
tentang fluida yang diam dalam keadaan setimbang, hal ini didasarkan pada hukum pertama
dan ketiga Newton. Umumnya yang dipelajari dalam statika fluida merupakan konsep kunci
seperti densitas, tekanan, daya apung, dan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis. Selain itu,
tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar
atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas
permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit
melengkung ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat
cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas
permukaan-nya sekecil mungkin.
Tegangan permukaan (γ) suatu cairan dapat didefinisikan sebagai banyaknya kerja
yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan per satu satuan luas. Pada satuan cgs,
γ dinyatakan dalam erg/cm atau dyne/cm . Sedangkan dalam satuan SI, γ dinyatakn dalam
N/m. Molekul yang ada di dalam cairan akan mengalami gaya tarik menarik (gaya van der
Waals) yang sama besarnya ke segala arah. Namun, molekul pada permukaan cairan akan
mengalami resultan gaya yang mengarah ke dalam cairan itu sendiri karena tidak ada lagi
molekul di atas permukaan dan akibatnya luas permukaan cairan cenderung untuk menyusut.
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya
kohesi antara molekul air. Molekul cairan biasanya saling tarik menarik. Di bagian dalam
cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya; tetapi
di permukaan cairan, hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian
atas tidak ada molekul cairan lainnya. Karena molekul cairan saling tarik menarik satu
dengan lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di
bagian dalam cairan. Sebaliknya, molekul cairan yang terletak dipermukaan ditarik oleh
molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan
terdapat gaya total yang berarah ke bawah. Karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah,
maka cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya,
dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada
permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis yang dikenal sebagai tegangan
permukaan.
2.2 Macam-Macam Metode yang Digunakan Dalam Tegangan Permukaan
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain:

a. Metode cincin de-Nouy


Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar
permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya
yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding
dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam
dyne.
b. Metode kenaikan kapiler
Ada beberapa metode penentuan tegangan muka diantaranya adalah metode
kenaikan pipa kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler merupakan metode bila suatu
pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka cairan akan
naik kedalam kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai suhu
tinggi tertentu sehingga terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan


Faktor-faktor yang dapat memngaruhi tegangan permukaan adalah sebagai berikut
a. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya
energy kinetik molekul. Pada umumnya nilai tegangan permukaan zat cair berkurang
dengan adanya kenaikan suhu.
b. Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan
permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga
tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada
dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan
tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.
c. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents) adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan,
karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
d. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air,
maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin
karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
e. Konsentrasi Zat Terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap
sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan.
Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan
tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar
daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan
menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil
daripada didalam larutan.
2.4 Menghitung Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan γ adalah besarnya usaha yang diperlukan untuk menciptakan suatu
efek permukaan. Efek permukaan adalah naiknya permukaan suatu zat cair didalam suatu
pipa kapiler.

Kalau radius pipa r=d/2, zat cair menyinggung pada suatu seluruh lingkaran pipa 2r dan
permukaan zat cair naik setinggi h, maka gaya total yang arahnya keatas dan kebawah adalah
:

 Gaya kebawah :

𝐹 = 𝜌. 𝑔. 𝜋. 𝑟 2 . ℎ

 Gaya keatas :

𝐹 ′ = 2. 𝜋. 𝑟. 𝛾 cos 𝜃

Pada kesetimbangan, gaya kebawah sama dengan gaya keatas maka didapatkan rumus
tegangan permukaan sebagai berikut

𝐹′ = 𝐹

2. 𝜋. 𝑟. 𝛾 cos 𝜃 = 𝜌. 𝑔. 𝜋. 𝑟 2 . ℎ

Untuk air dan kebanyakan organik umumnya  = 0 atau dapat dianggap batas lapisan paralel
dengan kapiler, sehingga harga cos  = 1 maka :
𝜌. 𝑔. 𝑟. ℎ
𝛾=
2
keterangan :

γ : tegangan permukaan (dyne/m)

 : rapat massa cairan (kg/cm3 )

g : gaya gravitasi bumi (m/s 2 )

r : jari-jari pipa kapiler (m)

h : kenaikkan tinggi permukaan pipa kapiler (m)


BAB III PERALATAN DAN BAHAN
1. Satu set virtual lab Surface Tension of Liquids

BAB IV PROSEDUR KERJA DAN GAMBAR ALAT KERJA


4.1 Prosedur Kerja
1. Membuka virtual lab http://amrita.olabs.edu.in/?sub=1&brch=5&sim=224&cnt=4
2. Memilih Water pada 'Select Solution'. (=1000 kg/m3).
3. Memilih Earth pada 'Select Environment’.
4. Mengatur diameter pipa kapiler sebesar 1mm.
5. Mengatur tinggi statif sehingga pipa penunjuk tepat menyentuh permukaan air.
Mengeklik pada beaker glass untuk memastikannya.
6. Mengatur fokus pada mikroskop pada nilai minimum untuk mengamati pipa kapiler.
7. Mengatur ketinggian pada mikroskop sehingga garis horizontalnya menyentuh tepat di
cekungan air pada pipa kapiler.
8. Mengamati pembacaan pada mikroskop dengan mengklik mikroskop. Mencatat
pembacaan pada main scale dan vernier scale.
9. Menghilangkan beaker dengan menekan tombol ‘Remove Breaker’.
10. Mengatur fokus pada mikroskop pada nilai maksimum untuk mengamati pipa penunjuk.
11. Mengamati pembacaan pada mikroskop dengan mengklik mikroskop. Mencatat
pembacaan pada main scale dan vernier scale.
12. Melakukan percobaan diatas dengan mengubah diameter pipa kapiler sebanyak 2 kali
perubahan.
13. Melakukan percobaan diatas dengan mengubah 'Select Solution' menjadi 6M Salt
Solution (=1034 kg/m3).
4.2 Gambar Alat Kerja
BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan
a) Perhitungan kenaikkan tinggi permukaan pipa kapiler

RUMUS 𝐡𝟏 𝐝𝐚𝐧 𝟐
𝐡𝟏 𝐝𝐚𝐧 𝟐 = 𝐌𝐒𝐑 + (𝐕𝐒𝐑 × 𝐋𝐂)
LC = 0,001 cm
𝐡 = 𝐡𝟏 − 𝐡𝟐

A. Water
1) ∅ pipa kapiler = 0,01 m
Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa petunjuk
MSR = 6,30 cm MSR = 3,30 cm
VSR = 29 cm VSR = 15 cm
h1 = MSR + (VSR × LC) h2 = MSR + (VSR × LC)
= 6,30 + (29 × 0,001) = 3,30 + (15 × 0,001)
= 𝟔, 𝟑𝟐𝟗 𝐜𝐦 = 𝟑, 𝟑𝟏𝟓 𝐜𝐦
= 𝟎, 𝟎𝟔𝟑𝟐𝟗 𝐦 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟏𝟓 𝐦

h = h1 − h2
= 0,06329 m − 0,03315 m
= 𝟎, 𝟎𝟐𝟗𝟐𝟒 𝐦

2) ∅ pipa kapiler = 0,015 m


Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa petunjuk
MSR = 5,30 cm MSR = 3,30 cm
VSR = 10 cm VSR = 15 cm
h1 = MSR + (VSR × LC) h2 = MSR + (VSR × LC)
= 5,30 + (10 × 0,001) = 3,30 + (15 × 0,001)
= 𝟓, 𝟑𝟏 𝐜𝐦 = 𝟑, 𝟑𝟏𝟓 𝐜𝐦
= 𝟎, 𝟎𝟓𝟑𝟏 𝐦 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟏𝟓 𝐦

h = h1 − h2
= 0,0531 m − 0,03315 m
= 𝟎, 𝟎𝟏𝟗𝟗𝟓 𝐦
3) ∅ pipa kapiler = 0,02 m
Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa petunjuk
MSR = 4,75 cm MSR = 3,30 cm
VSR = 0 cm VSR = 15 cm
h1 = MSR + (VSR × LC) h2 = MSR + (VSR × LC)
= 4,75 + (0 × 0,001) = 3,30 + (15 × 0,001)
= 𝟒, 𝟕𝟓 𝐜𝐦 = 𝟑, 𝟑𝟏𝟓 𝐜𝐦
= 𝟎, 𝟎𝟒𝟕𝟓 𝐦 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟏𝟓 𝐦

h = h1 − h2
= 0,0475 m − 0,03315 m
= 𝟎, 𝟎𝟏𝟒𝟑𝟓 𝐦

0,02924 m + 0,01995 m + 0,01435 m


hrata−rata =
3

= 𝟎, 𝟎𝟐𝟏𝟏𝟖 𝐦

B. 6M Salt Solution
1) ∅ pipa kapiler = 0,01 m
Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa petunjuk
MSR = 5,80 cm MSR = 3,30 cm
VSR = 36 cm VSR = 15 cm
h1 = MSR + (VSR × LC) h2 = MSR + (VSR × LC)
= 5,80 + (36 × 0,001) = 3,30 + (15 × 0,001)
= 𝟓, 𝟖𝟑𝟔 𝐜𝐦 = 𝟑, 𝟑𝟏𝟓 𝐜𝐦
= 𝟎, 𝟎𝟓𝟖𝟑𝟔 𝐦 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟏𝟓 𝐦

h = h1 − h2
= 0,05836 m − 0,03315 m
= 𝟎, 𝟎𝟐𝟓𝟐𝟏 𝐦

2) ∅ pipa kapiler = 0,015 m


Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa petunjuk
MSR = 4,95 cm MSR = 3,30 cm
VSR = 32 cm VSR = 15 cm
h1 = MSR + (VSR × LC) h2 = MSR + (VSR × LC)
= 4,95 + (32 × 0,001) = 3,30 + (15 × 0,001)
= 𝟒, 𝟗𝟖𝟐 𝐜𝐦 = 𝟑, 𝟑𝟏𝟓 𝐜𝐦
= 𝟎, 𝟎𝟒𝟗𝟖𝟐 𝐦 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟏𝟓 𝐦
h = h1 − h2
= 0,04982 m − 0,03315 m
= 𝟎, 𝟎𝟏𝟔𝟔𝟕 𝐦

3) ∅ pipa kapiler = 0,02 m


Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa petunjuk
MSR = 4,50 cm MSR = 3,30 cm
VSR = 1 cm VSR = 15 cm
h1 = MSR + (VSR × LC) h2 = MSR + (VSR × LC)
= 4,50 + (0 × 0,001) = 3,30 + (15 × 0,001)
= 𝟒, 𝟓𝟎𝟏 𝐜𝐦 = 𝟑, 𝟑𝟏𝟓 𝐜𝐦
= 𝟎, 𝟎𝟒𝟓𝟎𝟏 𝐦 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟏𝟓 𝐦

h = h1 − h2
= 0,04501 m − 0,03315 m
= 𝟎, 𝟎𝟏𝟏𝟖𝟔𝐦

0,02521 m + 0,01667 m + 0,01186 m


hrata−rata =
3

= 𝟎, 𝟎𝟏𝟕𝟗𝟏 𝐦

 Tabel perhitungan kenaikkan tinggi permukaan pipa kapiler


No Cairan Massa ∅ pipa Pembacaan cekungan air Pembacaan ujung pipa h = h1 − h2
jenis kapiler petunjuk (m)
𝑘𝑔⁄ (m) MSR VSR Total MSR VSR Total
( 𝑚3 ) h1 = h2
MSR + = MSR
(VSR × + (VSR
LC)(m) × LC)(m)
1 Water 1000 1 mm 6,30 29 6,329 cm 3,30 15 3,315 cm 2,924 cm
𝑘𝑔⁄ (0,01 cm cm (0,06329 cm cm (0,03315 (0,02924 m)
𝑚3 m) m) m)
1,5 5,30 10 5,31 cm 3,30 15 3,315 cm 1,995 cm
mm cm cm (0,0531 m) cm cm (0,03315 (0,01995 m)
(0,015 m)
m)
2 mm 4,75 0 cm 4,75 cm 3,30 15 3,315 cm 1,435 cm
(0,02 cm (0,0475 m) cm cm (0,03315 (0,01435 m)
m) m)
2,118 cm
(0,02118 m)
2 6M 1034 1 mm 5,80 36 5,836 cm 3,30 15 3,315 cm 2,521 cm
Salt 𝑘𝑔⁄ (0,01 cm cm (0,05836 cm cm (0,03315 (0,02521 m)
Soluti 𝑚3 m) m) m)
on 1,5 4,95 32 4,982 cm 3,30 15 3,315 cm 1,667 cm
mm cm cm (0,04982 cm cm (0,03315 (0,01667 m)
(0,015 m) m)
m)
2 mm 4,50 1 cm 4,501 cm 3,30 15 3,315 cm 1,186 cm
(0,02 cm (0,04501 cm cm (0,03315 (0,01186 m)
m) m) m)
1,791 m
(0,01791 m)

b) Perhitungan tegangan permukaan

RUMUS TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN


𝛒𝐠𝐫𝐡
𝛄=
𝟐
m
g = 9,8 ⁄s 2

𝐤𝐠
A. Water (𝛒 = 𝟏𝟎𝟎𝟎 ⁄ )
𝐦𝟑
1) ∅ pipa kapiler = 0,01 m
r = 0,005 m
h = 0,02924 m
ρgrh
γ=
2
1000 × 9,8 × 0,005 × 0,02924
=
2
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟕𝟏𝟔𝟑 𝐦

2) ∅ pipa kapiler = 0,015 m


r = 0,0075 m
h = 0,01995 m
ρgrh
γ=
2
1000 × 9,8 × 0,0075 × 0,01995
=
2
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟕𝟑𝟑𝟏 𝐦
3) ∅ pipa kapiler = 0,02 m
r = 0,01 m
h = 0,01435 m
ρgrh
γ=
2
1000 × 9,8 × 0,01 × 0,01435
=
2
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟕𝟎𝟑𝟐 𝐦

0,7163 m + 0,7331 m + 0,7032 m


hrata−rata =
3

𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟕𝟏𝟕𝟓 𝐦

𝐤𝐠
B. 6M Salt Solution (𝛒 = 𝟏𝟎𝟑𝟒 ⁄ )
𝐦𝟑
1) ∅ pipa kapiler = 0,01 m
r = 0,005 m
h = 0,02521 m
ρgrh
γ=
2
1034 × 9,8 × 0,005 × 0,02521
=
2
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟔𝟑𝟖𝟔 𝐦

2) ∅ pipa kapiler = 0,015 m


r = 0,0075 m
h = 0,01667 m
ρgrh
γ=
2
1034 × 9,8 × 0,0075 × 0,01667
=
2
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟔𝟑𝟑𝟒 𝐦

3) ∅ pipa kapiler = 0,02 m

r = 0,01 m
h = 0,01186 m
ρgrh
γ=
2
1034 × 9,8 × 0,01 × 0,01186
=
2
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟔𝟎𝟎𝟖 𝐦

0,6386 m + 0,6334 m + 0,6008 m


hrata−rata =
3

𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
= 𝟎, 𝟔𝟐𝟒𝟐 𝐦
5.2 Pembahasan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan ke bawah yang menyebabkan permukaan
cairan berkontraksi dengan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya
tarik yang tidak seimbang antar muka cairan. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan
sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang
luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau usaha yang
membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair dapat menahan benda-benda
kecil di permukaannya. Besar tegangan permukaan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti jenis cairan, tekanan, massa jenis, suhu, kerapatan, dan konsentrasi zat terlarut.

Gaya ini biasa diketahui pada saat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk tetesan
kecil. Kenaikan atau penurunan cairan dalam kapiler tersebut disebabkan adanya tegangan
permukaan molekul yang bekerja pada permukaan cairan yang menyentuh dinding sepanjang
keliling pipa. Akibat tegangan permukaan ini pipa akan memberikan gaya reaksi pada
permukaan cairan yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan atau berarah ke bawah.
Karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan
cenderung memperkecil luas permukaannya, dan menyusut. Hal ini yang menyebabkan lapisan
cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis.

Pada praktikum kali ini dilakukan melalui virtual lab dengan melakukan perhitungan
kenaikan tinggi permukaan pipa kapiler yaitu dengan mengurangi nilai pada main scale dan
vernier scale dikali LC pada pembacaan cekungan air dan pada pembacaan ujung pipa kapiler
terlebih dahulu, kemudian melakukan perhitungan nilai tegangan permukaan cairan
berdasarkan persamaan rumus yang sudah ditentukan. Terdapat 2 variasi cairan yaitu Water
(air) dan juga 6M Salt Solution (larutan garam) dengan 3 variasi besar diameter pipa kapiler
yaitu 0,01 m; 0,015 m; dan 0,02 m sehingga terdapat 6 data yang dihasilkan.

Pada Water (air) dengan diameter pipa kapiler 0,01 m diperoleh tinggi permukaan
0,02924 m; pada diameter 0,015 m sebesar 0,01995 m; dan pada diameter 0,02 m sebesar
0,01435 m; serta rata-ratanya 0,02118 m. Besar kenaikan tinggi cairan 6M Salt Solution (larutan
garam) pada pipa kapiler dengan diameter 0,01 m adalah 0,02521 m; pada diameter 0,015 m
sebesar 0,01667 m; dan pada diameter 0,02 m sebesar 0,01186 m; serta rata-ratanya 0,01791
m.

Selanjutnya untuk hasil perhitungan tegangan permukaan Water (air) dengan besar ρ =
kg⁄
1000 ;
m3

𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
 pada diameter pipa kapiler 0,01 m diperoleh 𝟎, 𝟕𝟏𝟔𝟑 𝐦;
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
 pada diameter pipa kapiler 0,015 m diperoleh 𝟎, 𝟕𝟑𝟑𝟏 𝐦;
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
 pada diameter pipa kapiler 0,02 m diperoleh 𝟎, 𝟕𝟎𝟑𝟐 𝐦;
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
serta rata-ratanya sebasar 𝟎, 𝟕𝟏𝟕𝟓 𝐦.
Sedangkan untuk hasil perhitungan tegangan permukaan 6M Salt Solution (larutan
garam) dengan besar ρ = 1034 kg⁄m3 ;

𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
 pada diameter pipa kapiler 0,01 m diperoleh 𝟎, 𝟔𝟑𝟖𝟔 𝐦;
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
 pada diameter pipa kapiler 0,015 m diperoleh 𝟎, 𝟔𝟑𝟑𝟒 𝐦;
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
 pada diameter pipa kapiler 0,02 m diperoleh 𝟎, 𝟔𝟎𝟎𝟖 𝐦;
𝐝𝐲𝐧𝐞⁄
serta rata-ratanya sebasar 𝟎, 𝟔𝟐𝟒𝟐 𝐦.
Hasil dari praktikum kali ini tegangan permukaan antara Water (air) lebih besar
dibandingkan dengan 6M Salt Solution (larutan garam). Hal ini terjadi karena massa jenis atau
tingkat kerapatan air lebih besar dibandingkan dengan larutan garam sehingga tarikan antar-
molekulnya menjadi besar. Selain itu, tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh zat
terlarut, garam-garam organik akan menaikkan tegangan permukaan zat cair.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah bahwa tegangan permukaan
suatu zat cair dipengaruhi oleh jenis cairan, tekanan, massa jenis, kerapatan, dan konsentrasi
zat terlarut. Setelah melakukan percobaan menggunakan 2 variasi cairan, yaitu Water (air)
dan 6M Salt Solution (larutan garam) dengan 3 variasi besar diameter pipa kapiler yaitu 0,01
m; 0,015 m; dan 0,02 m dihasilkan 6 data yang menunjukkan bahwa tegangan permukan pada
Water (air) lebih besar dibandingkan dengan 6M Salt Solution (larutan garam).

Ada pun rumus yang digunakan dalam menentukan kenaikan tinggi permukaan kapiler
adalah ℎ1 𝑑𝑎𝑛 2 = 𝑀𝑆𝑅 + (𝑉𝑆𝑅 𝑥 𝐿𝐶) dan rumus untuk menentukan tegangan permukaan
𝜌𝑔𝑟ℎ
cairan adalah 𝛾 = .
2

6.2 Saran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar praktikum berjalan dengan baik, seperti:

1. Praktikan diharap memahami konsep dari tegangan permukaan sebelum melakukan


praktikum tegangan permukaan.
2. Praktikan diharap lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan perhitungan agar tidak
terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alhadi, M. A. (2015). Aplikasi Metode Adsa-Overlay untuk Mengukur Tegangan Permukaan.
Universitas Jember.
Jumini, S. (2015). Pengaruh Tegangan Permukaan di Selat Gibraltar. Jurnal PPKM II, 1(1),
106–113.
Laporan Praktikum Tegangan Permukaan. (n.d.). https://academia.co.id/laporan-praktikum-
tegangan-permukaan/
Rahamadani, E. (2017). “TEGANGAN PERMUKAAN-Kesetimbangan Kimia.”
http://kesetimbangankimia15a.blogspot.com/2017/06/tegangan-permukaan.html
Tang, M. (2011). Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan
Larutan Sabun. 22–23.
Yulianto, E., Rofingah, J., Finda, A., Hakim, F. N. (2016). Menentukan Tegangan Permukaan
Zat Cair. SPEKTRA : Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 2(2), 176.
https://doi.org/10.32699/spektra.v212.18

Anda mungkin juga menyukai