Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESEARCH BASED LEARNING

TERMODINAMIKA

“Pengaruh Suhu Terhadap Tegangan


Permukaan Air “

Disusun oleh:

PUTRI YULIANA MAHARDIKA ( 16034065)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


PADANG
2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................. 1
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Riset ......................................................................... 3
D. Manfaat Riset ....................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
A. Kajian Teori ........................................................................... 4
B. Hipotesis ............................................................................... 8
BAB IIII. METODE PENELITIAN .........................................................
A. Desain Riset .......................................................................... 9
B. Alat dan Bahan ..................................................................... 10
C. Langkah Riset ........................................................................ 10
D. Variabel Riset ....................................................................... 11
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN ....................................................
A. Hasil Riset ............................................................................. 12
B. Pembahasan .......................................................................... 13
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN .....................................................
A. Kesimpulan ........................................................................... 15
B. Saran .................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 16
LAMPIRAN ........................................................................................... 17

ii
“Pengaruh Suhu Terhadap Tegangan Permukaan Air”

RINGKASAN
Putri Yuliana Mahardika,
2017, 20 halaman

Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair akibat pengaruh
tegangan. Tegangan permukaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu
diantaranya yakni suhu. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu terhadap tegangan
permukaan maka dilakukanlah sebuah percobaan untuk membuktikan hal tersebut. Salah satu
metode yang digunakan dalam mencari nilai tegangan permukaan yakni dengan menggunakan
metoda lempeng wilhelmy. Adapun prinsip kerja dari metode ini yaitu, pelat tipis (biasanya
terbuat dari platinum dan iridium) digunakan, selanjutnya lempengan ini
dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur nilai tegangan permukaannya,
misalnya bejana yang mengandung cairan secara bertahap lempeng diturunkan
dan menguukur besar gaya yang dibutuhkan untuk menarik kembali lempeng dari
permukaan air tersebut. Dalam percobaan ini, suhu divariasikan, yakni dimulai
pada suhu 30◦C hingga suhu 100◦C dengan rentang percobaan sebesar 10◦C,
sehingga didapatkan hasil percobaan sesuai yang diharapkan, dimana hal
tersebut dapat dilihat pada grafik hubungan antara suhu dengan tegangan
permukaan. Berdasarkan percobaan inilah didapatkan bahwa nilai tegangan permukaan air
berbanding terbalik dengan suhu. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana tegangan
permukaan menurun seiring dengan bertambahnya suhu suatu zat cair( dalam hal ini air) dan
sebaliknya jika suhu air naik maka tegangan permukaan semakin kecil. Oleh karena itu,
dengan mengetahui pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan, diharapkan
data hasil percobaan ini dapat dimanfaatkan di dalam pengaplikasian kehidupan
dan dapat menjelaskan fenomena sekitar yang berkaitan dengan tegangan
permukaan khususnya air.

Kata Kunci : tegangan permukaan, air, suhu, metode wilhelmy.


1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kehidupan sehari-hari sering terjadi fenomena-fenomena
menakjubkan yang jarang disadari contohnya, mengapa air dan minyak tidak
dapat bersatu dan juga tidak dapat di pisahkan secara langsung? Mengapa terjadi
demikian? Secara Fisika, fenomena tersebut dapat terjadi karena adanya
tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah suatu kecenderungan
permukaan zat cair untuk menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi
oleh suatu lapisan kulit tipis.
Timbulnya lapisan kulit tipis di atas permukaan zat cair ini terjadi karena
adanya gaya kohesi di bawah zat cair yang lebih besar dari pada gaya kohesi
pada permukaan zat cair, sehingga permukaan air akan cendrung mengerut dan
membentuk luas permukaan sekecil mungkin dan menyebabkan adanya tegangan
permukaan pada zat cair.
Besarnya tegangan permukaan pada zat cair pada dasarnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya yakni suhu. Suhu berperan penting
dalam besar kecilnya suatu tegangan permukaan suatu zat cair, Oleh karena itu
untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan zat
cair, penulis melakukan percobaan untuk menentukan nilai tegangan permukaan
dengan salah satu metode yaitu metode wilhelmy plat dengan memvariasikan
suhu dan membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh suhu terhadap nilai
suatu tegangan permukaan zat cair.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan air?
2. Apa manfaat mengetahui nilai tegangan permukaan dalam kehidupan sehari-
hari?

2
C. Tujuan Riset
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai tegangan permukaan air
2. Mengetahui Pengaplikasian dari nilai tegangan permukaan terhadap
kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Riset
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan Mahasiswa mengenai pengaruh suhu terhadap
tegangan permukaan air, dan dapat mengaplikasikan nilai tegangan
permukaan air untuk kehidupan sehari-hari.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi dan penjelasan logis terhadap fenomena yang ada
dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut tentang tegangan permukaan
air.
3. Bagi peneliti
Memberikan informasi mengenai pengaruh suhu terhadap tegangan
permukaan air sebagai acuan penelitian dalam mengasilkan suatu metode
atau produk baru yang berkaitan mengenai tegangan permukaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang


berperilaku layaknya lapisan kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh
tegangan. Pengaruh tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik
antar molekul di permukaan zat cair tersebut. Besarnya tegangan permukaan
merupakan usaha yang diperlukan untuk menciptakan suatu permukaan baru, sifat
permukaan yang dimiliki oleh zat cair yang berperilaku layaknya lapisan kulit
tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan. Tegangan ini terjadi saat
molekul-molekul di permukaan suatu cairan saling tarik-menarik satu sama lain,
sehingga menciptakan pembatas antara udara dengan cairan tersebut. Dalam
praktikum, tegangan permukaan didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan
untuk menciptakan suatu permukaan baru, dirumuskan sebagai berikut:
𝑊 𝐹
γ= 𝐴
= 𝐿
…………………..(1)
Dengan F adalah gaya tarik (newton), dan L adalah lebar lempeng yang terkena
cairan (meter). lempeng yang digunakan terbuat dari bahan aluminium,kaca dan
sebagainya (Indarniati,2008 : 2).
Tegangan permukaan air menggambarkan suatu kondisi dimana
permukaan air yang bersentuhan dengan udara seperti lembaran elastis tipis. Hal
tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada permukaan cairan ketika cairan
berada dalam kontak melalui medium gas. Ketika ada kontak antara permukaan
dua cairan seperti air dan minyak, hal itu disebut tegangan antarmuka. Molekul-
molekul dalam cairan (misalnya air) digambarkan oleh gaya antarmolekul yang
dikenal sebagai gaya Van der Waal. Molekul-molekul di permukaan air tidak
dikelilingi oleh molekul air di semua sisi. Mereka akan menyatu lebih kuat

4
dengan molekul air lainnya, karena bertentangan dengan molekul udara. Hal ini
menciptakan sebuah “lapisan tipis (selaput)” di permukaan yang memerlukan
sejumlah kekuatan untuk menembusnya. Idealnya semua cairan akan membentuk
bentuk bulat dengan tidak adanya gravitasi untuk meminimalkan tegangan
permukaannya. Hal ini karena bentuk bulat memiliki luas permukaan terkecil
untuk volume tertentu. Namun, pada faktanya bentuk tetesan air tidak berbentuk
bulat sempurna karena adanya gaya gravitasi (Heaton, 2017: 2-3 )
Molekul cairan yang tertarik satu sama lain cenderung memiliki tegangan
permukaan yang lebih tinggi dan lebih padat dibandingkan molekul lainnya.
Tegangan permukaan pada sistem padat belum dipelajari secara ekstensif, melalui
data eksperimental untuk kerapatan dan tegangan permukaan pada beberapa suhu
subkritis tersedia hanya untuk beberapa cairan ion dan cairan normal. Tegangan
permukaan juga dapat didefinisikan sebagai rasio energi yang dibutuhkan untuk
membawa molekul dari bawah ke permukaan cairan ke kenaikan luas permukaan
cair, yang diwakili oleh energi bebas permukaan per satuan luas permukaan pada
termodinamik. Adapun metode untuk menghitung tegangan permukaan
campuran cair dapat dibagi menjadi dua kategori yang didasarkan pada hubungan
empiris dan lainnya berasal dari hubungan termodinamika. Salah satu kegunaan
mempelajari tegangan permukaan, yakni merupakan jumlah fundamental dan
terpenting dalam teori dan praktik pemrosesan material (pertumbuhan kristal,
solder, mematri dan sintering). Sehingga pada saat ini, Tegangan permukaan
cairan telah menjadi subjek sejumlah kecil penelitian (Alizadeh, 2011 : 79-80).
Molekul air merupakan molekul yang bersifat polar dan antar molekul
terjadi interaksi berupa ikatan hidrogen yang sangat kuat. Molekul molekulnya
akan saling tarik menarik dengan adanya ikatan hidrogen yaitu antar atom
hidrogen dari satu ikatan O-H dan atom oksigen dari molekul air yang lainnya.
Hal ini akan menyebabkan struktur air menjadi kaku yang ditunjukkan oleh
besarnya tegangan permukaan air. Besarnya tegangan permukaan cairan
tergantung dari kekuatan gaya tarik antara molekul-molekulnya. Secara teoritis air
murni pada suhu 20◦C memiliki tegangan permukaan sebesar 72,8 dyne/cm.
5
Perbedaan suhu pengukuran sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Jika suhu
atau sistem dinaikkan, maka energi kinetik molekul-molekulnya juga meningkat,
yang menyebabkan meningkatnya getaran molekul. Getaran atau gerak
vibrosional dari molekul-molekul air tesebut akan melemahkan interaksi antar
molekul, seperti ikatan hidrogen atau gaya van der waals. Hal ini berakibat
langsung pada penurunan tegangan permukaan suatu cairan dengan meningkatnya
suhu sistem (Tang, Muhammad. 2011: 4).
Salah satu persamaan klasik yang menghubungkan nilai tegangan
permukaan dan suhu adalah persamaan Eötvös-Ramsay-Shields :

ɤ(ѵ)2/3 = Ke (Tc-T-6)…….……………..(2)

Dimana ѵ adalah volume molar cairan, Tc adalah suhu kritis dan Ke


adalah konstanta. Untuk cairan yang tidak berasosiasi, nilai Ke adalah 2.12, dan
untuk cairan yang berisolasi, nilainya kurang dari nilai tersebut. Menurut
persamaan ini, tegangan permukaan akan menjadi nol pada suhu enam derajat di
bawah suhu kritis, dimana hal tersebut telah diamati melalui eksperimental.
Secara teoritis, nilai tegangan permukaan harus menjadi nol pada suhu kritis,
karena pada suhu ini, permukaan pemisah antara cairan dan uapnya tidak dapat
dibedakan. Namun, telah diamati bahwa meniskus menghilangnya tegangan
permukaan untuk beberapa derajat di bawah suhu kritis untuk beberapa cairan
(Ghosh,P.__. : 8)
Dalam menentukan nilai tegangan permukaan zat cair, di perlukan sebuah
metode di dalam eksperimen, salah satunya yakni metode lempeng wilhelmy,
Metode ini dinamai ahli kimia Jerman yakni Ludwig Wilhelmy. Prinsip kerja dari
metode ini mirip dengan metode cincin du Noüy. Namun, lebih sederhana dan
tidak memerlukan koreksi. Dengan metode ini, pelat tipis (biasanya terbuat dari
platinum dan iridium) digunakan, selanjutnya lempengan ini dicelupkan ke dalam
cairan yang akan diukur nilai tegangan permukaannya seperti yang ditunjukkan
6
pada Gambar 2.1.5. Bejana yang mengandung cairan secara bertahap diturunkan
dan gaya yang diukur oleh keseimbangan pada titik detasemen F dicatat.

Dalam pendekatan ini, tingkat cairan dinaikkan sampai menyentuh


lempeng gantung. Sehingga Persamaan Wilhelmy adalah, yakni :

𝐹
γ = 𝑃 𝐶𝑂𝑆 Ɵ ………………….(3)
Dimana P adalah parameter terbasah dari lempeng, dan Ɵ adalah sudut
kontak. Sudut kontak harus diatur sedemikian rupa hingga nilainya mendekati
nol (sehingga cairan tersebut melarutkan piring dengan benar dengan
membersihkan piring dengan cara membakarnya di api pembakar Bunsen
sebelum masing-masing di celupkan ke dalam cairan). Jika sudut kontak
mendekati nol, dan P merupakan nilai dua kali lebar lempeng yang terdapat pada
tegangan permukaan, maka Persamaan dapat disederhanakan menjadi:
𝐹
γ = 2𝑙 ……………………….(4)

7
Metode lempeng Wilhelmy tidak memerlukan koreksi karena beratnya
tegangan permukaan yang tergantung pada lempeng itu sangat kecil (Ghosh.P._:
16-17).
Adapun manfaat/pengaplikasian dari mengetahui tegangan permukaan itu
sendiri, yakni:
1. Semakin besar nilai tegangan permukaan, maka semakin besar
kecenderungan zat cair membentuk selaput, sehingga cairan tidak akan
mudah menyebar. Air paling sering digunakan untuk mencuci karena air
mudah menyebar. Untuk efek ini, tegangan permukaan air harus dikurangi
dengan menambahkan deterjen / sabun ke dalam air atau dengan menaikkan
suhu air, keduanya mengurangi tegangan permukaan air, sehingga mencuci
menjadi lebih mudah. Hal yang sama adalah alasan mengapa seorang
fotografer menggunakan agen pembasahan saat mencetak sebuah film.
2. Ketika sebuah kapal di laut yang tertangkap dalam badai, dapat menuangkan
minyak ke permukaan laut sekitaran kapal. Hal ini didasarkan pada minyak
meningkatkan tegangan permukaan air laut, sehingga dapat menenangkan
badai ke arah laut yang kasar.
3. Kertas blotting yang bekerja pada aksi kapiler
(U. P.Shinde. 2015 : 6).

B. Rumusan Hipotesis
Jika temperatur zat cair berubah, maka tegangan permukaan juga akan
berubah, hal tersebut terjadi karena gaya dari intermolekul antara molekul air
akan mulai merenggang akibat adanya perubahan suhu. Sehingga penulis
menduga bahwa perubahan suhu sangat mempengaruhi nilai tegangan
permukaan air.

8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Riset
Metode riset yang digunakan dalam penelitian adalah motede lempeng
wilhelmy.

Skala pada
neraca
Mb (Kg)

Gambar 1. Sketsa penelitian yang akan digunakan pada saat pengambilan data
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

Menset alat seperti rancangan sketsa (gambar.1)

Mengatur kesetimbangan pada neraca setelah lempeng dipasang

Menuangkan air dalam gelas

Memanaskan air hingga suhu tertentu (ukur dengan termometer)

Memasukkan plat yang sudah terikat pada maraca ke dalam permukaan


air

Mengatur neraca, sehingga lempeng pada permukaan air terangkat

Melakukan pengukuran terhadap percobaan

Melakukan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh.

9
B. Alat dan Bahan.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
a. Alat :
1) Termometer 1 buah
2) Neraca 1 buah
3) Gelas breker / bejana 1 buah
4) Alat pemanas 1 set
b. Bahan :
1) Air murni 80 mL
2) Lempeng alumunium 1 buah ukuran 4x4 cm
3) Benang 12 cm

C. Langkah-Langkah Riset
Adapun langkah- langkah yang dilakukan untuk menetukan tegangan
permukaan air yakni:
a. Menyiapkan Alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menset alat seperti sketsa gambar 1.
c. Menyeimbangkan neraca dengan lempeng alumunium, sehingga skala pada
neraca tepat pada posisi nol.
d. Setelah setimbang, lalu menyiapkan bahan berupa air murni yang nantinya
akan di ukur nilai tegangan permukaannya.
e. Menuangkan air pada gelas breker.
f. Menghidupkan alat pemanas berupa spiritus, lalu menset pemanas agar
dapat digunakan dengan baik.
g. Menaruh gelas yang berisi air ke atas pemanas, dan memanaskan air hingga
suhu air menjadi 30 ◦C.
h. Setelah mendapat suhu yang diinginkan lalu meletakkan gelas tepat
dibawah lempeng alumunium yang telah di set pada neraca, sehingga ujung
lempeng tersebut tercelup ke air.

10
i. Setelah lempeng tercelup ,lalu mengamati lempeng serta memindahkan
skala pada neraca sehingga lempeng tertarik ke atas meninggalkan air.
j. Mengamati pada skala berapa lempeng mulai menarik permukaan air,
hingga akhirnya lempeng terlepas dari air.
k. Mencatat skala pada neraca yang dibutuhkan untuk menarik lempeng dari
permukaan air.
l. Mengulangi langkah yang sama dengan memvariasikan suhu setiap 10◦ C.

D. Variabel Riset
a. Variabel bebas
1. Temperatur
b. Variabel terikat
1. Tegangan permukaan
c. Variabel kontrol
1. Kandungan air
2. Berat lempeng yang digunakan

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL RISET

Table 1. Sampel data mentah


NO T (◦C) Mb (Kg) F(N) L(m)
1. 30 0.57𝑥 10−3 5.586 𝑥 10−3 0.04
2. 40 0.56 𝑥 10−3 5.488 𝑥 10−3 0.04
3. 50 0.55 𝑥 10−3 5.39 𝑥 10−3 0.04
4. 60 0.54 𝑥 10−3 5.292 𝑥 10−3 0.04
5. 70 0.53 𝑥 10−3 5.194 𝑥 10−3 0.04
6. 80 0.51 𝑥 10−3 4.998 𝑥 10−3 0.04
7. 90 0.49 𝑥 10−3 4.802 𝑥 10−3 0.04
8. 100 0.47𝑥 10−3 4.606 𝑥 10−3 0.04

Table 2. Data Perolehan nilai tegangan permukaan berbagai variasi suhu.

NO T (◦C) γ (N/m)
1. 30 0.0698
2. 40 0.0686
3. 50 0.0674
4. 60 0.0665
5. 70 0.0649
6. 80 0.0625
7. 90 0.0600
8. 100 0.0576

12
0.08

0.07

0.06
Tgangan permukaan (N/m)

0.05

0.04

0.03

0.02

0.01

0
0 20 40 60 80 100 120
suhu (◦C)

Grafik 1. Grafik hubungan suhu terhadap tegangan permukaan.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan dan pengolahan data yang telah di
lakukan, praktikan mendapatkan nilai tegangan permukaan yang di tunjukkan
pada tabel 2. Dari tabel sampel data mentah (tabel.1) didapat, bahwa semakin
tinggi suhu yang diberikan kepada air yang akan di ukur nilai tegangan
permukaannya, nilai massa yang di tunjukkan pada skala neraca semakin kecil,
hal ini akan berakibat pada besar atau kecilnya nilai gaya (F) yang dibutuhkan
untuk menarik lempeng dari permukaan air. Dimana gaya merupakan hasil kali
antara massa dengan gaya grafitasi. Dengan demikian, hal ini menunjukkan
bahwa gaya yang di butuhkan untuk menarik lempeng dari tegangan permukaan
berbanding tebalik dengan suhu yang diberikan.

13
Berdasarkan kajian teori yang ada, besarnya gaya yang bekerja untuk
menarik lempeng sebanding dengan nilai tegangan permukaan dan berbanding
terbalik dengan lebar lempeng. Hal ini menunjukkan dengan jenis dan lebar
lempeng yang sama, nilai tegangan permukaan hanya ditentukan oleh besar atau
kecilnya gaya yang bekerja. Sehingga di dalam percobaan praktikan
mendapatkan bahwa semakin bertambahnya suhu, nilai tegangan semakin
mengecil, atau dengan kata lain tegangan permukaan berbanding terbalik dengan
suhu.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan terhadap grafik hubungan
antara suhu dengan nilai tegangan permukaan yang didapatkan melalui hasil
percobaan, praktikan berhasil membuktikan bahwa suhu sangat mempengaruhi
nilai tegangan permukaan, dimana berdasarkan hasil percobaan nilai tegangan
permukaan berkurang seiring dengan bertambahnya suhu, hal ini di dukung oleh
persamaan Eötvös-Ramsay-Shields dimana persamaan tersebut menyatakan
bahwa nilai tegangan permukaan, akan di pengaruhi oleh suhu, semakin tinggi
suhu yang diberikan terhadap tegangan permukaan, maka nilai tegangan
permukaan semakin berkurang.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di tarik
beberapa kesimpulan yakni :
1. Suhu mempengaruhi nilai tegangan permukaan dari air, dimana semakin
tinggi suhu suatu zat cair (dalam hal ini adalah air), maka tegangan
permukaan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan tegangan
permukaan memiliki hubungan yang berbading terbalik, sehingga kajian teori
yang ada dapat dibuktikan melalui percobaan yang telah dilakukan.
2. Semakin kecil tegangan permukaan suatu zat cair, maka semakin baik
kemampuan air untuk membasahi sebuah benda,dan sebaliknya semakin besar
tegangan permukaan suatu zat cair, maka semakin sulit kemampuan air untuk
membasahi benda. Hal inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk
kehidupan sehari-hari, misalnya mencuci baju dengan air panas akan lebih
bersih dibandingkan dengan air dingin, hal ini dikarenakan pada suhu tinggi
tegangan permukaan mengecil, sehingga air dengan cepat membasahi baju,
dan berbagai contoh lainnya.

B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis menyadari banyak kekurangan, sehingga
diharapkan kepada pembaca untuk berfikir kristis dan tidak hanya sekedar
menerima informasi yang terdapat dalam laporan ini, sehingga pengetahuan
yang diberikan dapat bermanfaat bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh Osgouei, H.,Parsafar, G. A. 2011. Density and Temperature Dependencies


of Liquid Surface Tention. Iran : sharif university of technology.

Ghosh, Phalab .___. Surface Tension. India: ITT Guwahati.

Heaton, Paddy.__. Water Surface Tension for Different Temperatures. diunggah pada
30 November 2017, dari http://docplayer.net/40866375-Water-surface-
tension-for-different-temperatures-paddy-heaton-9sc3.html

Indiarti dan Frida, U. Ernawati. 2008. Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Shinde, U.P, dkk. 2015. Surface Tension as a Function of Temperature and


Concentration on Liquid. India : Malegeon-Camp.

Tang, Muhammad & Veinardi Suendo. 2011. Pengaruh Penambahan Pelarut


Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun. Bandung.

16
LAMPIRAN
A. Gambar alat dan bahan yang digunakan:
a. Alat :
1) Termometer 2) Neraca Ohaus

3) Gelas beker 4) Alat pemanas

b. Bahan :
1) Air murni 2) alumunium 3) benang

17
B. Pengolahan sampel data mentah
Berdasarkan kajian teori , pengolahan data percobaan dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus (4), dimana :
𝐹 𝑀𝑏 𝑥 𝑔
γ = =
2𝑙 2𝑙

1. Dik : 3. Dik :

T : 30◦ C T : 50◦ C

Mb: 0.57 gr Mb: 0.55 gr

L : 4cm L : 4cm

γ = 0.55𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚
𝑠2
γ =
0.57 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚 2 0.04 𝑚
𝑠2
2 0.04 𝑚
5.39 𝑥 10 −3 𝑁
=
5.586 𝑥 10 −3 𝑁 0.08 𝑚
=
0.08 𝑚 = 0.06738 𝑁 𝑚.
= 0.069825 𝑁 𝑚. 4. Dik :

T : 60◦ C
2. Dik :
Mb: 0.54 gr
T : 40◦ C
L : 4cm
Mb: 0.56 gr
γ =
L : 4cm
0.54 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚
𝑠2
γ = 2 0.04 𝑚
0.56 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚
𝑠2 5.292 𝑥 10 −3 𝑁
2 0.04 𝑚 =
0.08 𝑚
5.488 𝑥 10 −3 𝑁 = 0.06651 𝑁 𝑚.
=
0.08 𝑚
5. Dik :
= 0.0686 𝑁 𝑚.
T : 70◦ C
18
Mb: 0.53 gr Mb: 0.49 gr

L : 4cm L : 4 cm

γ = γ =
0.53 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚 0.49 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚
𝑠2 𝑠2
2 0.04 𝑚 2 0.04 𝑚

5.194 𝑥 10 −3 𝑁 4.802 𝑥 10 −3 𝑁
= =
0.08 𝑚 0.08 𝑚

= 0.064925 𝑁 𝑚. = 0.06 𝑁 𝑚.

6. Dik : 8. Dik :
T : 80◦ C
T : 100◦ C
Mb: 0.51 gr
L : 4cm Mb: 0.47 gr
γ =
L : 4 cm
0.51 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚
𝑠2
2 0.04 𝑚 γ =
4.998 𝑥 10 −3 𝑁 0.47 𝑥 10 −3 𝑘𝑔 𝑥 9.8 𝑚
= 𝑠2
0.08 𝑚 2 0.04 𝑚
= 0.06248 𝑁 𝑚.
7. Dik : 4.606 𝑥 10 −3 𝑁
=
0.08 𝑚
T : 90◦ C
= 0.0576 𝑁 𝑚.

Anda mungkin juga menyukai