Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GAYA HIDROSTATIK

PADA PERMUKAAN YANG TERENDAM

Disusun Oleh : Michael C Hitipeuw

Nim :2222201005

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3


BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
C. Tujuan Percobaan................................................................................................................. 5
D. Batasan Masalah .................................................................................................................. 5
E. Sistematika Laporan............................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................. 7
DASAR TEORI .............................................................................................................................. 7
A. Fluida ................................................................................................................................... 7
B. Massa Jenis dan Tekanan ..................................................................................................... 7
C. Fluida Statis ......................................................................................................................... 9
D. Gaya Hidrostatis pada Permukaan Terendam .................................................................... 10
E. Aliran Laminar ................................................................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 13
METODOLOGI PERCOBAAN ................................................................................................... 13
A. Alat dan Bahan ................................................................................................................... 13
B. Skema Peralatan ................................................................................................................. 13
C. Langkah-langkah Percobaan .............................................................................................. 14
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan praktikum dan menyusun laporan praktikum
mekanika fluida dengan baik. Adapaun isi laporan adalah seputar hidrostatis.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu memberikan doa
serta mendukung penulis dalam mengerjakan laporan hidrostatis. Tidak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mekanik Fluida I serta berbagai pihak yang
telah membimbing penulis agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun laporan ini
dengan baik dan benar.

Dari penyusunan laporan ini penulis masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir
kata sebagai penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan praktikum hidrostatis ini ini
dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia
umumnya.

Manado, 6 Februari 2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fluida adalah sebuah zat yang akan terdeformasi secara terus-menerus jika dikenai
tegangan geser seberapa pun kecilnya tegangan geser tersebut diberikan. Fluida statis pada
zat cair disebut dengan hidrostatis. Percobaan hidrostatis dilakukan dengan tujuan untuk
memahami fenomena tekanan hidrostatis, memahami prinsip gaya fluida, dan memahami
persamaan tekanan hidrostatis. Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
beban, mistar, air, bejana kaca, ember, gelas, neraca digital, dan benda uji alat hidrostatis.
Langkah – langkah percobaan yang dilakukan adalah diatur ketinggian air pada bejana kaca
dengan tinggi permukaan air mula – mula sebesar 22 cm dari dasar permukaan bejana. Lalu
ketinggian air dikurangi 0,5 cm dari bejana kaca menggunakan gelas. Beban diatur sehingga
benda uji kembali horizontal. Massa dari ketinggian air dicatat pada lembar data. Percobaan
diulangi dengan menurunkan ketinggian air [ada interval = 0,5 cm hingga air benda pada
ketinggian 16 cm dari dasar permukaan bejana. Hasil data yang didapatkan dari percobaan
hidrostatis yaitu pada ketinggian benda tercelup 0,33 m dimana ketinggian air 0,22 m,
didapatkan nilai torsi teoritis sebesar 3,76 Nm serta nilai torsi percobaan sebesar 5,096 Nm.
Selain nilai torsi teoritis dan percobaan didapatkan juga nilai gaya teoritis dan nilai gaya
percobaan yaitu masing – masing sebesar 22,344 N dan 7,3672 N. Dari analisis grafik dapat
disimpulkan bahwa pengaruh ketinggian berbanding lurus dengan torsi, semakin rendah
ketinggiannya, maka semakin rendah pula torsinya, begitupun sebaliknya. Perbandingan
ketinggian berbanding lurus dengan gaya, semakin tinggi ketinggiannya, maka semakin
besar juga nilai gayanya, begitupun sebaliknya. Semakin kecil ketinggian air, maka beban
mistar akan semakin kecil sehingga gaya hidrostatis semakin kecil. Tekanan hidrostatis
berbanding lurus dengan ketinggian air.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tahu bahwa tekanan pada zat padat hanya
kearah bawah. Hal ini berlaku jika tidak ada gaya dari luar. Hal ini juga berbeda dengan
tekanan pada zat cair, tekanan pada zat cair menyebar ke segala arah. Adanya tekanan
didalam zat cair disebabkan oleh gaya gravitasi yang bekerja pada setiap bagian zat cair
tersebut.

Besar tekanan yang dialami zat cair sangat bergantung pada kedalaman zat cair
tersebut. Semakin dalam akan semakin besar pula tekanan pada bagian itu. Dikarenakan
pentingnya mengetahui konsep dari tekanan hidrostatis. Maka dilakukanlah percobaan
Hidrostatis ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari percobaan ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh ketinggian terhadap torsi?

2. Bagaimana pengaruh ketinggian terhadap gaya?

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami fenomena tekanan hidrostatis.

2. Memahami prinsip gaya fluida.

3. Memahami persamaan tekanan hidrostatis.

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari percobaan ini adalah:

1. Permukaan fluida datar.

2. Percobaan dilakukan pada suhu kamar yaitu 26°C.

3. Fluida inkompresibel.

E. Sistematika Laporan

Sistematika laporan percobaan hidrostatis adalah pada bab I tentang pendahuluan


yang mana dicantumkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan percobaan, batasan
masalah dan sistematika laporan. Pada bab II berisi tentang dasar teori yang berhubungan
dengan materi Hidrostatis. Pada bab III metodologi percobaan dicantumkan isi tentang alat
dan bahan, skema peralatan, langkah-langkah percobaan dan flowchart percobaan. Pada bab
IV berisi tentang pembahasan yang dicantumkan dengan data hasil percobaan, analisis
grafik, contoh perhitungan dan analisis hasil. Pada bab V berisi tentang kesimpulan dan
saran.
BAB II

DASAR TEORI

A. Fluida

Fluida berbeda dengan zat padat (solid), fluida adalah cairan yang mengalir dimana
diketahui dalam kehidupan kita sehari-hari yang kemudian fluida adalah cairan yang tidak
dapat mempertahankan kekuatan yang sifatnya tengensial ke permukaannya, cairan sendiri
juga dapat mengalir dan tidak dapat menahan tegangan geser. Hal ini bagaimana pun bisa
menggambarkan arah pergerakan yang tegak lurus terhadap permukaannya. Beberapa bahan,
seperti pitch, membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan batasan wadah,
namun pada akhirnya diklasifikasikan material sebagai fluida-fluida (Halliday, 2007; 386-
387).

B. Massa Jenis dan Tekanan

Saat kita membahas tubuh kaku (kekakuan), kita memperhatikan tonjolan materi
tertentu, seperti pada balok kayu, bola lampu, atau batang logam. Jumlah fisik yang kita
anggap berguna, dan dalam istilah mana kita yang mengekspresikan hokum Newton, bersifat
massal dan memakasa. Kita bisa berbicara, misalnya tentang sebuah balok 3,6 kg yang
ditindak lanjuti oleh kekuatan 25 N. Dengan fluida, kita lebih tertarik pada zat tambahan dan
sifat yang dapat bervariasi dari satu titik ke titik lainnya. Lebih berguna untuk berbicara
tentang kepadatan dan tekanan massa dan kekuatan (Halliday, 2007; 387).

Untuk menemukan kerapatan r cairan pada suatu titik, kita mengisolasikan elemen
volume kecil. V sekitar titik itu dan mengukur massa cairan yang terkandung di dalam unsur
itu. Massa jenis kemudian dinyatakan

𝜌=Δ 𝑚Δ 𝑉 ……………………...….…….(2.1)

Secara teori, kerapatan pada titik manapun dalam cairan adalah batas rasio ini
sebagai elemen volume. Pokok titik itu dibuat lebih kecil dan lebih kecil. Dalam praktiknya,
kita asumsikan bahwa sampel fluida berukuran besar relatif terhadap dimensi atom dan oleh
karena itu adalah “halus” (dengan kecepatan seragam),
bukan “kental” dengan atom. Asumsi ini memungkinkan kita untuk menulis
kerapatan dalam hal volume V dan massa m dari sampel :

𝜌=𝑚𝑉 (densitas dasar) ……………..….(2.2)

Massa jenis adalah properti scalar, unit SI-nya adalah kg/m3 (Halliday, 2007; 387).

Biarkan alat pengatur tekanan kecil ditangguhkan di dalam bejana berisi fluida,
seperti gambar 2.1. Sensor terdiri dari piston area permukaan. Mengenai silinder, yang dekat
dan bertumpu pada pegas. Pengaturan pembacaan memungkinkan kita untuk mencatat
jumlah pegas (dikalibrasi) yang dikompres oleh fluida sekitarnya, sehingga menunjukkan
besarnya F gaya yang bekerja normal terhadap piston. Kita menetukan tekanan pada piston
sebagai

𝑃= Δ𝐹Δ𝐴 ………………………………..(2.3)

Secara teori, tekanan pada titik manapun dalam cairan adalah batas rasio ini sebagai
luas permukaan Δ𝐴, dari piston =, berpusat pada titik itu dibuat lebih kecil dan lebih kecil.
Namun, jika gaya seragam di atas area datar 𝐴 (didistribusikan secara merata ke setiap titik
area), kita dapat memiliki persamaan sebagai berikut

𝑃= 𝐹𝐴 ………….……………………..(2.4)

Dimana magnitude gaya normal di area 𝐴 (Halliday, 2007; 388).

Gambar 2.1 Sensor Tekan


Kami menemukan dengan percobaaan bahwa pada titik tertentu dalam cairan saat
diam, tekanan 𝑃 didefinisikan oleh perasamaan (2.4) memiliki nilai sama yang tidak peduli
bagaimana sensor tekanan berorientasi. Tekanan adalah scalar, tidak memiliki sifat arah.
Memang benar bahwa gaya yang bekerja pada piston sensor tekan adalah kuantitas vector,
tetapi persamaan hanya dengan magnitude kekuatan itu, jumlah scalar (Halliday, 2007; 388).

Unit SI untuk tekanan adalah N/m2, yang diberi nama khusus, Pascal(Pa). Di negara-
negara matrik, alat pengukur tekanan ban dikalibrasi dalam kilo Pascal. Pascal berhubungan
dengan beberapa unit tekanan umum non-SI lainnya sebagai berikut

1 𝑎𝑡𝑚=1,01 𝑥 105 𝑃𝑎=14,7 𝑙𝑏/𝑖𝑛2 ……...……….(2.5)

Atmosfer adalah 𝑎𝑡𝑚, seperti namanya perkiraan rata-rata atmosfer di permukaan


laut. Torr(dinamai untuk Evangelista Torricelli, yang menemukan barometer merkuri pada
tahun 1674) sebelumnya disebut milmeter merkuri (mm Hg) Pound per inch persegi, atau
sering disingkat Psi (Halliday, 2007; 388).

C. Fluida Statis

Fluida statis berhubungan dengan fluida yang diam. Fluida biasa berbentuk gas
maupun berbentuk cairan. Fluida statis pada umumnya disebut dengan Hidrostatis apabila
fluidanya berbentuk cairan, sedangkan disebut Aerostatis apabila fluida berbentuk gas. Pada
fluida statis tidak terjadi pergerakan disetiap lapisan fluida dan tidak memiliki tegangan
geser. Tegangan yang terdapat pada fluida statis adalah tegangan normal, dimana tekanan
dan variasi tekanan hanya dari beban fluida itu sendiri. Maka dari itu fluida statis yang
paling signifikan ada pada medan gravitasi dan hubungan gaya yang memiliki percepatan
gravitasi. Gaya yang diberikan di atas permukaan oleh fluida yang diam adalah normal
terhadap permukaan pada titik kontak, karena tidak adanya pergesekan antara fluida dan
permukaan benda, maka dari itu tidak ada tegangan geser yang terjadi pada permukaan
benda (Cangel, 2006; 78-79).

Fluida statis digunakan untuk menentukan gaya yang bekerja pada benda yang
mengapung dan gaya yang dikembangkan oleh alat seperti mesin press hidrolik dan
donhkrak mobil. Desain dari banyak sistem teknik seperti bendungan air dan tangki
peyimpanan cairan membutuhkan perhitungan dari besar yang diberikan gaya pada
permukaan yang menggunakan fluida statis. Penjelasan yang lebih lengkap dari gaya
resultan hidrostatsi yang bekerja pada permukaan membutuhkan besar dan arah gaya
tersebut (Cangel, 2006; 79).

D. Gaya Hidrostatis pada Permukaan Terendam

Sebuah permukaan yang terendam, bagian permukaan atas menunjukkan resultan


gaya hidrostatis, yang ditunjukkan pada gambar 2.2, sebuah koordinat telah dipilih. Jadi
permukaan terletak pada bidan xy, dan pangkal O berada pada titik pertemuan permukaan
bidang. Demikian juga arah dan gaya 𝐹𝑅, dapat diletakkan pada titik (dengan koordinat
x’,y’) sampai bertemu di permukaan (Fox, 2004; 66)

Gambar 2.2 Bidang Permukaan Terendam

Sejak di sana tidak ada tegangan geser pada fluida statis, gaya hidrostatis pada
elemen apapun pada permukaan yang bekerja normal ke permukaannya. Gaya tekan yang
bekerja pada elemen 𝑑𝐴=𝑑𝑥 𝑑𝑦 dari bagian atas permukaan diberikan sebagai berikut,

𝑑𝐹=𝑃 𝑑𝐴 .………...………………….(2.6)
Resultan gaya yang bekerja pada permukaan ditentukan dengan menjumlahkan
semua kekuatan yang sangat kecil yang berkontribusi di seluruh luasan (Fox, 2004; 67).

Resultan gaya hidrostatis 𝐹𝑅 yang bekerja pada permukaan ditentukan dengan cara
menyatakan gaya 𝑃 𝑑𝐴 yang bekerja pada daerah diferensial 𝑑𝐴 di atas daerah permukaan

𝐹𝑅=∫𝑃 𝑑𝐴𝐴 ………………...……….(2.7)

𝐹𝑅=∫(𝑃0+ 𝜌𝑔𝑦sin𝜃) 𝑑𝐴𝐴 ...………(2.8)

𝐹𝑅=𝑃0𝐴+𝜌𝑔𝑦sin𝜃∫𝑦 𝑑𝐴𝐴 ...……..(2.9)

E. Aliran Laminar

Kita akan melihat dibahasan berikut bahwa ini berlaku jika bilangan Reynolds besar.
Untuk nilai rendah dari bilangan Reynolds, bagaimanapun seluruh aliran dapat didominasi
oleh viskositas dan teori aliran inviscid kurang banyak digunakan. Tujuan dari bahasan ini
adalah untuk mempresentasikan sertifikat paten dalam hal-hal yang tidak mengandung
unsur-unsur, menjadi sebuah situasi simple, mengurangi viskositas disetiap aliran dan
mengurangi keberadaan zat penguapan di mana-mana di dalam aliran air. Pada saat cairan
mengalir di sepanjang aliran fluida "tergelincir" melewati permukaan yang padat, cairan
nyata akan menempel ke permukaan karena interaksi antarmolekul, yaitu cairan nyata yang
memuaskan kondisi kecepatan relatif nol pada permukaan padat. Inilah kondisi yang disebut
no-slip.

Sebelum mempresentasikan solusinya, pertama-tama kita akan membahas beberapa


gagasan dasar tentang aliran laminar. Arus dimana viskositas fluida penting dapat terdiri dari
dua jenis, yaitu laminar dan turbulen. Perbedaan mendasar antara kedua aliran tersebut
secara dramatis ditunjukkan pada tahun 1883 oleh Reynolds, yang menyuntikkan aliran
pewarna tipis ke dalam aliran air melalui sebuah tabung (Gambar 2.2). Pada tingkat aliran
yang rendah, aliran zat warna diamati mengikuti jalan lurus yang terdefinisi dengan baik,
yang menunjukkan bahwa fluida bergerak dalam lapisan paralel (laminar) tanpa gerakan
pencampuran makroskopik melintasi lapisan. Ini disebut laminar flow. Seiring laju aliran
meningkat melampaui nilai kritis tertentu, garis pewarna pecah menjadi gerakan yang tidak
teratur dan menyebar ke seluruh sela-sela silang, menunjukkan tanda-tanda manipulasi
mamroskopik yang tepat pada arah aliran. Gerakan fluida yang kacau seperti itu disebut
aliran turbulen. Diam-diam menunjukkan tekanan transisi pada arus kecil yang berliku-liku
terjadi pada nilai yang ditetapkan dari rasio Re = V d / ν~3000, di mana V adalah kecepatan
rata-rata melebihi peralihan silang, d adalah diameter tabung dan v adalah viskositas
kinematic ( Kundu, 2008; 295-296).

Gambar 2.2. Eksperimen Reynold’s

Laminar mengalir di mana para pengawas berada di antara arus di antara flek yang
ada di balik cakram berlubang; aliran laminar di mana efek tak terduga berada pada batas-
batas yang dilewati pada lapisan batas yang berada di atas permukaannya .
Mempertimbangkan stabilitas aliran laminar dan transisinya ke turbulensi. Kita akan
beranggapan di sini bahwa alirannya mampat, Kita juga akan berasumsi bahwa arus tidak
beraturan dan diamati dalam sistem koordinat nonrotating (Kundu, 2008; 296).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum hidrostatis ini adalah sebagai
berikut:

1. Beban untuk menyeimbangkan mistar,

2. Mistar untuk mengukur jarak beban,

3. Air,

4. Bejana kaca untuk menampung air,

5. Ember untuk menampung air buangan,

6. Selang air untuk mengalirkan air keember,

7. Benda uji alat hidrostatis.

B. Skema Peralatan

Berikut adalah skema peralatan dari percobaan hidrostatis

Gambar 3.1 Skema Pengujian Peralatan


C. Langkah-langkah Percobaan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu:

1. Ketinggian air pada bejana kaca diatur dengan tinggi permukaan air mula-mula
sebesar 20,5 cm dari dasar permukaan bejana,
2. Lalu ketinggian air dikurangi 0,5 cm dengan cara dialirkan air keember selang. Lalu
posisi diatur sehingga benda uji kembali horizontal atau tegak lurus dengan permukaan
air,
3. Massa (m) dari ketinggian air (h) dicatat pada lembar data,
4. Percobaan diulangi dengan ketinggian air diturunkan pada interval h=0,5 cm hingga
air berada pada ketinggian 14 cm dari dasar permukaan bejana.
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan percobaan hidrostatis, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengaruh ketinggian berbanding lurus dengan torsi, semakin rendah ketinggiannya,


maka semakin rendah pula torsinya, begitupun sebaliknya.
2. Perbandingan ketinggian berbanding lurus dengan gaya, semakin tinggi
ketinggiannya, maka semakin besar pula nilai gayanya, begitupun sebaliknya.
3. Semakin kecil ketinggian air, maka beban mistar akan semakin kecil sehingga gaya
hidrostatis semakin kecil. Tekanan hidrostatis berbanding lurus dengan ketinggian air.

B. Saran

1. Perlu digunakan neraca atau timbangan digital agar hasil massanya lebih akurat.
2. Perlu digunakan satu bak lainnya yang lebih besar daripada hanya sebuah ember yang
digunakan, sehingga ember dapat diletakkan didalam bak agar air tidak tumpah
kemana-mana dan sehingga tidak mengotori laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Çengel,Yunus A. 2006. “Fluid mechanics : fundamentals and applications”. New


York : McGraw-Hill.

Halliday,David. 2007. “Fundamentals of physics 10th edition”. USA : John Wiley &
Sons,Inc.

Kundu, Pijush K. 2008. “Fluid mechanics 4th edition”. USA : Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai