Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA I

KARAKTERISASI FLUIDA

oleh

M. Nauval Farras R., Christopher Jaya, Muhri Ihza


10217023, 10217080 10217086

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019-2020
ABSTRAK

Abstrak ini berisi intisari dari isi laporan. Abstrak ini mencakupi poin-poin penting
atau garis besar pendahuluan, dasar teori, metode percobaan, data dan pengolahan,
pembahasan, dan simpulan. Abstrak berkisar 100-200 kata.

Kata Kunci : xxx, yyy, zzz (3-5 kata/ frasa disusun secara alfabetis)
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
Bab II Dasar Teori ............................................................................................ 2
II.1 Model Atom Bohr ........................ Error! Bookmark not defined.
Bab III Metode dan Hipotesis ............................................................................ 9
III.1 Metode........................................................................................... 9
III.2 Hipotesis........................................................................................ 9
Bab IV Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 10
IV.1 Hasil Eksperimen ........................................................................ 10
IV.1.1 Eksperimen Variasi Pertama ........................................... 10
IV.1.2 Eksperimen Variasi Kedua .............................................. 10
IV.2 Pembahasan ................................................................................. 11
IV.2.1 Pertanyaan ....................................................................... 11
IV.2.2 Analisis ............................................................................ 11
IV.2.3 Open Problem ................................................................. 11
Bab V Kesimpulan .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
Bab I Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang dari percobaan yang dilakukan.


Pendahuluan juga menyertakan tujuan, batasan-batasan, dan asumsi yang
digunakan. Tidak perlu menyertakan persamaan pada bagian pendahuluan.

Tujuan dituliskan secara poin per poin, tujuan harus bersifat kuantitatif:

1. Tujuan 1
2. Tujuan 2
3. Dst.

Sertakan batasan-batasan pada percobaan yang dilakukan:

1. Batasan 1
2. Batasan 2
3. Dst.

Asumsi yang digunakan dalam eksperimen ini adalah:

1. Asumsi 1
2. Asumsi 2
3. Dst.

1
Bab II Dasar Teori

II.1 Indeks Bias

Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan


cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu
medium[1]. Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting
dari medium. Dalam bidang kimia, pengukuran indeks bias digunakan untuk
mengetahui konsentrasi larutan dan mengatahui komposisi bahan-bahan penyusun
dalam larutan, dalam bidang industri pengukuran indeks bias digunakan untuk
menemukan parameter-parameter fisik berupa konsentrasi, suhu, tekanan, dan lain-
lain. Indeks bias menyatakan perbandingan antara kelajuan cahaya di ruang hampa
terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan. Cepat rambat gelombang cahaya di ruang
hampa sebesar c. Jika melalui suatu medium maka cahaya tersebut akan mengalami
perubahan kecepatan menjadi v, dimana nilai v jauh lebih kecil dibanding cepat
ramvat cahaya di ruang hampa. Ketika cahaya merambat didalam suatu bahan,
kelajuannya akan turun sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik
bahan yang disebut indeks bias (n). pernyataan tersebut ditulis dalam persamaan
berikut:

𝑐
𝑛= (1)
𝑣

Dengan n adalah indeks bias, c adalah laju cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
dan v adalah kecepatan cahaya dalam medium (m/s). Beberapa metode dapat
digunakan dalam menentukan indeks bias dari berbagai jenis fluida seperti
interferometri Michelson-Morley, interferometri Fabry-Perot, dan interferometri
Mach-Zender. Metode-metode tersebut dapat mengukur indeks bias sangat teliti,
namun penggunaan metode tersebut cukup rumit dan memakan banyak waktu dan
biaya. Oleh karena itu pada eksperimen ini digunakan metode alternatif yang lebih
mudah dan sederhana, yaitu menggunakan metode pembiasan cahaya pada kaca
plan paralel.

Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat atau peristiwa
penyimpangan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan. Ketika

2
cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang
dipantulkan pada perbatasan, sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas
cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan, berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan.

Gambar 1. Sketsa lintasan sinar datang dan sinar bias

Pembiasan terjadi apabila cahaya melewati batas dua medium. Seberkas cahaya
yang datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat akan dibiaskan
mendekati garis normal. Ini berarti sudut datang lebih besar dari sudut bias. Sudut
datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal
permukaan. Sudut bias adalah sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis
normal.

𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2 (2)

Dengan n1 adalah indeks bias medium pertama, 𝜃1 adalah sudut datang, n2 adalah
indeks bias medium kedua, 𝜃2 adalah sudut bias.

II.2 Viskositas
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya
gesekan fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya gesek antarlapisan
fluida ketika satu lapisan bergerak melewati lapisan lain. Semakin besar nilai
viskositas suatu cairan maka akan mengalir sangat lambat, dan cairan dengan
viskositas rendah mengalir dengan cepat. Pada zat cair, viskositas disebabkan oleh
gaya kohesi antar molekul, sedangkan pada gas, viskositas muncul karena
tumbukan antarmolekul. Setiap fluida memiliki besar viskositas yang berbeda yang
dinyatakan dengan Ƞ. Viskositas dapat diamati dengan meninjau satu lapisan tipis

3
fluida yang ditempatkan di antara dua lempeng logam yang rata. Satu lempeng
bergerak (lempeng atas) dan lempeng yang lain diam (lempeng bawah). Fluida yang
bersentuhan dengan lempeng ditahan oleh gaya adhesi antara molekul fluida dan
molekul lempeng. Dengan demikian, lapisan fluida yang bersentuhan dengan
lempeng yang bergerak akan ikut bergerak, sedangkan lapisan fluida yang
bersentuhan dengan lempeng diam akan tetap diam. Lapisan fluida yang bergerak
mempunyai kelajuan sama dengan kelajuan lempeng yang bergerak, yaitu sebesar
v. lapisan fluida yang diam akan menahan lapisan fluida di atasnya karena adanya
gaya kohesi. Lapisan yang ditahan itu menahan lapisan di atasnya lagi dan
seterusnya sehingga kelajuan setiap lapisan fluida bervariasi dari nol sampai v.
Untuk menggerakkan lempeng diperlukan gaya. Untuk membuktikannya, dapat
dicoba dengan menggerakan sebuah potongan kaca di atas tumpahan sirup.
Semakin kental fluida, semakin besar gaya yang diperlukan untuk mendorong.

Gejala viskositas juga dapat diamati ketika menjatuhkan sebutir kelereng ke dalam
gelas kaca yang berisi alkohol dan gliserin, pada gliserin dan alkohol kelereng akan
mengalami perlambatan dalam geraknya. Ini terlihat ketika kelereng jatuh lebih
lambat saat berada di dalam alcohol atau gliserin dibandingkan saat masih di udara.
Perlambatan pada gliserin lebih besar daripada perlambatan yang terjadi pada
alkoho. Perlambatan yang terjadi itu karena adanya gesekan di dalam fluida. Ketika
kelereng dijatuhkan, kelereng mengalami kecepatan yang suatu saat paling besar
dan tetap untuk selang waktu tertentu. Kecepatan itu disebut kecepatan batas. Saat
kelereng di dalam minyak goreng, kelereng mengalami tiga gaya, yaitu gaya berat,
gaya ke atas fluida, dan gaya gesekan fluida.

Pada percobaan ini akan melakukan pengukuran kelereng dan lintasan melalui
cairan untuk menghitung viskositas. Persamaan untuk viskositas dapat dituliskan
sebagai berikut:

[2(𝑝𝑠 −𝑝𝑙 )𝑔.𝑎2 ]


Ƞ= (3)
9𝑣

Dengan ps adalah massa jenis kelereng, pl adalah massa jenis cairan, g adalah
percepatan gravitasi, a adalah jari-jari kelereng, dan v adalah kecepatan bola.

4
II.3 Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.
Tegangan permukaan merupakan gaya atau tarikan ke bawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan benda dalam keadaan tegang. Hal ini di
sebabkan oleh gaya-gaya terik yang tidak seimbang pada antarmuka cairan.
Molekul-molekul cairan pada permukaan di sebelah bawah di kelilingi oleh
molekul-molekul cairan sedangkan di bagian atas oleh molekul-molekul dan fasa
uap sehingga gaya tarik ke bawah lebih besar dari gaya tarik ke atas. Hal ini
menimbulkan sifat kecenderungan untuk memperkecil luas permukaan. Gaya ini
biasa di ketahui pada kenaikan cairan biasa dalam pipa kapiler dan bentuk suatu
tetesan kecil cairan.

Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang sehingga permukaannya


seolah-olah di tutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini di sebabkan adanya
gaya tarik menarik antar partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan. Di
dalam cairan, tiap molekul di tarik oleh molekul lain yang sejenis di dekatnya
dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa (resultan) gaya
yang bekerja pada masing-masing molekul.

Pada permukaan tiap cairan, molekul di tarik oleh molekul-molekul sejenis di


dekatnya dengan arah hanya ke samping dan ke bawah, tetapi tidak di tarik oleh
molekul di atasnya karena di atas permukaan cairan berupa fase uap (udara) dengan
jarak antar molekul sangat renggang. Akibatnya terdapat perbedaan gaya tarik
sehingga ada sisa gaya yang bekerja pada lapisan atas cairan. Gaya tersebut
mengarah ke bawah karena molekul di bawah permukaan cairan jumlahnya lebih
banyak dan jarak antar molekul lebih rapat. Adanya gaya tarik ke bawah
menyebabkan permukaan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang.
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya (F) persatuan panjang (L) yang
bekerja tegak lurus pada setiap garis di permukaan fluida. Di dalam cairan, sebuah
molekul mengalami gaya tarik dari molekul tetangganya. Tegangan permukaan
cairan (γ) adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas permukaan cairan dalam
satuan luas.

5
𝐹
γ= (4)
𝐿

dengan γ adalah tegangan permukaan (N/m), F adalah gaya (N), dan L adalah
panjang permukaan selaput fluida .Pada eksperimen ini digunakan metode kenaikan
kapiler dan pelat wilhelmy.

Pada metode kenaikan kapiler, tegangan permukaan di ukur dengan melihat


ketinggian air/cairan yang naik melalui suatu kapiler. Bila suatu pipa kapiler di
masukkan ke dalam cairan yang membasahi dinding maka cairan akan naik ke
dalam kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai pada suhu
tinggi tertentu sehingga terjadi keseimbangan antara gaya ke atas dan ke bawah.
Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka. Tegangan permukaan
di ukur dengan melihat ketinggian air atau cairan yang naik melaui suatu
kapiler. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka zat tersebut
akan naik ke dalam pipa sampai gaya gesek ke atas diseimbangkan oleh gaya
gravitasi ke bawah akibat berat zat cair. Tekanan yang diberikan oleh sebuah kolom
cairan yang rapatannya dan tingginya h adalah :

𝑝 = 𝜌. 𝑔. ℎ (5)

Tekanan hidrostatik ini sesuai dengan perbedaan tekanan 2γ/r pada kesetimbangan.
Oleh karena itu, tinggi kolom pada kesetimbangan diperoleh dengan menyamakan
2γ/r dan gh yang menghasilkan :


ℎ= (6)
𝜌𝑔𝑟

dengan γ merupakan tegangan permukaan, r adalah diameter kapiler, h adalah


ketinggian sampel, 𝜌 adalah kerapatan sampel, dan g merupakan gaya gravitasi.

Pelat Wilhelmy adalah pelat tipis yang digunakan untuk mengukur permukaan
kesetimbangan atau tegangan antarmuka pada antarmuka udara-cair atau cair-cair.
Dalam metode ini, pelat diorientasikan tegak lurus terhadap antarmuka, dan gaya
yang diukur.

6
Gambar 2. Ilustrasi metode pelat wilhelmy

Pelat wilhelmy terdiri dari pelat tipis yang berada diatas beberapa sentimeter
persegi. Pelat biasanya dibuat dari kertas saring, gelas, atau platinum yang sedikit
kasar untuk memastikan pembasahan lengkap. Hasil percobaan tidak tergantung
pada bahan yang digunakan. Gaya pada pelat akibat pembasahan diukur
menggunakan tensiometer atau mikrobalance dan digunakan untuk menghitung
tegangan permukaan menggunakan persamaan wilhelmy.

𝐹
γ= (7)
𝑙 cos 𝜃

dengan l adalah parameter dibasahi (2w+2d), w adalah lebar pelat, d adalah


ketebalan pelat, 𝜃 adalah sudut kontak antara fase cair dan pelat.

II.4 Konstanta Dielektrik

Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif adalah sebuah konstanta yang
melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial
listrik. Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan
pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap vakum. Secara
matematis konstanta dielektrik suatu bahan didefinisikan sebagai.

𝜀𝑠
𝜀𝑟 = (8)
𝜀0

Dengan εs adalah permitivitas statis dari bahan, ε0 adalah permitivitas vakum. Sifat
dielektrik bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara lain frekuensi, suhu dan
komposisi penyusunnya. Sifat dielektrik juga dapat diamati melalui pengukuran

7
nilai kapasitansi. Dalam eksperimen ini dilakukan analisis konstanta dielektrik pada
bahan alkohol dan gliserin secara berulang kali serta penentuan pengaruh
perubahan suhu terhadap nilai dielektrik dalam teknik pengukuran. Pengaruh
perubahan suhu terhadap dielektrik yang nantinya akan diukur secara bersamaan
dengan melihat nilai dielektrik pada alkohol dan gliserin. Penentuan konstanta
dielektrik alkohol dan gliserin pada eksperimen ini menggunakan metode
kapasitansi pelat sejajar.

II.5 Koefisien Muai

Ketika suatu zat mengalami perubahan temperatur, maka zat tersebut dikatakan
mengalami pemuaian. Pemuaian atau ekspansi termal merupakan perubahan ukuran
suatu zat akibat adanya perubahan temperatur. Pemuaian dipengaruhi beberapa
faktor seperti: volume awal zat, perubahan temperatur, dan koefisien muai zat.
Pemuaian fluida berbeda dengan pemuaian zat padat. Jika pada pemuaian zat padat
terdapat tiga parameter pemuaian yakni, pemuaian panjang, luas, dan volume, maka
pada pemuaian fluida hanya terdapat satu parameter pemuaian yakni pemuaian
volume. Hal ini karena fluida selalu menempati wadah dari bahan padat dengan
volume tertentu. Apabila wadah yang berisi zat cair dipanaskan maka wadah
tersebut mengalami perubahan temperatur sehingga zat cair dalam wadah akan ikut
mengalami perubahan temperatur.

8
Bab III Metode dan Hipotesis

III.1 Metode

Uraikan metode eksperimen yang digunakan. Gunakan rujukan yang sesuai, dari
buku teks maupun dari artikel karya ilmiah. Buat subbab jika diperlukan.

III.2 Hipotesis

Subbab ini berisi mengenai hipotesis yang diambil dalam eksperimen yang
dilakukan.

9
Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil Eksperimen

Berisi tentang data eksperimen yang diperoleh. Setiap hasil variasi dituliskan dalam
suatu subbab tertentu. Berisi hasil percobaan meliputi tabel, grafik, hasil
perhitungan, dll. Berikan penjelasan mengenai hasil (tabel, grafik, hasil
perhitungan) yang didapat.

IV.1.1 Eksperimen Variasi Pertama

Jika terdapat tabel, keterangan atau judul tabel ditulis dalam ukuran 12 pt sebelum
tabel tersebut. Apabila judul tabel hanya satu baris, gunakan rata tengah seperti
contoh berikut.

Tabel IV.1. Tegangan kerja detektor Geiger Muller


Tegangan (V) n1 n2 n3 n̅
350 1 2 3 2
360 10 20 30 20
370 20 30 40 30

IV.1.2 Eksperimen Variasi Kedua

Apabila keterangan/judul tabel lebih dari satu baris, gunakan rata kiri dengan letak
awal baris kedua dan seterusnya mengikuti baris pertama. Lebar tabel diatur
menyesuaikan dengan judul tabel.

Tabel IV.2 Tegangan eksitasi atom Ne pada eksperimen Frank-Hertz variasi


kedua, dengan 𝑈1 = 1,5V dan 𝑈3 = 5V.
Percobaan Orde ∆U (V) ∆Uref (V) Galat (%)
1 16,9 7,14
1
2 17,3 4,94
1 16,85 7,42
2 18,2
2 17,475 3,98
1 17,375 4,53
3
2 17,1 6,04
∆U rata-rata (V) 17,167

10
IV.2 Pembahasan

Pembahasan menjawab setiap pertanyaan dari bagian pertanyaan, analisis dan open
problem dari modul percobaan.

IV.2.1 Pertanyaan

Berisikan jawaban dari bagian pertanyaan pada modul dan dituliskan secara
paragraf. Antar paragraf dipisahkan menggunakan sebuah spasi.

Setiap soal pertanyaan dijawab per paragraf, paragraf pertama menjawab soal
pertanyaan pertama, paragraf ke-2 menjawab soal pertanyaan ke-2, dst.

IV.2.2 Analisis

Berisikan jawaban dari bagian analisis pada modul dan dituliskan secara paragraf.
Antar paragraf dipisahkan menggunakan sebuah spasi.

Setiap soal analisis dijawab per paragraf, paragraf pertama menjawab soal
pertanyaan pertama, paragraf ke-2 menjawab soal pertanyaan ke-2, dst.

IV.2.3 Open Problem

Soal open problem ditentukan oleh asisten praktikum yang bersangkutan. Berisikan
jawaban dari bagian analisis pada modul dan dituliskan secara paragraf.

11
Bab V Kesimpulan

1. Kesimpulan berisi tentang hasil dari ekperimen yang dilakukan dan menjawab
tujuan yang diberikan. Setiap poin harus memiliki penjelasan mengenai hasil
yang diperoleh.
Contoh:
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil eksperimen Franck-Hertz
dengan gas Neon adalah sebagai berikut. Didapatkan energi eksitasi atom Ne
yang bervariasi pada rentang 16,725 – 20 eV yang dapat dilihat pada Error!
Reference source not found.. Referensi yang digunakan adalah sebesar 18,2
eV sehingga error dari hasil berada pada rentang 5,68%-9,89%. Error
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah kondisi lingkungan
khususnya temperatur yang berbeda dengan lingkungan saat data referensi
diambil, kemampuan alat yang bekerja baik pada nilai 𝑈1 dan 𝑈3 tertentu, serta
penentuan tegangan maksimum lokal pada saat pengolahan data.
2. Kesimpulan 2
3. Kesimpulan 3

12
DAFTAR PUSTAKA

Baker, A.A., Sosro, K., dan Suditomo, B. (1998) : Pembakaran Hutan di


Kalimantan, Majalah Kehutanan, 5, 23 – 25.

Cotton, F.A. (1998) : Kinetics of Gasification of Brown Coal, Journal of American


Chemical Society, 54, 38 – 43.

Hill, R. (1997) : The Mathematical Theory of Plasticity, Oxford Press, Oxford, 545
– 547.

Kramer, A., Djubiantono T., Aziz, F., Bogard, J.S., Weeks, R. A., Weinand, D.C.,
Hames, W.E., Elam, J.M., Durband, A.C, dan Agus (2005) : The First
Hominid Fossil Recovered from West Java, Indonesia, Journal of Human
Evolution, 48, 661-667.

Kumai,H., Itihara, M., Sudijono, Shibasaki, T., Aziz, F., Yoshikawa, S., Akahane,
S.,Soeradi, T., Hayashi, T., dan Furuyama, K. (1985) : Geology and
Stratigraphy of the Mojokerto Area, 55-61 dalam Watanabe, N., dan
Kadar,D., Eds, Quaternary Geology of the Hominid Fossil Bearing
Formations in Java, 378 p., Geological Research and Development Centre,
Bandung-Indonesia.

Stark, H. (1998) : The dynamics of surface adsorption, Proceedings of the


International Congress on Current Aspects of Quantum Chemistry,
London, U.K., Carbo R., Editor, Prentice Hall, 24 – 36.

Wijaya, R. (1996) : Diagnosis Penyakit Tipus dengan Metode PCR, Tugas akhir
Program Doktor, Institut Teknologi Bandung, 25 – 29.

Pustaka dari Situs Internet :

Dillmann, T. dan Ruβ, J. (2001): Implicit Options in Life Insurance Contracts, the
case of lump sum options in differed annuity contracts,
http://www.actuaries.org/members/en/AFIR/colloquia/Tokyo/Dillman_

13
Ruβ.pdf,179-193, Download(diturunkan/diunduh) pada 5 September
2006.

Hardin, J. dan Rocke, D.M. (2002): The Distribution of Robust Distance,


http://www.cipic.ucdavis.edu/~dmrocke/preprints.html.,
download(diturunkan/diunduh) pada 25 Desember 2006.

Jorion, P. (1997): In Defense of VaR,


http://www.gsm.uci.edu/jorion/oc/ntalib2.html, Download
(diturunkan/diunduh) pada 20 Desember 2006.

Wang, S. (2001): A Risk Measure that Goes Beyond Coherence,


http://www.stats.uwaterloo.ca/Stats_Dept/IIPR/2001-reports/IIPR-01-
18.pdf. Download (diturunkan/diunduh) pada 20 Desember 2006.

Catatan :

Daftar tersebut di atas menunjukkan cara penulisan majalah/jurnal (1, 2 dan 4),
buku (3), buku yang tiap babnya ditulis oleh penulis yang berlainan disertai editor
(5), prosiding (6), dan tugas akhir program doktor (7). Sedangkan penulisan pustaka
dari situs (8 – 11) ditulis lengkap, dipisahkan dari Daftar Pustaka, diletakkan setelah
urutan terakhir alfabetis pustaka dari makalah yang berasal dari majalah ilmiah,
jurnal, buletin, atau prosiding, diberi judul Pustaka dari Situs Internet :, ditulis
berurutan secara alfabetis pula dengan mencantumkan alamat situs (web) dan
tanggal download (diturunkan/diunduh).

14
Contoh Halaman Lampiran

15
Lampiran Ke II

16

Anda mungkin juga menyukai