Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA I

ALIRAN FLUIDA

Diajukan untuk memenuhi Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia I

Disusun Oleh :
Kelompok III (A4)

Nur Fatihah NIM. 210140099


Irma Adenia NIM. 210140107
Zahratun Nabila NIM. 210140155
Hudayya Triyanda Isfarizky NIM.210140158

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
ABSTRAK

Fluida merupakan suatu zat yang mudah mengalir dengan partikel yang mudah
bergerak. Orifice meter adalah suatu alat pengukuran pada fluida untuk
mengetahui permukaan air sehingga besarnya tekanan dapat dihitung. Debit
aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air
suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
Pada percobaan ini terbentuknya aliran turbulen dengan nilai NRe-nya lebih dari
4000. Terbentuknya aliran turbulen akibat gerakan relatif dalam molekul fluida
yang dipengaruhi oleh viscositas fluida. Dengan demikian, untuk mendapat nilai
laju alir pada percobaan ini dilakukan dengan cara mengukur nilai orifice meter.
Orifice meter pada bukaan 40% bilangan Reynold 12.856,11 dengan debit alir
1,61×10-4 m3/s. Bukaan 50% bilangan Reynold 13.483,13 dengan debit alir
1,69×10-4 m3/s. Bukaan 60% bilangan Reynold 14.931,14 dengan debit alir
1,87×10-4 m3/s. Bukaan 70% bilangan Reynold 17.718,89 dengan debit alir
2,22×10-4 m3/s.

Kata kunci: Bilangan Reynold, Debit Aliran, Fluida, Orifice meter dan
Viskositas.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Aliran Fluida


1.2 Tanggal Praktikum : 02 Mei 2023
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok III (A4)
1. Nur Fatihah NIM. 210140099
2. Irma Adenia NIM. 210140107
3. Zahratun Nabila NIM. 210140155
4. Hudayya Triyanda I. NIM. 210140158
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Menjelaskan parameter-parameter maupun
variable yang berpengaruh terhadap
besarnya nilai koefisien alat ukur orifice
meter.
2. Menghitung besarnya laju alir dan koefisien
orifice meter.
3. Membuat grafik hubungan antara nilai
koefisien alat ukur orifice meter versus
debit aliran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida merupakan suatu zat yang dapat mengalir baik berupa cairan
ataupun gas. Ikatan molekul pada fluida jauh lebih kecil daripada ikatan molekul
pada padatan sehingga fluida lebih mudah mengalir dan memiliki hambatan yang
relative lebih kecil pada perubahan bentuk akibat gesekan (Hariyono, 2016).
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus-menerus) bila
terkena tegangan geser, betapapun kecilnya tegangan geser itu. Gaya geser adalah
komponen gaya yang menyinggung permukaan, dan gaya ini yang dibagi dengan
luas permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada permukaan itu
(Victor et al., 1988).
Aliran fluida merupakan suatu proses yang sering dijumpai di lingkungan
dan kehidupan sehari-hari, terlebih dalam bidang teknik. Proses ini memiliki
peranan penting, misalnya aliran air pada sungai, aliran air pada perpipaan rumah
tangga bahkan aliran darah pada tubuh manusia memiliki aliran fluida (Effendi J.,
2021). Dalam bidang industri, aliran fluida merupakan bagian ilmu mekanika
fluida yang berperan penting dalam merancang sistem perpipaan (Annisa D. S.,
2020).
Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan menjadi dua macam yakni
fluida statis dan fluida dinamis. Fluida statis adalah fluida dalam keadaan diam,
sedangkan fluida dinamis adalah fluida dalam keadaan bergerak.

2.2 Sifat-Sifat Fluida


Adapun sifat-sifat dasar fluida yaitu: kerapatan atau density (ρ), specific
gravity (s.g), laju alir massa, tekanan atau pressure (P), kekentalan atau viscosity
(µ).
2.2.1 Kerapatan (Density)
Kerapatan atau density (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume. Sifat ini ditentukan
dengan cara menghitung perbandingan massa zat yang terkandung dalam suatu
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut.
m
ρ = ........................................................................................................
V
(2.1)
Keterangan:
v = volume fluida (m3)
m = massa fluida (kg)
ρ = rapat massa (kg/m3)
Berat jenis γ adalah gaya gravitasi terhadap massa yang terkandung dalam
sebuah satuan volume zat, maka:
γ = ρ.g ………………………………………………………………….
(2.2)
Keterangan:
ρ = rapat massa (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
Spesific grafity (s.g) adalah sifat yang digunakan untuk
memperbandingkan kerapatan suatu zat dengan k erapatan air. Karena kerapatan
semua zat cair bergantung pada temperatur serta tekanan, maka temperatur zat
cair yang dipertanyakan, serta temperatur air yang dijadikan acuan, harus
dinyatakan untuk mendapatkan harga-harga gravitasi jenis yang tepat (Olson,
1990).
ρ
s . g = ………………………………………………………………..
ρw
(2.3)
Keterangan:
s.g = spesific grafity
ρ = rapat massa (kg/m3)
ρw = kerapatan air (kg/m3)
2.2.2 Laju Aliran Massa
Laju aliran massa yang mengalir dapat diketahui dengan persamaan di
bawah ini:
V. A
m = ………………………………………………………………
v
(2.4)
Keterangan:
m = laju aliran massa (kg/s)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
v = volume jenis (m3/kg)
A = luas penampang pipa (m2)
Laju aliran adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap detiknya. Laju
aliran dapat diketahui dengan menggunakan persamaan berikut:
Q = V . A ………………………………………………………………
(2.5)
Di mana:
Q = debit aliran (m3/s)
V = kecepatan aliran (m/s)
A = Luas Penampang (m2)
(Olson, 1990).
2.2.3 Viscositas
Viscositas adalah ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viscositas zat cair cenderung menurun dengan bertambahnya
kenaikan temperatur, hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila
dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur
pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut.
Viskositas dibagi menjadi dua yaitu:
1. Viscositas dinamik atau Viscositas Mutlak atau Absolute Viscosity
Viscositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan
geser dengan gerakan fluida. Viscositas dinamik tampaknya sama dengan ratio
tegangan geser terhadap gradien kecepatan.
τ
μ = …………………………………………...…………………...
du/dy
(2.6)
Di mana:
µ = viscositas dinamik (kg/m.s)
τ = tegangan geser (N/m2)
du/dy = gradien kecepatan ((m/s)/m)
2. Viscositas Kinematik
Viscositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas dinamik
dengan kerapatan fluida.
μ
υ = …………………………………………………………………....
ρ
(2.7)
Di mana:
Υ = viscositas kinematik (m2/s)
µ = viscositas dinamik (kg/m.s)
ρ = kerapatan fluida (kg/m3)
(Olson, 1990).
2.2.4 Aliran Fluida
Secara garis besar jenis aliran dapat dibedakan atau dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Aliran Tunak (Steady)
Suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh perubahan waktu
sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak mempunyai percepatan).
Contoh aliran tunak adalah arus air yang mengalir dengan tenang (kelajuan alir
rendah).
2. Aliran Tidak Tunak (unsteady)
Suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. Contoh
aliran tak tunak adalah gelombang pasang air laut.
Bilangan Reynolds merupakan bilangan yang tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran dinamakan laminer, transisi dan turbulen.
VDρ
NRe = ……………………………………………………………...
μ
(2.8)
Di mana:
V = kecepatan fluida (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
ρ = rapat massa fluida (kg/m3)
µ = viscositas dinamik fluida (kg/ms) atau (N.s/m2)
2.2.5 Tipe-Tipe Aliran
Adapun tipe-tipe aliran yang dapat diketahui yaitu:

1. Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak
dalam lapisan - lapisan dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran
laminar ini mempunyai nilai bilangan Reynolds nya kurang dari 2300 (Re <
2300).

Gambar 2.1 Aliran Laminar


2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida dan kecepatan
yang menyangkut geometri aliran di mana nilai bilangan Reynolds nya antara
2300 sampai dengan 4000 (2300<Re<4000).
Gambar 2.2 Aliran Transisi
3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel fluida
sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran antar lapisan,
yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian
lainnya. Di mana nilai bilangan Reynolds nya lebih besar dari 4000 (Re>4000).

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


2.3 Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida bahwa
peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas akan mengakibatkan
penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Artinya, akan terdapat
penurunan energi potensial pada aliran fluida tersebut. Hukum Bernoulli
sebenarnya dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari konsep dari mekanika
fluida secara umum. yang dikenal dengan persarnaan Bernoulli. Persamaan
Bernoulli menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida yang tertutup, banyaknya
energi suatu fluida di suatu titik sama dengan banyaknya energi di titik lain. Suatu
fluida dengan aliran termampatkan merupakan suatu aliran fluida yang
mempunyai karakteristik khusus adanya perubahan kerapatan massa (densitas)
pada sepanjang aliranya. Adapun fluida dikatakan mempunyai aliran tak
termampatkan adalah fluida yang mempunyai karakteristik tidak terdapat
perubahan kerapatan massa (densitas) pada sepanjang aliran fluida tersebut
(Pantar, 1997).

2.4 Debit Air


Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat mengalir
atau dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Satuan debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/s). Debit aliran juga dapat
dinyatakan dalam persamaan Q = A × v, dimana A adalah luas penampang (m 2)
dan v adalah kecepatan aliran (m/s). Lebih jelasnya untuk mengetahui besarnya
debit air, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = V∆𝑡 atau Q = A x v ………………………………………………...
(2.9)
Keterangan:
Q = debit air (m3/s atau l/s)
V = volume air (m3 atau liter)
∆t = waktu (s)
A = Luas penampang (m2)

2.5 Orifice Meter


Orifice meter adalah alat pengukuran laju alir yang didasarkan kepada
beda tekan. Penurunan penampang arus aliran melalui orifice itu menyebabkan
head kecepatan meningkat tetapi head tekanan menurun, dan penurunan tekanan
antara kedua titik sadap diukur dengan manometer, hal ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.4 (a) Orifice meter (b) Orifice


Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasi peningkatan-
peningkatan head kecepatan dengan penurunan head tekanan. Persamaan
Bernoulli yang dapat diterapkan pada orifice meter ini adalah:
½ ( v2 – v1 )2 + g (Z2 – Z1) + 1/ ρ (P2 – P1) = hL ……………..…….....
(2.10)
Keterangan:
Δv = perbedaan kecepatan (m/s)
ΔZ = perbedaan ketinggian (m)
ΔP = perbedaan tekanan (N/m2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
ρ = densitas fluida (kg/m3)
hL = energi yang tidak termanfaatkan (head loss), J/kg
2.5.1 Kalibrasi Orifice Meter
Prinsip kalibrasi orifice meter ialah mengukur waktu yang dibutuhkan
untuk menampung fluida sampai mencapai volume tertentu pada setiap ∆h orifice
yang berbeda. Laju alir fluida dalam orifice adalah sebagai berikut:
V
Q = ……………………………………………………………...…..
t
(2.11)
Keterangan:
Q = laju alir volumetrik (m3/s)
V = volume fluida (m3)
T = waktu (s)
Beda ketinggian pada orifice meter dapat di gunakan untuk menentukan
beda tekan yang terjadi dalam orifice meter. Beda tekan yang terjadi dalam orifice
meter adalah sebagai berikut:
∆Po = ρ g. ∆ho ………………………………………….……….........
(2.12)
Dengan:
∆Po = beda tekan pada orifice meter (N/m2)
𝜌 = berat jenis fluida (kg/m3)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
∆ho = beda ketinggian pada orifice meter (m)
Untuk mengukur selisih tekanan ∆P pada orifice meter dilengkapi dengan
manometer, biasanya menggunakan manometer pipa seperti pada gambar ini.

Gambar 2.5 Manometer Pipa U


Dari statika fluida, tekanan dititik 1 sama dengan tekanan dititik 2.
P1 = P2
Pa + ρ.g. h1 = Pb +ρ.g.h2 +ρ2.g.Δh
Pa + ρ.g (h2 + Δh) = Pb + ρ1 g h2 + ρ2 g Δh
Pa – Pb = ρ.g.h2 +ρ2.g.Δh – ρ.g (h2 + Δh) Pa – Pb = ρ2.g.Δh – ρ.g.Δh
Pa – Pb = (ρ2-ρ) g.Δh ………………………………………………..(2.13)
Q = k (Pa – Pb)0,5 ………………………………..……………………
(2.14)
Q = k' (Δh)0,5 …………………………………………………………
(2.15)
Laju alir diplot terhadap Δh sehingga diperoleh kurva kalibrasi seperti
pada Gambar 2.5. Pangkat dari Δh idealnya 0,5 tetapi tidak harus 0,5 bisa sedikit
lebih besar maupun lebih kecil yakni 0 ≤ n ≤ 1.
Gambar 2.6 Contoh kurva kalibrasi orifice meter
(Cristie J Beankoplis,
1995).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum sebagai berikut:
1. Sitem jaringan tata pipa 1 unit
2. Manometer pipa U 1 unit
3. Gelas ukur 1000 ml 1 unit
4. Stopwatch 1 unit
5. Ember 1 unit
6. Busur 1 unit
7. Gayung 1 unit
8. Penggaris 1 unit
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum sebagai berikut:
1. Air secukupnya

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Tahap Kalibrasi
Adapun prosedur kalibrasi kapasitas aliran adalah sebagai berikut :
1. Pastikan semua valve dalam keadaan off.
2. Buka V2 (valve minimum flow) dan valve V3.
3. Nyalakan pompa dan biarkan sesaat agar aliran dalam pipa penuh.
4. Tutup V2, buka V1 (40% dengan melihat busur) dan hidupkan
stopwatch.
5. Pada waktu mencapai 1 menit tutup V1, buka V2 dan matikan stopwatch.
6. Takar air dengan menggunakan gelas ukur dan catat.
7. Ulangi prosedur diatas untuk bukaan V1 (50%, 60% dan 70%).
3.2.2 Tahap Pengambilan Data
Adapun tahap pengambilan data meliputi sebagai berikut :
1. Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup.
2. Buka valve V2 dan nyalakan pompa.
3. Buka valve V4, V6, V8, V10 dan V12.
4. Tutup V2 dan buka V1 40%.
5. Biarkan sesaat agar aliran penuh, ukur dan catat perbedaan tekanan.
6. Ulangi prosedur diatas pada bukaan 50% , 60% dan 70%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1 Hasil Data Pada Percobaan dengan Orifice Meter
Tabel 4.1 Hasil Data pengamatan pada percobaan dengan Orifice Meter
Bukaan % ΔH ΔP V (m/s) Q (m3/s) NRe

40% 0,020 m 195,26 kg/ms2 0,570 m/s 0,000161 m3/s 12.856,11

50% 0,022 m 214,78 kg/ms2 0,597 m/s 0,000169 m3/s 13.483,13

60% 0,028 m 263,36 kg/ms2 0,662 m/s 0,000187 m3/s 14.931,14

70% 0,038 m 370,98 kg/ms2 0,785 m/s 0,000222 m3/s 17.718,89

Sumber: (Praktikum Proses Teknik Kimia, 2023)

4.2 Pembahasan
Aliran fluida yang melingkupi sebuah benda akan menimbulkan tegangan
pada benda tersebut, baik tegangan normal disebabkan karena adanya tekanan dari
fluida. Proses ini memiliki peranan penting, misalnya aliran air pada sungai, aliran
air pada perpipaan rumah tangga bahkan aliran darah pada tubuh manusia
memiliki aliran fluida (Effendi J., 2021). Dalam bidang industri, aliran fluida
merupakan bagian ilmu mekanika fluida yang berperan penting dalam merancang
sistem perpipaan (Annisa D. S., 2020).
Pada pratikum aliran fluida ini dilakukan percobaan dengan bukaan valve
40%, 50%, 60% dan 70% dengan 3 kali pengulangan untuk setiap bukaan baik
untuk melihat debit aliran maupun untuk menentukan ketinggian fluida di dalam
pipa manometer U. Pengamatan dilakukan hanya pada orifice meter dikarenakan
adanya kerusakan pada venturi meter, sehingga praktikan tidak dapat melakukan
pengamatan aliran fluida pada venturi meter.
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa semakin panjang suatu penampang
pipa, maka tekanan fluida akan berkurang. Gaya geser adalah komponen gaya
yang menyinggung permukaan, dan gaya ini yang dibagi dengan luas permukaan
tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada permukaan itu (Victor et al., 1988).
4.2.1 Hubungan antara Laju Alir Orifice Meter dengan Bilangan Reynold
Berikut grafik hubungan antara laju alir orifice meter dengan bilangan
Reynold dapat dilihat sebagai berikut.

20000
18000 17718.89
16000 f(x) = 79596915.3286627 x
14931.14
R² = 0.999999995785038
14000
13483.13
12000
12856.11
10000
NRe

8000
6000
4000
2000
0
0.00014 0.00016 0.00018 0.0002 0.00022 0.00024

Q (m3/s)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Laju Alir dengan Bilangan Reynold pada
Orifice meter
Hasil pengukuran debit pada percobaan ini dilakukan dengan gelas ukur
1000 mL selama 10 detik. Setiap variasi diameter pipa diperoleh debit yang
beragam yaitu semakin kecil diameter pipa debit aliran yang dihasilkan semakin
sedikit. Hal ini dipengaruhi karena lintasan pipa yang dilalui oleh fluida, seperti
belokan pada pipa, penyempitan pada pipa (kontraksi), dan pembesaran pada pipa
(ekspansi) (Hariyono, 2016).
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwasanya pada percobaan aliran
fluida dengan laju aliran 0,0001615 m/s2 didapatkan bilangan Reynolds nya
sebesar 12.856,11. Kemudian pada saat laju aliran 0,0001694 m/s 2 didapatkan
bilangan Reynolds nya sebesar 13.483,13. Pada saat laju aliran 0,0001876 m/s 2
didapatkan bilangan Reynolds nya sebesar 14.931,14. Selanjutnya pada saat laju
aliran 0,0002226 m/s2 didapatkan bilangan Reynolds nya sebesar 17.718,89.
Berdasarkan teori, semakin besar laju aliran fluida maka akan semakin
besar pula bilangan Reynold yang akan diperoleh. Hal ini dikarenakan semakin
besar laju alir maka aliran partikelnya akan semakin acak dan tidak stabil,
sehingga semakin besar laju alir maka akan semakin besar pula bilangan Reynold.
Berdasarkan hasil perhitungan, bilangan Reynold yang diperoleh nilanya lebih
dari 2100 hal ini menunjukkan bahwa aliran pada pipa merupakan aliran turbulen
(McCabe, 1994).
4.2.2 Hubungan antara Bukaan dengan Laju Alir Orifice Meter (Q)
Berikut grafik hubungan antara bukaan Orifice meter dengan laju alir
dapat dilihat sebagai berikut:

0.00025
f(x) = 3.30555555555556E-06 x 0.000222
0.0002 R² = 0.992369545456366 0.000187
0.000161 0.000169
Q(m3/s)

0.00015

0.0001

0.00005

0
35 40 45 50 55 60 65 70 75

Bukaan(%)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Bukaan dengan Laju Alir orifice meter
Pada percobaan kedua dilakukan pengamatan untuk mengetahui hubungan
laju alir dengan bukaan valve. Pada percobaan kedua dilakukan pengamatan untuk
mengetahui hubungan laju alir dengan bukaan valve. Pada percobaan aliran fluida
dengan bukaan 40% didapatkan laju alir sebesar 0,0001615 m 3/s. Kemudian pada
bukaan 50% didapatkan laju alir sebesar 0,0001694 m3/s. Pada bukaan 60%
didapatkan laju alir sebesar 0,0001876 m 3/s. Selanjutnya pada bukaan 70%
dapatkan laju alir sebesar 0,0002226 m3/s.
Berdasarkan teori, semakin besar bukaan valve pada pipa maka akan
semakin besar laju alir fluida yang diperoleh. Dimana besar bukaan berbanding
lurus dengan laju alirnya. Dimana suatu massa fluida yang mengalir dapat
menjadi gabungan aliran apabila alirannya bergerak lurus dan merupakan fasa zat
yang sama. Laju alir yang diperoleh juga berpengaruh terhadap bilangan Reynold
dari fluida (Eswanto & Dian S., 2017).
4.2.3 Hubungan antara Laju Alir Wout V3 dengan Laju Alir Orifice Meter
Berikut grafik hubungan antara laju alir Wout V3 dengan laju alir orifice
meter dapat dilihat sebagai berikut.
0.0006
f(x) = 2.69096600685492 0.00057
0.00053 x
0.0005 R² =0.00048
0.997756833108526
0.00042
Wout V3 (m3/s)

0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0.00014 0.00016 0.00018 0.0002 0.00022 0.00024

Q(m3/s)
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Laju Alir Wout V3 dengan Laju Alir
Orifice Meter
Berdasarkan teori, semakin besar laju alir Wout V3 maka semakin besar
pula laju alir pada orifice meter. Dimana besar laju alir Wout V3 berbanding lurus
dengan laju alir pada venturi meter. Perbedaan tekanan aliran fluida satu-fase
antara sisi masuk, sisi tenggorokan dan sisi keluar venturi adalah pada sisi masuk
venturi distribusi tekanannya lebih besar dibandingkan pada sisi tenggorokan,
begitu juga pada sisi keluar lebih besar dari sisi tenggorokan (Badrawada dan
Muhajir, 2005).
Pada umumnya orang mengacu pada prinsip selang air, mereka
berpendapat bahwa bila ujung selang ditekan dengan jari, biasanya akan terasa
aliran air lebih kencang saat keluar dari selang dan dapat menyembur lebih jauh.
Sehingga dengan daya dorong aliran yang sama hanya besaranya saja yang
berbeda. Perbedaan itu disebabkan karena penyempitan luas penampang akan
membantu perubahan pola aliran yang ditimbulkan (Fiqri dkk., 2021). Semakin
kecil luas penampangnya maka pola aliran akan semakin acak atau turbulen
(Efendi J., 2021).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil laju alir yang diperoleh pada bukaan 40% dengan nilai laju alirnya
0,5700 m/s dan NRe 12.856,11 sedangkan pada bukaan 70% laju alirnya
0,785 m/s dengan NRe 17.718,89.
2. Semakin besar bukaan maka semakin besar nilai laju yang dihasilkan.
3. Semakin besar laju alir maka akan semakin besar bilangan Reynoldnya.
4. Semakin kecil luas penampang pipa maka semakin besar tekanan fluida
dan begitu sebaliknya.
5. Perbedaan tekanan pada titik sebelum dan sesudah orifice meter tidak
menunjukkan selisih yang begitu jauh, dengan kata lain perbedaan
tekanan hanya sedikit.
6. Semakin besar bukaan yang diberikan maka semakin besar volume air
yang mengalir.

5.2 Saran
Saran untuk percobaan aliran fluida ini adalah agar praktikan lebih teliti
dalam menggunakan manometer pipa U untuk menghitung ketinggian dari fluida
karena ketinggian yang diperoleh akan berpengaruh terhadap nilai laju alir serta
bilangan Reynold yang akan diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Cristie J Beankoplis. 1995. Transport Process and Unit Operation. New York :
Third edition.Inc.
Efendi, Joko S. 2021. Pengaruh Viskositas Bahan Bakar Terhadap Karakteristik
Aliran Fluida pada Pompa Sentrifugal. Artikel Teknik Mesin dan
Manufaktur, ARMATUR Vol.2. No. 1. 27-32.
Eswanto, Dian Syahputra. 2017. Analisa Distribusi Kapasitas Aliran Fluida di
Daerah Percabangan Pada Sistem Perpipaan. Jurnal Teknologi Terapan.
Vol. 3. No. 1: 7-11.
Fiqri Agung Wicaksono, Subekti S., Kusuma I. 2021. Analisis Pengaruh
Penyumbatan Aliran Fluida Pada Pipa dengan Metode Fast Fiurier
Transform. Jurnal Dinamika Volasional Teknik Mesin. Vol. 6. No. 11: 77-
83.
Hariyono. 2016. Study Eksperimental Perilaku Aliran Fluida pada Sambungan
Belokan Pipa. Universitas PGRI Banyuwangi. V-Max, Volume 1. Nomer
1: 12-17.
McCabe, Warren L. 1994. Operasi Teknik Kimia. Jilid 1 Edisi ke-4. Erlangga :
Jakarta.
Olson, RM. 1990. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik. Edisi Kelima. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Stiaban, Pantur, Ph.D. 1997. Fisika, edisi ke-3, jilid 1. Erlangga: Bandung.
Streeter Victor L. Wylie, E Benjamin. Poriyono, Arko. 1988. Mekanika Fluida
(edisi kedelapan). Jilid I. Jakarta. Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Menghitung konversi bukaan valve


40
40% = x 900 = 360
100
50
50% = x 900 = 450
100
60
60% = x 900 = 540
100
70
70% = x 900 = 630
100

2. Laju Alir Wout3


a. Bukaan 40%
3 3
V 4,200 1m m
Q= = x = 0,00042
t 10 s 1000 L s
b. Bukaan 50%
3 3
V 4,876 1m m
Q= = x = 0,00048
t 10 s 1000 L s
c. Bukaan 60%
3 3
V 5,360 1m m
Q= = x = 0,00053
t 10 s 1000 L s
d. Bukaan 70%
3 3
V 5,786 1m m
Q= = x = 0,00057
t 10 s 1000 L s

3. Laju Alir Volumetrik Pada Orifice Meter


Diketahui :  = 996,2009 kg/m3
g = 9,8 m/s2
C0 = 0,87
D0 = 0,019 m
D1 = 0,035 m
a. Bukaan 40%
h1 = 5,5 cm = 0,055 m
h2 = 3,5 cm = 0,035 m
Δh = h1 – h2
= 0,055 – 0,035
= 0,02
P1 = h1ρg
= (0,055 m)(996,2009 kg/ms2)(9,8 m/s2)
= 536,95 kg/ms2
P2 = h2ρg
= (0,035 m)(996,2009 kg/ms2)(9,8 m/s2)
= 341,69 kg/ms2
ΔP = P1 – P2
= 536,95 – 341,69
= 195,26 kg/ms2
C0
V =
√ 1-(
D0 4
D1
) √ 2( P1 - P2 )
ρ

0,87
=
√ 1-(
0,019 4
0,035
) √ 2(195,26)
996,2009

m
= 0,5700
s

( )
2
D
Q =V π
4

= 0,5700(3,14 )
2
(0,019 )
4
3
m
= 0,0001615
s
ρDV
Nre =
μ
(996,2009)(0,019)(0,5700)
=
0,0008392
= 12.856,11
b. Bukaan 50%
h1 = 6,2 cm = 0,062 m
h2 = 4 cm = 0,04 m
Δh = h1 – h2
= 0,062 – 0,04
= 0,022 m
P1 = h1ρg
= (0,062 m)(996,2009 kg/ms2)(9,8 m/s2)
= 605,29 kg/ms2
P2 = h2ρg
= (0,04 m)(996,2009 kg/ms2)(9,8 m/s2)
= 390,51 kg/ms2
ΔP = P1 – P2
= 605,29 – 390,51
= 214,78 kg/ms2
C0
V =
√ 1-(
D0 4
D1
) √ 2( P1 - P2)
ρ

0,87
=
√ 1-(
0,019 4
0,035
) √ 2(214,78)
996,2009

m
= 0,5978
s

( )
2
D
Q =V π
4

= 0,5978 (3,14 )
2
(0,019 )
4
3
m
= 0,0001694
s
ρDV
Nre =
μ
(996,2009)(0,019)(0,5978)
=
0,0008392
= 13.483,13
c. Bukaan 60%
h1 = 5,8 cm = 0,058 m
h2 = 3 cm = 0,03 m
Δh = h1 – h2
= 0,058 – 0,03
= 0,028 m
P1 = h1ρg
= (0,058)(996,2009 kg/ms2)(9,8 m/s2)
= 556,24 kg/ms2
P2 = h2ρg
= (0,03)(996,2009 kg/m3)(9,8 m/s2)
= 292,88 kg/ms2
ΔP = P1 – P2
= 556,24 – 292,88
= 263,36 kg/ms2
C0
V =
√ 1-(
D0 4
DI
) √ 2( P1 - P2 )
ρ

0,87
=
√ 1-(
0,019 4
0,035
) √ 2(263,36)
996,2009

m
= 0,6620
s

( )
2
D
Q =V π
4
( )
2
(0,019 )
= 0,6620 3,14
4
3
m
= 0,0001876
s
ρDV
Nre =
μ
(996,2009)(0,019)(0,6620)
=
0,0008392
= 14.931,14
d. Bukaan 70%
h1 = 6,8 cm = 0,068 m
h2 = 3 cm = 0,03 cm
Δh = h1 – h2
= 0,068 – 0,03
P1 = h1g
= (0,068 m)(996,2009 kg/m3)(9,8 m/s2)
= 663,86 kg/ms2
P2 = h2g
= (0,03 m)(996,2009 kg/m3)(9,8 m/s2)
= 292,88 kg/ms2
ΔP = P1 – P2
= 663,86 kg/ms2 – 292,88 kg/ms2
= 370,98 kg/ms2

V
=
C0

√ 1-(
D0 4
D1
)
√ 2( P 1 - P2 )
ρ

0,87
=
√ 1-(
0,019 4
0,035
) √ 2(370,98)
996,2009

m
= 0,7856
s
( )
2
D
Q =V π
4

= 0,7856 (3,14 )
2
(0,019 )
4
3
m
= 0,0002226
s
ρDV
Nre =
μ
(996,2009)(0,019)(0,7856)
=
0,0008392
= 17.718,89

LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No. Nama dan Gambar Alat Fungsi


1. Ember Ember berfungsi untuk menampung
suatu bahan atau benda.

2. Gayung Gayung berfungsi untuk mengambil


fluida berupa zat cair saat praktikum.
3. Gelas Ukur Gelas ukur berfungsi untuk mengukur
banyak air yang digunakan.

4. Manometer Pipa U Manometer pipa U digunakan untuk


mengukur selisih ketinggian fluida
dalam pipa.

5. Penggaris Untuk mengukur tinggi aliran fluida


selama praktikum berlangsung.

6. Sistem jaringan tata pipa Sistem jaringan tata pipa berfungsi


sebagai tempat melakukan percobaan.
7. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan dalam
kegiatan.

8. Busur Derajat Berfungsi untuk mengukur derajat


pada valve.

Anda mungkin juga menyukai