Anda di halaman 1dari 40

Laporan Praktikum Instruksional I

ALIRAN FLUIDA

Oleh

1. Kintan Adisthy Putri (1915041005)


2. M. Rafli Akbar (1915041029)
3. Amelia Oktaviani (1915041032)
4. Hamdani Firmansyah (1915041041)
5. Desra Nursaputri (1915041052)
6. Mutia Sulha (1915041064)

Laboratorium Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Lampung

Bandar Lampung

2021

i
DAFTAR ISI

COVER i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 9
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 12
BAB V KESIMPULAN 18
DAFTA PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia industri banyak sekali menggunakan pipa dalam


pendistribusian fluida cair dalam melakukan proses produksi. Oleh karena itu
efesiensi pendistribusian dalam industri harus diperhatikan. Dengan efesiensi
yang baik, maka biaya produksi dapat ditekan sehingga harga jual produk atau
barang tersebut lebih kompetitif. Dalam berbagai industri sebagian besar
fluidanya mengalir pada pipa–pipa saluran tertutup (closed conduit flow).
Masalah utama yang muncul antara lain: Terjadinya gesekan pada dinding pipa,
Terjadinya turbulensi karena gerakan relative dalam molekul fluida yang
dipengaruhi oleh viskositas fluida itu sendiri dan bentuk pipa,Terjadinya kapasitas
aliran yang semakin kecil pada daerah yang jauh dari sumber karena hambatan
gesek pada aliran yang semakin membesar.

Pengukuran laju aliran fluida adalah salah satu yang terpenting dalam
proses flow control. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui berapa kapasitas
fluida yang dialirkan untuk mendapatkan harga pengukurannya (measurement
variable).

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan Aliran Fluida ini adalah :


1. Karakteristik alat ukur laju alir (Venturimeter dan Orifficemeter)
2. Karakteristik pada sistem perpipaan (pipa dan gate valve)
3. Hilang tekan akibat gesekan antara fluida dengan alat transportasi
4. Jenis aliran dalam pipa berdasarkan bilangan Reynold
5. Koefisien gesekan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari
sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat
kompleks. Contoh berbagai sistem perpipaan adalah sistem distribusi air minum
pada gedung atau kota, sistem pengangkutan minyak dari sumur bor ketangki
penyimpan, sistem penyaluran oil, sistem distribusi udara pendingin pada suatu
gedung, sistem distribusi uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya.
Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan
lokasi tujuan, antara lain yaitu saringan (strainer), katup atau valve, sambungan
nosel dan sebagainya. Sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap,
sambungan penampang berubah, belokan (elbow) atau sambungan bentuk T.
(Geankoplis,1993)

2.1 Definisi Fluida


Aliran fluida atau zat cair dibedakan dari benda padat karena
kemampuanya untuk mengalir, fluida lebih mudah mengalir karena ikatan
molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat,
akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk
karena gerakan zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap,
sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak
mudah berubah bentuk maupun volumenya sedangkan zat cair dan gas tidak
mempertahankan bentuk yang tetap tetapi mengikuti bentuk wadah dan
volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar
(Olson, 1990).

2.2 Sifat-sifat Fluida


1. Kerapatan (Density)

Kerapatan suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam masa per satuan dalam masa per satuan volume, sifat ini

4
ditentukan dengan cara menghitung perbandingan masa zat yang terkandung
dalam suatu bagian tertentu terhadap volue bagian tersebut. Voume
Jenis adalah volume yang ditempati oleh sebuah satuan masa zat dan karena itu
merupakan kebalikan dari keraptan. Berat Jenis adalah gaya gravitasi terhadap
masa yang terkandung dalam sebuah satuan volume zat. Spesific gravity adalah
sifat yang digunakan untuk memperbandingkan kerapatan suatu zat dengan
kerpatan air (Oslon, 1990)

2. Laju alir massa

Laju alir adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap detiknya.

3. Viskositas

Viskositas adalah ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi acak


perubahan bentuk, viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiringnya
bertambahnya kenaikan temperatur viskositas dibagi menjadi dua yaitu:

a. Viskositas Dinamik atau Viskositas Mutlak


Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang
menghubungkan tegangan geser dengan gerakan fluida, viskositas
dinamik tampaknya sama dengan rasio tegangan geser.
b. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas
dinamik dengan kerapatan fluida.

2.3 Klasifikasi dan Tipe-Tipe Aliran Fluida

1. Klasifikasi Aliran Fluida

Cairan atau fluida dapat diklasifikasikan dalam dua cara berbeda; baik
menurut perilaku fluida dibawah aksi tekanan yang diterapkan secara eksternal,
atau sesuai dengan efek yang diahsilkan oleh aksi tegangan geser. Jika volume
suatu unsur fluida tidak bergantung pada tekanan dan temperaturnya, cairan

5
dikatakan mampat; jika volumenya berubah, konon bisa dimampatkan. Tidak ada
fluida atau cairan myata benar-benar mampat meskipun cairan umumnya dapat
dianggap sebagai seperti ketika aliran fluida dipertimbangkan. Gas memiliki
compressibility yang yang jauh lebih tinggi daripada cairan, dan perubahan
volume yang besar dapat terjadi jika tekanan atau suhu diubah. (Coulson and
Richardson’s, sixth edition, 1999)

Secara garis besar jenis aliran dapat dibedakan atau dikelompokan sebagai
berikut (Olson, 1990) :

a. Aliran tunak (Steady)


Suatu aliran dimana ketepatanya tidak dipengaruhi oleh
perubahan waktu sehingga kecepatan konstan.
b. Aliran tidak tunak (Unsteady)
Suatu aliran diaman terjadi perubahan kerapatan terhadap
waktu.

2. Tipe-Tipe Aliran Fluida


a. Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisakan sebagai aliran dengan fluida
yang bergerak dengan lapisan – lapisan atau laminar – laminar
secara lancar dengan niai bilangan Reynold kurang dari 2300 (Re <
2300).
b. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran perlaihan dari aliran
laminar ke aliran turbulen dengan bilangan reynoldnya antar 2300
sampai dengan 4000 (2300 < Re < 4000).
c. Aliran turbulen
Aliran turbulen yaitu alirn dimana pergerakan fuida tidak
menentu karena pencampuran serta putaran partikel antar lapisan
dimana nilai bilangan Reynold lebih besar dari 4000(Re > 4000).

2.4 Konsep Dasar

6
1. Bilangan reynold

Bilangan reynold merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat


membedakan suatu aliran laminar, transisi, atau bahkan turbulen dilihat dari
kecepatan aliran.

2. Debit Aliran

Debit aliran digunakan untuk menghitung kecepatan aliran pad masing


masing pipa.

3. Koefisien Gesek

Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan karena distribusi kecepatan


pad aliran laminar dan aliran turbulen berbeda maka koefisien gesek berbeda.

4. Tekanan statik, Tekanan Stagnasi dan Tekanan Dinamik

Tekanan statik atau tekanan thermodinamika pada persamaan bernouli


adalah tekanan fluida yang diukur oleh alat yang bergerak bersama dengan fluida
kondisi ini sulit diwujudkan namun tidak ada variasi tekanan pada arah
penampang tegak lurus aliran maka tekanan statik dapat diukur denan membuat
lubang kecil pada dinding aliran hingga sumbunya tegak lurus dinding aliran (Fox
dan Mc. Donald, 1995).

Tekanan stagnasi adalah tekanan fluida yang diukur pad aliran fluida yang
diperlambat sampai diam dengan kondisi aliran tanpa gesekan.
Tekanan dinamik yaitu tekanan akibat kecepatan fluida yakni selisih antara
tekanan statik dengan tekanan stagnasi.

5. Manometer

Sebuah teknik mengukur tekanan melibatkan penggunaan kolom cairan


dalam tabung – tabung tegak atau miring alat pengukur ini disebut ada tiga jenis
manometer yaitu :

7
a. Tabung Piezemeter
Manometer tabung piezemeter adalah manometer yang
paling sederhana terdiri dari sebuah tegak terbuka dibagian atas
dan dihubungkan dengan benjana melibatkan kolom fluida dalam
keadaan diam. Kekuranganya yaitu alat ini hanya cocok digunakan
jika tekanan didalam benjana lebih besar dari pada tekanan
atmosfer dan tekanan diukur harus realtif kecil (Munson, 2003).
b. Manometer Tabung –U
Kelebihan utama dari manometer tabung-U bahwa fluida
pegukur dapat berbeda dari fluida didalam benjana dimana tekanan
akan ditentukan (Fox dan MC Donald, 1995).
c. Manometer Tabung Miring

Manometer ini digunakan untuk mengukur perubahan


tekanan yang kecil (Munson, 2003).

8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat alat yang digunakan yaitu:

1. Serangkaian sistem perpipaan lengkap dengan tee,valve dan elbow


2. Satu buah stopwatch
3. Satu buah Gelas ukur
4. Alat tampung air (ember)

Bahan bahan yang digunakan yaitu:

1. Air

Gambar 1. Skema Sistem Perpipaan

3.2 Prosedur Percobaan

9
Menyiapkan alat dan bahan seperti,ember,stopwatch, gelas ukur,dan
tangki yang terisi penuh dengan air

Menunggu air di tangki hingga penuh

Menghidupkan saklar pompa

Menentukan valve yang akan dibuka dan valve yang akan ditutup

Menentukan bukaan valve yang akan dipakai

Memvariasikan bukaan valve untuk 30%, 60% dan 100%

Pada pipa ukuran 1 inch

Menampung air yang keluar dari pipa dengan gelas ukur dan
mencatat waktu yang diperlukan untuk memperoleh volume air
tersebut

Mengamati perubahan delta H untuk masing-masing


bukaan valve

Mencatat volume air yang ditampung oleh gelas ukur


dan mencatat waktu yang diperlukan untuk memperoleh
volume air tersebut

10

Melakukan pengulangan percobaan dengan variasi yang


telah ditentukan

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Berdasarkan persamaan dalam buku penuntun praktikum instruksional 1

Tabel 1. Putaran 100 %

No. V (cm3) t (s) Δh (cm) Q (cm3/s) f (gram/cm3)


1 720 16,55 3,5 43,5045317 0,043968833
2 560 12,48 3,5 44,8717949 0,041330156
3 490 10,85 3,5 45,1612903 0,040801981
rata-rata 590 13,2933333 3,5 44,512539 0,041999991

Tabel 2. Putaran 60 %

No. V (cm3) t (s) Δh (cm) Q (cm3/s) f (gram/cm3)


1 650 15,8 3,1 41,1392405 0,04355069
2 610 14,91 3,1 40,9121395 0,044035527
3 680 16,53 3,1 41,1373261 0,043554744
rata-rata 646,666667 15,7466667 3,1 41,062902 0,043712768

Tabel 3. Putaran 30 %

No. V (cm3) t (s) Δh (cm) Q (cm3/s) f (gram/cm3)


1 680 17,61 2,9 38,6144236 0,046242869
2 690 18,36 2,9 37,5816993 0,048819245
3 800 21,61 2,9 37,0198982 0,050312216
rata-rata 723,333333 19,1933333 2,9 37,7386737 0,048413961

b. Berdasarkan persamaan dalam buku Transport Processes and Unit


Operations ( Christie J Geankoplis)

12
Tabel 4. Putaran 100 %

V Δh
No. 3
t (s) Q (cm3/s) v (m/s) Nre f (gram/cm3)
(cm ) (cm)
43,504531 3925,0842
1 720 16,55 3,5 0,222033 0,039973689
7 4
44,871794 4048,4420
2 560 12,48 3,5 0,229011 0,039665643
9 4
45,161290 4074,5610
3 490 10,85 3,5 0,230488 0,039601922
3 2
rata-rata 590 13,2933 3,5 44,512539 0,227177 4016,0291 0,039745436

Tabel 5. Putaran 60 %

Δh
V
No. 3
t (s) (cm Q (cm3/s) v (m/s) Nre f (gram/cm3)
(cm )
)
41,139240 0,20996 3711,6819
1 650 15,8 3,1 0,04053627
5 1 4
40,912139 0,20880 3691,1923 0,04059240
2 610 14,91 3,1
5 2 4 7
41,137326 0,20995 3711,5092 0,04053674
3 680 16,53 3,1
1 1 1 2
646,6 15,746 0,20957 0,04055509
rata-rata 3,1 41,062902 3704,7945
7 7 1 7

Tabel 6. Putaran 30 %

Δh
V
No. t (s) (cm Q (cm3/s) v (m/s) Nre f (gram/cm3)
(cm3)
)
38,614423 0,19707 3483,8868 0,04118323
1 680 17,61 2,9
6 5 4 6
37,581699 0,19180 3390,7119 0,04146328
2 690 18,36 2,9
3 4 6 9
37,019898 0,18893
3 800 21,61 2,9 3340,0249 0,04161971
2 7
rata-rata 723,3 19,193 2,9 37,738673 0,19260 3404,8745 0,04142010
13
3 3 7 6 7 5

4.2 Pembahasan

Fluida adalah zat yang bentuknya dapat berubah secara kontinyu akibat
gaya geser, betapapun kecilnya tegangan geser tersebut. Jadi fluida adalah zat
yang tidak dapat menahan bentuk secara permanen. Contoh dari fluida yaitu zat
cair dan gas. Pada praktikum ini digunakan air sebagai fluida kerja. Fluida
dibedakan atas fluida statis dan fluida dinamis. Fluida setatis adalah fluida dalam
keadaan diam, sedangkan fluida dinamis adalah fluida dalam keadaan bergerak
atau mengalir. Syarat bagi fluida untuk dapat mengalir adalah adanya perbedaan
besar gaya antara dua titik yang dilalui oleh fluida tersebut. Fliuda bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari gaya yang besar ke gaya yang lebih
kecil. Adapun alat untuk menambahkan tekanan kedalam fluida tersebut yaitu
pompa. Sistematika kerja pompa yaitu: Motor listrik atau penggerak lainnya
memutar poros pompa, pompa tersebut kemudian membawa energi kinetik dan
meneruskannya ke fluida, sehingga tekanan fluida naik dan fluida dapat mengalir.
Dengan demikian bila pada suatu sitem ditambahkan pompa, maka pompa
tersebut akan menambahkan energi ke fluida.

Fluida dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain melalui pipa dan
saluran terbuka. Sistem perpipaan terdiri dari komponen – komponen berupa
valve, tee, elbow, alat ukur (vanturimeter atau orificemeter), dan pipa. Fluida
dapat mengalir dari komponen – komponen tersebut karena adanya gaya dari luar
sistem yang diterimanya yaitu gaya mekanik berupa tekanan. Reaksi terhadap
gaya ini muncul dalam bentuk gerakan dan gesekan antara fluida dengan dinding
pipa dan komponen lain yang dinyatakan dengan faktor gesekan atau koefisien
gesekan, yang dapat menyebabkan kerugian-kerugian seperti kerugian energi dan
tekanan. Perubahan tekanan antara dua titik dalam sistem perpipaan dapat diukur
dengan alat manometer. Distribusi gaya pada fluida mengalir di dalam sistem
perpipaan berpengaruh terhadap laju alir atau kecepatan fluida.

Pada benda yang bergerak dapat terjadi gaya gesekan dengan lingkungan
yang dilintasinya. Gaya gesekan adalah gaya yang timbul antara dua permukaan

14
(misal benda dan lantai) yang saling bersinggungan dan arahnya dan arahnya
selalu berlawanan dengan kecenderungan arah gerak benda, seperti yang
ditunjukkan gambar di bawah ini.

Sehingga besarnya gaya gesek kinetik yang bekerja pada benda bergerak
besarnya tetap dan memenuhi persaman:

fk = µk.N

fk = µk m.g

Sama halnya pada benda yang bergerak pada umumnya, proses aliran air
juga mengalami gaya gesek. Gaya gesek ini terjadi antara aliran air yang bergerak
terhadap dinding pipa, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Besarnya gaya gesek pada air yang mengalir dalam pipa memenuhi
persamaan :

Fs = f . fv

Fs = f . 2πrL . τrx

Fs = f . 2πrL . ΔP .r

2L

15
Fs = f (ΔPπr2)

Fs = f (ΔP.A)

Pada persamaan di atas dapat dilihat bahwa gaya gesek dipengaruhi oleh
besarmya koefisien gesek, besarnya beda tekanan, serta luas penampang pipa
tersebut.

Faktor gesekan (fanning factor) dapat ditentukan dengan menggunakan


rumus sebagai berikut:

2 g . ∆ h . ρ . A2
f=
L
4 ( )Q2
D1

Dimana : Laju alir (Q) ditentukan dengan persamaan berikut:

V
Q=
t

Dengan adanya gaya gesek ini menyebabkan berkurangnya kecepatan


aliran air dalam pipa. Jadi, kecepatan fluida dari garis pusat pipa menuju dinding
pipa akan semakin berkurang akibat makin besar gaya viskosnya yang
menyebabkan makin besar pula gaya gesek yang terjadi antara aliran air dengan
dinding pipa.

Pada praktikum ini, kami menggunakan pipa berukuran ½ inchi dengan


panjang pipa yang diukur dari N5 (nozzle nomor 5) sampai N7 (nozzle nomor 7),
yaitu 125 cm dan diameter pipa dalamnya adalah 0,622 inchi atau 1,57988 cm.
Praktikum ini kami lakukan dengan bukaan valve yang bervariasi, yaitu bukaan
valve 30%, 60% dan 100%. Bukaan valve yang bervariasi tersebut bertujuan
untuk memvariasikan laju alir fluida yang mengalir. Untuk masing-masing bukaan
valve, dilakukan pengulangan pengukuran sebanyak tiga kali, seperti pengambilan
volume fluida yang mengalir disepanjang pipa pada waktu tertentu dan beda
ketinggian (Δh) yang terukur pada manometer.

Dari hasil perhitungan laju alir rata-rata yang terdapat pada lampiran 2,
terlihat bahwa besarnya bukaan valve dapat mempengaruhi besarnya laju alir
fluida yang mengalir. Jika semakin besar bukaan valve yang di lalui fluida, maka
16
semakin besar pula laju alir yang dihasilkan. Pada bukaan valve 100% laju alir
rata-ratanya adalah 44,512539 cm3/s, pada bukaan 60% laju alir rata-ratanya
adalah 41,062902 cm3/s, sedangkan pada bukaan 30% laju alir rata-ratanya adalah
37,7386737 cm3/s.

Berdasarkan teori, semakin besar bukaan valve akan membuat laju alir
fluida semakin besar, sehingga beda ketinggian fluida yang terukur pada
manometer juga akan semakin besar. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara laju alir dengan beda ketinggian fluida pada manometer
yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada.

Sedangkan hubungan antara laju alir fluida dengan faktor gesekan yaitu
semakin besar laju alir fluida maka faktor gesekan yang ditimbulkan fluida
tersebut akan semakin kecil, hal tersebut terlihat dari data yang kami dapatkan
dalam praktikum yang kemudian digunakan untuk melakukan perhitungan,
misalnya pada bukaan valve 100% laju alir rata-rata fluidanya sebesar 44,512539
cm3/s dengan faktor gesekannya sebesar 0,041999991 gram/cm3, dan untuk
bukaan valve 60 % laju alir rata rata fluidanya sebesar 41,062902 cm 3/s dengan
faktor gesekannya sebesar 0,043712768 gram/cm3, sedangkan pada bukaan valve
40 % laju alir rata-rata nya sebesar 37,7386737 cm 3/s dengan faktor gesekan
sebesar 0,048413961 gram/cm3.

17
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Fluida bergerak atau mengalir karena adanya perbedaan besar gaya


(tekanan) antara dua titik yang dijalani oleh fluida tersebut.
2. Laju alir fluida dipengaruhi oleh driving force (tekanan, gaya, dan kerja)
serta hambatan / ressistance (viskositas dan gaya gesek).
3. Bukaan valve akan mempengaruhi besarnya laju alir volumetric (Q),
semakin besar bukaan valve akan membuat laju alir fluida semakin besar,
sehingga beda ketinggian fluida yang terukur pada manometer juga akan
semakin besar, demikian pula sebaliknya.
4. Gaya gesek adalah gaya yang timbul karena dua permukaan (dalam hal ini
fluida dan pipa) yang saling bersinggunuan dan arahnya saling berlawanan
dengan kecenderungan arah gerak benda (fluida).
5. Nilai koefisien gesek dapat ditentukan harganya melalui percobaan.
6. Luas permukaan pipa (bukaan valve) mempengaruhi nilai hambatan dan
laju alir fluida.
7. Dari percobaan kami semakin besar laju alir fluida maka faktor gesekan
yang ditimbulkan fluida tersebut akan semakin kecil, hal tersebut karena
dipengaruhi oleh beda ketinggian fluida yang terukur, dimana pada laju
alir yang besar beda ketinggian fluida pada manometer juga akan semakin
besar

18
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis,C.J. 1993. Transport Process and Unit Operations 3nd edition.


Singapore : Allyn and Bacon inc.

Olson, R.M., 1990. “Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik”. Edisi Kelima.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Coulson, J. M., dan Richardson’s, J. F., 1999, “Chemical Engineering”, 3rd


edition, Volume 6, Butterworth-Heinemann Publications, Oxford.
Fox, Robert W dan Alan T Mc Donald. 1995. Introduction to Fluid Mechanics 3rd
edition. USA
Munson, 2003. “Mekanika Fluida”. Edisi ke-4, Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

19
LAMPIRAN

20
LEMBAR PENUGASAN

21
DATA HASIL PENGAMATAN

Judul Praktikum : Aliran Fluida


Tanggal : 10 November 2017
Anggota Kelompok : Ramadiansyah (1615041001)
Maulana Ikhsan Haibuan (1615041002)
Nada Afifah Gomiyati (1615041003)
Wika Ellasari Sarpuni (1615041001)

 Run I (N9 dan N10)


Data hasil percobaan :
L Pipa = 63 cm
p Air = 1 g/cm3
D Pipa = 0,024 in = 2,093 cm
A Penampang Pipa = 3,441 cm2
No
Volume (ml) t (s) Q (m/s) ΔH
.
1. 1200 10,37 115,7 1
2. 1100 10,23 107,5 1,5
3. 1100 10,21 107,7 0,5
4. 1200 10,13 118,5 1
5. 1100 10,11 108,8 0,5
6. 1200 10,15 118,2 1,5
7. 1175 10,27 114,4 1,5
8. 1175 10,34 113,6 1,5
9. 1200 10,37 115,7 1,5

 Run II (N1 dan N3)


Data hasil percobaan :
L Pipa = 126 cm
p Air = 1 g/cm3
D Pipa = 0,364 in = 0,925 cm
A Penampang Pipa = 0,672 cm2

22
No
Volume (ml) t (s) Q (m/s) ΔH
.
1. 80 5,54 144,4 2
2. 770 5,27 146,1 1
3. 750 5,23 143,4 0,5
4. 400 5,11 78,28 1
5. 700 5,47 127,9 0,5
6. 600 5,30 111,9 0,5
7. 800 5,45 146,8 2
8. 800 5,36 149,8 2
9. 800 5,34 149,8 2,3

Bandar Lampung, 10 November 2017

Mengetahui,

Laboran Asisten

Fitria Yenda Elpita, S.T. Fadhilla Soraya Isfahani


NPM. 1315041022

23
PERHITUNGAN

A. Data Pengamatan (Percobaan 1)


Panjang pipa (N1 & N2) = 63 cm = 0,63 m
Diameter pipa = 0,824 in = 2,093 cm = 0,02093 m
Densitas air = 1000 kg/m3
Percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Luas penampang pipa = 3,44 x 10-4 m2
Viskositas air = 0,8937 x 10-3 kg/m.s

B. Perhitungan
 Bukaan valve 100%
1. Saat volume 1,2 L, waktu 10,375 s dan ΔH = 0,01 m
V 1,2
Q= = = 0,1156 l/s = 1,156 x 10-4 m3/s.
t 10,375
ΔP= p ⋅ g ⋅ ΔH
= 1000 . 9,8 . (0,01)
= 98 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,02093. 1,156 x 10−4
Nre= = = 7870,85
A. μ 3,44 x 10−4 .0,8937 x 10−3
ΔH . 2 g . p . A2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0.01. 2 ( 9,8 ) .1000 .(3,44 x 10− 4)2


f= 2
0,63
4 (
0,02093 )(1,156 x 10−4 )

= 14,41

2. Saat volume 1,1 l, waktu 10,23 s dan ΔH = 1,5 cm = 0,015 m


V 1,1
Q= = = 0,10 l/s = 1 x 10-4 m3/s.
t 10,235
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (0,015)
= 147 Pa

24
p . D .Q 1000⋅0,02093 . 1 x 10−4
Nre= = = 6807,99
A. μ 0,344 x 10−3 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0.015 .2 ( 9,8 ) . 1000.(3,44 x 10−4)2


f= 2
0,63
4 (
0,02093 ) −4
.(1 x 10 )

= 28,89

3. Saat volume 1,1 l, waktu 10,21 s dan ΔH = 5 x 10-3 m


V 1,1
Q= = = 0,1077 l/s = 1,077 x 10-4 m3/s.
t 10,21
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (5 x 10-3)
= 49 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,02093. 1,077 x 10−4
Nre= = = 7328
A. μ 0,344 x 10−3 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0,005 .2 ( 9,8 ) . 1000.(3,44 x 10−4)2


f= 2
0 , 63
4 (
0,02093 )
.(1,077 x 10−4)

= 8,23

Sehingga,
Q1 +Q2 +Q 3
 Q=
3
1,256 x 10−4 + 1 x 10−4 +1,077 x 10−4
=
3
= 1,077 x 10-4 m3/s

ΔP 1+ ΔP2 + ΔP 3
 ΔP=
3

25
98+147+ 49
=
3
= 98 Pa

Nre1 + Nre 2 + Nre3


 Nre=
3
68070+6307+77328
=
3
= 7335

f 1 + f 2+ f 3
 f=
3
14,41+ 28,89+ 8,23
=
3
= 17,17

 Bukaan valve 75%


1. Saat volume 1,2 l, waktu 10,13 s dan ΔH = 1 cm = 0,01 m
V 1,2
Q= = = 0,11 l/s = 1,18 x 10-4 m3/s.
t 10,13
ΔP= p ⋅ g ⋅ ΔH
= 1000 . 9,8 . (0,01)
= 98 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,2093. 1,18 x 10−4
Nre= = = 80334,30
A. μ 3,44 x 10−4 .0,8937 x 10−3
ΔH . 2 g . p . A2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0.01. 2 ( 9,8 ) .1000 .(3,44 x 10− 4)2


f= 2
0,63
4 (
0,02093 )
.(1,18 x 10− 4)

= 13,83

2. Saat volume 1,1 l, waktu 10,11 s dan ΔH = 0,5 cm = 9 x 10-3 m

26
V 1,1
Q= = = 0,10 l/s = 1 x 10-4 m3/s.
t 10,11
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (5 x 10-3)
= 49 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,2093. 1 x 10−4
Nre= = = 68175,89
A. μ 3,44 x 10−4 .0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

5 x 10−3 . 2 ( 9,8 ) . 1000 .(3,44 x 10−4 )2


f= 2
0,63
4 ( 0,02093 )
.(1 x 10−4)

= 9,58

3. Saat volume 1,2 l, waktu 10,15 s dan ΔH = 1,5 cm = 0,015 m


V 1,2
Q= = = 0,118 l/s = 1,118 x 10-4 m3/s.
t 10,15
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (0,015)
= 147 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,2093. 1,118 x 10−4
Nre= = = 76113,34
A. μ 3,44 x 10−4 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0,015 .2 ( 9,8 ) . 1000.(3,44 x 10−4)2


f= 2
0,63
4 (
0,02093 )
.(1,118 x 10−4 )

= 23,13

Sehingga,
Q1 +Q2 +Q 3
 Q=
3

27
1,18 x 10−4 +1,10 x 10−4 +1,118 x 10− 4
=
3
= 1,1326 x 10-4 m3/s

ΔP 1+ ΔP2 + ΔP 3
 ΔP=
3
980+49+ 147
=
3
= 392 Pa

Nre1 + Nre 2 + Nre3


 Nre=
3
80334,3+68175,89+76113,34
=
3
= 74874,51

f 1 + f 2+ f 3
 f=
3
13,83+ 9,58+23,13
=
3
= 15,51

 Bukaan valve 50%


1. Saat volume 1,175 l, waktu 10,275 s dan ΔH = 1,5 cm = 0,015 m
V 1,175
Q= = = 1,144 x 10-4 m3/s.
t 10,27
ΔP= p ⋅ g ⋅ ΔH
= 1000 . 9,8 . (0,015)
= 147 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,02093. 1,41 x 10−4
Nre= = = 7788,834
A. μ 3,44 x 10− 4 . 0,8937 x 10−3
ΔH . 2 g . p . A2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

28
0.015 .2 ( 9,8 ) . 1000.(3,44 x 10−4)2
f= 2
0,63
4 (
0,02093 )
.(1,44 x 10−4 )

= 22,07

2. Saat volume 1,175 l, waktu 10,34 s dan ΔH = 1,5 cm = 0,015 m


V 1,175
Q= = = 0,113 l/s = 1,13 x 10-4 m3/s.
t 10,34
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (0,015)
= 147 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,02093. 1,113 x 10−4
Nre= = = 7693,03
A. μ 3,44 x 10−4 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0,015 .2 ( 9,8 ) . 1000.(3,41 x 10−4 )2


f= 2
0,63
4 (
0,02093 )
.(1,131 x 10−4 )

= 22,67

3. Saat volume 1,2 l, waktu 10,375 s dan ΔH = 1,5 cm = 0,015 m


V 1,2
Q= = = 0,1157 l/s = 1,157 x 10-4 m3/s.
t 10,37
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . 0,015
= 147 Pa
p . D .Q 1000⋅ 0,02093. 1,157 x 10−4
Nre= = = 7876,846
A. μ 3,44 x 10−4 .0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0,015 .2 ( 9,8 ) . 1000.(3,44 x 10−4)2


f= 2
0,63
4 (
0,02093 ) −4
.(1,157 x 10 )

29
= 21,58

Sehingga,
Q1 +Q2 +Q 3
 Q=
3
1,44 x 10−4 +1,13 x 10− 4 +1,157 x 10−4
=
3
= 1,1436 x 10-4 m3/s

ΔP 1+ ΔP2 + ΔP 3
 ΔP=
3
147+147+147
=
3
= 147 Pa

Nre1 + Nre 2 + Nre3


 Nre=
3
7788,83+ 7693,03+7876,85
=
3
= 7784,23

f 1 + f 2+ f 3
 f=
3
22,07+22,67+21,58
=
3
= 22,10

Data Rata – Rata :

Valve Debit (ml/s) Δp (Pa) Nre f gesek

100% 1,077 x 10-4 98 7335 17,17


75% 1,1326 x 10-4 392 74874,51 15,51
50% 1,1436 x 10-4 147 7786,23 22,10

30
C. Data Pengamatan (Percobaan 2)
Panjang pipa (N1 & N3) = 126 cm = 1, 26 m
Diameter pipa = 0,364 in = 0,925 cm = 9,25 x 10-3 m
Densitas air = 1 g/cm3 = 1000 kg/m3
Percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Luas penampang pipa = 0,672 cm2 = 0,672 x 10-4 m2
Viskositas air = 0,8937 x 10-3 kg/m.s

D. Perhitungan
 Bukaan valve 100%
1. Saat volume 800 ml = 0,8 l, waktu 5,54 s dan ΔH = 2 cm = 0,02 m
V 0,8
Q= = = 0,1444 l/s = 1,444 x 10-4 m3/s.
t 5,54
ΔP= p ⋅ g ⋅ ΔH
= 1000 . 9,8 . (0,02)
= 196 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,444 x 10−4
Nre= = = 22240,67
A. μ 0,672 x 10−4 .0,8937 x 10−3
ΔH . 2 g . p . A2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0.02. 2 ( 9,8 ) .1000 .( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4
(
9,25 x 10−3
.
)
(1,444 x 10 −4
)

= 0,1558

2. Saat volume 770 ml = 0,77 l, waktu 5,27 s dan ΔH = 1 cm = 0,01 m


V 0,77
Q= = = 0,1461 l/s = 1,461 x 10-3 m3/s.
t 5,27
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (0,01)
= 98 Pa

31
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .0,1461 x 10−3
Nre= = = 22502,51
A. μ 0,672 x 10−4 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4
D ( ).Q

0.01. 2 ( 9,8 ) .1000 .( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4 (
9,25 x 10−3 ) −3
.(0,1461 x 10 )

= 7,61 x 10-2

3. Saat volume 750 ml = 0,75 l, waktu 5,23 s dan ΔH = 5 x 10-3 m


V 0,75
Q= = = 0,1434 l/s = 1,434 x 10-4 m3/s.
t 5,23
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (5 x 10-3)
= 49 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,434 x 10−4
Nre= = = 22086,65
A. μ 0,672 x 10−4 .0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4
D ( ).Q

5 x 103 .2 ( 9,8 ) . 1000.( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4 (
9,25 x 10−3 ) −4
.(1,434 x 10 )

= 0,0397

Sehingga,
Q1 +Q2 +Q 3
 Q=
3
1,444 x 10−4 +1,461 x 10−4 +1,434 x 10− 4
=
3
= 1,1812 x 10-4 m3/s

32
ΔP 1+ ΔP2 + ΔP 3
 ΔP=
3
196+98+ 49
=
3
= 114,33 Pa

Nre1 + Nre 2 + Nre3


 Nre=
3
22240,67+22502,51+22086,65
=
3
= 22276,61

f 1 + f 2+ f 3
 f=
3
0,1558+7,61 x 10−2 +0,0397
=
3
= 0,0905

 Bukaan valve 75%


1. Saat volume 400 ml = 0,4 l, waktu 5,11 s dan ΔH = 1 cm = 0,01 m
V 0,4
Q= = = 0,0783 l/s = 0,0783 x 10-3 m3/s.
t 5,11
ΔP= p ⋅ g ⋅ ΔH
= 1000 . 9,8 . (0,01)
= 98 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .0,0783 x 10−3
Nre= = = 12059,86
A. μ 0,672 x 10−4 . 0,8937 x 10−3
ΔH . 2 g . p . A2
f= 2
L
4
D ( )
.Q

0.01. 2 ( 9,8 ) .1000 .( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4 (
9,25 x 10−3 )
.(0,0783 x 10 −3
)

= 0,2649

33
2. Saat volume 700 ml = 0,7 l, waktu 5,47 s dan ΔH = 0,5 cm = 5 x 10-3 m
V 0,7
Q= = = 0,1279 l/s = 1,279 x 10-4 m3/s.
t 5,47
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (5 x 10-3)
= 49 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,279 x 10−4
Nre= = = 19699,32
A. μ 0,672 x 10−4 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

5 x 10−3 . 2 ( 9,8 ) . 1000 .(0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4 ( 9,25 x 10−3 )
.(1,279 x 10 −4
)

= 0,0496

3. Saat volume 600 ml = 0,6 l, waktu 5,36 s dan ΔH = 0,5 cm = 5 x 10-3 m


V 0,6
Q= = = 0,1119 l/s = 1,114 x 10-4 m3/s.
t 5,36
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (5 x 10-3)
= 49 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,119 x 10−4
Nre= = = 18471,94
A. μ 0,672 x 10−4 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

5 x 103 .2 ( 9,8 ) . 1000.( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4 (9,25 x 10−3 ).(1,119 x 10 −4
)

= 0,0648

Sehingga,

34
Q1 +Q2 +Q 3
 Q=
3
0,0783 x 10−3 +1,279 x 10−4 +1,119 x 10−4
=
3
= 1,06 x 10-4 m3/s

ΔP 1+ ΔP2 + ΔP 3
 ΔP=
3
98+49+ 49
=
3
= 65,33 Pa

Nre1 + Nre 2 + Nre3


 Nre=
3
12059,86+19699,32+ 18471,94
=
3
= 16743,71

f 1 + f 2+ f 3
 f=
3
0,2649+0,0496+0,0648
=
3
= 0,0469

 Bukaan valve 50%


1. Saat volume 800 ml = 0,8 l, waktu 5,45 s dan ΔH = 2 cm = 0,02 m
V 0,8
Q= = = 0,1568 l/s = 1,468 x 10-4 m3/s.
t 5,45
ΔP= p ⋅ g ⋅ ΔH
= 1000 . 9,8 . (0,02)
= 196 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,468 x 10−4
Nre= = = 22610,32
A. μ 0,672 x 10−4 .0,8937 x 10−3

35
ΔH . 2 g . p . A2
f= 2
L
4
D( ) .Q

0.02. 2 ( 9,8 ) .1000 .( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4 (
9,25 x 10−3 )
.(1,468 x 10 −4
)

= 0,1507

2. Saat volume 800 ml = 0,8 l, waktu 5,36 s dan ΔH = 2 cm = 0,2 m


V 0,8
Q= = = 0,492 l/s = 1,492 x 10-4 m3/s.
t 5,36
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . (0,02)
= 196 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,492 x 10−4
Nre= = = 22979,97
A. μ 0,672 x 10− 4 . 0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

0,02. 2 ( 9,8 ) .1000 .( 0,672 x 10−4 )2


f= 2
1,26
4(9,25 x 10−3 )
.(1,492 x 10 )−4

= 0,1459

3. Saat volume 800 ml = 0,8 l, waktu 5,34 s dan ΔH = 2,3 cm = 0,023 m


V 0,8
Q= = = 0,1498 l/s = 1,498 x 10-4 m3/s.
t 5,34
ΔP= p ⋅ g ⋅ Δh
= 1000 . 9,8 . 10,023
= 225,4 Pa
p . D .Q 1000⋅ 9,25 x 10−3 .1,498 x 10−4
Nre= = = 23072,39
A. μ 0,672 x 10−4 .0,8937 x 10−3
Δh . 2 g . p . A 2
f= 2
L
4 ( )
D
.Q

36
0,023 .2 ( 9,8 ) . 1000.(0,672 x 10−4 )2
f= 2
1,26
4 (
9,25 x 10−3 )
.(1,498 x 10 −4
)

= 0,1165

Sehingga,
Q1 +Q2 +Q 3
 Q=
3
1,468 x 10−4 +1,492 x 10−4 +1,498 x 10−4
=
3
= 1,486 x 10-4 m3/s

ΔP 1+ ΔP2 + ΔP 3
 ΔP=
3
196+196+225,4
=
3
= 205,8 Pa

Nre1 + Nre 2 + Nre3


 Nre=
3
22610,32+ 22979,97+23072,39
=
3
= 22887,56

f 1 + f 2+ f 3
 f=
3
0,1507+0,1459+0,1665
=
3
= 0,1544

Data Rata – Rata :

Valve Debit (ml/s) Δp (Pa) Nre f gesek

100% 1,1812 x 10-4 114,33 22276,61 0,0905


-4
75% 1,06 x 10 65,33 16743,70 0,0469

37
50% 1,486 x 10-4 205,8 22887,56 0,1544

Catatan :
Untuk konversinya sebagai berikut :
1 inch = 0,0254 m
1m = 100 cm
3
1m = 1000 liter
2
1 kg m/s = 1 N (Newton)
2
1 N/m = 1 Pa (Pascal)

DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan


1.

Penampungan Sementara

2.

Keran

38
3.

Pompa

4.

Tangki Air

5.

Venturimeter

6.

Orificimeter

7.

Valve

8.

Manometer

39
9.

Ember

10.

Gayung

40

Anda mungkin juga menyukai