ALIRAN FLUIDA
Disusun Oleh:
Kelompok III (A3)
h = 2 ρ cos ρ / ρ g r…………………………………..……………………(1.3)
dengan ρ adalah sudut kontak dan r adalah jari-jari pipa kapiler. Penerapan tegangan
permukaan dalam masalah fisika sehar-hari seperti halnya antiseptik yang dipakai
untuk mengobati luka, selain memiliki daya bunuh kuman yang baik, juga memiliki
tegangan permukaan yang rendah sehingga antiseptik dapat membasahi seluruh luka.
Jadi, alhohol dan hampir semua antiseptik memiliki tegangan permukaan yang
rendah.
2.5 Debit Aliran Fluida
Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan aliran fluida, yaitu diperlihatkan dalam persamaan
v
Q = ............................................................................................................(1.4)
t
1
Q = A.V , dimana A = π D2…………………………………….…….….(1.5)
4
maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah :
Q
v = ……………………...……………………………………………….
A
(1.6)
2.6 Rapat Jenis (Density)
Density atau rapat jenis (ρ) sutau zat adalah ukuran bentuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume, sifat ini ditentukan dengan
cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian
tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
m
ρ= ............................................................................................................
v
(1.7)
2.7 Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,
kohesi dan laju perpindahan momentum molekulernya. Viskositas zat cair cenderung
menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya –
gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas dibedakan atas dua macam, yaitu
viskositas kinematik dan viskositas dinamik atau viskositas mutlak (Jalaluddin,
2019).
2.8 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida
Jenis alat ukur aliran fluida yang banyak digunakan diantaranya alat ukur
lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh
kontruksinya yang lebih sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi menjadi empat jenis yaitu:
a. Venturi meter
Venturi adalah suatu penurunan dari tekanan fluida yang terjadi ketika fluida tersebut
bergerak melalui suatu pipa yang menyempit, dan digunakan untuk mengukur laju
aliran fluida dalam pipa tertutup
b. Nozzle
Nozzle adalah alat atau perangkat yang dirancang untuk mengontrol arah atau
karakteristik dari aliran fluida saat keluar sebuah ruang tertutup atau pipa. Sebuah
nosel sering berbentuk pipa atau tabung dari berbagai variasi luas penampang, dan
dapat digunakan untuk mengarahkan atau memodifikasi aliran fluida
c. Pitot tubes
Pitot tube adalah instrumen untuk melakukan pengukuran kecepatan pada aliran
fluida.
d. Flat orifice
Flat orifice adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran, untuk
mengurangi tekanan atau untuk membatasi aliran
Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ukur ini adalah sama yaitu bila
aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju
aliran yang diberikan kepada alat ini bertambah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan parameter-
parameter maupun variabel yang berpengaruh terhadap besarnya nilai koefisien alat
ukur orifice meter.
4.2.1 Hubungan Antara Laju Alir Orifice Meter dengan Bilangan Reynold
20,000
15,000
10,000
5,000
0
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
Laju Alir Orifice Meter (m/s)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju Alir Orifice Meter dengan Bilangan Reynold
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada laju alir orifice meter sebesar
0,284 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 11.764 pada lajur alir orifice meter
sebesar 0,381 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 15.829. Pada laju alir orifice
meter sebesar 0,475 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 19.735. Pada laju alir
orifice meter sebesar 0,574 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 23.848. Dengan
demikian semakin tinggi nilai laju alir orifice meter maka semakin tinggi pula
bilangan reynold.
Bilangan reynold dipengaruhi oleh viskositas dan laju alir. Apabila viskositas
fluida tinggi maka laju alir semakin rendah sehingga bilangan reynold akan kecil.
Sedangkan apabila viskositas fluida rendah maka laju alir semakin tinggi sehingga
bilangan reynold akan semakin tinggi (Jalaluddin, 2019).
20
15
10
5
0
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
Laju Alir Orifice Meter (m/s)
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada bukaan 17% menghasilkan laju alir
sebesar 0,284 m/s. Pada bukaan 22% menghasilkan laju alir sebesar 0,381 m/s. Pada
bukaan 27% menghasilkan laju alir sebesar 0,475 m/s. Pada bukaan 32%
menghasilkan laju alir sebesar 0,574 m/s. Dengan demikian, semakin besar bukaan
laju alir maka semakin tinggi laju alirnya. Selain itu, semakin besar tekanan volume
semakin lambat laju alir volumetrik dalam pipa. Bukaan valve yang menyebabkan
laju alirnya berubah dan juga dipengaruhi oleh tekanan.
Pada orifice meter ini laju alir dilakukan berdasarkan prinsip pada tekanan
atau disebut juga dengan prinsip Bernoulli yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tekanan fluida dengan kecepatan fluida. Semakin besar laju aliran
maka penurunan tekanan juga semakin besar. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila
aliran dalam pipa besar maka gesekan yang terjadi di sepanjang pipa antara
permukaan fluida dengan permukaan bagian dalam pipa semakin besar sehingga
pressure drop yang ditimbulkan semakin besar (Jalaluddin, 2019).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Fluida adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir seperti zat cair dan
gas.
2. Semakin besar bukaan yang diberikan maka semakin besar nilai laju alir yang
dihasilkan.
3. Semakin besar laju alir maka semakin besar bilangan Reynold.
4. Luas permukaan pipa berpengaruh terhadap laju aliran, bilangan Reynold, dan
waktu w out fluida.
5. Laju alir fluida dipengaruhi oleh viskositas suatu fluida. Semakin tinggi
viskositas suatu fluida maka laju alir fluida semakin rendah dan sebaliknya.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini diharapkan ketelitiannya dalam menentukan
beda tinggi tekanan dan perhatikan penempatan selang untuk menghitung debit aliran.
Sebaiknya pada proses penentuan analisa tekanan pada manometer, air dan udara
tidak ada yang keluar karena dapat mengurangi keakuratan manometer maka harus
ditutup rapat.
DAFTAR PUSTAKA
Al – Shemmeri, T., 2012, Engineering Fluid Mechanics.
http:// bookb00n. com/en/mechanics – ebooks 15 Mei 2022 .
Bruce R, Muncen. 1974. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga
Geankoplis Christie John, 1993, Transport Processes and Separation Process
Principle, 4th edition, New Jersey, Pearson Education International.
Giles, Renald V. (1986). Teori dan Soal-Soal Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi
kedua. Jakarta: Erlangga.
Indrawati, Ragil. 2018. Pola Aliran Fluida pada Deliquidiser. Jawa Tengah :
Universitas Sains Al – Qur’an Woonosobo
Jalaluddin, Saiful Akmal, Nasrul Za dan Ishak. 2019. Analisa Profil Aliran Fluida
Cair dan Pressure Drop pada Pipa L Menggunakan Metode Simulasi
Computational Fluid Dynamic (CFD). Aceh : Universitas Malikussaleh
Perry, Robbert H, Don W.Green. 1999. Perry Chemical Engineering Handbook’s.
America : Mc.Graw-Hill. Companies Peter
Tiwow, Vistarani Arini. 2015. Analisa Aliran Fluida Newtonian pada Pipa Tidak
Horizontal. Makassar : Universitas Negeri makassar
Fiqri Agung Wicaksono, Subekti, Kusuma Indriyanto. 2021. Analisa Pengaruh
Penyumbatan Aliran Fluida pada Pipa dengan Metode Fast Fourier Transform.
Jakarta : Universitas Mercubuana Jakarta
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Konversi Bukaan Valve
17
17% = 90 = 17,1
100
22
22% = 90 = 19,8
100
27
27% = 90 = 24,3
100
32
32% = 90 = 28,8
100
b. Bukaan 22 %
2,603 L 1 m 3
10 s
× = 2,603 × 10-4 m3/s
1000 L
c. Bukaan 27 %
3,35 L 1 m 3
10 s
× = 3,35 × 10-4 m3/s
1000 L
d. Bukaan 32 %
3,683 L 1 m 3
10 s
× = 3,683 × 10-4 m3/s
1000 L
a. Bukaan 17%
h1 - h2 = 0,005 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,005 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 48,863 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )
√
v= D1 4 ρ
1- ( )
D2
√
2
0,87 2 ( 48,863 kg/ ms )
√
v= 0,019
4
996,2009 kg/ m
3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,313 m/s)
= 0,284 m/s
2
π D2
Q=v
4
3,14 (0, 035 m)2
= 0,284 m/s
4
= (0,284 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000273 m3/s
= 2,73 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ
=
( 0 , 035 m ) ( 0,284 m/s) 996,2009
( kg
m3 )
0,8392x 10 -3 kg/m. s
= 11.764
b. Bukaan 22%
h1 - h2 = 0,009 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,009 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 87,95 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )
√
v= D1 4 ρ
1- ( )
D2
√
2
0,87 2 ( 87,95 kg/ ms )
√
v= 0,019 4 996,2009 kg/ m 3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,419 m/s)
= 0,381 m/s
2
π D2
Q=v
4
2
3,14 (0, 035 m)
= 0,381 m/s
4
= (0,381 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000366 m3/s
= 3,66 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ
= ( 0.035 m ) ¿ ¿
= 15.829
c. Bukaan 27%
h1 - h2 = 0,014 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,014 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 136,81 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )
√
v= D1
4 ρ
1- ( )
D2
√
2
0,87 2 ( 136,81 kg/ ms )
√
v= 0,019
4
996,2009 kg/ m 3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,523 m/s)
= 0,475 m/s
π D22
Q=v
4
3,14 (0, 035 m)2
= 0,475 m/s
4
= (0,475 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000456 m3/s
= 4,56 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ
=
( 0.035 m ) ( 0,475 m/s) 996,2009
( kg
m3 )
0,8392x 10 -3 kg/m. s
= 19.735
d. Bukaan 32%
h1 - h2 = 0,021 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,021 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 199,047 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )
√
v= D1 4 ρ
1- ( )
D2
√
2
0,87 2 ( 199,047 kg/ ms )
√
v= 0,019 4 996,2009 kg/ m 3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,631 m/s)
= 0,574 m/s
2
π D2
Q=v
4
3,14 (0, 035 m)2
= 0,574 m/s
4
= (0,574 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000551 m3/s
= 5,51 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ
= (
( 0.035 m ) (0,574 m/s) 996,2009
kg
m3 )
0,8392x 10 -3 kg/m. s
= 23.848
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
No Nama dan Gambar Alat Fungsi
1 Sistem Jaringan Tata Pipa Sebagai rangkaian alat
untuk mengalirkan fluida.