Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA I

ALIRAN FLUIDA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia I

Disusun Oleh:
Kelompok III (A3)

Syifaul Khaira NIM. 200140070

Alvina Erasantika NIM. 200140080

Rahayu Lestari NIM. 200140091

Nelly Azwarni NIM. 200140114

Renanda Pradila Ritonga NIM. 200140147

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
ABSTRAK

Fluida merupakan zat yang dapat mengalir. Transportasi fluida dapat


dilakukan melalui pipa. Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang banyak digunakan
untuk memindahkan fluida, baik cair, gas, maupun campuran cair dan gas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Tujuan dari percobaan ini adalah menjelaskan parameter
- parameter maupun variabel yang berpengaruh terhadap besarnya nilai koefisien alat
ukur orifice meter, menghitung besarnya laju alir dan koefisien orifice meter serta
membuat grafik hubungan antara nilai koefisien alat ukur orifice versus debit aliran.
Fluida yang digunakan dalam percobaan ini adalah air. Untuk mendapatkan nilai laju
alir pada percobaan ini dilakukan dengan mengukur nilai pada orifice meter. Nilai
laju alir orifice meter pada bukaan 17% sebesar 8,57 × 10-3 m3/s, pada bukaan 22%
sebesar 15,4 × 10-3 m3/s, pada bukaan 27% sebesar 2,4 × 10-2 m3/s, dan pada bukaan
32% sebesar 3,6 × 10-2 m3/s. Aliran yang terjadi pada percobaan ini adalah aliran
turbulen.
Kata kunci : Aliran Fluida, Bilangan Reynold, Debit, Density, dan Orifice meter.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Aliran Fluida


1.2 Tanggal Praktikum : 25 Maret 2022
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. SyifaUl Khaira (200140070)
2. Alvina Erasantika (200140080)
3. Rahayu Lestari (200140091)
4. Nelly Azwarni (200140114)
5. Renanda Pradila (200140147)
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Menjelaskan parameter - parameter maupun variabel
yang berpengaruh terhadap besarnya nilai koefisien
alat ukur venturi meter dan orifice meter.
2. Menghitung besarnya laju alir dan koefisien
venturi dan orifice meter.
3. Membuat grafik hubungan antara nilai koefisien
alat ukur venturi dan orifice versus debit aliran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1      Definisi Fluida
Fluida adalah suatu zat yang tidak dapat menahan bentuk secara permanen
yang dapat mengalami perubahan bentuk mengikuti ruang yang ditempatinya.
Terdapat dua jenis fluida, yakni : fluida termampatkan dan fluida tak termampatkan.
Fluida mampu termampatkan (compressible) ialah ketika densitas fluida mudah
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan tekanan. Fluida tak
termampatkan (incompressible) ialah ketika densitas fluida tersebut tidak terpengaruh
oleh banyaknya perubahan tekanan dan suhu. Fluida yang bergerak (mengalir) akan
membentuk suatu pola aliran tertentu (Giles,1986).
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan menyesuaikan diri dengan
tempatnya serta tidak mampu menahan pengaruh gaya geser. Fluida dapat berpindah
dari satu tempat ke tempat lain berdasarkan perbedaan tekanan dimana fluida di
tempat bertekanan tinggi akan berpindah ke tempat yang bertekanan lebih rendah.
Fluida dapat berubah bentuk dan bersifat tidak permanen serta membentuk berbagai
jenis benda padat sesuai dengan bentuk benda yang dilewatinya (Al – Shemmeri,
2012).
Aliran fluida yang melingkupi sebuah benda secara penuh akan menimbulkan
tegangan pada benda tersebut, baik tegangan normal maupun tegangan geser.
Tegangan normal disebabkan karena adanya tekanan dari fluida, sedangkan tegangan
geser timbul akibat adanya viskositas fluida. Jika kita tinjau pada aliran dua dimensi,
aliran yang mengalir secara horizontal akan menimbulkan gaya drag atau gaya
hambat karena arah dari gaya ini berlawanan dengan arah aliran, sedangkan aliran
yang mengalir secara vertikal menimbulkan gaya lift atau gaya angkat. Gaya drag
sering dianggap mengganggu, tetapi dalam situasi tertentu gaya drag justru
diharapkan. Aplikasi gaya lift dapat dilihat pada penggunaan pesawat terbang dan
mobil balap. Pada pesawat terbang gaya lift yang diharapkan adalah gaya lift positif,
artinya gaya angkat positif. Sedangkan pada aplikasi mobil balap, gaya lift yang
diharapkan adalah gaya lift negatif agar mobil tetap melaju di atas tanah.
Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari
sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat
kompleks. Contoh berbagai sistem perpipaan adalah sistem distribusi air minum pada
gedung atau kota, sistem pengangkutan minyak dari sumur bor ketangki penyimpan,
sistem penyaluran oil, sistem distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem
distribusi uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya. Sistem perpipaan
meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi tujuan, antara lain
yaitu saringan (strainer), katup atau valve, sambungan nosel dan sebagainya.
Sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap, sambungan penampang
berubah, belokan (elbow) atau sambungan bentuk T (Geankoplis,1993).
2.2       Tipe Aliran fluida
Ada tiga tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1.         Aliran Laminer
Aliran ini merupakan aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel
fluida mengalir secara teratur dan sejajar dengan sumbu pipa. Reynold menunjukkan
bahwa untuk aliran laminer berlaku Bilangan Reynold, NRe < 2100. Pada keadaan ini
juga berlaku hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida.
2. Aliran Turbulen merupakan salah satu aliran fluida yang memiliki kecepatan yang
berubah-ubah dan mengandung pertikel-partikel yang bergerak secara acak dan tidak
stabil. Garis alir pada masing-masing partikel dalam aliran turbulen saling berpotongan satu
sama lain. Aliran turbulen hanya terbentuk pada kecepatan fluida yang sangat tinggi dengan
nilai kecepatan yang berubah-ubah seiring waktu. Aliran turbulen umumnya hanya terbentuk
dalam waktu yang singkat. Reynolds mencapai lebih dari 4000.
3. Aliran Transisi
Aliran ini merupakan aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear
dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat tergantung
oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi
berlaku hubungan bilangan Reynold, 2100 < NRe < 4000 (Giles,1986).
2.3       Bilangan Reynold
Bilangan Reynold adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung
pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam
pipa. Bilangan Reynold digunakan untuk menentukan sifat pokok aliran, apakah
aliran tersebut laminar, turbulen, atau transisi. Profesor Osborne Reynolds
menyatakan bahwa ada dua tipe aliran yang ada di dalam suatu pipa yaitu :
1.        Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v
2.        Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn
Dalam penelitiannya, Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran
berubah menjadi aliran jenis lain, dan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran laminar
berubah menjadi aliran turbulen. Keadan ini bergantung pada empat buah besaran
yaitu: diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata zat cair.
Lebih jauh ia menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan menjadi
suatu gugus, dan bahwa perubahan jenis aliran berlangsung pada suatu nilai tertentu
gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya itu adalah:
N . Re
N R e= ……………………………………………..………………(1.1)
μ
Dimana : 
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata zat cair (m/s)
μ = Viskositas zat cair (kg/m.s)
ρ  = Densitas zat cair (kg/m3)
2.4 Tegangan Permukaan Zat Cair
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh seatu lapisan elastis.
Tegangan permukaan ρ didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tegangan
permukaan F dengan panjang permukaan d dimana gaya itu bekerja,
ρ = F / d……………………………………………………………………(1.2)

Satuan SI untuk tegangan permukaan adalah N/m. Gaya tarik-menarik antar


partikel sejenis adalah kohesi, sedangkan antar partikel tak sejenis adalah adhesi. Jika
kohesi lebih kecil daripada adhesi, sudut kontak adalah sudut lancip dan terbentuk
meniskus cekung. Zat cair meniskus cekung membasahi dinding wadahnya,
contohnya air. Jika kohesi lebih besar daripada adhesi, sudut kontak adalah sudut
tumpul dan terbentuk meniskus cembung. Zat cair meniskus cembung tidak
membasahi dinding wadahnya, contohnya raksa.
Gejala kapiler atau kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam pipa
kapiler. Cairan meniskus cekung naik dan cairan meniskus cembung turun dalam pipa
kapiler. Kenaikan atau penurunan cairan h dalam pipa kapiler adalah:

h = 2 ρ cos ρ / ρ g r…………………………………..……………………(1.3)

dengan ρ adalah sudut kontak dan r adalah jari-jari pipa kapiler. Penerapan tegangan
permukaan dalam masalah fisika sehar-hari seperti halnya antiseptik yang dipakai
untuk mengobati luka, selain memiliki daya bunuh kuman yang baik, juga memiliki
tegangan permukaan yang rendah sehingga antiseptik dapat membasahi seluruh luka.
Jadi, alhohol dan hampir semua antiseptik memiliki tegangan permukaan yang
rendah.
2.5 Debit Aliran Fluida
Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan aliran fluida, yaitu diperlihatkan dalam persamaan

v
Q = ............................................................................................................(1.4)
t

Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapatkan rumus seperti yang


ditunjukkan dalam persamaan

1
Q = A.V , dimana A = π D2…………………………………….…….….(1.5)
4
maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah :
Q
v = ……………………...……………………………………………….
A
(1.6)
2.6 Rapat Jenis (Density)
Density atau rapat jenis (ρ) sutau zat adalah ukuran bentuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume, sifat ini ditentukan dengan
cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian
tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
m
ρ= ............................................................................................................
v
(1.7)

2.7 Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,
kohesi dan laju perpindahan momentum molekulernya. Viskositas zat cair cenderung
menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya –
gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas dibedakan atas dua macam, yaitu
viskositas kinematik dan viskositas dinamik atau viskositas mutlak (Jalaluddin,
2019).
2.8 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida
Jenis alat ukur aliran fluida yang banyak digunakan diantaranya alat ukur
lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh
kontruksinya yang lebih sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi menjadi empat jenis yaitu:
a. Venturi meter
Venturi adalah suatu penurunan dari tekanan fluida yang terjadi ketika fluida tersebut
bergerak melalui suatu pipa yang menyempit, dan digunakan untuk mengukur laju
aliran fluida dalam pipa tertutup
b. Nozzle
Nozzle adalah alat atau perangkat yang dirancang untuk mengontrol arah atau
karakteristik dari aliran fluida saat keluar sebuah ruang tertutup atau pipa. Sebuah
nosel sering berbentuk pipa atau tabung dari berbagai variasi luas penampang, dan
dapat digunakan untuk mengarahkan atau memodifikasi aliran fluida
c. Pitot tubes
Pitot tube adalah instrumen untuk melakukan pengukuran kecepatan pada aliran
fluida. 
d. Flat orifice
Flat orifice adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran, untuk
mengurangi tekanan atau untuk membatasi aliran
Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ukur ini adalah sama yaitu bila
aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju
aliran yang diberikan kepada alat ini bertambah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem jaringan tata pipa 1 unit
2. Manometer pipa U 1 unit
3. Gelas ukur 1 unit
4. Stopwatch 1 unit
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Air secukupnya

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini sebagai berikut:
3.2.1 Tahap Kalibrasi
1. Pastikan semua valve dalam keadaan off.
2. Buka V2 ( valve minimum flow) dan valve V3.
3. Nyalakan pompa dan biarkan sesaat agar aliran dalam pipa penuh.
4. Tutup V2, buka V1 (20% dengan melihat busur) dan hidupkan stopwatch.
5. Pada waktu mencapai 1 menit tutup V1, buka V2 dan matikan stopwatch.
6. Takar air dengan mengunakan gelas ukur dan catat.
7. Ulangi prosedur diatas untuk bukaan V1 (17%, 22%, 27%, dan 32%).
3.2.2 Tahap Pengabilan Data
1. Pastikan semua valve dalam keadaan tertutup.
2. Buka valve V2 dan nyalakan pompa.
3. Buka valve V4, V6, V8, V10 dan V12.
4. Tutup V2 dan buka V1 20%.
5. Biarkan sesaat agar aliran penuh, ukur dan catat perbedaan tekanan.
6. Ulangi prosedur diatas pada bukaan 17%, 22%, 27%, dan 32%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan ini ditunjukkan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil percobaan tahap kalibrasi orifice meter
Bukaan Volume I Volume II Volume III Rata-rata
(%) (L) (L) (L) (L)
17 1,46 1,24 1,48 1,393
22 2,46 2,6 2,75 2,603
27 3,45 3,25 3,35 3,35
32 3,7 3,75 3,6 3,683
(Sumber : Praktikum Proses Teknik Kimia I, 2022)

Tabel 4.2 Hasil percobaan tahap pengambilan data orifice meter


Bukaan H1-H2 P1-P2 Nre Kecepatan Debit
(%) v (m/s) Q (m3/s)

17 0,005 48,863 11.764 0,284 2,73× 10-4

22 0,009 87,95 15.829 0,381 3,66 × 10-4

27 0,014 136,81 19.735 0,475 4,56 × 10-4

32 0,021 199,047 23.848 0,574 5,51 × 10-4


(Sumber : Praktikum Proses Teknik Kimia I, 2022)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan parameter-
parameter maupun variabel yang berpengaruh terhadap besarnya nilai koefisien alat
ukur orifice meter.
4.2.1 Hubungan Antara Laju Alir Orifice Meter dengan Bilangan Reynold

Hubungan Antara Laju alir Orifice Meter dengan Bilangan


Reynold
30,000
25,000
Bilangan Reynold

20,000
15,000
10,000
5,000
0
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
Laju Alir Orifice Meter (m/s)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju Alir Orifice Meter dengan Bilangan Reynold
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa pada laju alir orifice meter sebesar
0,284 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 11.764 pada lajur alir orifice meter
sebesar 0,381 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 15.829. Pada laju alir orifice
meter sebesar 0,475 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 19.735. Pada laju alir
orifice meter sebesar 0,574 m/s memiliki bilangan reynold sebesar 23.848. Dengan
demikian semakin tinggi nilai laju alir orifice meter maka semakin tinggi pula
bilangan reynold.
Bilangan reynold dipengaruhi oleh viskositas dan laju alir. Apabila viskositas
fluida tinggi maka laju alir semakin rendah sehingga bilangan reynold akan kecil.
Sedangkan apabila viskositas fluida rendah maka laju alir semakin tinggi sehingga
bilangan reynold akan semakin tinggi (Jalaluddin, 2019).

4.2.2 Hubungan Antara Laju Alir Orifice Meter dengan Bukaan


Gambar 4.2 Grafik Hubungan Bukaan dengan Laju Alir Orifice Meter

Hubungan Antara Laju Alir Orifice Meter dengan Bukaan


35
30
25
Bukaan (%)

20
15
10
5
0
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
Laju Alir Orifice Meter (m/s)

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada bukaan 17% menghasilkan laju alir
sebesar 0,284 m/s. Pada bukaan 22% menghasilkan laju alir sebesar 0,381 m/s. Pada
bukaan 27% menghasilkan laju alir sebesar 0,475 m/s. Pada bukaan 32%
menghasilkan laju alir sebesar 0,574 m/s. Dengan demikian, semakin besar bukaan
laju alir maka semakin tinggi laju alirnya. Selain itu, semakin besar tekanan volume
semakin lambat laju alir volumetrik dalam pipa. Bukaan valve yang menyebabkan
laju alirnya berubah dan juga dipengaruhi oleh tekanan.
Pada orifice meter ini laju alir dilakukan berdasarkan prinsip pada tekanan
atau disebut juga dengan prinsip Bernoulli yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tekanan fluida dengan kecepatan fluida. Semakin besar laju aliran
maka penurunan tekanan juga semakin besar. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila
aliran dalam pipa besar maka gesekan yang terjadi di sepanjang pipa antara
permukaan fluida dengan permukaan bagian dalam pipa semakin besar sehingga
pressure drop yang ditimbulkan semakin besar (Jalaluddin, 2019).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Fluida adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir seperti zat cair dan
gas.
2. Semakin besar bukaan yang diberikan maka semakin besar nilai laju alir yang
dihasilkan.
3. Semakin besar laju alir maka semakin besar bilangan Reynold.
4. Luas permukaan pipa berpengaruh terhadap laju aliran, bilangan Reynold, dan
waktu w out fluida.
5. Laju alir fluida dipengaruhi oleh viskositas suatu fluida. Semakin tinggi
viskositas suatu fluida maka laju alir fluida semakin rendah dan sebaliknya.

5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini diharapkan ketelitiannya dalam menentukan
beda tinggi tekanan dan perhatikan penempatan selang untuk menghitung debit aliran.
Sebaiknya pada proses penentuan analisa tekanan pada manometer, air dan udara
tidak ada yang keluar karena dapat mengurangi keakuratan manometer maka harus
ditutup rapat.

DAFTAR PUSTAKA
Al – Shemmeri, T., 2012, Engineering Fluid Mechanics.
http:// bookb00n. com/en/mechanics – ebooks 15 Mei 2022 .
Bruce R, Muncen. 1974. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga
Geankoplis Christie John, 1993, Transport Processes and Separation Process
Principle, 4th edition, New Jersey, Pearson Education International.
Giles, Renald V. (1986). Teori dan Soal-Soal Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi
kedua. Jakarta: Erlangga.
Indrawati, Ragil. 2018. Pola Aliran Fluida pada Deliquidiser. Jawa Tengah :
Universitas Sains Al – Qur’an Woonosobo
Jalaluddin, Saiful Akmal, Nasrul Za dan Ishak. 2019. Analisa Profil Aliran Fluida
Cair dan Pressure Drop pada Pipa L Menggunakan Metode Simulasi
Computational Fluid Dynamic (CFD). Aceh : Universitas Malikussaleh
Perry, Robbert H, Don W.Green. 1999. Perry Chemical Engineering Handbook’s.
America : Mc.Graw-Hill. Companies Peter
Tiwow, Vistarani Arini. 2015. Analisa Aliran Fluida Newtonian pada Pipa Tidak
Horizontal. Makassar : Universitas Negeri makassar
Fiqri Agung Wicaksono, Subekti, Kusuma Indriyanto. 2021. Analisa Pengaruh

Penyumbatan Aliran Fluida pada Pipa dengan Metode Fast Fourier Transform.
Jakarta : Universitas Mercubuana Jakarta

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Konversi Bukaan Valve
17
17% = 90 = 17,1
100
22
22% = 90 = 19,8
100
27
27% = 90 = 24,3
100
32
32% = 90 = 28,8
100

2. Debit Aliran pada Wout 3


a. Bukaan 17 %
1,3 93 L 1 m 3
10 s
× = 1,393 × 10-4 m3/s
1000 L

b. Bukaan 22 %
2,603 L 1 m 3
10 s
× = 2,603 × 10-4 m3/s
1000 L

c. Bukaan 27 %
3,35 L 1 m 3
10 s
× = 3,35 × 10-4 m3/s
1000 L
d. Bukaan 32 %
3,683 L 1 m 3
10 s
× = 3,683 × 10-4 m3/s
1000 L

3. Laju Alir pada Orifice Mater


Diketahui :
ρ = 996,2009 kg/m3
g = 9,81 m/s2
C0 = 0,87
D1 = 0,019 m
D2 = 0,035 m
μ = 0,8392x 10 -3 kg/m. s

a. Bukaan 17%
h1 - h2 = 0,005 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,005 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 48,863 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )


v= D1 4 ρ
1- ( )
D2


2
0,87 2 ( 48,863 kg/ ms )


v= 0,019
4
996,2009 kg/ m
3

1- ( )
0,035
= (0,91) (0,313 m/s)
= 0,284 m/s
2
π D2
Q=v
4
3,14 (0, 035 m)2
= 0,284 m/s
4
= (0,284 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000273 m3/s
= 2,73 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ

=
( 0 , 035 m ) ( 0,284 m/s) 996,2009
( kg
m3 )
0,8392x 10 -3 kg/m. s
= 11.764

b. Bukaan 22%
h1 - h2 = 0,009 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,009 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 87,95 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )


v= D1 4 ρ
1- ( )
D2


2
0,87 2 ( 87,95 kg/ ms )


v= 0,019 4 996,2009 kg/ m 3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,419 m/s)
= 0,381 m/s
2
π D2
Q=v
4
2
3,14 (0, 035 m)
= 0,381 m/s
4
= (0,381 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000366 m3/s
= 3,66 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ
= ( 0.035 m ) ¿ ¿
= 15.829

c. Bukaan 27%
h1 - h2 = 0,014 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,014 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 136,81 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )


v= D1
4 ρ
1- ( )
D2


2
0,87 2 ( 136,81 kg/ ms )


v= 0,019
4
996,2009 kg/ m 3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,523 m/s)
= 0,475 m/s

π D22
Q=v
4
3,14 (0, 035 m)2
= 0,475 m/s
4
= (0,475 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000456 m3/s
= 4,56 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ

=
( 0.035 m ) ( 0,475 m/s) 996,2009
( kg
m3 )
0,8392x 10 -3 kg/m. s
= 19.735

d. Bukaan 32%
h1 - h2 = 0,021 m
D1 0,019
= = 0,54 m
D2 0,035
P1 – P2 = (h1-h2) ρg
= (0,021 m) 996,2009 kg/m3×9,81m/s2
= 199,047 kg/ms2
C0
√ 2 (P1 -P 2 )


v= D1 4 ρ
1- ( )
D2


2
0,87 2 ( 199,047 kg/ ms )


v= 0,019 4 996,2009 kg/ m 3
1- ( )
0,035
= (0,91) (0,631 m/s)
= 0,574 m/s
2
π D2
Q=v
4
3,14 (0, 035 m)2
= 0,574 m/s
4
= (0,574 m/s) (0,000961625 m 2)
= 0,000551 m3/s
= 5,51 × 10-4 m3/s
D2 vρ
NRe =
μ

= (
( 0.035 m ) (0,574 m/s) 996,2009
kg
m3 )
0,8392x 10 -3 kg/m. s
= 23.848
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
No Nama dan Gambar Alat Fungsi
1 Sistem Jaringan Tata Pipa Sebagai rangkaian alat
untuk mengalirkan fluida.

2 Manometer Pipa U Untuk mengukur tekanan.

3 Gelas Ukur Untuk mengukur volume


air yang keluar.

4 Stopwatch Untuk mengukur waktu


yang dibutuhkan dalam
proses.

Anda mungkin juga menyukai