Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I

GESEKAN ALIRAN MELALUI PIPA (BERDASARKAN PANJANG PIPA)

Oleh

Nama : Dzaki Ikhwan Syawqie


NIM : 235100901111034
Kelompok : O2
Asisten :

NAZHMI HARIZ NURUL KHAIRANA


WELDA AFRIZZAHRA MUHAMMAD IHSAN
NAOKO EKA PRAMESTI GABY SABRINA PUTRI M
ATHIYYA FAIQAH VILONIA JASMINE ELFANDI
MUHAMMAD RAFIF AHNAN SYAFIRA AYU MUSTIKA
JIHAN SHAFA SALSABILA ULINNUHA NIHAYAH
FAIZATUL ULYA SHINTA NUR IHSANI
SATRIO WICAKSONO

LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2024
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida merupakan zat yang mengalir dari fase gas dan cair. Umumnya fluida dikenal dengan sifatnya
yang cair, sebab menurut prinsip fluida, benda cair akan mengalir dari tempat yang bertekanan tinggi,
ke tekanan yang lebih rendah. Zat padat tidak dapat digolongkan dalam fluida karena zat padat tidak
dapat mengalir (Jalaludin et al., 2019).
Sifat fluida yang mengalir ini menyebabkan adanya aliran dalam saluran pipa tertutup. Dalam pipa,
terjadi gesekan antara pipa dengan aliran aliran fluida tersebut. Gesekan aliran ini dihasilkan dari
resistensi terhadap aliran fluida, yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida di dalam pipa dan
viskositas. Karena hal itu mengakibatkan turunnya tekanan fluida atau yang disebut head loss (Ahyadi
et al., 2021).
Fluida memiliki tiga jenis aliran yaitu aliran turbulen, aliran laminar dan aliran transisi. Pada tiap
aliran memiliki karakteristik yang berbeda beda. Bilangan Reynold merupakan nilai yang berhubungan
dengan gesekan aliran. Nilai Reynold yang besar menandakan kecepatan yang tinggi dan gesekan
yang besar. Bilangan Reynold digunakan sebagai acuan dalam membedakan jenis-jenis aliran tersebut
(Eswanto dan Syahputra, 2017).

1.2 Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakteristik aliran laminar dan aliran turbulen.
b. Mahasiswa mampu menganalisis besarnya kehilangan head karena gesekan aliran pada
dinding dalam pipa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gesekan Aliran


Gesekan aliran adalah peristiwa yang terjadi pada fluida saat berkurangnya tekanan yang bergerak
dalam pipa saling bergesekan dan teradu dengan pipa dan antar fluida atau saat berpindah tempat.
Gesekan aliran ini mengakibatkan kehilangan energi, terutama pada aliran turbulen. Energi yang hilang
ini berubah menjadi kalor yang meningkatkan suhu pada fluida dan penampang atau pipa. Bentuk fluida
bergantung pada penampang yang menyebabkan adanya perubahan kecepatan di dalam penampang
(Chen et al., 2023).
Saat fluida mengalir pada sistem penampang, maka akan terjadi gesekan aliran antara fluida
dengan dinding pipa yang disebabkan oleh kekentalan fluida (viskositas). Semakin tinggi viskositas
fluida, menandakan gesekan internal yang terjadi juga akan semakin tinggi. Gesekan internal yang
tinggi ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan aliran fluida yang akan mengakibatkan
kehilangan energi (Armansyah, 2021).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Gesekan Aliran


Ukuran panjang dan besar pipa dapat mempengaruhi efek kerugian tekanan. Fluida yang mengalir
akan mengalami pergesekan pipa pada permukaan dalam pipa. Gesekan aliran ini dapat menyebabkan
berkurangnya tekanan dan kecepataan aliran karena efek dari batas dinding yang tidak mempunyai
efek inlet juga menjadi faktor kekentalan fluida. Hal ini yang akan menyebabkan terjadinya kerugian
(head loss). Kecepatan batas sama dengan 0 atau tidak memiliki slip menambah kerugian dari
kehilangan tekanan (Ahyadi et al., 2021).
Kenaikan pada bilangan Reynold diakibatkan oleh faktor gesek yang nilainya semakin kecil. Faktor
gesek ini dipengaruhi oleh kecepatan aliran dan ukuran penampang. Penampang yang berbeda akan
menghasilkan Re dan F yang berbeda (Armansyah, 2021).
Gesekan aliran pada pipa juga tergantung pada jenis alirannya. Pada aliran laminiar, aliran gesek
yang terjadi disebabkan oleh viskositas fluida. Jika jenis alirannya turbulen, maka aliran gesek
dipengaruhi oleh permukaan pipa dan viskositas fluida. Viskositas sendiri berbanding terbalik dengan
suhu. Apabila suhu naik, maka nilai viskositasnya akan turun, berlaku pula sebaliknya (Eswanto dan
Syahputra, 2017).

2.3 Pengertian Bilangan Reynold


Reynold adalah orang yang mengemukakan persamaan yang berkaitan dengan gesekan pada
aliran. Bilangan Reynold dilambangkan Re, nilai Re berpengaruh pada jenis aliran yang sebanding
dengan kecepatannya. Bilangan ini didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya inersia terhadap
gaya viskositas. Bilangan Reynold merupakan bilangan yang tak berdimensi yang digunakan untuk
membedakan jenis aliran (Ahyadi et al., 2021). Bilangan Reynold memili persamaan umum pada seperti
pada Persamaan 2.3.
𝜌×𝑣×𝑑
Re = …………………………………………………………………………………….(Persamaan 2.3)
𝜇
Dengan keterangan Re adalah bilangan Reynold, 𝜌 merupakan massa jenis, 𝑑 merupakan
diameter, v merupakan kecepatan aliran fluida dan μ merupakan viskositas. Jika bilangan Reynold
semakin besar, maka aliran akan bersifat acak dan tidak teratur (turbulen). Jika bilangan Reynold
semakin kecil, maka aliran akan bersifat lurus terhadap aliran (laminar). Faktor gesekan dirumuskan
64/Re. Nilai Re yang lebih dari 4000 memiliki faktor gesekan yang bergantung dengan bilangan Reynold
dan kekasaran relatif (Sedeq et al., 2023).

2.4 Jenis-jenis Aliran Fluida dalam Pipa


Aliran laminar adalah aliran fluida yang dapat bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan yang
berbentuk garis-garis alir yang tidak berpotongan satu sama lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh
percobaan Osborne Reynolds. Pada laju aliran rendah, aliran laminar tergambar seperti filamen
panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran laminar tidak stabil pada kondisi di kondisi viskositas
yang rendah, kecepatan yang tinggi, serta berubah menjadi aliran turbulen. Aliran laminar memiliki
bilangan Reynold lebih kecil dari 2300 (Pandey and Patil, 2015).

Gambar 2.4 Aliran laminer


Sumber : Rahdianto, 2022

Aliran transisi memmiliki nilai Re antara 2300-4000. Aliran transisi merupakan aliran yang partikel-
partikel fluidanya bergerak secara membentuk laminar, lalu berubah menjadi bergerak tidak teratur.
Aliran transisi ini dapat didefinisikan sebagai peralihan jenis aliran laminar menjadi aliran turbulen. Arah
yang tidak jelas dari turbulen dikarenakan adanya kecepatan aliran pipa ini yang besar, sehingga air
yang memiliki kecepatan yang besar akan bergerak seperti berputar pada pipa (Armansyah, 2021).

Gambar 2.4 Aliran transisi


Sumber : Armansyah, 2021

Aliran Reynolds memiliki bilangan >4000. Aliran turbulen merupakan aliran fluida yang pergerakan
partikelnya bergerak pada lintasan yang acak dan tidak teratur yang menyebabkan saling tukar
momentum satu fluida dengan fluida lainnya. Pertukaran momentum ini mengakibatkan garis antara
partikel fluida berpotongan dan berbentuk tidak stabil dalam waktu yang cepat dan akan terpecah
(Armansyah, 2021).

Gambar 2.4 Aliran turbulen


Sumber : Rahdianto, 2022
2.5 Mayor Apparatus
2.5.1 Pengertian Mayor Apparatus
Fluid Friction Apparatus merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menguji bagaimana
aliran fluida berperilaku dalam pipa, seperti head loss, berlaku baik pada head loss mayor
ataupun head loss minor (Luthfi & Yulianto, 2023). Head loss mayor merujuk pada penurunan
tekanan yang terjadi karena adanya gesekan antara fluida yang mengalir dalam sistem yang
memiliki penampang tetap atau konstan. Head loss mayor dapat dihitung dengan menggunakan
pada Persamaan 2.5
𝐿 𝑣2
𝐻𝑓 = 𝑓 .
𝐷 2𝑔
Dengan keterangan Hf merupakan nilai kehilangan energi akibat gesekan satuannya adalah
meter, L merupakan panjang pipa dengan satuan meter, D merupakan diameter pipa dengan
satuan dim atau meter, v merupakan kecepatan aliran fluida dalam pipa dengan satuan m/s, g
merupakan gravitasi bumi dengan satuan m/s2, dan f merupakan faktor gesek yang diperoleh
dari diagram moody. Mayor apparatus adalah alat utama yang digunakan dalam praktikum
mekanika fluida untuk mempelajari aliran fluida melalui pipa. Mayor apparatus umumnya terdiri
dari beberapa bagian diantaranya, Tangki reservoir yang digunakan untuk menampung fluida
yang akan dialirkan, Pompa digunakan untuk mengalirkan fluida. Pompa yang umum digunakan
dalam praktikum mekanika fluida adalah pompa sentrifugal dan pompa piston. Pipa digunakan
untuk mengalirkan fluida. Pipa yang digunakan dalam praktikum mekanika fluida umumnya
terbuat dari PVC, logam, atau kaca, alat ukur digunakan untuk mengukur tekanan, debit, dan
kecepatan fluida. Alat ukur yang umum digunakan dalam praktikum mekanika fluida adalah
manometer, rotameter, dan pitot tube dan katup digunakan untuk mengatur aliran fluida. Katup
yang umum digunakan dalam praktikum mekanika fluida adalah katup bola, katup kupu-kupu,
dan katup jarum.

2.5.2 Fungsi Mayor Apparatus


Menurut Fahruddin dan Mulyadi, 2018. Mayor apparatus memiliki beberapa fungsi utama.
Diantaranya untuk mengalirkan fluida, disini mayor apparatus berperan seperti pompa yang
berfungsi untuk mengalirkan fluida. Selanjutnya mayor apparatus seperti manometer, rotameter
dan pitot tube digunakan untuk mengukur tekanan, kecepatan fluida dan debitnya. Terakhir,
mayor apparatus juga digunakan untuk mempelajari fenomena aliran fluida yang terjadi pada
pipa, seperti head loss, gesekan fluida, dan turbulensi.

2.5.3 Prinsip Kerja Mayor Apparatus


Mayor apparatus berfokus pada pengaturan aliran fluida secara keseluruhan dalam sistem.
Prinsip kerjanya lebih kompleks dan melibatkan interaksi antara berbagai komponen dalam
sistem. Contoh penerapan mayor apparatus adalah pada pompa, tangki dan turbin. Pompa
bekerja dengan mengubah energi mekanis menjadi energi fluida untuk menggerakkan aliran
fluida dalam sistem secara keseluruhan. Pada tangki, mayor apparatus berperan untuk
mengendalikan tekanan, suhu atau aliran-aliran pada tangki. Peran turbin adlaah untuk
mengubah energi fluida menjadi energi mekanis (Hariyono et al., 2016).

2.6 Aplikasi Gesekan Aliran Fluida pada Bidang Teknik Lingkungan


Gesekan aliran berhubungan dengan perpipaan yang menghubungkan dengan air. Dalam bidang
teknik lingkungan, prinsip aliran fluida dimanfaatkan oleh Perusahaan Air Minum atau PAM, dan juga
semua perusahaan tambang atau minyak. Pada penerapannya, sistem perpipaan dirangkai sedemikian
rupa untuk mampu memenuhi segala kebutuhan pendistribusian fluida sesuai dengan prinsip yang ada
(Eswanto dan Syahputra, 2017).
Aplikasi lainnya yaitu sistem penyediaan air bersih. Sistem penyediaan air bersih ini akan melalui
pipa-pipa yang menuju ke desa-desa. Sistem penyediaan air ini sangat bermanfaat untuk kehidupan
desa-desa khususnya desa yang sulit untuk mengakses air bersih (Syafaat et al., 2021).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum dengan materi gesekan aliran melalui pipa dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Maret 2024.
Letak dari pelaksanaan praktikum ini adalah pada laboratorium teknik sumber daya alam dan
lingkungan, Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum, Fungsi dan Gambar


No. Nama alat dan Gambar Fungsi
bahan
1. Gelas ukur Gelas ukur digunakan untuk
menampung air yang keluar dari
pipa dan mengukur volume air yang
keluar tiap perlakuan.

Gambar 3.1 Gelas ukur


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024

2. Sprinkle besar Sprinkle besar berperan sebagai


pemberi tekanan pada pipa besar.

Gambar 3.2 Sprinkle besar


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
3. Pipa output Pipa output berperan sebagai jalur
keluarnya air yang akan ditampung
oleh gelas ukur sebagai sampel.

Gambar 3.3 Pipa output


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
4. Piezometer Piezometer digunakan untuk
mengukur perbedaan tekanan yang
diberikan oleh masing-masing pipa.

Gambar 3.4 Piezometer


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
5. Sambungan Sambungan sudden mengecil
sudden mengecil berperan sebagai penghubung
antara pipa berdiameter besar ke
pipa berdiameter kecil yang
berfungsi sebagai perlakuan.
Gambar 3.5 Sambungan sudden
mengecil
Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024

6. Kran kontrol Kran kontrol berperan sebagai alat


yang mengatur besar kecilnya
tekanan/bukaan pada pipa yang
berpengaruh pada masuknya aliran
di pipa rangkaian.

Gambar 3.6 Kran kontrol


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
7. Selang Selang pada praktikum ini berperan
sebagai tempat mengalirnya air dari
kran menuju tandon input

Gambar 3.7 Selang


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
8. Pipa input Pipa input pada praktikum ini
berperan sebagai tempat masuknya
air yang di pompa dari tandon atau
ember.

Gambar 3.8 Pipa input


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
9. Mesin pompa Mesin pompa disini berperan untuk
memompa air yang berada di
tandon atau ember menuju ke
rangkaian pipa.

Gambar 3.9 Mesin pompa


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
10. Stop kontak Stop kontak atau sering disebut
terminal listrik ini berfungsi sebagai
sumber arus listrik yang digunakan
oleh mesin pompa.

Gambar 3.10 Stop kontak


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
11. Sambungan Sambungan sudden membesar
sudden membesar berperan sebagai penghubung air
antara pipa berdiameter kecil
menuju ke pipa berdiameter besar
yang berfungsi sebagai perlakuan.

Gambar 3.11 Sambungan sudden


membesar
Sumber : Dokumentasi pribadi.
2024
12. Tandon air Tandon air disini berfungsi untuk
penampungan air yang akan
dipompa oleh mesin pompa air.

Gambar 3.12 Tandon air


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
13. Sprinkle kecil Sprinkle kecil berfungsi untuk
memberikan tekanan pada pipa
berdiameter kecil.

Gambar 3.13 Sprinkle kecil


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
14. Kran input dan Kran input dan output sendiri
output memiliki fungsi yang sama yaitu
sebagai pengatur besar kecilnya
volume air yang masuk pada pipa
rangkaian.

Gambar 3.14 Kran input dan


output
Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
15. Rangkaian pipa Rangkaian pipa berperan sebagai
tempat mengalirnya fluida.

Gambar 3.15 Rangkaian pipa


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
16. Mistar Mistar digunakan sebagai alat untuk
mengukur beda tinggi air raksa.

Gambar 3.16 Mistar


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
17. Belokan 90⁰ Sambungan belokan ini berfungsi
untuk menyambungkan pipa satu
ke pipa lainnya dan untuk
mengubah arah fluida.

Gambar 3.17 Belokan 90⁰


Sumber : Dokumentasi pribadi,
2024
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mempersiapkan alat

Alat dan Bahan

Disiapkan

Pompa

Dipancing sampai meluber

Kran Input, Kran Output, dan Kran Kontrol

Dibuka secara penuh

Stop Kontak

Hubungkan pompa dengan arus listrik

Pompa
Nyalakan lalu tunggu air aliran pada
rangkaian stabil
Kran Kontrol

Diputar sebanyak 4 kali kearah stop

Hasil
3.3.2 Perlakuan

Air raksa

Diamati beda tinggi pada setiap


manometerselama 5 detik Catat hasil

Air
Ditampung dengan gelas ukur selama 5
detik Diukur dan dihitung volume air
yang ditampungCatat hasil

Kran output

Dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali

Hasil
BAB IV ANALISIS DATA HASIL PRAKTIKUM
4.1 Data Hasil Praktikum
4.1.1 Tabel Data Hasil Praktikum

No Waktu (s) ∆H Air Raksa (CmHg) Volume (m3)

1 5 0,07 0,00279

2 5 0,075 0,00283

3 5 0,075 0,00256

4 5 0,075 0,00286

5 5 0,075 0,0025

Keterangan:
µ = 1.002 x 10-3 kg/ms1
L pipa = 8.05 m
D pipa = 1.25 × 10-2 m
𝜌 air = 103 kg/m3
𝜌 Hg = 13.57 × 103 kg/m3

4.1.2 Perhitungan Data


Tabel Perhitungan

No ∆𝐻 Q (m³/s) V (m/s) Log v Hf air f Log f Re Hf/L

0.527 0.0007771 56752.74 0.0655


1 0.07 0,000558 4.5493 0.65794 961 9 -3.1095 4 9
0.583 0.0008350 57566.36
2 0.075 0,000566 4.61452 0.66413 26 2 -3.0783 7 0.0725
0.662 0.0011583 52074.22
3 0.075 0,000512 4.17427 0.62058 51 6 -2.9362 6 0.0823
0.574 0.0008046 58176.64 0.0713
4 0.075 0,000572 4.66344 0.66871 372 3 -3.0944 6 5
0.678 0.0012448 50853.66 0.0843
5 0.075 0,0005 4.07643 0.61028 968 1 -2.9049 7 4
Jum 3.027 275423.6 0.3760
lah 0.37 0 22.0780 3.22164 071 0.00482 -15.123 5 8
Rata 0.605 0.0016066 0.0752
-rata 0.074 4.4156 0.64433 414 7 -3.0246 55084.73 2

Perhitungan
1. Debit (Q)
0,00279
1. Q = 5
= 0,000558
0,00283
2. Q = 5
= 0,000566
0,00256
3. Q = 5
= 0,000512
0,00286
4. Q = 5
= 0,000572
0,0025
5. Q = 5
= 0,0005

2. Kecepatan Aliran (U)


𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 (𝑄)
U= 𝐿𝑢𝑎𝑠 (𝐴),
, A= ¼ π (dpipa)2

0,000558 0,000558
1. U = = = 4,5493
¼ 𝜋 (1,25 𝑥 10−2 ) ¼ 𝑥 3.14 (1,25 𝑥 10−2 )
0,000566 0,000566
2. U = 1 =1 = 0,0577
𝜋 (1,25 × 10−2 ) (3,14) (1,25 × 10−2 )
4 4

0,000512 0,000512
3. U = 1 =1 = 0,0522
𝜋 (1,25 × 10−2 ) (3,14) (1,25 × 10−2
4 4

0,000527 0,000527
4. U = 1 =1 = 0,0583
𝜋 (1,25×10−2 ) (3,14)(1,25×10−2)
4 4

0,0005 0,0005
5. U=1 = 1 = 0,0509
𝜋 (1,25×10−2 ) (3,14)(1,25×10−2 )
4 4

3. Gesekan dalam pipa (Hf air)


13 𝑈2
Hf air = {0,7 x 𝜌𝑎𝑖𝑟 } – 2 {0,2 x 2𝑔}

13,57 𝑥 103 4,54932


1. Hf air = {0,07 x 103
} - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,527961
13,57 𝑥 103 4,614522
2. Hf air = {0,075 x 103
} - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,583626
13,57 𝑥 103 4,174272
3. Hf air = {0,075 x 103
} - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,66251
13,57 𝑥 103 4,663442
4. Hf air = {0,075 x 103
} - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,547372
13,57 𝑥 10³ 4,66344²
5. Hf air = {0,075 x 10³
} – 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,678968

4. FaktorGesek (f)
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
f= 𝑈2 𝑥 𝐿

0,527961𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10−2


1. f = = 0,000777188
(4,5493)2 𝑥 8,05
0,583626𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10−2
2. f = (4,61452)2 𝑥 8,05
= 0,000835016
0,66251𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10−2
3. f = (4,17427)2 𝑥 8,05
= 0,00115836
0,574372𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10−2
4. f = = 0,000804625
(4,66344)2 𝑥 8,05
0,678968𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10−2
5. f = = 0,00124481
(4,07643)2 𝑥 8,05

5. Bilangan Reynold (Re)


𝑈 𝑥 𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑥 𝜌 𝑎𝑖𝑟
Re = 𝜇

4,5493 𝑥 1,25 𝑥 10−2 𝑥 10³


1. Re = 1,002 𝑥 10−3
= 56752,744
4,61452 𝑥 1,25 𝑥 10−2 𝑥 10³
2. Re = = 57566,367
1,002 𝑥 10−3
−2
4,17427 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
3. Re = 1,002 𝑥 10−3
= 52074,226
−2
4,66344 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
4. Re = 1,002 𝑥 10−3
= 58176,646
−2
4,07643 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
5. Re = 1,002 𝑥 10−3
= 50853,667

Regresi Linier log f dan log Re

No. Log f (x) Log Re (y) X² xy


1 -3.109473914 4.753986865 9.66882802 -14.78239814
2 -3.078305203 4.760168822 9.475962921 -14.65325245
3 -2.936156448 4.716622824 8.621014686 -13.84874252
4 -3.094406478 4.76474868 9.57535145 -14.74406918
5 -2.904896931 4.706322275 8.438426183 -13.67138113
Jumlah -15.12323897 23.70184946 45.77958326 -71.69984342
Rata-rata -3.024647795 4.740369893 9.155916652 -14.33996868

Perhitungan :
5(−71.69984342)−(−15.12323897×23.70184946)
b= 5(45.77958326)−(−15.12323897)²
= -0,2720615674

23.70184946−(−0,2720615674×(−15.12323897))
a= 5
= 3,917479473

y = ax + b

1. y = 3,917479473(1) + (-0,2720615674)

= 3,645417906

2. y = 3,917479473(2) + (-0,2720615674)

= 7,562897379

3. y = 3,917479473(3) + (-0,2720615674)

= 11,48037685

4. y = 3,917479473(4) + (-0,2720615674)

= 15,39785632

5. y = 3,917479473(5) + (-0,2720615674)

= 19,3153358

𝐻𝑓
Regresi Linier log v dan log
𝐿

No. Log V (x) Log Hf/L (y) X² xy


1 0.657944577 -1.183194038 0.432891066 -0.778476101
2 0.664126533 -1.139661249 0.441064051 -0.756879274
3 0.620580537 -1.084603442 0.385120202 -0.673083786
4 0.668706393 -1.14660262 0.447168241 -0.766740503
5 0.610279989 -1.073946574 0.372441665 -0.655408103
Jumlah 3.221638029 -5.628007923 2.078685226 -3.630587767
Rata-rata 0.644327606 -1.125601585 0.415737045 -0.726117553

Perhitungan :
5(−3.630587767)−(3.221638029×(−5.628007923))
b= 5(2.078685226)−(3.221638029)²
= -1,487748922

−5.628007923−(−1,487748922×3.221638029)
a= 5
= -0,1670038836

y = ax + b
1. y = -0,1670038836(1) + ( -1,487748922)

= -1,654752806

2. y = -0,1670038836(2) + ( -1,487748922)

= -1,821756689

3. y = -0,1670038836(3) + ( -1,487748922)

= -1,988760573

4. y = -0,1670038836(4) + ( -1,487748922)

= -2,155764457

5. y = -0,1670038836(5) + ( -1,487748922)

= -2,32276834

4.2 Analisis Prosedur Praktikum


Pada praktikum materi gesekan aliran melalui pipa ini, mengambil data perhitungan dari beda tinggi
air raksa dan juga pada volume air yang keluar melalui kran output. Data nilai yang diperoleh dengan
melakukan pengamatan serta pengukuran pada beda tinggi air raksa pada piezometer dan mengukur
volume air menggunakan gelas ukur sebanyak 5x pengulangan dengan sekali pengulangan
dibutuhkan waktu 5 detik penampungan pada setiap pengukuran.

4.3 Analisis Data Hasil Praktikum


4.3.1 Analisis Grafik Regresi Linier Log f dan Log Re

Log f dan Re yang tertera pada grafik menghasilkan garis yang linier naik dari log f terhadap
log Re. Nilai log f dan log Re perlu dicari terlebih dahulu sebelum mencari hubungan regresi lainnya.
Log f diambil dari hasil nilai f. F merupakan faktor gesekan dengan rumus seperti pada Persamaan
4.3.1
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
F = ………………………………………………………………………….…..(Persamaan 4.3.1)
v2 𝑥 𝐿
Dengan keterangan g merupakan gravitasi dengan satuan m/s2, d merupakan diameter, v
merupakan kecepatan fluida, l merupakan panjang pipa dan Hf adalah nilai gesekan dalam pipa yang
memiliki rumus pada Persamaan 4.3.1
𝜌𝐻𝑔 𝑣2
Hf = {∆H raksa x 𝜌𝑎𝑖𝑟} – {0,2 x 2𝑔}………………………………………………………..(Persamaan 4.3.1)

Hasil perhitungan yang kami lakukan untuk mencari hf air, pada perlakuan pertama didapatkan
nilai sebesar 0,527961. Lalu hf kedua sebesar 0,583626. Hf ketiga sebesar 0,66251. Hf keempat
sebesar 0,547372. Dan hf kelima sebesar 0,678968. Namun untuk mendapatkan grafik hubungan
regresi linear log f dan Re, perlu melakukan perhitungan terhadap persamaan grafik y = ax+b. Nilai b
dapat dicari dengan menggunakan rumus pada Persamaan 4.3.1.
𝑛(⅀𝑥𝑦)− ⅀𝑥⅀𝑦
b= ………………………………………………………………………..….(Persamaan 4.3.1)
𝑛(⅀𝑥2) – (⅀𝑥)2

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus Reynold pada kecepatan aliran, diperoleh
nilai b sebesar -0,27206 dan nilai a sebesar 3,91747. Sehingga diperoleh persamaan grafiknya yaitu y
= 3,9175x – 0,2721. Grafik yang ditunjukkan terdapat kenaikan, maka dapat disimpulkan bilangan
Reynold dan faktor gesekan memiliki hubungan yang berbanding lurus.

4.3.2 Analisis Grafik Regresi Linier Log U dan Log Hf/L

Nilai log U dan log Hf/L perlu dicari sebelum mencari hubungan regresi linearnya. Berikutnya,
untuk mendapatkan grafik hubungan regresi linear log U dan log Hf/L diperlukan perhitungan
menggunakan persamaan umum yang sama seperti pada perhitungan log f dan log Re. Setelah
dilakukan perhitungan didapatkan nilai b sebesar -1,48774 dan nilai a sebesar -0,167003. Sehingga
didapatkan hasil persamaannya grafiknya yaitu y = -0,167x – 1,4877. Diperlihatkan pada grafik bahwa
garisnya menunjukkan penurunan, maka dapat disimpulkan bahwa U (kecepatan aliran) dan Hf/L
memiliki hubungan yang berbanding terbalik.

4.3.3 Analisis Gesekan dalam Pipa Terbesar dan Terkecil


Gesekan dalam pipa terpengaruh dari penampang pipa itu sendiri. Ukuran penampang juga dapat
berpengaruh, semakin besar diameter pipa makan akan membuat gesekan yang semakin besar,
sebaliknya apabila ukuran pipa lebih kecil akan memberikan gesekan yang lebih kecil. Ukuran panjang
pipa juga dapat memiliki pengaruh pada gesekan, semakin panjang pipa maka akan memberikan
jumlah gesekan yang semakin besar, sebaliknya pipa yang berukuran pendek memberikan gesekan
yang lebih kecil. Koefisien gesek aliran turbulen yang dihasilkan oleh kedua pipa berbanding lurus
dengan kekasaran dinding pipa, sehingga besarnya gesekan akan diikuti oleh kerasnya dinding pipa itu
sendiri.

4.3.4 Pengaruh Selisih Ketinggian Pada Air Raksa Terhadap Nilai Gesekan dalam Pipa
Air raksa pada praktikum ini yang berada di piezometer berperan sebagai penanda atau indikator.
Air raksa dipilih sebagai indikator karena memiliki sifat yang peka terhadap perbedaan dari suatu
tekanan. Pada penerapannya, air raksa bereaksi pada saat tekanan aliran pada fluida meningkat, begitu
juga dengan bertambahnya bilangan Reynold yang mengikuti peningkatan aliran fluida. Air raksa
mempunyai kapasitas pengukuran sebesar 1m (Eswanto dan Syahputra, 2017).

4.3.5 Analisis Hubungan Nilai Gesekan dalam Pipa dengan Faktor Gesekan (f)
Nilai gesekan dalam pipa memiliki pengaruh dengan faktor gesekan yang berbanding lurus
dengan kerugian tekanan. Hal ini dibuktikan dengan semakin panjang dinding pipa atau penampang,
maka kerugian tekanan atau head loss yang ditimbulkan juga semakin besar. Begitu juga dengan
semakin besar diameter dari sebuah pipa, maka akan semakin besar faktor gesekan yang terjadi di
dalamnya. Nilai pada gesekan aliran tersebut dimasukkan pada rumus faktor gesekan seperti pada
Persamaan 4.3.5 (Eswanto dan Syahputra, 2017).
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
f= 𝑢2 𝑥 𝐿
.............................................................................................................(Persamaan 4.3.5)

4.3.6 Faktor yang Mempengaruhi Gesekan Aliran


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gesekan aliran fluida pada pipa. Beberapa
diantaranya berupa air raksa, massa jenis air, jenis pipa, ukuran pipa, panjang pipa, dan kecepatan
aliran. Viskositas atau kekentalan fluida juga menjadi salah satu penyebabnya, semakin kental jenis
fluida maka akan semakin besar pula nilai geseknya. Bilangan Reynold dan faktor gesekan yang
memiliki hubungan berbanding lurus. Selain itu tekanan yang besar juga bisa menyebabkan gesekan
aliran yang besar (Andayani et al., 2019).

4.3.7 Pengaruh Faktor Gesekan Terhadap Bilangan Reynold


Pada praktikum yang sudah dilakukan, besarnya nilai bilangan reynold dan besarnya gesekan
berbanding lurus sehingga dapat mempengaruhi besarnya gesekan yang terjadi dalam pipa. Namun
seharusnya bilangan reynold berbanding terbalik dengan faktor gesekan. Disebutkan bahwa semakin
besar faktor gesekan yang terjadi maka nilai bilanganreynold akan makin kecil. Hal ini dapat diakibatkan
oleh beberapa faktor yaitu human error atau faktor alat. Human error yang dimaksud adalah ketidak
telitian praktikan baik dalam mengamati, melakukan perhitungan atau melakukan percobaan
(Armansyah, 2021).

4.3.8 Pengaruh Faktor Kecepatan Terhadap Hf/L


Faktor kecepatan berpengaruh terhadap Hf/L atau kehilangan head. Nilai dari kehilangan tekanan
akan semakin tinggi dengan kecepatan yang lebih besar. Hal tersebut mengakibatkan nilai kerugian
kehilangan tekanan akan semakin tinggi dan lebih besar padacabang 90°. Aliran mengalami kerugian
akibat mayor headloss karena pada kontur kecepatannya lebih lambat pada dinding pipa. Hal tersebut
disebabkan oleh efek gesekan dinding pipa dengan fluida yang memiliki viskositas (Ali et al., 2019).
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktikum materi gesekan aliran melalui fluida mempunyai tujuan, yaitu agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi karakteristik aliran laminar dan aliran turbulen serta mahasiswa mampu
menganalisis besarnya kehilangan head karena gesekan aliran pada dinding dalam pipa. Gesekan
aliran merupakan pergerakan dari sebuah fluida yang bergesekan di dalam perpipaan. Gesekan
aliran dapat mengakibatkan berkurangnya kecepatan dari aliran dan menurunkan tekanan fluida.
Sehingga gesekan aliran ini menyebabkan fluida yang mengalir pada pipa akan mengalami
kehilangan energi atau head loss. Jenis-jenis aliran dalam pipa dibagi menjadi tiga jenis diantaranya
adalah aliran laminar, turbulen, dan transisi. Aliran laminar memiliki nilai Re Kurang dari 2000 adalah
aliran fluida yang pergerakan partikel-partikel fluidanya sejajar dengan garis arusnya. Aliran laminar
bersifat tetap atau stead, hal ini menunjukan bahwa di seluruh aliran debit alirannya tetap atau
kecepatan alirannya tidak berubah menurut satuan waktu. Aliran transisi memiliki nilai Re 2000
sampai 4000 merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen dan aliran turbulent
memiliki nilai Re lebih dari 4000, aliran ini terjadi ketika setiap partikel fluida mengalir dalam kondisi
acak. Kondisi ini memungkinkan terjadinya tumbukan antar partikel fluida. Sehingga pada aliran ini
umumnya kecepatan fluida cenderung lebih seragam. Pada praktikum ini dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan nilai debit, kecepatan aliran, mayor head loss, faktor gesekan, dan bilangan
Reynold. Hasil perhitungan tersebut dapat menentukan persamaan regresi yang akan
mengidentifikasi hubungan antara faktor gesekan dengan bilangan Reynold serta hubungan antara
kecepatan aliran dengan kehilangan head melalui grafik.

5.2 Saran
Sebelum memulai praktikum sebaiknya diperhatikan lagi perlengkapan yang dibutuhkan. Alat-
alat penunjang praktikum juga sebaiknya dipersiapkan dengan lengkap. Para praktikan juga
sebaiknya aktif dan interaktif pada saat praktikum agar dapat memahami materinya secara dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti Armansyah. 2021. Analisis Pressure Drop Akibat Terjadiny Friction Dengan Persamaan
Bernoulli Pada Aliran Pipa Sumur Gas Lapangan Pnn. Skripsi. Program Studi Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau.
Chen Chen, Hong Zhou, Lei Zhang. 2023. Analysis of Fluid-Structure Coupling Vibration
Characteristics of Pipeline Transporting Bubbly Fluid Medium: With Application to Luxury
Passenger Ship Life Area Pipeline. Shock and Vibration Journal, 3(1):1-18.
Eswantp dan Dian Syahputra. 2018. Analisa distribusi kapasitas aliran fluida di daerah percabangan
pada sistem perpipaan. Jurnal Teknik Mesin, 3(1): 7-11
Fahruddin A, Mulyadi M. 2018. Rancang bangun alat uji head losses dengan variasi debit dan jarak
elbow 90o untuk sistem perpipaan yang efisien. Jurnal Program Studi Teknik Mesin, 7(1).
https://doi.org/10.24127/trb.v7i1.680
Harwan Ahyadi, Djoko Suprijatmono, Isa Alcholili. 2021. Analisis kinerja sistem distribusi air bersih di
anjungan lepas pantai pt. x. Jurnal Presisi, 23(2): 73-84.
Jalaludin, Saiful Akmal, Nasrul Za, Ishak. 2019. Analisa Profil Aliran Fluida Cair dan Pressure Drop
pada Pipa L menggunakan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD). Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 8(2): 53-72.
Khalees Sedeq, James Julian, Fitri Wahyuni, Waridho Iskandar. 2023. Numerical method to overcome
the fluid flow separation on pipe bend 90° using guide vane. Jurnal Program Teknik Mesin
UM Metro, 12(1): 264-274. DOI : http://dx.doi.org/10.24127/trb.v12i2.2846
Luthfi, M., & Yulianto, T. (2023). Rancang Bangun Prototipe Fluid Friction Apparatus untuk
Menganalisis Kehilangan Energi (Head Loss) dengan Varias Diameter Pipa. Publikasi Riset
Orientasi Teknik Sipil (Proteksi), 5(1), 29–35. https://doi.org/10.26740/proteksi.v5n1.p29-35
Rahdianto, A. 2022. Analisa Perpindahan Panas Dan Penurunan Tekanan Pada Saluran Segiempat
Dengan Penambahan Rusuk Lurus Berlubang (Doctoral Dissertation).
Syafaat M, Utomo KP, SutrisnoH. 2021. Perencanaan sistem penyediaan air bersih dusun begasing
desa sedahan jaya kecamatan sukadana kabupaten kayong utara. Jurnal Rekayasa
Lingkungan Tropis Teknik Lingkungan, 2(1): 211-220.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Ali, Nugroho, Ulum. 2019. Analisis Pengaruh Konfigurasi Branch Line System Terhadap Kerugian
Kehilangan Tekanan di Tee Junction. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri,
Lingkungan, dan Infrastruktur. 2(1): 1-7.
Andayani, Nuryanti, Asmadi. 2019. Pengaruh Jenis Lapisan Kekerasan Permukaan Pipa terhadap
Koefisien Gesek. Jurnal Ilmiah “TEKNIKA”, 5 (2): 181-194.
Eswanto, Syahputra. 2017. Analisa distribusi kapasitas aliran fluida di daerah percabangan pada
sistem perpipaan. Jurnal Teknologi Terapan, 3(1): 7-11.
Bakti Armansyah. 2021. Analisis Pressure Drop Akibat Terjadinya Friction Dengan Persamaan
Bernoulli Pada Aliran Pipa Sumur Gas Lapangan Pnn. Skripsi. Program Studi Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
ACC 8/3/24

DATA HASIL PRAKTIKUM MATERI 2

Kelompok : O2
Nama Asisten : 1. Gaby Sabrina Putri M
2. Naoko Eka Pramesti
Hari/Tanggal : Kamis, 07 Maret 2024

a. Data Pengamatan
No Waktu (s) ∆H Air Raksa (CmHg) Volume (m3)
1 5 0,07 0,00279
2 5 0,075 0,00283
3 5 0,075 0,00256
4 5 0,075 0,00286
5 5 0,075 0,0025
Keterangan:
µ = 1.002 x 10-3 kg/ms1
L pipa = 8.05 m
D pipa = 1.25 × 10-2 m
ρ air = 103 kg/m3
ρ Hg = 13.57 × 103 kg/m3

Tabel Perhitungan

No ∆𝐻 Q (m³/s) V (m/s) Log v Hf air f Log f Re Hf/L

1 0.07 0,000558 4.5493 0.65794 0.527961 0.00077719 -3.1095 56752.744 0.06559


2 0.075 0,000566 4.61452 0.66413 0.58326 0.00083502 -3.0783 57566.367 0.0725
3 0.075 0,000512 4.17427 0.62058 0.66251 0.00115836 -2.9362 52074.226 0.0823
4 0.075 0,000572 4.66344 0.66871 0.574372 0.00080463 -3.0944 58176.646 0.07135
5 0.075 0,0005 4.07643 0.61028 0.678968 0.00124481 -2.9049 50853.667 0.08434
Jumlah 0.37 0 22.0780 3.22164 3.027071 0.00482 -15.123 275423.65 0.37608
Rata-rata 0.074 4.4156 0.64433 0.605414 0.00160667 -3.0246 55084.73 0.07522

b. Perhitungan
1. Debit (Q)
0,00279
1. Q = 5
= 0,000558
0,00283
2. Q = 5
= 0,000566
0,00256
3. Q = 5
= 0,000512
0,00286
4. Q = 5
= 0,000572
0,0025
5. Q = 5
= 0,0005

2. Kecepatan Aliran (U)


𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 (𝑄)
U= 𝐿𝑢𝑎𝑠 (𝐴),
, A= ¼ π (dpipa)2
0,000558 0,000558
1. U = −2 = −2 = 4,5493
¼ π (1,25 𝑥 10 ) ¼ 𝑥 3.14 (1,25 𝑥 10 )
0,000566 0,000566
2. U = 1 −2 = 1 −2 = 0,0577
4
π (1,25 × 10 ) 4
(3,14) (1,25 × 10 )
0,000512 0,000512
3. U = 1 −2 = 1 −2 = 0,0522
4
π (1,25 × 10 ) 4
(3,14) (1,25 × 10

0,000527 0,000527
4. U = = 1
= 0,0583
1
π (1,25×10−2 ) 4
(3,14)(1,25×10−2)
4

0,0005 0,0005
5. U= 1 −2 = 1 −2 = 0,0509
4
π (1,25×10 ) 4
(3,14)(1,25×10 )

3. Gesekan dalam pipa (Hf air)


2
13 𝑈
Hf air = {0,7 x ρ𝑎𝑖𝑟
} – 2 {0,2 x 2𝑔
}
3 2
13,57 𝑥 10 4,5493
1. Hf air = {0,07 x 3 } - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,527961
10
3 2
13,57 𝑥 10 4,61452
2. Hf air = {0,075 x 3 } - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,583626
10
3 2
13,57 𝑥 10 4,17427
3. Hf air = {0,075 x 3 } - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,66251
10
3 2
13,57 𝑥 10 4,66344
4. Hf air = {0,075 x 3 } - 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,547372
10

13,57 𝑥 10³ 4,66344²


5. Hf air = {0,075 x 10³
} – 2 {0,2 x 2(9,81)
} = 0,678968

4. FaktorGesek (f)
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
f= 2
𝑈 𝑥𝐿
−2
0,527961𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
1. f = 2 = 0,000777188
(4,5493) 𝑥 8,05
−2
0,583626𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
2. f = 2 = 0,000835016
(4,61452) 𝑥 8,05
−2
0,66251𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
3. f = 2 = 0,00115836
(4,17427) 𝑥 8,05
−2
0,574372𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
4. f = 2 = 0,000804625
(4,66344) 𝑥 8,05
−2
0,678968𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
5. f = 2 = 0,00124481
(4,07643) 𝑥 8,05

5. Bilangan Reynold (Re)


𝑈 𝑥 𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑥 ρ 𝑎𝑖𝑟
Re = µ
−2
4,5493 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
1. Re = −3 = 56752,744
1,002 𝑥 10
−2
4,61452 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
2. Re = −3 = 57566,367
1,002 𝑥 10
−2
4,17427 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
3. Re = −3 = 52074,226
1,002 𝑥 10
−2
4,66344 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
4. Re = −3 = 58176,646
1,002 𝑥 10
−2
4,07643 𝑥 1,25 𝑥 10 𝑥 10³
5. Re = −3 = 50853,667
1,002 𝑥 10
6. Fungsi Linear (y= ax+b)
𝑛 (Ʃ𝑥𝑦) − Ʃ𝑥.Ʃ𝑦
b= 2 2
𝑛(Ʃ𝑥 )−(Ʃ𝑥)
Ʃ𝑦− 𝑏.Ʃ𝑥
a= 𝑛

Regresi Linier log f dan log Re

No. Log f (x) Log Re (y) X² xy


1 -3.109473914 4.753986865 9.66882802 -14.78239814
2 -3.078305203 4.760168822 9.475962921 -14.65325245
3 -2.936156448 4.716622824 8.621014686 -13.84874252
4 -3.094406478 4.76474868 9.57535145 -14.74406918
5 -2.904896931 4.706322275 8.438426183 -13.67138113
Jumlah -15.12323897 23.70184946 45.77958326 -71.69984342
Rata-rata -3.024647795 4.740369893 9.155916652 -14.33996868

Perhitungan :
5(−71.69984342)−(−15.12323897×23.70184946)
b= 5(45.77958326)−(−15.12323897)²
= -0,2720615674

23.70184946−(−0,2720615674×(−15.12323897))
a= 5
= 3,917479473

y = ax + b

1. y = 3,917479473(1) + (-0,2720615674)

= 3,645417906

2. y = 3,917479473(2) + (-0,2720615674)

= 7,562897379

3. y = 3,917479473(3) + (-0,2720615674)

= 11,48037685

4. y = 3,917479473(4) + (-0,2720615674)

= 15,39785632

5. y = 3,917479473(5) + (-0,2720615674)

= 19,3153358
𝐻𝑓
Regresi Linier log v dan log 𝐿

No. Log V (x) Log Hf/L (y) X² xy


1 0.657944577 -1.183194038 0.432891066 -0.778476101
2 0.664126533 -1.139661249 0.441064051 -0.756879274
3 0.620580537 -1.084603442 0.385120202 -0.673083786
4 0.668706393 -1.14660262 0.447168241 -0.766740503
5 0.610279989 -1.073946574 0.372441665 -0.655408103
Jumlah 3.221638029 -5.628007923 2.078685226 -3.630587767
Rata-rata 0.644327606 -1.125601585 0.415737045 -0.726117553

Perhitungan :
5(−3.630587767)−(3.221638029×(−5.628007923))
b= 5(2.078685226)−(3.221638029)²
= -1,487748922

−5.628007923−(−1,487748922×3.221638029)
a= 5
= -0,1670038836

y = ax + b

1. y = -0,1670038836(1) + ( -1,487748922)

= -1,654752806

2. y = -0,1670038836(2) + ( -1,487748922)

= -1,821756689

3. y = -0,1670038836(3) + ( -1,487748922)

= -1,988760573

4. y = -0,1670038836(4) + ( -1,487748922)

= -2,155764457

5. y = -0,1670038836(5) + ( -1,487748922)

= -2,32276834

Anda mungkin juga menyukai