MEKANIKA FLUIDA I
Oleh
Aliran transisi memmiliki nilai Re antara 2300-4000. Aliran transisi merupakan aliran yang partikel-
partikel fluidanya bergerak secara membentuk laminar, lalu berubah menjadi bergerak tidak teratur.
Aliran transisi ini dapat didefinisikan sebagai peralihan jenis aliran laminar menjadi aliran turbulen. Arah
yang tidak jelas dari turbulen dikarenakan adanya kecepatan aliran pipa ini yang besar, sehingga air
yang memiliki kecepatan yang besar akan bergerak seperti berputar pada pipa (Armansyah, 2021).
Aliran Reynolds memiliki bilangan >4000. Aliran turbulen merupakan aliran fluida yang pergerakan
partikelnya bergerak pada lintasan yang acak dan tidak teratur yang menyebabkan saling tukar
momentum satu fluida dengan fluida lainnya. Pertukaran momentum ini mengakibatkan garis antara
partikel fluida berpotongan dan berbentuk tidak stabil dalam waktu yang cepat dan akan terpecah
(Armansyah, 2021).
Disiapkan
Pompa
Stop Kontak
Pompa
Nyalakan lalu tunggu air aliran pada
rangkaian stabil
Kran Kontrol
Hasil
3.3.2 Perlakuan
Air raksa
Air
Ditampung dengan gelas ukur selama 5
detik Diukur dan dihitung volume air
yang ditampungCatat hasil
Kran output
Hasil
BAB IV ANALISIS DATA HASIL PRAKTIKUM
4.1 Data Hasil Praktikum
4.1.1 Tabel Data Hasil Praktikum
1 5 0,07 0,00279
2 5 0,075 0,00283
3 5 0,075 0,00256
4 5 0,075 0,00286
5 5 0,075 0,0025
Keterangan:
µ = 1.002 x 10-3 kg/ms1
L pipa = 8.05 m
D pipa = 1.25 × 10-2 m
𝜌 air = 103 kg/m3
𝜌 Hg = 13.57 × 103 kg/m3
Perhitungan
1. Debit (Q)
0,00279
1. Q = 5
= 0,000558
0,00283
2. Q = 5
= 0,000566
0,00256
3. Q = 5
= 0,000512
0,00286
4. Q = 5
= 0,000572
0,0025
5. Q = 5
= 0,0005
0,000558 0,000558
1. U = = = 4,5493
¼ 𝜋 (1,25 𝑥 10−2 ) ¼ 𝑥 3.14 (1,25 𝑥 10−2 )
0,000566 0,000566
2. U = 1 =1 = 0,0577
𝜋 (1,25 × 10−2 ) (3,14) (1,25 × 10−2 )
4 4
0,000512 0,000512
3. U = 1 =1 = 0,0522
𝜋 (1,25 × 10−2 ) (3,14) (1,25 × 10−2
4 4
0,000527 0,000527
4. U = 1 =1 = 0,0583
𝜋 (1,25×10−2 ) (3,14)(1,25×10−2)
4 4
0,0005 0,0005
5. U=1 = 1 = 0,0509
𝜋 (1,25×10−2 ) (3,14)(1,25×10−2 )
4 4
4. FaktorGesek (f)
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
f= 𝑈2 𝑥 𝐿
Perhitungan :
5(−71.69984342)−(−15.12323897×23.70184946)
b= 5(45.77958326)−(−15.12323897)²
= -0,2720615674
23.70184946−(−0,2720615674×(−15.12323897))
a= 5
= 3,917479473
y = ax + b
1. y = 3,917479473(1) + (-0,2720615674)
= 3,645417906
2. y = 3,917479473(2) + (-0,2720615674)
= 7,562897379
3. y = 3,917479473(3) + (-0,2720615674)
= 11,48037685
4. y = 3,917479473(4) + (-0,2720615674)
= 15,39785632
5. y = 3,917479473(5) + (-0,2720615674)
= 19,3153358
𝐻𝑓
Regresi Linier log v dan log
𝐿
Perhitungan :
5(−3.630587767)−(3.221638029×(−5.628007923))
b= 5(2.078685226)−(3.221638029)²
= -1,487748922
−5.628007923−(−1,487748922×3.221638029)
a= 5
= -0,1670038836
y = ax + b
1. y = -0,1670038836(1) + ( -1,487748922)
= -1,654752806
2. y = -0,1670038836(2) + ( -1,487748922)
= -1,821756689
3. y = -0,1670038836(3) + ( -1,487748922)
= -1,988760573
4. y = -0,1670038836(4) + ( -1,487748922)
= -2,155764457
5. y = -0,1670038836(5) + ( -1,487748922)
= -2,32276834
Log f dan Re yang tertera pada grafik menghasilkan garis yang linier naik dari log f terhadap
log Re. Nilai log f dan log Re perlu dicari terlebih dahulu sebelum mencari hubungan regresi lainnya.
Log f diambil dari hasil nilai f. F merupakan faktor gesekan dengan rumus seperti pada Persamaan
4.3.1
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
F = ………………………………………………………………………….…..(Persamaan 4.3.1)
v2 𝑥 𝐿
Dengan keterangan g merupakan gravitasi dengan satuan m/s2, d merupakan diameter, v
merupakan kecepatan fluida, l merupakan panjang pipa dan Hf adalah nilai gesekan dalam pipa yang
memiliki rumus pada Persamaan 4.3.1
𝜌𝐻𝑔 𝑣2
Hf = {∆H raksa x 𝜌𝑎𝑖𝑟} – {0,2 x 2𝑔}………………………………………………………..(Persamaan 4.3.1)
Hasil perhitungan yang kami lakukan untuk mencari hf air, pada perlakuan pertama didapatkan
nilai sebesar 0,527961. Lalu hf kedua sebesar 0,583626. Hf ketiga sebesar 0,66251. Hf keempat
sebesar 0,547372. Dan hf kelima sebesar 0,678968. Namun untuk mendapatkan grafik hubungan
regresi linear log f dan Re, perlu melakukan perhitungan terhadap persamaan grafik y = ax+b. Nilai b
dapat dicari dengan menggunakan rumus pada Persamaan 4.3.1.
𝑛(⅀𝑥𝑦)− ⅀𝑥⅀𝑦
b= ………………………………………………………………………..….(Persamaan 4.3.1)
𝑛(⅀𝑥2) – (⅀𝑥)2
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus Reynold pada kecepatan aliran, diperoleh
nilai b sebesar -0,27206 dan nilai a sebesar 3,91747. Sehingga diperoleh persamaan grafiknya yaitu y
= 3,9175x – 0,2721. Grafik yang ditunjukkan terdapat kenaikan, maka dapat disimpulkan bilangan
Reynold dan faktor gesekan memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Nilai log U dan log Hf/L perlu dicari sebelum mencari hubungan regresi linearnya. Berikutnya,
untuk mendapatkan grafik hubungan regresi linear log U dan log Hf/L diperlukan perhitungan
menggunakan persamaan umum yang sama seperti pada perhitungan log f dan log Re. Setelah
dilakukan perhitungan didapatkan nilai b sebesar -1,48774 dan nilai a sebesar -0,167003. Sehingga
didapatkan hasil persamaannya grafiknya yaitu y = -0,167x – 1,4877. Diperlihatkan pada grafik bahwa
garisnya menunjukkan penurunan, maka dapat disimpulkan bahwa U (kecepatan aliran) dan Hf/L
memiliki hubungan yang berbanding terbalik.
4.3.4 Pengaruh Selisih Ketinggian Pada Air Raksa Terhadap Nilai Gesekan dalam Pipa
Air raksa pada praktikum ini yang berada di piezometer berperan sebagai penanda atau indikator.
Air raksa dipilih sebagai indikator karena memiliki sifat yang peka terhadap perbedaan dari suatu
tekanan. Pada penerapannya, air raksa bereaksi pada saat tekanan aliran pada fluida meningkat, begitu
juga dengan bertambahnya bilangan Reynold yang mengikuti peningkatan aliran fluida. Air raksa
mempunyai kapasitas pengukuran sebesar 1m (Eswanto dan Syahputra, 2017).
4.3.5 Analisis Hubungan Nilai Gesekan dalam Pipa dengan Faktor Gesekan (f)
Nilai gesekan dalam pipa memiliki pengaruh dengan faktor gesekan yang berbanding lurus
dengan kerugian tekanan. Hal ini dibuktikan dengan semakin panjang dinding pipa atau penampang,
maka kerugian tekanan atau head loss yang ditimbulkan juga semakin besar. Begitu juga dengan
semakin besar diameter dari sebuah pipa, maka akan semakin besar faktor gesekan yang terjadi di
dalamnya. Nilai pada gesekan aliran tersebut dimasukkan pada rumus faktor gesekan seperti pada
Persamaan 4.3.5 (Eswanto dan Syahputra, 2017).
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
f= 𝑢2 𝑥 𝐿
.............................................................................................................(Persamaan 4.3.5)
5.1 Kesimpulan
Praktikum materi gesekan aliran melalui fluida mempunyai tujuan, yaitu agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi karakteristik aliran laminar dan aliran turbulen serta mahasiswa mampu
menganalisis besarnya kehilangan head karena gesekan aliran pada dinding dalam pipa. Gesekan
aliran merupakan pergerakan dari sebuah fluida yang bergesekan di dalam perpipaan. Gesekan
aliran dapat mengakibatkan berkurangnya kecepatan dari aliran dan menurunkan tekanan fluida.
Sehingga gesekan aliran ini menyebabkan fluida yang mengalir pada pipa akan mengalami
kehilangan energi atau head loss. Jenis-jenis aliran dalam pipa dibagi menjadi tiga jenis diantaranya
adalah aliran laminar, turbulen, dan transisi. Aliran laminar memiliki nilai Re Kurang dari 2000 adalah
aliran fluida yang pergerakan partikel-partikel fluidanya sejajar dengan garis arusnya. Aliran laminar
bersifat tetap atau stead, hal ini menunjukan bahwa di seluruh aliran debit alirannya tetap atau
kecepatan alirannya tidak berubah menurut satuan waktu. Aliran transisi memiliki nilai Re 2000
sampai 4000 merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen dan aliran turbulent
memiliki nilai Re lebih dari 4000, aliran ini terjadi ketika setiap partikel fluida mengalir dalam kondisi
acak. Kondisi ini memungkinkan terjadinya tumbukan antar partikel fluida. Sehingga pada aliran ini
umumnya kecepatan fluida cenderung lebih seragam. Pada praktikum ini dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan nilai debit, kecepatan aliran, mayor head loss, faktor gesekan, dan bilangan
Reynold. Hasil perhitungan tersebut dapat menentukan persamaan regresi yang akan
mengidentifikasi hubungan antara faktor gesekan dengan bilangan Reynold serta hubungan antara
kecepatan aliran dengan kehilangan head melalui grafik.
5.2 Saran
Sebelum memulai praktikum sebaiknya diperhatikan lagi perlengkapan yang dibutuhkan. Alat-
alat penunjang praktikum juga sebaiknya dipersiapkan dengan lengkap. Para praktikan juga
sebaiknya aktif dan interaktif pada saat praktikum agar dapat memahami materinya secara dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti Armansyah. 2021. Analisis Pressure Drop Akibat Terjadiny Friction Dengan Persamaan
Bernoulli Pada Aliran Pipa Sumur Gas Lapangan Pnn. Skripsi. Program Studi Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau.
Chen Chen, Hong Zhou, Lei Zhang. 2023. Analysis of Fluid-Structure Coupling Vibration
Characteristics of Pipeline Transporting Bubbly Fluid Medium: With Application to Luxury
Passenger Ship Life Area Pipeline. Shock and Vibration Journal, 3(1):1-18.
Eswantp dan Dian Syahputra. 2018. Analisa distribusi kapasitas aliran fluida di daerah percabangan
pada sistem perpipaan. Jurnal Teknik Mesin, 3(1): 7-11
Fahruddin A, Mulyadi M. 2018. Rancang bangun alat uji head losses dengan variasi debit dan jarak
elbow 90o untuk sistem perpipaan yang efisien. Jurnal Program Studi Teknik Mesin, 7(1).
https://doi.org/10.24127/trb.v7i1.680
Harwan Ahyadi, Djoko Suprijatmono, Isa Alcholili. 2021. Analisis kinerja sistem distribusi air bersih di
anjungan lepas pantai pt. x. Jurnal Presisi, 23(2): 73-84.
Jalaludin, Saiful Akmal, Nasrul Za, Ishak. 2019. Analisa Profil Aliran Fluida Cair dan Pressure Drop
pada Pipa L menggunakan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD). Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 8(2): 53-72.
Khalees Sedeq, James Julian, Fitri Wahyuni, Waridho Iskandar. 2023. Numerical method to overcome
the fluid flow separation on pipe bend 90° using guide vane. Jurnal Program Teknik Mesin
UM Metro, 12(1): 264-274. DOI : http://dx.doi.org/10.24127/trb.v12i2.2846
Luthfi, M., & Yulianto, T. (2023). Rancang Bangun Prototipe Fluid Friction Apparatus untuk
Menganalisis Kehilangan Energi (Head Loss) dengan Varias Diameter Pipa. Publikasi Riset
Orientasi Teknik Sipil (Proteksi), 5(1), 29–35. https://doi.org/10.26740/proteksi.v5n1.p29-35
Rahdianto, A. 2022. Analisa Perpindahan Panas Dan Penurunan Tekanan Pada Saluran Segiempat
Dengan Penambahan Rusuk Lurus Berlubang (Doctoral Dissertation).
Syafaat M, Utomo KP, SutrisnoH. 2021. Perencanaan sistem penyediaan air bersih dusun begasing
desa sedahan jaya kecamatan sukadana kabupaten kayong utara. Jurnal Rekayasa
Lingkungan Tropis Teknik Lingkungan, 2(1): 211-220.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Ali, Nugroho, Ulum. 2019. Analisis Pengaruh Konfigurasi Branch Line System Terhadap Kerugian
Kehilangan Tekanan di Tee Junction. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri,
Lingkungan, dan Infrastruktur. 2(1): 1-7.
Andayani, Nuryanti, Asmadi. 2019. Pengaruh Jenis Lapisan Kekerasan Permukaan Pipa terhadap
Koefisien Gesek. Jurnal Ilmiah “TEKNIKA”, 5 (2): 181-194.
Eswanto, Syahputra. 2017. Analisa distribusi kapasitas aliran fluida di daerah percabangan pada
sistem perpipaan. Jurnal Teknologi Terapan, 3(1): 7-11.
Bakti Armansyah. 2021. Analisis Pressure Drop Akibat Terjadinya Friction Dengan Persamaan
Bernoulli Pada Aliran Pipa Sumur Gas Lapangan Pnn. Skripsi. Program Studi Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
ACC 8/3/24
Kelompok : O2
Nama Asisten : 1. Gaby Sabrina Putri M
2. Naoko Eka Pramesti
Hari/Tanggal : Kamis, 07 Maret 2024
a. Data Pengamatan
No Waktu (s) ∆H Air Raksa (CmHg) Volume (m3)
1 5 0,07 0,00279
2 5 0,075 0,00283
3 5 0,075 0,00256
4 5 0,075 0,00286
5 5 0,075 0,0025
Keterangan:
µ = 1.002 x 10-3 kg/ms1
L pipa = 8.05 m
D pipa = 1.25 × 10-2 m
ρ air = 103 kg/m3
ρ Hg = 13.57 × 103 kg/m3
Tabel Perhitungan
b. Perhitungan
1. Debit (Q)
0,00279
1. Q = 5
= 0,000558
0,00283
2. Q = 5
= 0,000566
0,00256
3. Q = 5
= 0,000512
0,00286
4. Q = 5
= 0,000572
0,0025
5. Q = 5
= 0,0005
0,000527 0,000527
4. U = = 1
= 0,0583
1
π (1,25×10−2 ) 4
(3,14)(1,25×10−2)
4
0,0005 0,0005
5. U= 1 −2 = 1 −2 = 0,0509
4
π (1,25×10 ) 4
(3,14)(1,25×10 )
4. FaktorGesek (f)
𝐻𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑥 2𝑔 𝑥 𝑑
f= 2
𝑈 𝑥𝐿
−2
0,527961𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
1. f = 2 = 0,000777188
(4,5493) 𝑥 8,05
−2
0,583626𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
2. f = 2 = 0,000835016
(4,61452) 𝑥 8,05
−2
0,66251𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
3. f = 2 = 0,00115836
(4,17427) 𝑥 8,05
−2
0,574372𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
4. f = 2 = 0,000804625
(4,66344) 𝑥 8,05
−2
0,678968𝑥 2(9,81) 𝑥 1,25 𝑥 10
5. f = 2 = 0,00124481
(4,07643) 𝑥 8,05
Perhitungan :
5(−71.69984342)−(−15.12323897×23.70184946)
b= 5(45.77958326)−(−15.12323897)²
= -0,2720615674
23.70184946−(−0,2720615674×(−15.12323897))
a= 5
= 3,917479473
y = ax + b
1. y = 3,917479473(1) + (-0,2720615674)
= 3,645417906
2. y = 3,917479473(2) + (-0,2720615674)
= 7,562897379
3. y = 3,917479473(3) + (-0,2720615674)
= 11,48037685
4. y = 3,917479473(4) + (-0,2720615674)
= 15,39785632
5. y = 3,917479473(5) + (-0,2720615674)
= 19,3153358
𝐻𝑓
Regresi Linier log v dan log 𝐿
Perhitungan :
5(−3.630587767)−(3.221638029×(−5.628007923))
b= 5(2.078685226)−(3.221638029)²
= -1,487748922
−5.628007923−(−1,487748922×3.221638029)
a= 5
= -0,1670038836
y = ax + b
1. y = -0,1670038836(1) + ( -1,487748922)
= -1,654752806
2. y = -0,1670038836(2) + ( -1,487748922)
= -1,821756689
3. y = -0,1670038836(3) + ( -1,487748922)
= -1,988760573
4. y = -0,1670038836(4) + ( -1,487748922)
= -2,155764457
5. y = -0,1670038836(5) + ( -1,487748922)
= -2,32276834