Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUGAS BESAR

MEKANIKA FLUIDA 1

Disusun oleh:
Nama : Budi Firmansyah
NIM : 3331220033
Mata kuliah : Mekanika Fluida 1
Kelas :C
Tanggal : 8 Juni 2023

Dosen Pengampuh:
Dr.MEKRO PERMANA PINEM,ST.,M.T & YUSVARDI YUSUF,ST.,M.T

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia telah memanfaatkan konsep-konsep dasar mekanika fluida sejak
zaman prasejarah. Konsep-konsep ini mulai digunakan ketika manusia mulai
mengadakan perburuan. Alat-alat berburu yang memanfaatkan konsep aliran fluida
antara lain pelontar batu, lembing, dan panah. Pada beberapa kebudayaan prasejarah
seperti di Mesir dan Mesopotamia, mekanika fluida digunakan
untuk irigasi pertanian serta penggunaan dayung untuk pelayaran perahu. Ukuran dan
bentuk dari benda yang dimanfaatkan untuk keperluan manusia pada masa ini berkaitan
dengan mekanika fluida. Ilmu mekanika fluida mulai dikonsepkan secara ilmiah
beberapa abad sebelum masehi. Cendekiawan yang merintis konsep mekanika fluida
ialah Aristoteles. Mekanika fluida hampir seluruhnya mengkaji hukum fisika dan
mekanika. Kekhususannya adalah pada objek yang dikaji yaitu fluida. Mekanika fluida
membahas tentang penerapan hukum gerak Newton, hukum kekekalan massa, hukum
pertama termodinamika dan hukum kedua termodinamika. Pembahasan dalam
mekanika fluida kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu statika fluida dan
dinamika fluida. Pada statika fluida, mekanika fluida membahas fluida yang dalam
keadaan diam atau tidak bergerak. Sementara itu, dinamika fluida membahas tentang
fluida dalam keadaan bergerakMekanika fluida adalah cabang mekanika yang
mempelajari mengenai pergerakan dari fluida. Pergerakan ini diamati dalam
bentuk cairan maupun gas. Dalam mekanika fluida juga dipelajari fluida yang tidak
dalam keadaan bergerak atau diam. Sebagian besar bahasan dalam mekanika fluida
berkaitan dengan mekanika kontinum. Secara garis besar, mekanika fluida terbagi
menjadi statika fluida yang mempelajari fluida dalam keadaan diam, dan dinamika
fluida yang mempelajari fluida dalam keadaan bergerak. Khusus pada dinamika fluida
digunakan pendekatan matematika dan bukti empiris guna penyelesaian masalah.
Contoh aplikasi dari mekanika fluida yaitu:
1) artesis yang merupakan mata air yang keluar sendiri tanpa perlu dipompa;
2) pantulan pasca-gletser yang merupakan kenaikan permukaan Bumi akibat hilangnya
permukaan salju yang menutupinya, biasanya terjadi di daerah Skandinavia.
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan Tugas besar

1. Menghitung Presuere drop tanpa memperhitungkan losses


2. Menghitung Preseure drop mempertimbangkan major lose
3. Meghitung presuere drop dengan mempertimbangkan major dan minor losses
BAB II
TINJAUAN PUTSAKA

2.1 Pengertian Fluida


Fluida merupakan suatu zat yang mungkin sering kita temui dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya pada saat ban kendaraan anda mengalami bocor, pada saat anda mandi,
mencuci, menyiram tanaman dan lain sebagainya. ecara umum, Fluida merupakan zat
yang dapat mengalir, jadi zat cair dan gas adalah sebuah fluida. Fluida , Fluida memang
zat yang dapat mengalir namun terkadang fluida juga bisa bersifat diam(tidak mengalir)
Dalam ilmu Fisika, Fluida adalah zat yang terus mengalami perubahan bentuk secara
terus menerus (continue) jika terkena tegangan geser. Fluida umumnya berupa zat cair
dan gas karena memiliki kemampuan untuk mengalir pada suatu benda, Sedangkan
menurut Raswari (1986), Mekanika Fluida adalah suat bahan atau zat yang dapat
mengalir ketika terdapat perbedaan tekanan. Fluida tidak dapat menahan gaya atau
tegangan geser (shear force) saat berada pada keadaan setimbang.Gaya geser sendiri
merupakan komponen gaya yang menyinggung permukaan. dimana gaya ini terbagi
oleh luas permukaan tersebut yang menghasilkan tegangan geser rata-rata dari
permukaan tersebut.Perubahan posisi yang terus menerus dan tidak dapat dipulihkan
dari satu bagian material relatif terhadap bagian lain ketika di bawah tegangan geser
merupakan aliran sifat karakteristik fluida. Sebaliknya, gaya geser dalam padatan
elastis, yang ditahan dalam posisi terpuntir atau tertekuk, dipertahankan; benda padat
tidak mengalir dan dapat kembali ke bentuk semula.Berbagai penyederhanaan, atau
model, fluida telah dirancang sejak kuartal terakhir abad ke-18 untuk menganalisis
aliran fluida. Model paling sederhana, yang disebut fluida sempurna, atau ideal.Fluida
ideal atau fluida sempurna sendiri merupakan model yang tidak mampumenghantarkan
panas atau memberikan gaya hambat pada dinding tabung atauhambatan dalam ke satu
bagian yang mengalir di atas bagian lain.

2.2 Aliran laminer berkembang penuh di dalam pipa


Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu
lokasi. Daerah aliran didekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah masuk
(entrance region) dan diilustrasikan pada gambar 2.1. Daerah tersebut mungkin sekitar
beberapa kaki permulaan dari sebuah pipa yang dihubungkan pada sebuah tangki atau
bagian awal dari saluran duct udara panas yang berasal dari sebuah tungku. Sebagaimana
ditunjukan pada gambar 2.1, fluida biasanya memasuki pipa dengan profil kecepatan
yang hampir seragam pada bagian (1). Selagi fluida bergerak melewati pipa, efek
viskositas menyebabkan tetap menempel pada dinding pipa (kondisi lapisan batas tanpa
selip). Hal ini berlaku baik jika fluidanya adalah udara yang relatif inviscid atau minyak
yang sangat viskos. Bentuk dari profil kecepatan di dalam pipa bergantung pada apakah
aliran laminer atau turbulen, sebagaimana pula panjang daerah masuk, ℓe. Panjang
masuk pada umumnya diberikan oleh hubungan:
Untuk aliran-aliran dengan bilangan reynolds sangat rendah panjang masuk dapat
sangat pendek (le = 0,6D jika Re = 10), sementara untuk aliranaliran dengan bilangan
Reynolds besar daerah masuk tersebut dapat sepanjang berkali-kali diameter pipa
sebelum ujung akhir dari daerah masuk dicapai (le = 120D untuk Re = 2000). Untuk
banyak masalah-masalah teknik praktis 104 < Re < 105 sehingga 20D < le < 30D
Terdapat banyak cara untuk menurunkan hasil-hasil penting yang berkaitan dengan
aliran laminer berkembang penuh. Tiga alternatif meliputi:
1. Dari penerapan langsung F = ma pada elemen fluida
2. Dengan persamaan Navier stokes mengenai gerak
3. Dari metode analisis dimensional

2.3 Aliran Transisi


Aliran transisi merupakan aliran udara dengan bentuk peralihan antara aliran
laminar menjadi aliran turbulen. Keberadaan aliran transisi merupakan akibat dari
perbedaan sifat antara aliran laminar dan aliran turbulen dalam hal
kehilangan energi akibat gaya gesek. Kehilangan energi ini terjadi selama pengaliran
udara. Status aliran transisi dapat diketahui melalui nilai bilangan Reynolds. Aliran
transisi dapat terbentuk ketika nilai bilangan Reynolds mengalami peningkatan.
Nilai bilangan Reynolds pada aliran transisi berada di dalam rentang bilangan Reynolds
aliran laminar dan aliran turbulen, sehingga nilainya lebih besar dari 2000 dan lebih kecil
dari 4.000. Rentang nilai aliran transisi dipengaruhi oleh tingkat
ketidaksempurnaan sistem aliran udara atau fluida beserta dengan tingkat gangguan
lainnya. Setelah waktu dan kondisi tertentu, aliran laminar akan berubah menjadi aliran
turbulen. Umumnya, aliran transisi terbentuk pada aliran udara yang
bertumbukan dengan benda yang melengkung dengan permukaan berbentuk bola.

2.4 Aliran Turbulen

Aliran turbulen merupakan salah satu aliran fluida yang memiliki kecepatan yang
berubah-ubah dan mengandung partikel-partikel yang bergerak secara acak dan tidak
stabil. Garis alir pada masing-masing partikel dalam aliran turbulen saling berpotongan
satu sama lain. Aliran turbulen hanya terbentuk pada kecepatan fluida yang sangat
tinggi dengan nilai kecepatan yang berubah-ubah seiring waktu. Aliran turbulen
umumnya hanya terbentuk dalam waktu yang singkat. Setelahnya, aliran turbulen akan
menghilang akibat saling bertumbukan. Persamaan matematika yang digunakan untuk
menentukan status suatu aliran disebut aliran turbulen adalah bilangan Reynolds tak-
berdimensi. Suatu aliran fluida dinyatakan sebagai aliran turbulen ketika bilang
Reynolds mencapai lebih dari 4000. Perhitungan bilangan Reynolds pada aliran
turbulen memasukkan faktor gaya inersia dibandingkan dengan gaya kekentalan.

2.5 Rynold Number

Dalam mekanikafluida, bilanganReynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ)terhad


apgaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan
suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis
aliran yang berbeda, misalnya aliran laminar dan aliran turbulen. Namanya diambil
dari Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.
Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang paling penting
dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi
lain, untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola
aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir
yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya
disebut memiliki kemiripan dinamis.

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

dengan:

 vs - kecepatan fluida,
 D - Diameter dalam pipa (cm),
 μ - viskositas absolut fluida dinamis,
 ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
 ρ - kerapatan (densitas) fluida.
Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa, jika
penampang pipa bulat, atau diameter hidraulis, untuk penampang tak bulat.

2.5 Mayor loss dan Minor loss


Perubahan tekanan dalam aliran fluida terjadi karena adanya perubahan ketinggian,
perubahan kecepatan akibat perubahan penampang dan gesekan fluida. Pada aliran tanpa
gesekan perubahan tekanan dapat dianalisa dengan persamaan Bernoulli yang
memperhitungankan perubahan tekanan kedalam perubahan ketinggian dan perubahan
kecepatan. Sehingga perhatian utama dalam menganalisa kondisi aliran nyata adalah
pengaruh dari gesekan. Gesekan akan menimbulkan penurunan tekanan atau kehilangan
tekanan dibandingkan dengan aliran tanpa gesekan. Berdasarkan lokasi timbulnya
kehilangan, secara umum kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat di
golongkan menjadi 2 yaitu kerugian mayor dan kerugian minor. Kerugian mayor adalah
kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada sistem aliran penampang tetap atau
konstan. Kerugian mayor ini terjadi pada sebagian besar penampang sistem aliran
makanya dipergunakan istilah “mayor”. Sedangkan kerugian minor adalah kehilangan
tekanan akibat gesekan yang terjadi pada katup-katup, sambungan T, sambungan L dan
pada penampang yang tidak konstan. Kerugian minor meliputi sebagian kecil penampang
sistem aliran, sehingga dipergunakan istilah ‘minor’. Kerugian ini untuk selanjutnya akan
disebutkan sebagai head loss.
1. Perhitungan head loss mayor
Istilah Head Loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika
abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Namun
perlu di ingat bahwa arti fisik dari head loss adalah kehilangan energi mekanik
persatuan massa fluida. Sehingga satuan head loss adalah satuan panjang yang setara
dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa
fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Dengan menggunakan
persamaan keseimbangan energi persamaan 29) dan asumsi aliran berkembang
penuh (fully developed) maka :
Jadi head loss mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida berkembang
penuh melalui pipa penampang konstan. Untuk aliran laminer, berkembang penuh pada pipa
horizontal penurunan tekanan dapat dihitung secara analitis, dari persamaan 20), diperoleh:

Dimana: μ= kekentalan atau viskositas fluida sehingga dengan memasukan konsep angka
Reynolds maka head loss menjadi:

Untuk aliran turbulen, penurunan tekanan tidak dapat dihitung secara analitis karena
pengaruh turbulensi yang menimbulkan perubahan keacakan sifat fluida. Perubahan sifat
fluida yang acak tersebut belum dapat didekati dengan fungsi matematis yang ada saat ini.
Perhitungan head loss didasarkan pada hasil percobaan dan analisa dimensi. Penurunan
tekanan untuk aliran turbulen adalah fungsi dari angka reynolds, Re, perbandingan panjang
dan diameter pipa, L/D serta kekasaran relatif pipa, ε/D.
Head loss mayor dihitung dari persamaan Darcy-Weisbach:

Dimana: f= koefisien gesek Dengan menggunakan hasil percobaan dari L. F. Moody yang
memperkenalkan diagram Moody, yaitu diagram koefisien gesek fungsi angka Reynolds dan
kekasaran relatif pipa. Diagram Moody ditampilkan pada gambar 2.13. Nilai kekasaran relatif
pipa merupakan fungsi diameter pipa dan bahan pipa dapat ditentukan secara empiris dari
diagram Moody

2.6 Perhitungan head loss minor


Untuk sebuah sistem perpipaan, disamping kerugian mayor yang dihitung untuk seluruh
panjang pipa, ada pula yang disebut kerugian minor yang disebabkan oleh:
Lubang masuk atau lubang keluar pipa
Pemuaian atau penyusutan tiba-tiba
Kelokan, siku, sambungan T dan suaian lain 28
Katup, yang terbuka atau sebagian tertutup
Pemuaian atau penyusutan berangsur. Kerugian head total pada pipa adalah penambahan
antara kerugian mayor dan minor yang dirumuskan :

Dari hasil eksperimen para ahli pada fluida dengan bilangan Re yang tinggi memperlihatkan
bahwa kerugian minor adalah sama dengan hasil kali energi kinetik persatuan berat fluida
dengan koefisien kerugian

Dengan:
hm = Kerugian minor (m)
K = koefisien kerugian
U = kecepatan aliran (m/s)
g = gaya gravitasi (m/s2 )
BAB III
PERHITUNGAN

4.1 Gambar Perancangan pipa

4.2 Tabel Perhitungan


4.3 Perhitungan Excel
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun Kesimpulan yang bisa saya simpulkan dari pembuatan tugas


besar mekanika Fluida tentang pembuatan pemipaan gedung 4 seperti
di bawa ini:
1.

Anda mungkin juga menyukai