Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM MS3134 MEKANIKA FLUIDA 2

Modul 2 Eksperimen Teorema Bernoulli

Disusun Oleh :
Ridho Firdaus 121170094
Mualim Budi Cahyono 121170196
Muhammad Farhan Sururi 121170038
Adinda Fitri Lestari 121170029
Markus Ari Rezon Pasaribu 121170006

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mekanika fluida merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat
penting dalam memahami perilaku zat cair dan gas. Dalam konteks ini,
penting untuk mempertimbangkan konsep viskositas, yang merujuk pada
tingkat ketebalan atau kekentalan suatu fluida. Viskositas memainkan peran
kunci dalam menentukan sejauh mana suatu zat cair atau gas dapat mengalir
di bawah pengaruh tekanan atau gaya geser. Contohnya, minyak pelumas
memiliki viskositas yang lebih tinggi daripada air, sehingga lebih sulit untuk
mengalir, terutama di bawah tekanan atau gaya geser yang rendah.
Selain itu, dalam mekanika fluida, terdapat konsep tekanan
hidrostatik. Tekanan hidrostatik merujuk pada tekanan yang dihasilkan oleh
kolom cairan di dalam suatu wadah yang berasal dari berat jenis cairan dan
kedalaman. Hal ini berarti semakin dalam suatu benda berada di dalam
fluida, semakin besar tekanan yang akan dialami. Misalnya, dalam air laut,
semakin dalam suatu objek tenggelam, semakin besar tekanan yang
diberikan oleh air di sekitarnya. Penting untuk diingat bahwa pemahaman
tentang mekanika fluida tidak hanya terbatas pada zat cair, tetapi juga
mencakup zat gas. Konsep ini memungkinkan kita untuk memahami
bagaimana udara bergerak dan bagaimana berbagai gaya dapat
mempengaruhi pergerakan udara. Contohnya, angin yang bertiup
merupakan hasil dari perbedaan tekanan udara di berbagai wilayah, dan ini
dapat dijelaskan menggunakan prinsip-prinsip mekanika fluida. Dengan
demikian, mekanika fluida memainkan peran krusial dalam menjelaskan
fenomena alam yang melibatkan pergerakan zat cair dan gas.
Fluida, entitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari,
memiliki peran yang tak ternilai. Setiap nafas manusia memasukkan udara,
setiap tegukan memperoleh air, dan tiap momen ada dalam kontak dengan
cairan ini. Lebih jauh lagi, dunia penerbangan dan pelayaran mengandalkan
fluida untuk beroperasi. Pesawat-pesawat melintasi lautan udara, sementara
kapal-kapal berlayar melalui samudera. Di bawah permukaan, kapal selam
memanfaatkan fluida untuk menyelam dalam kedalaman yang tak
terjangkau, dan kembali ke permukaan. Bahkan di dalam tubuh manusia, air
dan udara beredar tak henti, menjaga kehidupan berjalan meski sering tak
disadari.
Kita seringkali tak menyadari bahwa tubuh kita adalah suatu sistem
fluida yang kompleks. Darah, sebagai cairan utama dalam tubuh, membawa
nutrisi dan oksigen ke setiap sel, memungkinkan organ-organ untuk
berfungsi dengan optimal. Selain itu, cairan serebrospinal melindungi otak
dari benturan dan tekanan eksternal, memastikan bahwa pusat kendali
kehidupan kita tetap aman. Bahkan cairan sinovial dalam sendi-sendi kita
memastikan gerakan tubuh berlangsung dengan lancar tanpa rasa gesekan
yang menyakitkan. Dengan adanya fluida dalam tubuh, kehidupan dapat
berjalan dengan harmonis dan teratur.
Namun, tak hanya dalam tubuh manusia, fluida juga memiliki peran
yang tak terbantahkan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Air sungai
dan lautan adalah rumah bagi berbagai spesies, dari organisme mikroskopis
hingga hewan-hewan raksasa. Mereka bergantung pada karakteristik fluida
untuk bergerak, mencari makan, dan berkembang biak. Hutan-hutan hujan
tropis, dengan siklus airnya yang khas, menciptakan kondisi ideal bagi
kehidupan ribuan jenis tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu, memahami
dan menghormati peran fluida dalam kehidupan sehari-hari kita adalah
langkah pertama dalam menjaga keseimbangan alam semesta ini.
Teorema Bernoulli merupakan salah satu prinsip dalam bidang fluida
dan dinamika fluida yang pertama kali dirumuskan oleh seorang ilmuwan
Swiss bernama Daniel Bernoulli pada abad ke-18. Teorema ini menyatakan
bahwa dalam aliran fluida yang tidak viskus (tidak memiliki kekentalan)
dan mengalir dalam saluran tertutup, total energi yang dimiliki oleh suatu
partikel fluida akan tetap konstan sepanjang aliran, asalkan tidak ada gaya
eksternal yang bekerja pada partikel tersebut.

Pada sesi praktikum ini, ada dua topic utama yang akana dibahas.
Pertama, mengenai penggunaan mesin hydraulic bench, dan kedua,
mengenai pengoperasian. Kami akan mempelajari bagaimana masing-
masing mesin berfungsi ketika digunakan, serta mengidentifikasi faktor
eksternal yang memengaruhi kinerja keduanya. Contohnya, dengan
menganalisis aliran yang terjadi selama pengoperasian mesin dan mengenali
apakah itu aliran laminar atau turbulen.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum yang telah kita lakukan terkait modul
eksperimen teorema bernoulli adalah sebagai berikut:
1.1.1. Dapat mengoperasikan mesin atau alat bernoulli.
1.1.2. Menganalisa perubahan tekanan pada venturimeter dan
mengangkatnya dekat dengan persamaan pada colum untuk
dimasukan pada persamaan bernoulli.
1.1.3. Mengamati perubahan tekanan pada pipa konvergen dan divergen.
1.1.4. Mengetahui besarnya coefficient of discharge (c).
1.1.5. Dapat mengukur dan juga menghitung kinetic head, dan piezometric
head, serta head total.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Hukum Bernoulli


Hukum Bernoulli adalah prinsip dasar dalam ilmu fluida yang
menyatakan bahwa total energi dalam suatu aliran fluida adalah konstan
selama tidak ada gaya eksternal yang bekerja. Konsep ini diperkenalkan
oleh seorang ilmuwan Swiss bernama Daniel Bernoulli pada abad ke-18.
Hukum Bernoulli berlaku untuk aliran fluida yang tak kompresibel dan
mengalir dalam saluran yang halus, serta tidak ada gesekan yang signifikan.
Prinsip ini sangat penting dalam pemahaman tentang aliran fluida, terutama
dalam konteks aplikasi seperti aerodinamika pesawat terbang,
hidrodinamika kapal, dan berbagai sistem mekanik yang melibatkan
pergerakan fluida.
Hukum Bernoulli membagi energi dalam aliran fluida menjadi tiga
komponen utama: energi kinetik, energi potensial, dan energi tekanan.
Energi kinetik berkaitan dengan gerakan partikel-partikel fluida dan
berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Energi potensial berkaitan
dengan ketinggian dari suatu titik terhadap permukaan referensi, dan energi
tekanan berkaitan dengan tekanan statis dalam fluida. Hukum Bernoulli
menyatakan bahwa jika tidak ada kerja atau perubahan energi lain yang
terjadi pada sistem, maka total energi dari ketiga komponen ini akan tetap
konstan.
Salah satu contoh penerapan hukum Bernoulli adalah dalam
aerodinamika. Ketika udara mengalir di sekitar sayap pesawat, kecepatan
aliran meningkat di bagian atas sayap, menyebabkan tekanan udara di atas
sayap menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara di bawah
sayap. Hal ini menciptakan gaya angkat yang membuat pesawat dapat
terbang. Pemahaman akan hukum Bernoulli juga penting dalam desain dan
pengujian berbagai sistem pipa dan saluran fluida di berbagai industri,
membantu insinyur untuk memaksimalkan efisiensi dan kinerja sistem
tersebut.
Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum
kekekalan energi yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan
bahwa jumlah tekanan (p), energi kinetik per satuan volume, dan energi
potensial per satuan volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik
sepanjang suatu garis arus [1]. Jika dinyatakan dalam persamaan menjadi:
1 1
P1 + + Pv 12+h 1=P2+ + Pv 22+h 2……………………………(1)
2 2

Keterangan:
P1 = Tekanan pada pipa I (tunggal) (Pa)
P2 = Tekanan pada pipa II (rendah) (Pa)
P = Massa Jenis Fluida (kg/m3)
V1 dan V2 = Kecepatan fluida pada pipa I dan juga pipa II (m/s)
H1 dan H2 = ketinggian pada pipa I dan juga pada pipa II (m)

Hukum Bernoulli, yang menggabungkan prinsip-prinsip fisika seperti


tekanan, massa jenis, dan sifat-sifat zat cair, memainkan peran penting
dalam pemahaman perilaku fluida. Ketebalan zat cair dan variasi ketinggian
potensial gravitasi mempengaruhi bagaimana fluida bergerak dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Konsep ini menjadi landasan bagi
berbagai teknologi dan industri, membentuk dasar dari banyak peralatan
teknik yang digunakan di sektor industri.
Dengan memahami Hukum Bernoulli, insinyur dapat merancang
sistem-sistem yang lebih efisien dan efektif. Misalnya, dalam desain sistem
saluran air atau pipa, pemahaman yang kuat tentang prinsip ini
memungkinkan untuk mengoptimalkan aliran fluida, mengurangi
kebocoran, dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Begitu pula
dalam industri penerbangan, di mana pemahaman yang mendalam tentang
hukum ini menjadi kunci dalam perancangan sayap pesawat untuk mencapai
efisiensi aerodinamis maksimal.
Hukum Bernoulli juga berlaku dalam situasi sehari-hari. Ketika kita
membuka keran air, prinsip ini berperan dalam mengatur aliran air dari
keran. Begitu juga saat kita menggunakan penghisap debu, di mana udara
bergerak melalui selang dengan memanfaatkan tekanan yang diciptakan
oleh perangkat. Dengan memahami dan menerapkan konsep Hukum
Bernoulli, kita dapat meningkatkan kinerja berbagai sistem teknik dan
memanfaatkan potensi maksimal dari berbagai aplikasi teknologi dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2. Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup
zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat
mengalir. Zat padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga
tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air, minyak pelumas, dan susu
merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam
fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang
lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat
mengalir dari satu satu tempat ke tempatlain. Hembusan angin merupakan
contoh udara yang berpindah dari satu tempat ketempat lainnya.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap hari fluida seing dihirup, diminum, terapung atau
tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan
kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang
dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh setiap saat meskipun sering tidak
disadari [2].
Penting untuk diingat bahwa fluida tidak hanya mempengaruhi
aktivitas sehari-hari, tetapi juga memainkan peran penting dalam industri
dan teknologi. Misalnya, dalam mesin-mesin industri, minyak pelumas
digunakan untuk mengurangi gesekan dan memastikan kinerja yang
optimal. Di bidang kedirgantaraan, pemahaman tentang perilaku fluida
penting untuk mendesain pesawat terbang yang efisien. Demikian pula,
dalam industri maritim, pengetahuan tentang prinsip fluida diperlukan untuk
merancang kapal yang stabil dan efektif.
Selain itu, ilmu fluida juga memainkan peran kunci dalam bidang
medis. Misalnya, dalam sistem peredaran darah manusia, darah berperan
sebagai fluida vital yang mengalir melalui pembuluh darah untuk memasok
nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Pemahaman tentang sifat-sifat fluida
membantu dalam diagnosis dan pengobatan berbagai kondisi medis.
Secara keseluruhan, fluida memegang peran penting dalam berbagai
aspek kehidupan kita, dari aktivitas sehari-hari hingga industri dan bidang
kesehatan. Memahami sifat-sifat dan perilaku fluida memberikan wawasan
yang dalam tentang bagaimana dunia di sekitar kita bergerak dan berfungsi.

1.3. Aliran Fluida


Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir, baik berupa cairan
maupun gas. Sifat alirannya memungkinkan fluida untuk mengubah
bentuknya dengan mudah, mengisi wadah dengan volume yang berubah-
ubah, serta mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Mekanika fluida
merupakan cabang ilmu yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat fluida,
baik dalam keadaan diam maupun bergerak. Dalam analisis mekanika
fluida, hukum-hukum dasar fisika seperti hukum Newton dan hukum gaya
diaplikasikan kepada medium kontinyu ini untuk memahami berbagai
fenomena yang terjadi.
Terdapat tiga jenis aliran utama dalam mekanika fluida, yakni aliran
laminar, aliran turbulen, dan aliran transisi. Aliran laminar adalah tipe aliran
di mana fluida mengalir dengan pola teratur dan terorganisir, sering kali
bergerak sepanjang jalur yang jelas. Di sisi lain, aliran turbulen terjadi
ketika fluida mengalir dengan kecepatan tinggi dan menyebabkan
pergerakan acak dan kompleks dalam mediumnya. Fenomena ini sering
terlihat dalam aliran sungai besar atau angin yang kuat. Sementara itu, aliran
transisi adalah kombinasi dari kedua jenis aliran sebelumnya, di mana
terdapat perubahan dari aliran laminar menjadi turbulen atau sebaliknya.
Memahami karakteristik masing-masing jenis aliran ini penting dalam
analisis dan perancangan sistem yang melibatkan fluida. Berikut adalah
penjelasan lengkapnya:
1.3.1. Aliran Laminar
Aliran laminar adalah salah satu dari tiga jenis aliran dalam
mekanika fluida. Dalam aliran laminar, fluida mengalir dengan pola
gerakan yang teratur, terorganisir, dan teratur. Pada umumnya,
partikel-fluida mengikuti lintasan paralel atau berbentuk lapisan-
lapisan yang rapi, tanpa ada pertukaran campuran yang signifikan
antar lapisan tersebut. Karakteristik ini membuat aliran laminar
tampak seperti aliran yang mengalir dengan kecepatan yang
konsisten di sepanjang jalur yang jelas.
Dalam aliran laminar, viskositas atau kekentalan fluida
berperan penting. Jika viskositas tinggi, maka cenderung
memperkuat kecenderungan aliran laminar. Selain itu, Reynold's
number (bilangan Reynold) juga menjadi parameter penting dalam
menentukan jenis aliran. Aliran laminar biasanya terjadi pada
bilangan Reynold yang rendah, di bawah sekitar 2.300.
Contoh aliran laminar dapat ditemukan dalam pipa-pipa
dengan kecepatan aliran yang relatif rendah atau pada cairan yang
memiliki viskositas tinggi, seperti minyak yang mengalir melalui
pipa tipis. Memahami dan menganalisis aliran laminar penting dalam
berbagai aplikasi teknik, seperti dalam perancangan sistem perpipaan
dan pendinginan, karena memungkinkan prediksi perilaku fluida
dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
1.1.1. Aliran Transisi
Aliran transisi adalah jenis aliran dalam mekanika fluida yang
merupakan peralihan antara aliran laminar dan aliran turbulen. Ini
terjadi ketika kondisi dan parameter lingkungan mengakibatkan
perubahan dari aliran laminar yang teratur dan terorganisir menjadi
aliran turbulen yang kompleks dan acak, atau sebaliknya. Dalam
aliran transisi, terdapat fluktuasi yang semakin meningkat dari waktu
ke waktu, tetapi belum mencapai tingkat kekacauan dan
kompleksitas yang terjadi dalam aliran turbulen sepenuhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya aliran transisi
meliputi kecepatan aliran, viskositas fluida, dan geometri dari
medium yang mengalir. Misalnya, jika kecepatan aliran meningkat
melewati batas tertentu atau jika viskositas menurun, maka bisa
menyebabkan perubahan dari aliran laminar menjadi aliran transisi
atau bahkan turbulen.
Aliran transisi dapat ditemukan dalam berbagai situasi praktis.
Contohnya adalah aliran di sekitar badan pesawat atau kendaraan di
udara, di mana saat mengalir di sepanjang permukaan kendaraan,
aliran mungkin mengalami perubahan dari laminar ke transisi,
terutama di daerah-daerah tertentu seperti sekitar tepi belakang.
Memahami aliran transisi penting dalam berbagai aplikasi
teknik dan industri karena ini memungkinkan insinyur untuk
merancang sistem dengan mempertimbangkan kondisi aliran yang
sesuai dan mengoptimalkan kinerjanya.
1.1.1. Aliran Turbolen
Aliran turbulen adalah jenis aliran dalam mekanika fluida yang
ditandai oleh pergerakan fluida yang acak, tidak teratur, dan
kompleks. Dalam aliran turbulen, partikel-partikel fluida tidak
mengikuti pola gerakan yang terorganisir atau teratur seperti pada
aliran laminar. Sebaliknya, partikel-partikel fluida bergerak secara
acak dengan berbagai kecepatan dan arah, saling berinteraksi satu
sama lain. Hal ini mengakibatkan pembentukan pusaran-pusaran dan
gelombang-gelombang kecil di dalam aliran.
Aliran turbulen terjadi pada kecepatan aliran yang tinggi atau
ketika viskositas fluida rendah. Pada kecepatan tinggi, tekanan yang
dihasilkan oleh fluida bisa mengakibatkan perubahan tiba-tiba dalam
aliran, menciptakan pergerakan acak dan tidak teratur. Sebagai
contoh, air yang mengalir dengan kecepatan tinggi di sungai yang
berbatu dapat menunjukkan karakteristik aliran turbulen.
Karakteristik aliran turbulen mencakup pembentukan pusaran,
peningkatan kecepatan dan tekanan secara tidak teratur, serta tingkat
turbulensi yang dapat bervariasi. Aliran turbulen juga memiliki
spektrum skala, artinya terdapat berbagai ukuran gelombang dan
pusaran, mulai dari yang besar hingga sangat kecil.
Studi aliran turbulen merupakan bagian penting dari mekanika
fluida, terutama dalam desain dan analisis sistem seperti mesin jet,
pompa, dan kendaraan bertenaga. Memahami perilaku dan
karakteristik aliran turbulen memungkinkan insinyur untuk
mengoptimalkan desain sistem untuk kinerja yang lebih baik dan
efisiensi yang lebih tinggi [3].

1.2. Bagian-Bagian Fluida


Bagian-bagian dalam studi mekanika fluida mengacu pada
karakteristik dan perilaku dari fluida yang dipelajari oleh para ilmuwan dan
insinyur. Berikut adalah beberapa bagian penting dalam studi mekanika
fluida:
1.2.1. Fluida Statis
Fluida statis mengacu pada keadaan di mana fluida berada
dalam keadaan diam atau dalam keseimbangan tekanan. Dalam
konteks ini, "statis" berarti tidak ada gerakan aliran atau perubahan
kecepatan dalam fluida. Meskipun fluida statis tidak mengalir,
tekanan dalam fluida masih dapat berubah berdasarkan kedalaman
atau posisi dalam wadah.
Konsep fluida statis memiliki beberapa karakteristik penting
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh
kolom fluida yang diam dan tergantung pada kedalaman dalam
wadah. Semakin dalam suatu titik di dalam fluida, semakin
tinggi tekanan hidrostatiknya.
b. Hukum Pascal
Hukum Pascal menyatakan bahwa perubahan tekanan
pada fluida dalam wadah tertutup akan dihantarkan dengan cara
yang sama ke seluruh bagian fluida. Ini berarti jika tekanan
diterapkan pada fluida di satu titik, tekanan akan dirasakan di
seluruh bagian fluida.
c. Keseimbangan Tekanan
Dalam keadaan statis, tekanan pada setiap titik dalam
fluida harus sama. Ini berarti bahwa tekanan di dasar wadah
yang berisi fluida statis akan lebih tinggi daripada di permukaan
fluida.
d. Keseimbangan Hidrostatik
Keseimbangan hidrostatik berarti bahwa jika fluida statis
berada dalam wadah tertutup, tekanan pada setiap titik di dalam
wadah akan mencapai kesetimbangan. Ini penting dalam
aplikasi seperti sistem hidrolik.
e. Permukaan Bebas
Permukaan bebas adalah permukaan yang memisahkan
fluida statis dari atmosfer atau dari ruang lainnya. Tekanan di
permukaan bebas selalu sama dengan tekanan atmosfer.

Fluida statis adalah dasar dari banyak prinsip dan aplikasi dalam
teknik sipil, hidrolika, dan mekanika fluida. Memahami perilaku
fluida dalam keadaan diam memungkinkan insinyur untuk merancang
struktur dan sistem yang dapat menangani tekanan dan kekuatan yang
bekerja pada fluida di berbagai kondisi.

1.2.2. Fluida Dinamis


Fluida dinamis adalah cabang ilmu fluida yang mempelajari
perilaku fluida dalam gerakan, terutama ketika mengalir melalui
berbagai jenis geometri atau struktur. Ini melibatkan analisis dan
prediksi sifat-sifat fluida seperti tekanan, kecepatan, dan distribusi
energi kinetik dalam berbagai situasi aliran. Contohnya aliran fluida
dalam pipa.
Berikut merupakan beberapa konsep penting dalam fluida
dinamis antara lain:
a. Hukum Kontinuitas
Hukum ini menyatakan bahwa aliran massa ke dalam dan
keluar dari suatu volume kontrol harus sama. Dengan kata lain,
jika sebuah fluida mengalir melalui saluran atau pipa, maka
jumlah massa fluida yang masuk harus sama dengan jumlah
massa yang keluar pada setiap titik dalam pipa tersebut.
b. Hukum Bernoulli
Hukum ini menyatakan bahwa dalam aliran fluida tak
kental dan tak terkompressibel, total energi per satuan massa
(yang terdiri dari energi tekanan, energi kinetik, dan energi
potensial) adalah konstan. Ini berarti jika kecepatan aliran
meningkat, tekanan cenderung menurun, dan sebaliknya jika
aliran menurun, tekanan cenderung meningkat.
c. Hambatan dan Rezim Aliran
Ketika fluida mengalir melalui saluran atau pipa, terdapat
hambatan yang disebabkan oleh gesekan antara fluida dan
permukaan pipa. Rezim aliran (laminar atau turbulen)
ditentukan oleh perbandingan antara gaya gesekan dan inersia
dalam aliran tersebut.
d. Gaya Dorong dan Gaya Gesek
Gaya dorong adalah gaya yang mempengaruhi gerakan
fluida, seperti gaya gravitasi atau gaya yang dihasilkan oleh
pompa atau kipas. Gaya gesek terjadi akibat gesekan antara
fluida dan permukaan di mana fluida mengalir dan dapat
menyebabkan rugi-rugi.
e. Persamaan Navier-Stokes
Ini adalah seperangkat persamaan diferensial parsial yang
menggambarkan perilaku fluida dalam berbagai kondisi dan
aliran. Persamaan ini memasukkan faktor-faktor seperti tekanan,
viskositas, dan percepatan. Solusi dari persamaan Navier-Stokes
dapat memberikan informasi rinci tentang aliran fluida dalam
situasi tertentu.
f. Viskositas
Ini adalah sifat fisik dari fluida yang menentukan
resistensi internal terhadap aliran. Fluida dengan viskositas
tinggi cenderung mengalir lebih lambat dan membentuk lapisan
dengan kecepatan yang berbeda di dalam aliran.
g. Aliran Kompresibel dan Tak Kompresibel
Fluida kompresibel dapat mengalami perubahan volume
yang signifikan dengan perubahan tekanan. Fluida tak
kompresibel memiliki volume yang hampir tetap bahkan ketika
tekanan berubah.
h. Aliran dalam Saluran Terbuka
Ini mencakup aliran di sungai, sungai kecil, dan kanal
terbuka lainnya. Di sini, tekanan atmosfer dianggap
mempengaruhi aliran, dan permukaan air terbuka memainkan
peran penting dalam menentukan tinggi dan kecepatan aliran.

Dalam praktiknya, ilmuwan dan insinyur memanfaatkan


prinsip-prinsip fluida dinamis ini untuk merancang sistem perpipaan,
mesin, pompa, turbine, dan banyak aplikasi lain yang melibatkan
pergerakan fluida. Dengan memahami perilaku fluida dalam kondisi
dinamis, mereka dapat mengoptimalkan kinerja sistem dan
memecahkan masalah terkait aliran fluida [2].

1.3. Mesin Teorema Bernoulli


Teorema Bernoulli adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk
mengukur laju aliran fluida (seperti cairan, gas, atau uap) yang mengalir
melalui sebuah tabung venturi. Pengukuran laju aliran ini penting dalam
berbagai aplikasi industri dan ilmiah, seperti pengelolaan pasokan air,
pengendalian proses kimia, dan pengukuran konsumsi bahan bakar dalam
kendaraan. Terdapat berbagai jenis Teorema Bernoulli yang dirancang
untuk berbagai jenis fluida dan kondisi aliran.
Teorema Bernoulli dapat bekerja berdasarkan berbagai prinsip. Salah
satu prinsip yang umum adalah prinsip perbedaan tekanan, di mana
perangkat mengukur perbedaan tekanan antara dua titik dalam sistem aliran.
Dari perbedaan tekanan ini, dapat menghitung laju aliran fluida. Prinsip lain
melibatkan pengukuran perubahan induktansi, efek Doppler pada
gelombang suara, atau bahkan pengukuran laju aliran termal berdasarkan
perbedaan suhu.
Keunggulan Teorema Bernoulli adalah kemampuannya untuk
memberikan pengukuran real-time atau kontinu dari laju aliran. Hal ini
memungkinkan untuk pemantauan dan pengendalian yang tepat dalam
berbagai proses industri. Namun, pemilihan yang tepat sangat tergantung
pada karakteristik fluida yang diukur, seperti viskositas, kerapatan, dan
tekanan, serta kondisi operasional sistem.
Penting untuk mencatat bahwa keakuratan pengukuran Teorema
Bernoulli dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi aliran,
instalasi yang tepat, dan kalibrasi yang benar. Oleh karena itu, pemilihan,
instalasi, dan pemeliharaan Teorema Bernoulli yang tepat sangat penting
untuk memastikan akurasi dan kinerja yang baik dari sistem pengukuran
aliran [4].

Gambar 2.5.1 Mesin Eksperimen teorema bernoulli


Sumber: Laboratorium Konversi Energi ITERA

1.4. Penerapan Hukum Bernoulli


Penerapan hukum bernoulli ini dapat diaplikasikan pada berbagai
jenis aliran fluida dengan beberapa asumsi, sebagai berikut.
1.1.1. Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible).
1.1.2. Fluida tidak memiliki kekentalan.
1.1.3. Aliran fluida tidak berubah terhadap waktu.
1.1.4. Aliran fluida laminar bersifat tetap, tidak ada pusaran.
1.1.5. Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan
dinding. Serta tidak ada kehilangan energi akibat turbulen.
1.1.6. Tidak ada energi panas yang ditransfer pada fluida baik sebagai
keuntungan ataupun kerugian panas.

1.4.1. Bilangan Reynolds


Bilangan Reynolds (Re) merupakan bilangan yang tidak
memiliki dimensi yang menjadi faktor penting dalam menganalisa
jenis aliran (laminar, turbulen atau transisi). Re adalah perbandingan
antara gaya inersia terhadap gaya viskositas. Untuk rumus dari
bilangan reynolds adalah sebagai berikut.
vρd Gaya Inersia
Re = = ………………………..
μ Viskositas
…(2)

Keterangan:
Re = bilangan reynolds
v = kecepatan rata-rata aliran didalam pipa (m/det)
d = diameter dalam pipa (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
μ = viskositas dinamik fluida (kg/m.det)
1.4.2. Kehilangan Energi
Kehilangan energi (Headloss) merupakan faktor yang
mempengaruhi kapasitas pipa sebagai sarana penghantar aliran baik
air maupun pipa. Terdiri dari kemarem-kemaren yang ada dibagian
kehilangan energi seperti.
a. Mayor headloss
Major Losses adalah kehilangan pada aliran dalam pipa
yang disebabkan oleh friksi yang terjadi disepanjang aliran fluida
yang mengalir terhadap dinding pipa.

b. Minor headloss
Kehilangan-kehilangan yang terjadi dalam sistem pipa
dikarenakan oleh bends (tekukan-tekukan), elbows (siku-siku),
joints (sambungan-sambungan), valves (klep-klep) dan Lain-lain
disebut kehilangan minor.

1.4.3. Viskositas
Viskositas suatu fluida adalah ukuran resistensi terhadap laju
deformasi. Viskositas atau kekentalan suatu fluida sangat penting
dalam penganalisaan kondisi fluida dan gerakan fluida. Zat cair riil
adalah zat yang memiliki kekentalan, sedangkan zat cair ideal tidak
memiliki kekentalan. Hal ini terjadi karena adanya sifat kohesi
antara partikel zat cair. Perbedaan kecepatan partikel dalam medan
aliran terjadi karena adanya kekentalan zat cair. Partikel zat cair
yang berdampingan dengan dinding batas akan memiliki kecepatan
nol atau diam, sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari
dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut merupakan
fungsi jarak dari dinding batas. Aliran zat cair riil disebut aliran
viskos.
1.4.4. Tekanan
Fluida memegang peranan penting dalam penyelesaian
permasalahan. Tinjauan fluida statis dan fluida dinamis mutlak
diperlukan untuk mencari berbagai solusi yang diperlukan. Salah
satu hal yang diperhatikan dalam fluida statis adalah tekanan
(pressure). Fluida didefinisikan sebagai zat yang mengalami
perubahan bentuk bila mendapat tekanan, meskipun tekanan
tersebut sangat kecil. Tekanan pada fluida dipancarkan dengan
kekuatan sama besar ke semua arah dan bekerja tegak lurus pada
suatu bidang [5].

1.1. Venturimeter
Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur debit cairan
yang melalui pipa tertutup. Venturimeter menggunakan prinsip Bernoulli
dan Kontiunitas dengan mengandalkan perbedaan luas penampang yang
dapat mengakibatkan perbedaan kecepatan seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya. Perbedaan luas penampang dari diameter yang lebih besar
menjadi lebih kecil kemudian membesar lagi dilakukan seperlahan atau
seideal mungkin untuk menghindari terjadinya kehilangan tinggi tekan
akibat ekspansi atau kontraksi tiba-tiba. Jika dipasang piezometer pada
bagian-bagian penampang yang berbedabeda, akan terlihat perbedaan
ketinggian sebagai wujud dari perbedaan tekanan fluida yang melewati
penampang [6].

Gambar 2.2.6 Kondisi Ideal Venturimeter


Sumber : Ariza, 2019
Umumnya alat ini terdiri dari: (1) bagian hulu, yang berukuran sama
dengan pipa. Pada bagian ini dipasang manometer diferensial. (2) bagian
kerucut konvergen. (3) bagian leher yang berbentuk silinder dengan ukuran
diameter lebih kecil dari diameter hulu. Pada bagian ini juga dipasang
manometer diferensial. (4) bagian kerucut divergen yang secara berangsur-
angsur berukuran sama dengan bagian hulu atau sama dengan pipa.

Gambar 2.2.7 Manometer Diferensial


Sumber: Ariza, 2019

Keterangan:
D1 = Diameter hulu venturi
D2 = Diameter throat (leher venturi)
11 = Panjang hulu venturi (bagian masuk)
12 = Panjang bagian konvergen
13 = Panjang throat (leher venturi)
14 = Panjang bagian divergen (bagian keluar)

Dalam meteran venturi, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya


berkurang didalam kerucut konvergen. Penurunan tekanan itu selanjutnya
dimanfaatkan untuk mengukur laju aliran melalui instrument/peralatan itu.
Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan
awalnya kembali pulih dibagian divergen. Agar pemulihan tekanan itu
besar, sudut kerucut konvergen dibuat kecil, sehingga pemisahan lapisan-
batas dapat dicegah dan gesekan pun minimum. Oleh karena pada bagian
yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut bagian
konvergen dibuat lebih pendek daripada kerucut bagian divergen pada saat
pengaplikasiannya nanti. Gesekan yang ditimbulkan pada bagian ini pun
kecil. Dengan demikian ruang dan bpun dapat dihemat. Walaupun meteran
venturi dapat digunakan untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya
digunakan untuk mengukur zat cair, terutama air.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1.5. Alat Dan Bahan


Dalam praktikum ini ada beberapa alat dan bahan yang akan
mendukung berjalannya praktikum, antara lain:
3.1.1 Alat Teorema Bernoulli
Alat ini berfungsi untuk mencari tahu peningkatan pada
kecepatan fluida yang sudah diatur dengan membandingkan
ketinggian air pada pipa

d e

c f

h
b i

a j

Gambar 2.3.1 Alat Teorema Bernoulli


Sumber: Laboratorium Konversi Energi
Mesin ini digunakan untuk meninjau perubahantekananfluida
pada venturimeter yang berdasarkan pada ketinggian air pada tabung
manometer. Adapun bagian-bagian dari mesin teorema Bernoulli
yaitu:
a. Kepala Pitot tube berfungsi sebagai pelindung instrumen untuk
pengukuran kecepatan pada aliran fluida.
b. Tabung Venturi pipa yang khusus digunakan untuk mengukur
airan fluida
c. Katub buang udara berfungsi sebagai tempat pembuangan udara.
d. Katub udara berfungsi sebagai tempat pembuangan udara.
e. Pipa selang air masuk berfungsi sebagai mengalirkan air dari
sumber air
f. Tabung manometer untuk mengukur ketinggian air.
g. Katub buka dan tutup berfungsi sebagai air masuk ke tabung
manometer
h. Pipa selang air keluar berfungsi untuk mengeluarkan air dari alat
eksperimen bernoulli.
i. Kepala pitot tube berfungsi sebagai ujung dari pitot tube.
j. Pitot tube berfungsi sebagai instrumen untuk pengukuran
kecepatan pada aliran fluida.

3.1.2 SelangPenghubung
Selang penghubung berfungsi untuk menghubungkan aliran air
didalam tangki air ke pipa

Gambar1.3.4 SelangPenghubung
Sumber: laboratorium konversi energi
3.1.3 Aquadest
Aquadest adalah air suling yang diperoleh melalui proses
penyulingan dan biasanya memiliki kandungan mineral yang relatif
tinggi.

Gambar 2.3.2 Aquadest


Sumber: Eprints Untirta, https://eprints.untirta.ac.id/19956/, 2011

1.6. Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum yang harus dilakukan untuk memperoleh
data dari alat teorema bernoulli, antara lain:
1.1.1 Menghubungkan mesin/alat Bernoulli Experiment dengan hydraulic
Bench sesuai manual book.
1.1.2 Membuka penuh katub pada Bernoulli dengan memutar berlawanan
arah jarum jam.
1.1.3 Menghidupkan pompa hydraulic bench dengan kecepatan yang telah
ditentukan 5 l/min.
1.1.4 Membuka katub V-1 untuk membuang udara yang tersisa pada venturi
dan selang yang menghubungkan venturi dengan tube kemudian tutup
kembali.
1.1.5 Memastikan ketinggian air pada manometer dapat di baca tidak terlalu
tinggi dan rendah, bisa menggunakan alat bantu pompa untuk
menambahkan udara pada tube.
1.1.6 Mencatat h1 dan h2 dengan cara geser pitot sesuai titik 0-6 dengan
perlahan dan hati-hati.
1.1.7 mengulangi percobaan ini dengan menggantu aliran bench sebesar 8
dan 12 l/min.
1.1.8 Mematikan pompa Hydraulic bench dengan cara menekan tombol
on/off mesin.
1.1.9 Menguras air pada tube venturi dan selang hingga habis dengan
bantuan pompa tangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil
Berdasarkan praktikum mengenai modul 1 Eksperimen Teorem
Bernaulli yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
1.1.1 Data Hasil Praktikum
Adapun data yang diperoleh setelah melakukan praktikum
percobaan teorema bernoulli adalah sebagai berikut
Tabel 1.4.1 Data hasil percobaan
Q1 Q2 Q3
Positio
(4 l/min) (8 l/min) (12 l/min)
n
h1(m) h2 (m) h1 (m) h2 (m) h1(m) h2 (m)
0 0,095 0,097 0,164 0,169 0,355 0,357
1 0,042 0,094 0,037 0,162 0,050 0,347
2 0,041 0,087 0,040 0,154 0,077 0,328
3 0,042 0,087 0,047 0,151 0,088 0,323
4 0,052 0,085 0,070 0,152 0,136 0,318
5 0,062 0,084 0,084 0,148 0,168 0,316
6 0,069 0,076 0,104 0,138 0,215 0,292

1.1.2 Rumus Yang Digunakan


Adapun rumus yang digunakan setelah memperoleh data hasil
percobaan adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan aliran air

2
V 1=
2
√ 2 g (h2−h 1)
ρ
2
V 1 V2
+h1= + h2
2g 2g
2 2
V 1 V2
= + h −h
2g 2g 2 1

( )
2
V2
V 1= +h −h 2 g
2g 2 1
2
V 1=V 2 + ( h2−h1 ) 2 g

Dimana :
V 1 ,V 2 , dan V 3 = Kecepatan aliran (m/s)
h2 dan h1 = Ketinggian (m)
g = Gaya gravitasi (9,8 m/s2)
ρ = 1000 kg/m3

b. Luas venture

Q
A=
V

Dimana :
A = Luas venturi (m2)
Q = Kecepatan aliran (l/min)
V = Kecepatan Aliran pada setiap bagian (m/s)

c. Kinetic head
2
Q
h= 2
2gA

Dimana :
h1 = Kinetic head (m)
Q = Kecepatan aliran hydraulic bench (l/min)
𝑔 = Gaya gravitasi (9,81 m/𝑠2)
𝐴 = Luas venturi (𝑚2)

d. Piezometric head

hi
h=
ρg

Dimana :
hi = Kinetic head (m)
h = Piezometric head (m)
𝜌 = 1000 kg/m2
𝑔 = Gaya gravitasi (9,81 m/s2)

1.1.3 Data Hasil Perhitungan


Tabel data hasil perhitungan merupakan data yang didapatkan
setelah melakukan perhitungan adalah sebagai berikut.
Tabel 1.4.2 Hasil perhitungan percobaan 1

Q1(4 l/min)
Positi
on Kinetic Piezometric
h1−h2 v 1 (m/s) S1(m2) Total head
head (m) head (m)
0 0,002 0,1982 0,0003364 0,002002 0,0000099 0,0020119
1 0,052 1,0106 0,0000066 0,052052 0,0000096 0,0520616
2 0,046 0,9505 0,0000701 0,046046 0,0000089 0,0460549
3 0,045 0,9401 0,0000709 0,045045 0,0000087 0,450539
4 0,033 0,8051 0,0000828 0,033033 0,0000086 0,0330417
5 0,022 0,6573 0,0001014 0,022022 0,0000086 0,0220306
6 0,007 0,3708 0,0001798 0,007007 0,0000077 0,0070147

Tabel 1.4.3 Hasil perhitungan percobaan 2


Q1(8 l/min)
Positio
n Kinetic Piezometri
h1−h2 v 1 (m/s) S1(m2) Total head
head (m) c head (m)
0 0,005 0,0099 0,0004254 0,0050050 0,0000172 0,0050222
1 0,125 0,0495 0,000081 0,1251250 0,0000165 0,1251415
2 0,114 0,0472 0,000091 0,1141140 0,0000157 0,1141297
3 0,104 0,0541 0,0000891 0,1041040 0,0000154 0,1041194
4 0,082 0,0401 0,0001050 0,0820820 0,0000155 0,0820975
5 0,064 0,0354 0,0001189 0,0640640 0,0000151 0,0640791
6 0,034 0,0258 0,0001631 0,0340340 0,0000141 0,0340481

Tabel 1.4.4 Hasil perhitungan percobaan 3

Q1(12 l/min)
Positi
on Kinetic Piezometri
h1−h2 v 1 (m/s) S1(m2) Total head
head (m) c head (m)
0 0,002 0,0063 0,001009 0,002002 0,0000364 0,0020384
1 0,297 0,0763 0,000083 0,297297 0,0000354 0,2973324
2 0,251 0,0702 0,000090 0,251251 0,0000334 0,2512844
3 0,235 0,0679 0,000093 0,235235 0,0000329 0,2352679
4 0,182 0,0598 0,000106 0,182182 0,0000324 0,1822144
5 0,148 0,0539 0,000106 0,148148 0,0000322 0,1481802
6 0,077 0,0389 0,000163 O ,O 77 O 770,0000298 0,0771068

1.2. Pembahasan
Setelah melakukan praktikum diperoleh hasil percobaan, maka
diketahui bahwa data yang diperoleh dari beberapa percobaan yang mana
percobaan pertama dengan debit masing-masing yaitu 4 liter/menit, 8
liter/menit, dan juga 12 liter/menit. Dari data tersebut maka akan diperoleh
berapa ketinggian pada delapan tabung manometer. Pada praktikum kali ini
dilihat sampai pada tabung ketujuh dimana tabung 1-6 untuk mengukur h1
pada setiap posisi pitot dan tabung ke-7 untuk mengukur h2 setiap posisi
pitot sebagai, dan pada tabung ke delapan sudah tidak memiliki saluran
pembuangan lagi yang mana mengalami stuck.

Grafik Hubungan Kinetic Head

4 liter/menit 8 liter/menit 12 liter/menit

3.50E-01

3.00E-01 0.297297
0.251251
2.50E-01
0.235235
2.00E-01
Kinetic Head (m)

0.182182
1.50E-01 0.1251250 0.148148
0.1141140
0.1041040
1.00E-01 0.0820820
0.052052 0.046046 0.077077
0.045045 0.0640640
5.00E-02 0.033033
0.002002 0.002002 0.022022 0.0340340
0.0050050 0.007007
0.00E+00
0 1 2 3 4 5 6

Position

Grafik 1.4.1 Kinetic Head terhadap posisi

Grafik diatas merupakan grafik Kinetic Head terhadap posisi dengan


beberapa percobaan dengan variasi 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3. Pada 𝑄1 dengan debit
aliran 4 liter/menit didapatkan nilai Kinetic Head paling besar ialah
−2
5 , 2× 10 m dengan posisi dua, sedangkan nilai terkecilnya yaitu pada
2 ×10
−3
m pada posisi satu. Pada 𝑄2 dengan debit aliran 8 liter/menit
didapatkan nilai Kinetic Head paling besar ialah
−2
1 , 25× 10 m dengan posisi dua, sedangkan nilai terkecilnya ialah 5 ×10−3
m pada posisi satu. Pada 𝑄3 dengan debit aliran 12 liter/menit didapatkan
nilai Kinetic Head paling besar ialah 2 , 97 ×10−2 m pada posisi dua,
sedangkan nilai terkecilnya ialah 2 ×10−3 m pada posisi satu. Berdasarkan
gambar grafik diatas dapat diketahui bahwa Posisi tabung manometer
Sangat mempengaruhi nilai Kinetic Head. Hal ini dikarnakan nilai kinetic
head berbanding lurus dengan nilai kecepatan aliran air yang dimiliki.
Dalam grafik diatas ini juga dapat disimpulkan bahwa antara kinetic Head
dengan Posisi tabung manometer memiliki hubungan satu sama lain dalam
kata lain saling berkesinambungan. Selain Karna Posisi tabung manometer,
ada faktor lain yang mempengaruhinya Salah Satunya adalah Kecepatan
aliran air. Kecepatan aliran air juga mempengaruhi nilai Kinetic Head yang
didapatkan, karna pada prinsipnya semakin besar Suatu laju aliran air maka,
nilai Kinetic Headnya akan Semakin tinggi.

Grafik Piezometric Head

4 liter/menit 8 liter/menit 12 liter/menit

0.0000400 0.0000354
0.0000364 0.0000334 0.0000329 0.0000324 0.0000322
0.0000350
0.0000298
0.0000300

0.0000250
Piezometric Head (m)

0.0000172 0.0000165 0.0000154 0.0000151


0.0000200 0.0000157 0.0000155
0.0000141
0.0000150

0.0000100

0.00000500.0000099 0.0000077
0.0000096 0.0000089 0.0000089 0.0000087 0.0000086
0.0000000
0 1 2 3 4 5 6

Position

Grafik 1.4.2 Grafik Piezometric Head Terhadap Posisi

Grafik diatas merupakan grafik Piezometric Head terhadap posisi


dengan beberapa percobaan dengan variasi 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3. Pada 𝑄1dengan
debit aliran 4 liter/menit didapatkan nilai Piezometric Head paling besar
ialah 9 , 9 ×10−6 m pada posisi satu, sedangkan nilai terkecilnya yaitu pada
7 , 7 ×10
−6
m pada posisi enam. Pada 𝑄2 dengan debit aliran 8 liter/menit
didapatkan nilai Piezometric Head paling besar ialah 1 ,72 ×10−5 m pada
posisi satu, sedangkan nilai terkecilnya ialah 1 , 41 ×10−5 m pada posisi
enam. Pada 𝑄3dengan debit aliran 12 liter/menit didapatkan nilai
Piezometric Head paling besar ialah 3 , 64 ×10−5 m pada posisi satu,
sedangkan nilai terkecilnya ialah 2 , 98 ×10−5 m pada posisi enam. Dapat
disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan berbanding lurus
dengan nilaih2.

Grafik Total Head

4 liter/menit 8 liter/menit 12 liter/menit

0.3500000

0.3000000 0.2973324
0.2512844
0.2500000
0.2352679
0.2000000
Total Head (m)

0.1822144
0.1251415
0.1500000 0.1141297 0.1481802
0.1041194
0.0771068
0.10000000.0020384 0.0820975
0.0640791
0.0050222
0.0500000 0.0340481
0.0520616 0.0460549 0.0220306
0.0450539 0.0330417 0.0070147
0.0000000 0.0020119
0 1 2 3 4 5 6

Position

Grafik 1.4.3 Hubungan Total Head dengan Posisi

Grafik diatas merupakan grafik Total Head terhadap posisi dengan


beberapa percobaan dengan variasi 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3. Pada 𝑄1 dengan debit
aliran 4 liter/menit didapatkan nilai Total Head paling besar ialah 0,0520616
m dengan posisi dua, sedangkan nilai terkecilnya yaitu pada 0,0020119 m
pada posisi 1. Pada 𝑄2 dengan debit aliran 8 liter/menit didapatkan nilai
Total Head paling besar ialah 0,1251415 m pada posisi tiga, sedangkan nilai
terkecilnya ialah 0,0050222 m pada posisi dua. Pada 𝑄3 dengan debit aliran
12 liter/menit didapatkan nilai Total Head paling besar ialah 0,2973324 m
pada posisi satu, sedangkan nilai terkecilnya ialah 0,0020384 m pada posisi
dua. Dari grafik diatas, jika lihat dengan seksama, grafik Total Head hampir
sama dengan grafik Kinetic Head hal ini dikarenakan Kinetic Head sangat
berpengaruh besar pada nilai Total Head.
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum
mekanika fliuda tentang eksperimen teorema bernauli kali ini adalah sebagai
berikut:
1.1.1. Pratikan mampu mengoperasikan mesin atau alat bernoulli.
1.1.2. Pratikan mampu dan paham perubahan tekanan pada venturimeter
dan menghubungkannya dengan persamaan bernoulli.
1.1.3. Pratikan mengamati dan paham terhadap perubahan tekanan pada
pipa konvergen dan divergen.
1.1.4. Coefficient of discharge (c) merupakan yaitu koefisien yang
dikalikan dengan debit teoritik untuk mendapatkan debit aktual
karena diabaikannya perbedaan tekanan dan kecepatan aliran untuk
menghitung debit teoritik.
1.1.5. Pratikan mampu mengukur dan juga menghitung kinetic head, dan
piezometric head, serta head total.

1.2 Saran
Adapun saran yang diberikan setelah melakukan praktikum mekanika
fluida tentang eksperimen teorema bernaulli adalah sebagai berikut:
1.1.1. Praktikan diharap menggunakan alat pelindung diri terlebih dahulu
sebelum melakukan praktikum untuk mengantisipasi kecelakaan
kerja.
1.1.2. Praktikan diharap memahami prosedur praktikum terlebih dahulu
sebelum melakukan praktikum untuk mencegah kecelakaan kerja.
1.1.3. Praktikan diharap datang tepat waktu agar tidak mengganggu
jalannya kegiatan praktikum.
1.1.4. Pada saat praktikum dimulai, praktikum harus lebih memperhatikan
arahan dari asisten praktikum
1.1.5. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya ditambahkan alat penghitung
waktu atau stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan
untuk mengisi wadah ukur.
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. S. A. Madadina Dwi Andini, “Rancang Bangun Alat Praktikum Hukum


Bernoulli pada Fluida Ideal,” Prosiding Seminar Nasional
Pendidikn FKIP, pp. 379-382, 2019.

[2] S. Kurniati Abidin, “STUDI ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATAN


AIR,” Dinamika Teknik, 2013.

[3] D. S. Eswanto, “ANALISA DISTRIBUSI KAPASITAS ALIRAN FLUIDA


DI DAERAH PERCABANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN,”
Jurnal Tekologi Terapan, p. volume 3, 2017.

[4] M. Restiya Maulana, “KARAKTERISTIK FLOWMETER UNTUK LAJU


ALIRAN,” JURNAL UMJ, p. 6, 2016.

[5] M. P. H. B. B. S. Siti Hardiyanti Rahma, “Studi Eksperimental Tekanan


Jaringan Perpipaan,” jurnal penelitian engineering, p. 25, 2021.

[6] F. Ariza, “ANALISA NUMERIK ALIRAN MELALUI VENTURIMETER


DENGAN VARIASI UKURAN LEHER UNTUK
MENENTUKAN KOEFISIEN KECEPATAN DAN
PENURUNAN TEKANAN,” repository.umsu.ac.id, 2019.
LAMPIRAN

PERHITUNGAN
Adapun hasil perhitungan data-data yang didapatkan dari hasil praktikum
eksperimen teorema Bernoulli sebagai berikut:
L
 Perhitungan Q2=4
min
a. Perhitungan ∆ h

∆ h=h2 −h1
 Posisi 0 → ∆ h=97−95=2 mm → 0,002 m
 Posisi 1 → ∆ h=94−42=52mm → 0,052 m
 Posisi 2 → ∆ h=87−41=46 mm → 0,046 m
 Posisi 3 → ∆ h=87−42=45 mm →0,045 m
 Posisi 4 → ∆ h=85−52=33 mm →0,033 m
 Posisi 5 → ∆ h=84−62=22 mm → 0,022m
 Posisi 6 → ∆ h=76−69=7 mm → 0,007 m

b. Perhitungan Kecepatan

V 2=
√ 2. g .(h 2−h1 )
ρ


V 1= V 22 + ( h 2−h1 ) 2. g

√√ ( )
m
2. 9.81 2
. ( 0,002 m)
 Posisi 0 → V = s m
2 =0,0063
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,006 ) + ( 0,002 m ) .2.(9 ,81 2 )=0,198
s s s

√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,052m )
 Posisi 1 → V = s m
2 =0,0319
kg s
1000 2
m

V 1= (0,0319
m 2
s
m
) + ( 0,052 m ) .2 .( 9 ,81 2 )=1,010
s
m
s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,046 m )
 Posisi 2 → V = s m
2 =0 ,03
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0 , 03 ) + ( 0,046 m ) .2.(9 , 81 2 )=0,950
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,045 m)
 Posisi 3 → V = s m
2 =0,0297
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0297 ) + ( 0,045 m ) .2. (9 , 81 2 )=0,940
s s s

√√ ( )
m
2. 9.81 2
. ( 0,033 m )
 Posisi 4 → V = s m
2 =0,0254
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0254 ) + ( 0,033 m) .2 .(9 , 81 2 )=0,805
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,022m )
 Posisi 5 → V = s m
2 =0,0208
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0208 ) + ( 0,022 m ) .2 .( 9 ,81 2 )=0,657
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,007 m )
 Posisi 6 → V = s m
2 =0,0117
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0117 ) + ( 0,007 m ) .2 .(9 , 81 2 )=0,370
s s s
c. Perhitungan luas venturi
Q
A=
V
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0003364 m2
 Posisi 0 m
0,198
s
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0000660 m2
 Posisi 1 m
1, 01
s
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0000701 m2
 Posisi 2 m
0,950
s
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0000709 m2
 Posisi 3 m
0 , 94
s
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0000828 m2
 Posisi 4 m
0,805
s
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0001014 m2
 Posisi 5 m
0,657
s
−5
(6,6667 × 10 )
→ A= =0,0001798 m2
 Posisi 6 m
0 ,37
s

d. Perhitungan kinetichead
2
Q
h= 2
2. g . A
2
( 6,6667 ×10−5 )
→ h= =0,002002 m
 Posisi 0
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 . ( 0,0003364 m )
s
−5 2
(6,6667 ×10 )
→ h= =0,052052 m
 Posisi 1
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000660 m )
s
−5 2
(6,6667 ×10 )
→ h= =0,046046 m
 Posisi 2
(m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000701 m )
s
−5 2
(6,6667 ×10 )
→ h= =0,045045 m
 Posisi 3
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000709 m )
s
−5 2
(6,6667 ×10 )
→ h= =0,033033 m
 Posisi 4
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000828 m )
s
−5 2
(6,6667 × 10 )
→ h= =0,022022 m
 Posisi 5
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0001014 m )
s
−5 2
(6,6667 ×10 )
→ h= =0,007007 m
 Posisi 6
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0001798 m )
s

e. Perhitungan piezometrichead
h2
h=
ρ. g
0,097 m
→ h= =0,0000099 m
 Posisi 0
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,094 m
→ h= =0,0000096 m
 Posisi 1
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,087 m
→ h= =0,0000089 m
 Posisi 2
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,087 m
→ h= =0,0000089 m
 Posisi 3
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,085 m
→ h= =0,0000087 m
 Posisi 4
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,084 m
→ h= =0,0000086 m
 Posisi 5
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0 ,76 m
→ h= =0,0000077 m
 Posisi 6
( kg
)( m
1000 3 . 9 , 81 2
m s )
f. Perhitungan total head
Total head=kinetichead + piezometrichead
 Posisi 0 → Total head=0,002002+0,0000099=0,0020119 m
 Posisi 1 → Total head=0,052052+0,0000096=0,0520616 m
 Posisi 2 → Total head=0,046046+0,0000089=0,0460549 m
 Posisi 3 → Total head=0,045045+0,0000089=0,0450539 m
 Posisi 4 → Total head=0,033033+0,0000087=0,0330417 m
 Posisi 5 → Total head=0,022022+0,0000086=0,0220306 m
 Posisi 6 → Total head=0,007007+0,0000077=0,0070147 m

L
 Perhitungan Q2=8
min
a. Perhitungan ∆ h
∆ h=h2 −h1
 Posisi 0 → ∆ h=169−164=5 mm → 0,005 m
 Posisi 1 → ∆ h=162−37=125 mm →0,125 m
 Posisi 2 → ∆ h=154−40=114 mm → 0,114 m
 Posisi 3 → ∆ h=151−47=104 mm→ 0,104 m
 Posisi 4 → ∆ h=152−70=82 mm→ 0,082 m
 Posisi 5 → ∆ h=148−84=64 mm →0,064 m
 Posisi 6 → ∆ h=138−104=34 mm→ 0,034 m

b. Perhitungan Kecepatan
V 2=
√ 2. g .(h 2−h1 )
ρ


V 1= V 22 + ( h 2−h1 ) 2. g

√√ ( )
m
2. 9.81 2
. ( 0,005 m )
 Posisi 0 → V = s m
2 =0,0099
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0099 ) + ( 0,005 m ) .2.( 9 , 81 2 )=0,313
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,125 m)
 Posisi 1 → V = s m
2 =0,0495
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0495 ) + ( 0,125 m ) .2.( 9 , 81 2 )=1,566
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,114m )
 Posisi 2 → V = s m
2 =0,0473
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0473 ) + ( 0,125 m ) .2.( 9 , 81 2 )=1,496
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,104 m )
 Posisi 3 → V = s m
2 =0,0452
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0452 ) + ( 0,104 m ) .2. (9 , 81 2 )=1,429
s s s

√√ ( )
m
2. 9.81 2
. ( 0,082 m)
 Posisi 4 → V = s m
2 =0,0401
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0401 ) + ( 0,082 m ) .2 .(9 , 81 2 )=1,269
s s s
√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,064 m )
 Posisi 5 → V = s m
2 =0,0354
kg s
1000 2
m
2
m m m
V 1= (0,0354 ) + ( 0,064 m ) .2 .(9 ,81 2 )=1,121
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,034 m )
 Posisi 6 → V = s m
2 =0,0258
kg s
1000 2
m
2
m m m
V 1= (0,0258 ) + ( 0,034 m ) .2 .(9 , 81 2 )=0,817
s s s

c. Perhitungan luas venturi


Q
A=
V
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0004254 m2
 Posisi 0 m
0,313
s
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0000851 m2
 Posisi 1 m
1,566
s
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0000891 m2
 Posisi 2 m
1,496
s
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0000933 m2
 Posisi 3 m
1,429
s
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0001050 m2
 Posisi 4 m
1,429
s
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0001189 m2
 Posisi 5 m
1,121
s
−5
(13 , 33 ×10 )
→ A= =0,0001631 m2
 Posisi 6 m
0,817
s

d. Perhitungan kinetichead
2
Q
h= 2
2. g . A
2
( 13 , 33 ×10−5 )
→ h= =0,005005 m
 Posisi 0
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 . ( 0,0004254 m )
s
−5 2
(13 , 33 ×10 )
→ h= =0,125125 m
 Posisi 1
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000851 m )
s
−5 2
(13 , 33 ×10 )
→ h= =0,114114 m
 Posisi 2
(m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000891 m )
s
−5 2
(13 , 33 ×10 )
→ h= =0,104104 m
 Posisi 3
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0000933 m )
s
−5 2
(13 , 33 ×10 )
→ h= =0,082082 m
 Posisi 4
(m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0001050 m )
s
−5 2
(13 , 33× 10 )
→ h= =0,064064 m
 Posisi 5
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0001189 m )
s
−5 2
(13 , 33 ×10 )
→ h= =0,034034 m
 Posisi 6
(m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,0001631 m )
s

e. Perhitungan piezometrichead
h2
h=
ρ. g
0,169 m
→ h= =0,0000172 m
 Posisi 0
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,162 m
→ h= =0,0000165 m
 Posisi 1
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,154 m
→ h= =0,0000157 m
 Posisi 2
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,151 m
→ h= =0,0000154 m
 Posisi 3
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,152 m
→ h= =0,0000155 m
 Posisi 4
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,148 m
→ h= =0,0000151 m
 Posisi 5
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,138 m
→ h= =0,0000141m
 Posisi 6
( kg
)( m
1000 3 . 9 , 81 2
m s )
f. Perhitungan total head
Total head=kinetichead + piezometrichead
 Posisi 0 → Total head=0,005005+0,0000172=0,0050222m
 Posisi 1 → Total head=0,125125+0,0000165=0,1251415 m
 Posisi 2 → Total head=0,114114+0,0000157=0,1141297 m
 Posisi 3 → Total head=0,104104+0,0000154=0,1041194 m
 Posisi 4 → Total head=0,082082+0,0000155=0,0820975 m
 Posisi 5 → Total head=0,064064+0,0000151=0,0640791 m
 Posisi 6 → Total head=0,034034+0,0000141=0,0340481 m

L
 Perhitungan Q2=12
min
a. Perhitungan ∆ h
∆ h=h2 −h1
 Posisi 0 → ∆ h=357−355=2 mm →0,002 m
 Posisi 1 → ∆ h=347−50=297 mm → 0,297 m
 Posisi 2 → ∆ h=328−77=251 mm →0,251 m
 Posisi 3 → ∆ h=323−88=235 mm → 0,235 m
 Posisi 4 → ∆ h=318−136=182 mm →0,182 m
 Posisi 5 → ∆ h=316−148=148 mm → 0,148 m
 Posisi 6 → ∆ h=1292−215=77 mm →0,077 m

b. Perhitungan Kecepatan

V 2=
√ 2. g .(h 2−h1 )
ρ


V 1= V 22 + ( h 2−h1 ) 2. g

√√ ( )
m
2. 9.81 2
. ( 0,002 m)
 Posisi 0 → V = s m
2 =0,0063
kg s
1000 2
m
2
m m m
V 1= (0,0063 ) + ( 0,002 m ) .2 .( 9 ,81 2 )=0,198
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,297 m )
 Posisi 1 → V = s m
2 =0,0763
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0763 ) + ( 0,297 m ) .2. (9 , 81 2 )=2,415
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,251m )
 Posisi 2 → V = s m
2 =0,0702
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0702 ) + ( 0,251 m ) .2 .(9 , 81 2 )=2,220
s s s
√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,235 m)
 Posisi 3 → V = s m
2 =0,0679
kg s
1000 2
m
2
m m m
V 1= (0,0679 ) + ( 0,235 m ) .2.( 9 , 81 2 )=2,148
s s s

√√ ( )
m
2. 9.81 2
. ( 0,182 m)
 Posisi 4 → V = s m
2 =0,0598
kg s
1000 2
m
2
m m m
V 1= (0,0598 ) + ( 0,182 m ) .2 .( 9 ,81 2 )=1,890
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,148 m)
 Posisi 5 → V = s m
2 =0,0539
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0539 ) + ( 0,148 m ) .2.( 9 , 81 2 )=1,704
s s s

√√ ( )
m
2. 9 , 81 2
. ( 0,077 m )
 Posisi 6 → V = s m
2 =0,0389
kg s
1000 2
m

m 2 m m
V 1= (0,0389 ) + ( 0,077 m ) .2. (9 , 81 2 )=1,229
s s s

g. Perhitungan luas venturi


Q
A=
V
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,001009 m2
 Posisi 0 m
0,198
s
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,000083 m2
 Posisi 1 m
2,415
s
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,000090 m2
 Posisi 2 m
2,220
s
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,000093 m2
 Posisi 3 m
2,148
s
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,000106 m2
 Posisi 4 m
1,890
s
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,000117m2
 Posisi 5 m
1,704
s
−5
(20 × 10 )
→ A= =0,000163 m2
Posisi 6 m
1,229
s

h. Perhitungan kinetichead
2
Q
h= 2
2. g . A
2
( 20 ×10−5 )
→ h= =0,002002 m
 Posisi 0
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 . ( 0,001009 m )
s
−5 2
(20 ×10 )
→ h= =0,297297 m
 Posisi 1
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,000083 m )
s
−5 2
(20 ×10 )
→ h= =0,251251 m
 Posisi 2
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,000090 m )
s
−5 2
(20 ×10 )
→ h= =0,235235 m
 Posisi 3
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,000093 m )
s
−5 2
(20 ×10 )
→ h= =0,182182 m
 Posisi 4
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,000106 m )
s
−5 2
(20 ×10 )
→ h= =0,148148 m
 Posisi 5 m
( )
2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,000117m )
s
−5 2
(20 ×10 )
→ h= =0,077077 m
 Posisi 6
( m
) 2 2
2. 9 , 81 2 .( 0,000163 m )
s

i. Perhitungan piezometrichead
h2
h=
ρ. g
0,357 m
→ h= =0,0000364 m
 Posisi 0
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,347 m
→ h= =0,0000354 m
 Posisi 1
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,328 m
→ h= =0,0000334 m
 Posisi 2
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,323 m
→ h= =0,0000329 m
 Posisi 3
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,318 m
→ h= =0,0000324 m
 Posisi 4
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,316 m
→ h= =0,0000322 m
 Posisi 5
( kg
) m
1000 3 .(9 , 81 2 )
m s
0,292 m
→ h= =0,0000298 m
Posisi 6
( kg
)( m
1000 3 . 9 , 81 2
m s )
j. Perhitungan total head
Total head=kinetichead + piezometrichead
 Posisi 0 → Total head=0,002002+0,0000364=0,0020384 m
 Posisi 1 → Total head=0,297297+0,0000354=0,2973324 m
 Posisi 2 → Total head=0,251251+0,0000334=0,2512844 m
 Posisi 3 → Total head=0,235235+0,0000329=0,2352679 m
 Posisi 4 → Total head=0,182182+0,0000324=0,1822144 m
 Posisi 5 → Total head=0,148148+0,0000322=0,1481802m
 Posisi 6 → Total head=0,077077+0,0000298=0,0771068 m
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Gambarkan dalam bentuk grafik dan berikan penjelasan hubungan antara


debit dengan kinetic head?
Jawab:

grafi k hubungan debit dengan


kineti c head
0.350000
0.297297
0.300000
0.251251
0.250000
Debit m^3

0.200000
0.150000 0.1251250 0.1141140
0.100000
0.052052 0.046046
0.050000
0.0050050
0.002002
0.000000
0.500000 1.000000 1.500000 2.000000 2.500000 3.000000 3.500000
kinetic head (m)

Q3 Q2 Q1

Grafik 1.4.1 Kinetic Head terhadap posisi

Grafik 1.4.1 merupakan grafik Kinetic Head terhadap posisi dengan


beberapa percobaan dengan variasi 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3. Pada 𝑄1 dengan debit
aliran 4 liter/menit didapatkan nilai kinetic sebesar 0.0020 m, 0.0520 m,
0.0460 m, 0.0450 m, 0.0330 m, 0.0220 m, dan 0.0070 m. Pada Q2 dengan
debit 8 𝑙/𝑚𝑖𝑛 didapatkan kinetic head sebesar 0.0050 m, 0.1251 m, 0.1141
m, 0.1041 m, 0.0820 m, 0.0640 m dan 0.0340 m. Untuk 𝑄3 dengan 12
𝑙/𝑚𝑖𝑛 didapatkan kinetic head sebesar 0.0020 m, 0.2972 m, 0,2512 m,
0.2352 m, 0.1821 m, 0.1481 m, dan 0.0770 m. Dari grafik yang ditampilkan
terlihat bahwa semakin besar nilai debit-nya maka semakin besar juga nilai
rata-rata kinetic head. Namun, sebenarnya nilai kinetic head sangat
dipengaruhi oleh luas penampang venturimeter. Terlihat juga ketika posisi
berubah maka nilai dari kinetic head juga berubah tergantung posisi, hal ini
menunjukkan bahwa posisi mempengaruhi nilai kinetic head.
2. Gambarkan dalam bentuk grafik dan berikan penjelasan hubungan antara
Selisih ketinggian dengan piezometric head?
Jawab:

Grafik Piezometric Head

4 liter/menit 8 liter/menit 12 liter/menit

0.0000400 0.0000354
0.0000364 0.0000334 0.0000329 0.0000324
0.0000322
0.0000350
0.0000298
0.0000300
Piezometric Head (m)

0.0000250
0.0000172
0.0000200 0.0000165 0.0000157 0.0000154 0.0000155 0.0000151
0.0000141
0.0000150

0.0000100

0.0000050 0.0000099 0.0000096 0.0000077


0.0000089 0.0000089 0.0000087 0.0000086
0.0000000
0 1 2 3 4 5 6

Position

Grafik 1.4.2 Grafik Piezometric Head Terhadap Posisi

Grafik1.4.2 diatas merupakan grafik Piezometric Head terhadap


posisi dengan beberapa percobaan dengan debit yang berbeda. Pada
percobaan pertama dengan debit sebesar 4l/min didapatkan piezometric
head pada setiap posisi sebesar 0.0000099 m, 0.0000096 m, 0.0000089 m,
0.0000089 m, 0.0000087 m, 0.0000086 m, dan 0.0000077 m. Pada
percobaan dengan debit 8l/min didapatkan piezometric head pada setiap
posisi sebesar 0.0000172 m, 0.0000165 m, 0.0000157 m, 0.0000154 m,
0.0000155 m, 0.0000151 m, dan 0.0000141 m. Pada percobaan dengan
debit 12l/min didapatkan piezometric head pada setiap posisi sebesar
0.0000364 m, 0.0000354 m, 0.0000334 m, 0.0000329 m, 0.0000324 m,
0.0000322 m, dan 0.0000298 m. diketahui bahwa nilai piezometric head
didapatkan dengan h2 atau ketinggian pada tabung ketujuh di hasil dari
massa jenis fluida dikali dengan percepatan grafitasi. Maka dapat
disimpulkan bahwa selisih ketinggian tidak mempengaruhi atau tidak
berhubungan terhadap nilai dari piezometric head melaikan nilai dari
ketinggian h2.

3. Gambarkan dalam bentuk grafik dan berikan penjelasan hubungan antara


kecepatan dengan total head?
Jawab:

Grafik Total Head

4 liter/menit 8 liter/menit 12 liter/menit

0.3500000

0.3000000 0.2973324
0.2512844
0.2500000
0.2352679
Total Head (m)

0.2000000
0.1822144
0.1251415
0.1500000 0.1141297 0.1481802
0.1041194
0.0771068
0.1000000 0.0020384 0.0820975
0.0640791
0.0050222
0.0500000 0.0340481
0.0520616 0.0460549 0.0450539 0.0220306
0.0000000 0.0020119 0.0330417 0.0070147
0 1 2 3 4 5 6

Position

Grafik 1.4.3 Hubungan Total Head dengan Posisi

Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


besarnya total head terhadap posisi pada saat dilakukan percobaan. Pada
grafik tersebut digunakan tiga nilai debit yang berbeda yaitu 4 𝑙/𝑚𝑖𝑛 dan
didapatkan total head sebesar 0.0020119 m, 0.0520616 m, 0.0460549 m,
0.0450539 m, 0.0330417 m, 0.0220306 m, dan 0.0070147 m. Pada debit 8
𝑙/𝑚𝑖𝑛 didapatkan total head sebesar 0.0050222 m, 0.1251415 m,
0.1141297 m, 0.1041194 m, 0.0820975 m, 0.0640791 m, dan 0.0340481 m.
Pada debit 12 𝑙/𝑚𝑖𝑛 didapatkan total head sebesar 0.0020384 m,
0.2973324 m, 0.2512844 m, 0.2352679 m, 0.1822144 m, 0.1481802 m, dan
0.0771068 m. Dari grafik yang ditampilkan terlihat bahwa ketika posisi
berubah maka nilai dari total head juga berubah tergantung posisi, hal ini
menunjukkan bahwa posisi mempengaruhi nilai total headnya. Selain itu,
kecepatan aliran memperngaruhi nilai dari kinetic head sehingga total head
dipengaruhi nilai kecepatan aliran dimana semakin besar nilai kecepatan
aliran makan semakin besar pula nila total headnya.

4. Gambarkan dalam bentuk grafik dan berikan penjelasan hubungan antara


luas penampang dengan piezometric head?
Jawab:

Luas Penampang dan Piezometric Head


0.0000400 0.0000364 0.0000354
Piezometric Head (m)

0.0000334
0.0000350
0.0000300
0.0000250
Q1
0.0000200 0.0000172 0.0000165 Q2
0.0000157
0.0000150 Q3
0.0000099 0.0000096 0.0000089
0.0000100
0.0000050
0.0000000
0.0001296 0.0001543 0.0002373
Luas Penampang (m^2)

Hubungan antara luas penampang dan piezometric head dalam


konteks ilmu fluida adalah bahwa luas penampang atau area penampang
saluran atau pipa tempat fluida mengalir secara langsung memengaruhi nilai
piezometric head. Kenaikan atau penurunan luas penampang akan
mengakibatkan perubahan pada piezometric head. Dalam sistem hidrolik,
jika luas penampang meningkat, maka piezometric head cenderung
menurun, dan sebaliknya. Piezometric head adalah tinggi tekanan dalam
suatu sistem, dan dengan mengubah luas penampang, Anda dapat
memengaruhi distribusi tekanan dalam sistem fluida.

5. Mengapa Teorema Bernoulli sangat penting dalam industri perpipaan dan


berikan contoh aplikasinya serta penjelasan cara kerjanya?
Jawab:
Teorema Bernoulli merupakan salah satu prinsip fisika yang penting
dalam industri perpipaan. Teorema ini menjelaskan hubungan antara
tekanan, kecepatan, dan ketinggian dalam aliran fluida. Prinsip ini
dikembangkan oleh Daniel Bernoulli dan memiliki aplikasi yang luas dalam
berbagai situasi perpipaan. Teorema Bernoulli menyatakan bahwa total
energi dalam aliran fluida adalah konstan. Total energi ini terdiri dari energi
potensial (ketinggian), energi kinetik (kecepatan), dan energi tekanan
(tekanan). Ketika aliran fluida bergerak melalui pipa atau saluran,
perubahan dalam kecepatan atau tekanan akan mempengaruhi energi total
aliran. Misalnya, ketika kecepatan aliran meningkat, tekanan akan menurun
dan sebaliknya. Hal ini karena energi kinetik meningkat saat kecepatan
meningkat, sementara energi tekanan berkurang. Prinsip ini menjelaskan
mengapa pada cerobong asap yang baik, kecepatan udara di atas cerobong
lebih tinggi, sehingga tekanan di bagian atas cerobong lebih rendah. Dalam
sistem perpipaan, prinsip Bernoulli juga berlaku. Ketika aliran fluida
melewati pipa yang menyempit (misalnya, pada pipa Venturi), kecepatan
aliran akan meningkat dan tekanan akan menurun. Prinsip ini digunakan
dalam pengukuran kecepatan aliran menggunakan pipa Venturi.
Salah satu contoh aplikasi Teorema Bernoulli dalam industri perpipaan
adalah pada sistem pompa. Para ahli teknik menggunakan teorema ini untuk
memilih pompa yang sesuai dengan sistem aliran tertentu Karakteristik unjuk
kerja pompa, seperti head dan kapasitas, dapat dihitung dengan memanfaatkan
prinsip Bernoulli. Selain itu, Teorema Bernoulli juga dapat diterapkan dalam
desain cerobong asap. Pada cerobong asap yang baik, tekanan udara di bagian
atas cerobong akan lebih rendah daripada di bawahnya. Hal ini memungkinkan
asap untuk naik ke atas cerobong dan menghindari masuk ke dalam ruangan

Anda mungkin juga menyukai