PENDAHULUAN
2.1 Fluida
Fluida atau zat alir adalah segala jenis zat yang dapat mengalir dalam
wujud gas maupun cairan. Berdasarkan pergerakannya, fluida dibedakan menjadi
fluida statik dan fluida dinamik. Fluida adalah sub-himpunan dari fase benda,
termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak
menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (atau
umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini
biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka
mengadakan tegangan geser dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini
adalah hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam
menggolongkan bentuk fluida. Fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi
secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil apapun
tegangan geser itu.
Aliran fluida merupakan bagian dari ilmu mekanika fluida yang berperan
penting dalam merancang sistem perpipaan. Perpipaan merupakan alat
transportasi fluida yang banyak di gunakan di dunia industri. Fluida yang
mengalir pada pipa akan mengalami kehilangan energi (head loss) yang di
akibatkan adanya gesekan antara fluida dengan fluida dengan pipa.
Berdasarkan arah tekanan menuji garis alirnya, fluida dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu fluida Newtonian dan fluida non Newtonian. Fluida juga dibagi menjadi
cairan dan gas. Cairan membentuk permukaan bebas (permukaan yang tidak
diciptakan oleh bentuk wadahnya), sedangkan gas tidak dapat membentuk
permukaan secara bebas. Fluida merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya pesawat terbang di udara dan kapal mengapung di
atas air laut/sungat/danau. Demikian pula kapal selam dapat mengapung atau
melayang di dalam laut. Tanpa disadari setiap hari kita minum air dan menghitup
udara yang bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat. Fluida dapat kita bagi
menjadi dua bagian yaitu: Fluida statis dan Fluida Dinamis.
b. Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang diberikan air ke semua arah pada
titik ukur manapun karena adanya gaya gravitasi. Secara umum, dapat di
rumuskan sebagai berikut:
P=ρ.h.g
... Pers ( 2.2)
Ph = tekanan hidrostatik (Pa)
p = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman zat cair dari permukaan
c. Hukum Pascal
Hukum Pascal adalah salah satu hukum fisika yang menyatakan bahwa
tekanan yang diberikan oleh cairan dalam ruang tertutup selalu diteruskan ke
segala arah dengan sama besar. Pembahasan utama dalam hukum Pascal berkaitan
dengan tekanan dalam cairan. Hukum Pascal ini menggambarkan bahwa setiap
kenaikan tekanan pada permukaan fluida, harus diteruskan ke segala arah fluida
tersebut. Hukum pascal hanya dapat diterapkan pada fluida, umumnya fluida
cair.Adapun rumus hukum pascal adalah:
F1/A1 = F2/A2
Keterangan:
P = Tekanan dengan satuan n M2
F1 = Gaya pada penampang pertama (N)
F2 = Gaya pada penampang kedua (N)
A1 = Luas permukaan bidang pertama (m2)
A2 = Luas permukaan bidang kedua (m2)
d. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menjelaskan hubungan antara gaya berat dan gaya ke
atas (gaya apung) pada suatu benda jika dimasukkan ke dalam fluida. Akibat
adanya gaya angkat ke atas (gaya apung), benda yang ada di dalam fluida,
beratnya akan berkurang. Sehingga, benda yang diangkat di dalam fluida akan
terasa lebih ringan dibandingkan ketika diangkat di darat. Untuk menghitung
Gaya Archimedes, kamu bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Fa = ρ g v
Keterangan :
Fa = Gaya Archimedes
ρ = Massa jenis fluida
g = Gravitasi bumi
v = Volume
2.1.2 Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (zat cair atau gas) yang bergerak. Untuk
memudahkan pembahasan, fluida dianggap steady (mempunyai kecepatan yang
konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume),
tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran). Fluida dinamis
adalah fluida yang bergerak, dan ciri-ciri fluida dinamis di bagi menjadi 4 yaitu:
a. Fluida dianggap tidak kompresibel.
b. Fluida dianggap bergerak tanpa gesekan walaupun gerakan materi (tidak
mempunyai kekentalan).
c. Aliran fluida adalah suatu aliran yang stasioner, atau kecepatan dan arah
gerak partikel fluida yang melalui sebuah titik yang sudah di tentukan akan
selalu tetap.
d. Tak bergantung pada waktu, yang artinya kecepatan konstan pada titik
tertentu akan membentuk aliran laminer
2.2 Aliran
2.2.1 Aliran Laminer
Aliran laminar merupakan aliran udara yang terjadi akibat tidak adanya
gangguan pada pengaliran fluida di tiap lapisan paralel. Garis alir masing-masing
dari aliran udara tidak saling berpotongan. Sifat dari aliran laminar adalah tidak
terjadi pusaran, persilangan maupun percampuran aliran udara. Setiap partikel
udara bergerak serenjang dengan arah aliran udara secara teratur. Aliran laminar
dipelajari dalam dinamika fluida. Kondisi yang memungkingkan terbentuknya
aliran laminar adalah fluida bergerak sangat lambat atau memiliki tingkat
kekentalan yang tinggi. Difusi momentum pada aliran laminar sangat besar,
sedangkan momentum konveksi yang terjadi sangat kecil. Nilai bilangan
Reynolds pada aliran laminar selalu kurang dari 2000. Setelah waktu dan kondisi
tertentu, aliran laminar akan berubah menjadi aliran turbulen. Pada laju aliran
rendah, aliran laminer tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir
sepanjang aliran. Aliran laminer mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari
2300.
sumber:https://perbedaannya.com/wp-content/2021/08/Aliran-laminer.jpg
2.2.2 Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran fluida dengan bentuk peralihan antara
aliran laminar menjadi aliran turbulen. Keberadaan aliran transisi merupakan
akibat dari perbedaan sifat antara aliran laminar dan aliran turbulen.
2.2.3 Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran. Jenis aliran fluida dapat
ditentukan dengan bilangan Reynolds dengan rumus Persamaan matematika yang
digunakan untuk menentukan status suatu aliran disebut aliran turbulen
2.3 Debit
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Satuan debit yang digunakan
adalah meter kubik per detik (m3/s) (Asdak, 2007).
Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir
dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik,
untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk
disalurkan ke saluran yang telah disiapkan. Menghitung besar debit aliran,
dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing masing pipa
experimen diaman rumus debit aliran dengan rumusan yang sudah di tentukan
sebagai berikut :
Q=AxV
Keterangan :
Q = Debit Aliran (m3 /s ¿
A = Luas penampang_saluran (m2 ¿
V = Kecepatan aliran (m/s)
L V
hL=f d 2 g
Keterangan:
hL = mayor losses (m)
f = faktor gesek
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)
V = kecepatan fluida (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi
berada pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds
kritis. Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari
4000.
2.5.1 Head Loss dan Friction Loss Pada Pipa Horizontal
Head loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir di dalam
pipa. Head loss pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa hal, secara garis
besar dibagi menjadi 2 yaitu major head loss dan minor head loss.
Friction Loss adalah tahanan (kerugian) terhadap liquid yang mengalir di
dalam pipa serta turbulensi yang di akibatkan adanya pergesakan liquid dengan
kekasaran permukaan diding pipa bagian dalam. Biasa juga disebut "Head Loss"
dan diukur dalam satuan meter head (vertikal).
Sumber : https://www.rucika.co.id/wp-content/uploads/2018/11/Head-Loss
keterangan:
hf = Kehilangan tekanan/ head loss (m)
C = Koefisien pipa (Pipa PVC, PE, PPR = 150)
Q = Debit air (lt/s)
d = Diameter pipa (mm)
L = Panjang instalasi pipa (m)
Keterangan :
hl = head loss akibat elbow (m)
Cl = koefisien losses
V = kecepatan rata-rata aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2 )
2.5.3 Presure Drop
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik dalam pipa atau tabung kehilir titik yang
disebabkan oleh factor gesekan pada pipa, diameter pipa, fitting, dan bilangan
Reynold.Pressure drop bergantung pada sejumlah faktor seperti viskositas fluida,
ukuran diameter pipa internal, kekasaran permukaan bagian dalam pipa,
perubahan ketinggian antara ujung pipa, material pipa, dan panjang pipa yang
dilalui fluida. Pipa dengan permukaan bagian dalam yang halus tidak akan
mengalami gesekan yang lebih besar, sedangkan pipa dengan permukaan bagian
dalam yang kurang mulus seperti beton, besi tuang, dan baja membutuhkan energi
yang besar untuk mengatasi gesekan yang ditimbulkan pada pipa karena
viskositas zat cair. Semakin kasar permukaan bagian dalam pipa, semakin besar
pula pressure drop akibat terjadinya gesekan. Dapat dihitung dengan mengunakan
persamaan :
P2 – P1= ρ.g.h2 - h1
Keterangan :
P2-P1 = Perbedaan tekanan (Pa)
ρg = Satuan berat cairan (N/m3 )
h1 – h2 = Perbedaan ketinggian (m)
Jika berada pada satu titik di permukaan bebas cairan dan (h) positif kearah
bawah, maka :
P = ρ.g.h
p=m× v
Keterangan :
p = Momentum (kg.m/s)
m = Massa benda (kg)
v = Kecepatan benda (m/s)
Jenis-jenis tumbukan dibedakan berdasarkan perubahan energi. Ketika dua
benda mengalami tumbukan elastis atau lenting sempurna, energi kinetik benda
sebelum dan sesudah tumbukan sama. Jika ditulis dalam persamaan menjadi :
m1 v 1+ m2 v 2= ( m1+ m2 ) v 2
… Pers (2.6)
Keterangan :
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Keterangan :
P = Tekanan
ρ = Massa jenis fluida
v = Kecepatan aliran fluida
g = Percepatan gravitasi
h = Tinggi tabung alir/pipa dari permukaan tanah
1. Pipa 90o
Sistim pemipaan untuk mengalirkan fluida seringkali menggunakan elbow
90o atau belokan 90o , seperti pada suction pompa sentrifugal dengan sistim
instalasi negative lift. Kerugian tekanan akibat adanya elbow ini sangat
berpengaruh bila fluida didalamnya adalah cairan. Aliran dalam belokan atau
elbow sangat kompleks karena aliran didalamnya sesungguhnya adalah aliran tiga
dimensi. Secondary flow dan akselerasi sentripetal yang timbul dalam elbow
menghasilkan kenaikan tekanan statik pada dinding luar dari elbow dan
penurunan tekanan pada dinding dalam dari elbow. Perbedaan tekanan sepanjang
arah diameter dapat dinyatakan dalsm koefisien tak berdimensi ck yaitu koefisien
tekanan diametris sebagai berikut :
1
po – pi = Cp ρU2
2
Dimana U adalah kecepatan rata-rata dalam elbow.
2. Pipa 30o
Tentang Pengaruh variasi sambungan belokan pipa yang divariasi terhadap
kehilangan tekanan pada aliran Pipa. Hasil penelitian menunjukan nilai
kehilangan tekanan dan penurunan tekanan paling sedikit terjadi pada variasi
sudut 30 derajat yaitu 7,323 cm dan 907,606 N/m2 , sedangkan nilai kehilangan
tekanan dan penurunan tekanan paling banyak terjadi pada variasi sudut 90 derajat
yaitu 7,480 cm dan 1278,899 N/m2 . Jadi dapat ditarik kesimpulan semakin besar
nilai derajat belokan pipa tersebut membelok maka kehilangan tekanan yang
terjadi pada belokan pipa semakin besar.
3. Pipa 45o
Elbow pipa 45 derajat – Jika Anda ingin menggunakan sambungan yang
dapat membelokkan pipa ke kanan kiri dengan sudut 45 derajat, maka Anda wajib
menggunakan elbow pipa ini.
Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan pipa 2, yaitu sebesar hf1 dan
hf2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa hisap, garis tenaga (dan tekanan) menurun
sampai di bawah pipa. Bagian pipa yang garis tekanan di bawah sumbu pipa
memiliki tekanan negatif Pipa 2 adalah pipa tekan.
2.11.3 Pipa hubungan seri
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka semua pipa
akan dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah
jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa yang dirumuskan sebagai
berikut :
Q=Q1=Q2=Q3
Q = A 1 .V 1 = A 2 .V 2 = A 3 .V 3
hl = hl 1 = hl 2 = hl 3
Sumber : smithship.blogspot.com
Aplikasi tata pipa ini bedanya pada jenis dan tebal pipa karena
pemanfaatanya sangat di butuhkan di dunia industri, kehidupan sehari – hari
maupun dalam bidang teknik sipil
2.12.3 Instalasi Pipa Air PDAM
Seperti instalasi lain, instalasi pipa ini bedanya pada pemanfaatanya dan
juga instalasi ini yang paling banyak digunakan di sekitar kita terutama di sektor
industri dan lingkungan.
Instalasi jenis ini hanya dapat ditemukan pada kantor pemadam kebakaran
(pengisian air)