Anda di halaman 1dari 16

NAMA : NUR QADRIANI RAMADANI IQBAL

NIM : N011231022
KELAS :A
MATA KULIAH : ILMU DASAR FARMASI BIDANG FISIKA
PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITAS HASANUDDIN

RESUME MATERI MEKANIKA FLUIDA

Fluida adalah zat yang dapat mengalir, sehingga yang termasuk fluida adalah zat cair dan gas.
Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair itu dapat dikelompokan
ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat
cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain.
Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Mekanika
fluida adalah suatu pengetahuan teknik yang mempelajari tingkah laku fluida baik dalam keadaan diam
maupun bergerak. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam mekanika fluida adalah: (1) Hukum
kekekalan massa (Hukum kontinyuitas), (2) Hukum kekekalan energi (Hukum Thermodinamika), dan
(3) Hukum kekekalan momentum (perubahan momentum dan impuls). Fluida terbagi menjadi dua,
yaitu fluida statis (diam) dan fluida dinamis (bergerak).

A. Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan
bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan
bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak
memiliki gaya geser.
1. Tekanan Hidrostatis
Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja pada suatu bidang dibagi
dengan luas bidang tersbut. Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (Pa)
Dengan: F = gaya (N)

A = luas permukaan (m2), dan

p = tekanan (N/m2 = Pascal).

2. Hukum Pokok Hidrostatika


Hukum pokok hidrostatika berbunyi: ‘Semua titik yang terletak pada bidang datar yang sama
di dalam zat cair yang sejenis memiliki tekanan (mutlak) yang sama’. Jadi, walaupun bentuk
penampang tabung berbeda, besarnya tekanan total di titik A, B, C, dan D adalah
sama. Persamaan hukum pokok hidrostatika dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar
berikut.

Misalkan pada suatu bejana berhubungan dimasukan dua jenis fluida yang massa jenisnya
berbeda, yaitu r1 dan r2. Jika diukur dari bidang batas terendah antara fluida 1 dan fluida 2,
yaitu titik B dan titik A, fluida 2 memiliki ketinggian h2 dan fluida 1 memiliki ketinggian h1.
Tekanan total di titik A dan di titik B adalah sama. Menurut persamaan pokok hidrostatis,
besarnya tekanan di titik A dan titik B bergantung pada massa jenis fluida dan ketinggian fluida
di dalam tabung. Secara matematis, persamaannya dapat di tulis sebagai berikut.

3. Hukum Pascal
Hukum Pascal yang berbunyi: ‘Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan sama besar ke segala arah’.
Sebuah terapan sederhana dari prinsip hukum Pascal adalah dongkrak hidrolik.
Dongkrak hidrolik terdiri dari bejana dengan dua kaki (kaki 1 dan kaki 2) yang masing-masing
diberi penghisap. Penghisap 1 memiliki luas penampang A1 (lebih besar) dan penghisap 2
memiliki luas penampang A2 (lebih kecil). Bejana diisi dengan ciran (misalnya oli). Jika
penghisap 2 anda tekan dengan gaya F2, zat cair akan menekan penghisap 2 ke atas dengan gaya
pA2 sehingga terjadi keseimbangan pada penghisap 2 dan berlaku

Sesuai hukum pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan sama besar
ke segala arah, maka pada penghisap 1 bekerja gaya ke atas pA1. Gaya yang seimbang dengan
ini adalah F1 yang bekerja pada penghisap 1 dengan arah ke bawah.

Dengan menyamakan ruas kanan (**) dan (*) kita peroleh

Persamaan di atas menyatakan bahwa perbandingan gaya sama dengan perbandingan luas
penghisap. Penampang penghisap dongkrak hidrolik berbentuk silinder dengan diameter (garis
tengah) yang diketahui. Misalnya, penghisap 1 berdiameter D1 dan penghisap 2 berdiameter
D2, maka

Persamaan di atas menyatakan bahwa perbandingan gaya sama dengan perbandingan kuadrat
diameter. Ini berarti jika diameter penghisap 2 adalah 10 x diameter penghisap 1, gaya tekan
100 N pada penghisap 1 dapat mengangkat mobil yang memiliki berat (10) 2 x 100 N = 10.000
N pada penghisap 2.
4. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes berbunyi: ‘Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan
sebagaian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut’.
a. Penurunan Matematis Hukum Archimedes
Gaya apung terjadi akibat konsekuensi dari tekanan hidrostatis yang makin meningkat
dengan kedalaman. Dengan kata lain, gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair,
makin besar tekanan hidrostatisnya. Ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda
lebih besar daripada tekanan pada bagian atasnya.
b. Mengapung, Tenggelam, dan Melayang

Ilustrasi pada gambar di atas menunjukkan bahwa apakah suatu benda mengapung,
tenggelam atau melayang hanya ditentukan oleh massa jenis rata-rata benda dan massa
jenis zat cair. Jika massa jenis rata-rata benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair,
benda akan mengapung di permukaan zat cair. Jika massa jenis rata-rata benda lebih
besar daripada massa jenis zat cair, benda akan tenggelam di dasar wadah zat cair. Jika
massa jenis rata-rata benda sama dengan massa jenis zat cair, benda akan melayang dalam
zat cair di antara permukaan dan dasar wadah zat cair. Jadi,

Peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang juga dapat dijelaskan berdasarkan konsep
gaya apung dan berat benda. Pada suatu benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya
dalam zat cair, bekerja gaya apung (Fa). Dengan demikian, pada benda yang tercelup dalam
zat cair bekerja dua buah gaya: gaya berat (W) dan gaya apung (Fa).
5. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat cair.
Di bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh molekul lain disekitarnya, tetapi di
permukaan cairan tidak ada molekul lain dibagian atas molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan
timbulnya gaya pemulih yang menarik molekul apabila molekul itu dinaikan menjauhi
permukaan, oleh molekul yang ada di bagian bawah permukaan cairan. Sebaliknya jika
molekul di permukaan cairan ditekan, dalam hal ini diberi jarum atau silet, molekul bagian
bawah permukaan akan memberikan gaya pemulih yang arahnya ke atas. Tabel berikut
mendaftar tegangan permukaan beberapa zat cair yang umum dijumpai dalam keseharian.

6. Viskositas Fluida
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah
“ketebalan” atau “pergesekan internal”. Oleh karena itu, air yang “tipis”, memiliki viskositas
lebih rendah, sedangkan madu yang “tebal”, memiliki viskositas yang lebih tinggi.
Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari
fluida tersebut. Viskositas menjelaskan ketahanan
internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat
dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran
fluida. Seluruh fluida (kecuali superfluida)
memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena
itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki
ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluida
ideal.
B. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak.
a. Persamaan Debit
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui suatu penampang
tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:

Dimana : Q = debit aliran (m3/s)

A = luas penampang (m2)

V = laju aliran fluida (m/s)

Aliran fluida sering dinyatakan dalam debit aliran

Dimana : Q = debit aliran (m3/s)

V = volume (m3)

t = selang waktu (s)

b. Persamaan Kontinuitas
Jika suatu fluida mengalir dengan aliran tunak, maka massa fluida yang masuk ke salah satu
ujung pipa haruslah sama dengan massa fluida yang keluar dari ujung pipa yang lain selama
selang waktu yang sama. Hal ini berlaku karena pada aliran tunak tidak ada fluida yang dapat
meninggalkan pipa melalui dinding-dinding pipa (garis arus tidak dapat saling berpotongan).
Air yang mengalir di dalam pipa air dianggap mempunyai debit yang sama di sembarang titik.
Atau jika ditinjau 2 tempat, maka:
Debit aliran 1 = Debit aliran 2, atau :
c. Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi
yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi
kinetik per satuan volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang sama
pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Jika dinyatakan dalam persamaan menjadi :

Dimana : p = tekanan air (Pa)

v = kecepatan air (m/s)

g = percepatan gravitasi

h = ketinggian air
RESUME MATERI TERMODINAMIKA
Termodinamika merupakan ilmu yang membahas tentang energi dan entropi pada suatu sistem.
Energi dalam termodinamika merupakan energi sistem, sedangkan entropi adalah ukuran
gangguan pada sistem. Energi sendiri dapat masuk dan keluar dari sistem ke lingkungannya.
Terkait konsep entropi, maka berdasarkan Hukum II Termodinamika dapat dijelaskan, bahwa
pada setiap proses alamiah, entropi total sistem dan lingkungan selalu mengalami penambahan.
Dengan kata lain suatu proses hanya dapat terjadi jika tingkat ketidakteraturan suatu keadaan
menuju ketidakteraturan yang lebih besar

A. Entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur panas/kalor (energi)
dalam sistem persatuan suhu yang tidak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Entropi
suatu sistem perlu diukur untuk menentukan seberapa besar panas/kalor (energi) yang
tidak dapat dipakai untuk melakukan kerja pada proses-proses termodinamika. Pada sistem
yang terisolasi, saat terjadi transfer panas, energi panas berpindah dari sistem yang bersuhu
tinggi ke sistem yang bersuhu rendah, maka entropi suatu sistem yang tertutup (terisolasi),
hanya berjalan ke satu arah (bukan proses reversible), ini berarti pada sistem terisolasi
entropi selalu naik atau secara alamiah entropi suatu proses cenderung berkembang ke arah
peningkatan entropi. Jadi hukum kedua mengharuskan adanya perubahan entropi. Ukuran
dari perubahan energi atau gangguan selama proses kimia adalah entropi. Entropi
dinyatakan dengan simbol ‘S’, dan selalu ditulis sebagai huruf besar/kapital. Dalam sebuah
persamaan, entropi ditulis sebagai ‘ΔS’ karena mewakili gangguan dalam entropi selama
proses kimia. Satuan SI untuk Entropi (S) adalah Joule per Kelvin (J/K). Suhu dalam
persamaan entropi diukur pada skala suhu absolut atau Kelvin. Dimensi entropi adalah:

Dalam proses reversible ΔS = 0, sedangkan untuk proses irreversible, yang banyak


dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terjadi apabila perubahan tingkat keadaan pada
sistem berlangsung sedemikian rupa sehingga entropinya bertambah besar dan pada proses
balik, entropinya berkurang, keadaan ini tidak mungkin terjadi karena betentangan dengan
hukum kedua termodinamika. Pada proses tak reversible terjadi perubahan entropi ΔS >
0. Entropi sangat berbeda dengan energi. Entropi tidak kekal tetapi meningkat dalam
semua proses nyata. Proses yang dapat balik (seperti pada mesin Carnot) adalah proses di
mana perpindahan panas yang paling besar terjadi dan juga merupakan proses yang
menjaga entropi, ada hubungan antara entropi dan ketersediaan energi untuk melakukan
pekerjaan. Dalam hal ini, entropi berhubungan dengan fakta, bahwa tidak semua
perpindahan panas dapat diubah menjadi kerja. Dengan demikian diperoleh Hukum II
Termodinamika yang dapat dirumuskan sebagai:

Sehubungan dengan Hukum II Termodinamika, dikenal siklus Carnot yang merupakan


siklus reversible yang beroperasi di antara dua suhu T1 (awal) dan T2 (akhir) merupakan
mesin yang paling efisien. Siklus Carnot terdiri dari dua proses isotermal yang
dihubungkan oleh dua proses adiabatik. Menurut Carnot, sebuah mesin kalor akan
memiliki efisiensi maksimum jika proses-proses dalam mesin adalah reversible (dapat
balik). Suatu proses reversible adalah suatu keadaan di mana kedua sistem dan
lingkungannya dapat kembali ke keadaan semula, sama persis seperti sebelum terjadinya
proses. Efisiensi dari mesin Carnot diberikan sebagai berikut.
Siklus Carnot pada Gambar 1.5 terdiri dari proses isotermis dan proses adiabatis sebagai
berikut. 1. Proses a - b: ekspansi isotermal pada suhu T1 (suhu tinggi). Gas dalam keadaan
kontak dengan reservoir suhu tinggi. Dalam proses ini gas menyerap kalor Q1 dari
reservoir dan melakukan usaha Wab menggerakkan piston. 2. Proses b - c: ekspansi
adiabatik. Tidak ada kalor yang diserap maupun keluar sistem. Selama proses suhu gas
turun dari T1 ke T2 (suhu rendah) dan melakukan usaha Wbc . 3. Proses c - d: kompresi
isotermal pada suhu T2 (suhu rendah). Gas dalam keadaan kontak dengan reservoir suhu
rendah. Dalam proses ini gas melepas kalor Q2 dari reservoir dan mendapat usaha dari
luar Wcd. 4. Proses d - a: kompresi adiabatik. Tidak ada kalor yang diserap maupun keluar
sistem. Selama proses suhu gas naik dari T2 ke T1 dan mendapat usaha Wda. Efisiensi
dari mesin kalor siklus Carnot:

Kalor dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan melakukan usaha
pada sistem. Peralatan yang bekerja dengan cara seperti ini disebut mesin pendingin
(refrigerator). Contohnya lemari es dan pendingin ruangan (air conditioner/AC). Dengan
melakukan usaha W pada sistem pendingin, sejumlah kalor Q2 diambil dari reservoir
bersuhu rendah T2, misalnya, dari dalam lemari es. Selanjutnya, sejumlah kalor Q 1 dibuang
ke reservoir bersuhu tinggi T1, misalnya, lingkungan di sekitar lemari es. Ukuran
kemampuan sebuah mesin pendingin dinyatakan sebagai koefisien daya guna atau
koefisien performansi, yang diberi lambang KP dan dirumuskan dengan persamaan:

Oleh karena usaha yang diberikan pada mesin pendingin tersebut dinyatakan dengan W=
Q1 – Q2, Persamaan koefisien performansi ini dapat ditulis menjadi:

Jika gas yang digunakan dalam sistem mesin pendingin adalah gas ideal, Persamaan KP
dapat dituliskan menjadi:
Lemari es dan pendingin ruangan memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2
sampai dengan 6. Semakin tinggi nilai KP, semakin baik mesin pendingin tersebut.

B. Entalpi (H)
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari
suatu sistem ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi mengukur
perubahan panas atau perubahan energi internal sistem selama reaksi kimia di bawah
tekanan konstan. Entalpi adalah ukuran total energi dalam sistem, meskipun selalu
menunjukkan perubahan dalam sistem energi pada tekanan konstan karena total entalpi
sistem tidak dapat diukur. Entalpi dilambangkan sebagai ΔH. Sehingga, pada tekanan
tetap, perubahan entalpi sama dengan kalor (q) yang diserap maupun kalor yang dilepas.
Perubahan entalpi molar adalah perubahan entalpi dengan disertai reaksi atau perubahan
zat dari unsur-unsur pembentuknya setiap 1 mol. Entalpi molar disebut juga entalpi
pembentukan. Satuan entalpi molar adalah kJ/mol atau kJ mol -1 . Perubahan entalpi dari
pembentukan 1 mol zat langsung dari unsur-unsur pembentuknya disebut entalpi molar
pembentukan atau entalpi pembentukan.
Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:
H = U + pV
Di mana: H = entalpi sistem (joule) P = tekanan dari system (Pa)
U = energi internal (joule) V = volume sistem (m3 )

PV hanya targantung keadaan awal dan akhir sistem. Perubahan entalpi (ΔH) adalah
perubahan kalor yang terjadi pada suatu reaksi kimia. Perubahan entalpi atau ΔH ini
merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi reaktan yang dirumuskan dengan:
ΔH = Hproduk – Hreaktan
Jika H produk lebih kecil daripada H reaktan maka akan terjadi pembebasan kalor. Harga
ΔH negatif atau lebih kecil daripada nol. Sebagai contoh:
2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O (l) + kalor atau
2 H2 (g) + O2 (g) → 2 H2O (l) → entalpi = ΔH < 0 atau negatif (-)

Jika H produk lebih besar daripada H reaktan maka akan terjadi penyerapan kalor. Harga
ΔH positif atau lebih besar daripada nol. Sebagai contoh:
2 H2O (l) → 2 H2 (g) + O2 (g) – kalor atau
2 H2O (l) → 2 H2 (g) + O2 (g) → entalpi = ΔH = + atau positif
Nilai entalpi yang negatif dari suatu sistem atau reaksi kimia, menunjukkan bahwa proses
berlangsung secara eksoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari
sistem ke lingkungan, sehingga kalor dari sistem akan berkurang. Tanda reaksi eksoterm
adalah ΔH = – (negatif). Nilai entalpi yang positif dari suatu sistem atau reaksi kimia,
menunjukkan bahwa proses berlangsung secara endoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi
dimana sistem menerima kalor dari lingkungan, sehingga kalor diserap oleh sistem dari
lingkungan. Tanda reaksi endoterm adalah ΔH = + (positif).

Entalpi sebagai fungsi T dan P; maka dapat dituliskan sebagai:


H = f(T,P)
H = U + PV
Di mana: H = entalpi sistem (joule) U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa) V = volume sistem (m3 )
PV hanya targantung keadaan awal dan akhir sistem. Perubahan entalpi (ΔH) adalah
perubahan kalor yang terjadi pada suatu reaksi kimia yang merupakan selisih antara entalpi
produk dengan entalpi reaktan yang dirumuskan dengan:

Hubungan antara entalpi dan entropi ada dalam kaitan dengan Energi Bebas Gibbs. Energi
Bebas Gibbs sendiri adalah fungsi kuantitas termodinamika yang menyatakan hubungan
antara entalpi, entropi, dan suhu sistem dan direpresentasikan dengan persamaan sebagai
berikut:
G = H – TS
Dimana: G = energi bebas Gibbs H = entalpi
T = suhu (°K) S = entropi
Besaran H dan S adalah fungsi keadaan, sehingga besaran G juga merupakan fungsi
keadaan, dan nilai G ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir selama proses
berlangsung. Karena besaran H dinyatakan pada tekanan tetap, maka besaran G juga pada
tekanan dan suhu tetap. Jika proses kimia dioperasikan tidak pada tekanan tetap, misal
volume tetap, persamaannya berubah menjadi U – TS. Jika dari hasil perhitungan diperoleh
nilai energi bebas Gibbs negatif (G < 0), maka proses reaksi kimia terjadi spontan. Jika
perubahan energi bebas sama dengan nol (G = 0), maka proses reaksi reversible atau
kesetimbangan. Jika energi bebas nilainya positif (G > 0), maka proses tidak spontan, tetapi
proses kebalikannya berlangsung spontan.
Penentuan energi bebas reaksi kimia umumnya dinyatakan dalam perubahan energi bebas
Gibbs standar yang dinotasikan sebagai ∆G o . Perubahan energi bebas Gibbs dapat
diterapkan jika reaksi dilakukan pada keadaan standar (25ºC, 1 atm). Energi bebas standar
suatu reaksi tidak diukur secara lengsung, namun berdasarkan sifat-sifat energi bebas
sebagai fungsi keadaan. Karena perubahan energi bebas Gibbs merupakan fungsi keadaan,
maka pengukuran energi bebas reaksi dapat dilakukan melalui pengukuran perubahan
entalpi dan perubahan entropi pada suhu dan tekanan standar. Setelah itu, energi bebas
dihitung dengan menggunakan persamaan energi bebas Gibbs.

Contoh Soal Terkait Mekanika Fluida dan Termodinamika


1. (Mekanika Fluida) Berat jenis air pada tekanan dan temperatur normal adalah 62.4 lb/ft 3 (9.81
kN/m 3 ). Berat jenis air raksa adalah 13.55. Hitung kerapatan dari air dan berat jenis serta
kerapatan pada air raksa.
Penyelesaian:
2. (Termodinamika) Tentukan perubahan kenaikan entropi dari 1 kg es pada 0 ℃ yang mencair pada
suhu tersebut, jika diketahui panas laten air untuk mencair = 334 kJ/kg.

Anda mungkin juga menyukai