Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang dapat bergerak ketika dikenai gaya. Fluida dapat
berubah bentuk dan bersifat tidak permanen. Fluida membentuk berbagai jenis benda
padat sesuai dengan bentuk benda yang dilewatinya. Karakteristik aliran fluida
meliputi tekanan statis, tekanan dinamis, total tekanan, kecepatan fluida dan tegangan
geser. Di daerah yang pengaruh gesekan dinding kecil, tegangan geser dapat
diabaikan dan perilakunya mendekati fluida-ideal, yaitu incompresible dan
mempunyai viskositas 0.Aliran fluida ideal yang demikian disebut aliran potensial.
Pada aliran potensial berlaku prinsip-prinsip mekanika Newton dan hukum kekekalan
massa. Aliran potensial mempunyai 2 ciri pokok:
1. Tidak terdapat sirkulasi ataupun pusaran sehingga aliran potensial itu disebut
aliran irotasional.
2. Tidak terjadi gesekan sehingga tidak ada disipasi (pelepasan) dari energi mekanik
menjadi kalor (Al-Shemmeri, 2012).
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat cair dan gas,
karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan bendabenda keras atau
seluruh zat padat tidak dapat digolongkan ke dalam fluida karena tidak bisa mengalir.
Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan semua zat cair itu
dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk dalam fluida
karena dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan
contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di
dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung
diatasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang didalamnya.
Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia
setiap saat meskipun sering tidak kita sadari. Secara umum fluida dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
2.1.1 Fluida Statis
Fluida Statis Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak
(diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak terdapat perbedaan kecepatan
antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikelpartikel fluida
tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis sederhana dan tidak
sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana adalah air di bak yang tidak
dikenai gaya.
a) Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang
per satuan luas tekan. Konsep tekanan sangat penting dalam mempelajari sifat fluida.
Besar tekanan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Persamaan tekanan ditulis
sebagai berikut:

P =F/A …(Pers.2.1)
Keterangan:
P = Tekanan (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m^2)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2 atau disebut juga pascal, disingkat Pa.
Berdasarkan perumusan di atas diperoleh bahwa tekanan berbanding terbalik
dengan luas bidang tekan. Itulah sebabnya penerapan konsep tekanan dalam
kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai seperti pisau, paku, dan pasak. Alat-alat
tersebut perlu di buat runcing atau tajam untuk memperoleh tekanan yang besar.
b) Tekanan Hidrostatis
Menurut Hardiyatmo HC (2006) dalam Jurnal Ariany dan Soehoed, Y.D.M
(2012), tekanan hidrostatis adalah tekanan yang bergantung pada kedalaman
terhadap suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu . Besarnya tekanan ini
bergantung pada ketinggian zat cair, massa jenis dan percepatan gravitasi. Tekanan
yang dirasakan oleh dasar wadah yang berisi air sama dengan besarnya gaya berat zat
cair yang menekan. Tekanan hidrostatis adalah tekanan zat cair yang hanya
disebabkan oleh berat zat cair tersebut terhadap kedalamannya. Tekanan hidrostatis
tidak bergantung pada arah dan volume zat cair.
Dengan kata lain, pada kedalaman tertentu zat cair akan menekan ke segala
arah dengan gaya tekan yang sama besar. Tekanan ini terjadi karena adanya berat air
yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Hubungan antara tekanan
hidrostatik dengan gaya angkat terletak pada perbedaan kedalaman benda tercelup,
dimana benda yang tercelup akan mempengaruhi perbedaan tekanan hidrostatis yang
dialami benda, semakin dalam benda tercelup maka semakin besar tekanan
hidrostatis yang dialami benda.

Ph= ρgh …Pers. (2.2)

Keterangan :
Ph : Tekanan Hidrostatis (N/m2)
ρ : Massa Jenis (kg/m3)
g : gaya gravitasi (m/s2)
h : Ketinggian (m)

c) Hukum Pascal
Jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat
bergerak maka tekanan di suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh berat fluida
di atas permukaan air tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh penghisap. Berikut
ini adalah gambar fluida yang dilengkapi oleh dua penghisap dengan luas penampang
berbeda. Penghisap pertama memiliki luas penampang yang kecil (diameter kecil)
dan penghisap yang kedua memiliki luas penampang yang besar (diameter
besar) (Kanginan, 2007).

Gambar 2.1: Fluida yang Dilengkapi Penghisap dengan Luas Permukaan


Berbeda
(Sumber: 4.bp.blogspot.com)
Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair
dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka tekanan yang
masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada penghisap kedua
(Kanginan, 2007).
Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan persamaan di bawah ini.

P=F:A

sehingga persamaan hukum Pascal bisa ditulis sebagai berikut.

P1 = P2
F1 : A1 = F2 : A2 …Pers. (2.3)

dengan
P = tekanan (pascal),
F = gaya (newton), dan
A = luas permukaan penampang (m2)

Ada berbagai macam satuan tekanan. Satuan SI untuk tekanan adalah newton
per meter persegi (N/m2) yang dinamakan pascal (Pa). Satu pascal sama dengan satu
newton per meter persegi. Dalam sistem satuan Amerika sehari-hari, tekanan
biasanya diberikan dalam satuan pound per inci persegi (lb/in 2). Satuan tekanan lain
yang biasa digunakan adalah atmosfer (atm) yang mendekati tekanan udara pada
ketinggian laut. Satu atmosfer didefisinikan sebagai 101,325 kilopascal yang hampir
sama dengan 14,70 lb/in2. Selain itu, masih ada beberapa satuan lain diantaranya
cmHg, mmHg, dan milibar (mb).
1 mb = 0.01 bar
1 bar = 105 Pa
1 atm = 76 cm Hg = 1,01 x 105 Pa= 0,01 bar
1 atm = 101,325 kPa = 14,70 lb/in2
Untuk menghormati Torricelli, fisikawan Italia penemu barometer (alat
pengukur tekanan), ditetapkan satuan dalam torr, dimana 1 torr = 1 mmHg (Tipler,
1998).

d) Hukum Archimedes
Menurut (Halliday, 1987), hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang
prinsip pengapungan di atas zat cair. Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau
sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada
benda, dimana besarnya gaya keatas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan. Pada prinsip Archimedes, sebuah benda akan mengapung di dalam
fluida jika massa jenis suatu benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair (Jewwet,
2009).
Jika benda dicelupkan dalam zat cair, sesungguhnya berat benda itu tidak
berkurang. Gaya tarik bumi kepada benda itu besarnya tetap. Akan tetapi zat cair
mengadakan yang arahnya keatas kepada setiap benda yang tercelup didalamnya. Ini
menyebabkan berat benda seakan-akan berkurang. Hal ini sesuai dengan bunyi
hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya
kedalam zat cair akan mengalami gaya keatas yang besanya sama dengan berat zat
cair yng dipindahkan olah benda tersebut (Halliday dan Resnick, 1978)
Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam zat cair maka benda tersebut akan
mendapatkan gaya yang arahnya ke atas yang disebut gaya apung. Gaya apung ini
mempunyai nilai yang sama dengan berat zat cair yang dipindahkan. Hal ini sesuai
dengan bunyi Hukum Archimedes “Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair,
maka benda tersebut akan mendapat gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas)
sebesar berat zat cair yang dipindahkannya”
Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda
yang diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan jika diangkat di
darat. Hubungan antara berat benda di udara (wu), gaya ke atas (Fa) dan berat benda
di zat cair (wa) adalah :

wa = w u - F a
…Pers. (2.4)
Keterangan :
FA = gaya keatas (N)
ρcair = massa jenis zat cair (kg/m3)
Vb = volume benda yang tercelup (m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2).

2.1.2 Fluida Dinamis


Fluida dinamis adalah fluida (dapat berupa zat cair atau gas) yang bergerak.
Untuk memudahkan dalam mempelajarinya, fluida disini dianggap steady
(mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak
mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami
putaranputaran). Kecepatan Aliran Fluida Kecepatan aliran fluida bisa dihitung
dengan menggunakan rumus :

Q
V= …Pers. (2.5)
A
Dimana:
Q= Debit (m3/detik)
v = Kecepatan Fluida (m/s)
A = Luas Penampang (m2)

2.2 Debit Aliran


Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses
yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan
untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat
dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan
melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Pengukuran debit
air dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah dengan
luas penampang area tertentu dan bisa menggunakan manometer. Debit air yang
keluar melalui outltet dipengaruhi oleh tinggi tekanan yang ditampilkan pada
manometer. Perubahan tinggi tekanan akan mengakibatkan perubahan kecepatan
aliran, sehingga perubahan kecepatan aliran air ini akan berpengaruh pula terhadap
perubahan debit. Debit air melalui outltet dapat dihitung dengan persamaan (Suhardi,
2019):

Q=v×A
…Pers. (2.6)
V
Q= t
Dimana :
Q = debit aliran (m3 /s)
V = volume (m3 )
t = selang waktu (s)
A = Luas Penampang (m2)

2.3 Tipe-tipe Aliran


2.3.1 Aliran Laminer
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak
dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur
secara lancar. Dalam aliran laminer ini viskositas berfungsi untuk meredam
kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan, sehingga aliran
laminer memenuhi pasti hukum viskositas Newton yaitu :

τ = μ dy du ...Pers. (2.7)

Aliran laminer ini mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya < 2300.

Gambar 2.2 : Aliran Laminar


(Sumber : Google Image, 2021)
2.3.2 Aliran Turbulen
Aliran dimana penggerak dari partikel-partikel fluida yang sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan,
yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian
fluida yang lain dalam skala yang benar. Dalam keadaan aliran turbulen,
maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata
diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


(Sumber : Google Image, 2021)

2.3.3 Aliran Transisi


Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Konsep dasar bilangan Reynolds, merupakan bilangan tak
berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran itu dinamakan laminar,
transisi atau turbulen. Bilangan Reynolds adalah bilangan yang tidak
berdimensi. Titik kritis aliran inkompresibel di dalam saluran adalah
Re=2000. Jika suatu aliran memiliki Re2000 disebut aliran turbulen.
Gambar 2.4 Aliran Transisi
(Sumber : Google Image, 2021)

2.4 Head loss Dan Friction Loss Pada Pipa


Head loss terbagi menjadi dua macam, yaitu head loss mayor dan head loss
minor. Head loss sendiri (Ht) merupakan penjumlahan dari head loss mayor dan head
loss minor, seperti dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

2
L V
hl=f ...Pers. (2.8)
D 2g
Dimana:
hl = head loss mayor (m)
f = koefisien gesekan
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )

2.4.1 Head loss mayor


Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida
yang mengalir dengan suatu dinding pipa. Pada umumnya losses ini dipengaruhi oleh
panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor, perlu diketahui lebih jelas
awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui melalui
Reynold number sebagai berikut :
𝑅𝑒 = 𝜌𝑣𝐷 𝜇 ...Pers. (2.9)
Keterangan:
𝑣 = kecepatan fluida, m/s
𝜌 = massa jenis fluida, kg/m3
𝐷 = diameter pipa, m
𝜇 = viskositas fluida, kg/m.s atau N.s/𝑚2
Kecepatan fluida (V) pada Reynold number dapat diketahui dengan rumus:

ṁ=𝜌𝑣A ...Pers.(2.10)

Keterangan:
ṁ = laju aliran massa fluida, kg/s
𝜌 = massa jenis fluida, kg/m3
𝑣 = kecepatan fluida, m/s
𝐴 = luas penampang, m2

2.4.2 Head loss minor


Head loss minor dapat terjadi karena adanya sambungan pipa (fitting) seperti
katup (valve), belokan (elbow), saringan (strainer), percabangan (tee), losses pada
bagian entrance, losses pada bagian exit, pembesaran pipa (expansion), pengecilan
pipa (contraction), dan sebagainya. Kehilangan-kehilangan Energi pada Sistem
Perpipaan
1. Kehilangan Longitudinal (Longitudinal Losses)
Kehilangan longitudinal yang disebabkan oleh gesekan sepanjang
lingkaran pipa.
2. Kehilangan Lokal (Local Losses)

2.5 Momentum
Momentum merupakan sebagai ukuran kesungkaran sesuatu benda di gerakan
maupun di berhentikan. momentum sering disebut sebagai jumlah gerak. Momentum
suatu benda yang bergerak didefinisikan sebagai hasil perkalian antara massa dengan
kecepatan benda. Secara matematis dirumuskan:
p=m.v ...Pers. (2.11)
Keterangan :
p : momentum (kg m/s)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan benda (m/s)
Massa m merupakan besaran skalar dan kecepatan v adalah besaran vektor,
berarti momentum merupakan besaran vektor. Dimana arah p searah dengan arah
vektor kecepatan (v). Jadi momentum adalah besaran yang dimiliki oleh sebuah
benda atau partikel yang bergerak.

2.6 Prinsip dan Persamaan Bernoulli


2.6.1 Prinsip Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa
jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan
jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama
ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli. Dalam bentuknya yang
sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang
pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang lain
adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan ( p ), energi kinetik
per satuan volume (1/2 PV2 ), dan energi potensial per satuan volume (ρgh) memiliki
nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Dalam bagian ini kita
hanya akan mendiskusikan bagaimana cara berfikir Bernoulli sampai menemukan
persamaannya, kemudian menuliskan persamaan ini. Akan tetapi kita tidak akan
menurunkan persamaan Bernoulli secara matematis. Kita disini dapat melihat sebuah
pipa yang pada kedua ujungnya berbeda dimanaujung pipa 1 lebih besar dari pada
ujung pipa 2.
2.6.2 persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli ideal adalah alirannya konstan sepanjang lintasan dan
mengabaikan segala kerugian yang terjadi dalam lintasan fluida.

2
P v
+ +gz =C ...Pers. (2.12)
ρ 2

Gesekan dalam pipa Salah satu komponen penyambungan dalam sistem


perpipaan adalah pipe bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk
membelokkan arah aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk
dianalisa karena permukaannya menjadi oval dibawah pembebanan momen bending.
Hal ini menyebabkan pipe bend memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis materialnya. Lebihnya fleksibilitas ini
menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerap ekspansi thermal. Dengan
berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadi komponen yang sangat penting

2.7 Bilangan Reynolds


Reynold number (Re) atau bilangan Reynold adalah suatu bilangan tanpa
dimensi yang menganalisa gaya inersia Fluida. Jenis aliran Fluida dan gaya gesekan
yang terjadi dengan permukaannya akan menentukan Bilangan Reynold. Aliran
Fluida dapat dibagi dalam tiga kategori : Laminar, Transisi dan Turbulen. Untuk
membedakan antara aliran laminar, transisi, dan turbulen maka digunakan bilangan
tak berdimensi, yaitu bilangan Reynolds, yang merupakan perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya viskos. Jadi, rumus bilangan reynold adalah

ρ .um
Re =
μ ...Pers. (2.13)
m=ρ ⋅u m ⋅ A

maka menghasilkan persamaan sebagai berikut :


4 ṁ
ℜ= ...Pers. (2.14)
πD μ
Dimana :
D = Diameter penampang saluran,
m = Laju massafluida,kg/s
µ = Viskositas, kg/s m
ρ = Massa Jenis Fluida, kg/m3
Ac = Luas penampang saluran, m2
um = Kecepatan aliran fluida, m/s

Nilai bilangan Reynolds yang kecil (< 2100) menunjukkan aliran bersifat
laminar sedangkan nilai yang besar menunjukkan aliran turbulen (> 4000).
Nilaibilangan Reynolds saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan Reynolds kritis
yangnilainya berbeda-beda tergantung bentuk geometrinya.

2.8 Aliran pada Tata Pipa


Menurut (Munson,Young dan Okiishi;2004) dalam aliran pipa, pipa terbagi
menjadi dua jenis sistem pipa: yaitu sistem pipa yang terdiri dari hanya sebuah pipa
(sepanjangya dapat dipasang berbagaikomponen), dan sistem pipa yang terdiri dari
beberaa pipa yang tersusun secara seri,parallel atau dalam konfigurasi jaringan.
Sistem pipa dapat didefinisikan menurut panjang bagian pipa yang digunakan,jumlah
sambungan siku (elbow),belokan dan katup-katup yang digunakan untuk mengalirkan
fluida antara lokasi-lokasi yang diinginkan.
Gambar 2.5 Gas-liquid two phase flow regime in horizontal pipe
(Sumber : Google Imag,2021)

Pola aliran yang diperlihatkan pada Gambar 2.5 secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Aliran strata licin (stratified flow), dimana permukaan bidang sentuh liquid-gas
sangat halus. Tetapi pola aliran seperti ini biasanya tidak terjadi, batas fase hampir
selalu bergelombang.
2. Aliran strata gelombang (stratified wavy flow), dimana amplitudo gelombang
meningkat karena kenaikan kecepatan gas.
3. Aliran sumbat liquid (slug flow), dimana amplitudo gelombang sangat besar
hingga menyentuh bagian atas pipa.
4. Aliran cincin (annular flow), sama dengan pipa vertikal hanya liquid film lebih
tebal didasar pipa dibandingkan dibagian atas.
5. Aliran gelembung yang tersebar (Dispersed bubbly flow), dimana gelembung gas
cenderung untuk mengalir pada bagian atas pipa.

2.8.1 Sistem Gravitasi


Sistem gravitasi, yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke lahan pertanian
dengan cara memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaaan
ketinggian lokasi sumber dengan lokasi lahan pertanian. Irigasi pipa merupakan salah
satu alternatif teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi
irigasi lebih tinggi dibanding irigasi permukaan dengan saluran terbuka. Perbedaan
mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada saluran pipa adalah
adanya permukaan bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka.
Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y),
sedangkan pada aliran dalam pipa, kedalaman air tersebut ditransformasikan berupa
tinggi tekanan (P/y). Oleh karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus dalam
kondisi pipa terisi penuh dengan air (Triatmojo, 1996).
Sistem irigasi pipa gravitasi merupakan sistem pengaliran air dari sumber ke
lahan pertanian dengan cara memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat
perbedaaan ketinggian lokasi sumber dengan lokasi lahan pertanian. Pada irigasi
pipa, air dialirkan melalui suatu jaringan pipa, yang biasanya terdiri dari pipa primer
(utama), pipa sekunder, dan pipa tersier, untuk selanjutnya dikeluarkan melalui
oncoran/outlet ke tiap petakan sawah.
Aliran air dalam pipa pada dasarnya terbagi dalam dua karakteristik aliran,
yaitu aliran laminer dan turbulen. Aliran laminer dimana bagian-bagian elementer
dari cairan bergerak teratur mengikuti garis-garis kontinyu dan menempati tempat
yang relatif sama pada penampang-penampang yang beraturan, sedangkan pada
aliran turbulen elementer dari menempati tempat yang berlainan pada penampang
berikutnya. Untuk menentukan suatu aliran laminer atau turbulen, Osborne Reynolds
memperkenalkan bilangan tidak berdimensi yang merupakan fungsi dari kecepatan
aliran, diameter saluran, massa jenis cairan dan viksositasnya. Pada pipa silinder
persamaan bilangan Reynold (Re) berbentuk :

Re = VDρ / μ
... Pers. (2.15)
Re = VD / ν
Keterangan :
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan aliran (m/det)
D = diameter dalam pipa (mm)
ρ = kerapatan cairan (kg/m3)
μ = kekentalan dinamis (kg/det m)
ν = viskositas kinematik (m2/det)
Sistem Gravitasi Sistem gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga
tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Sistem ini dianggap cukup ekonomis,
karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

2.8.2 Sistem Perpompaan


Pada sistem ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoirdistribusi ke konsumen. Sistem
ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang datar dan tidak ada
daerah yang berbukit

2.8.3 Sistem Gabungan


Pada sistem gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan
yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya
saat terjadi kebakaran atau adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air
dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi
digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian
puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

2.9 Kehilangan Tenaga Sekunder Dalam Pipa


Kehilangan tenaga adalah ekivalen denganpenambahan tinggi elevasi, sehingga
efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H = Hs + Σhf. Dalam
gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis tenaga berhimpit dengan
garis tekanan. Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan pipa 2 yaitu
sebesar hf1 dan hf2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tenaga)
menurun sampai di bawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu
pipa mempunyai tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan.
Daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair :
QHγ
D= ...Pers. (2.16)
η

atau dalam satuan hp (horse power, daya kuda):

QHγ
D= ...Pers. (2.17)
75 n

dengan η adalah efisiensi pompa. Pada pemakian pompa, efisiensi pompa


digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa. Di samping adanya
kehilangan tenaga akibat gesekan (kehilangan tenaga primer), terjadi pula kehilangan
tenaga yang disebabkan oleh perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan
katub (kehilangan tenaga sekunder). Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer
biasanya jauh lebih besar dari pada kehilangan tenaga sekunder, sehingga pada
keadaan tersebut kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan. Pada pipa pendek
kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga
sekunder kurang 5 % dari kehilangan tenaga primer maka kehilangan tenaga tersebut
bisa diabaikan.
a. Elbow
Elbow atau belokan merupakan komponen pemipaan yang berfungsi untuk
membelokan arah aliran. Elbow terdiri dari dua jenis yang paling umum yaitu 45 dan
90 derajat. Untuk memperoleh sudut selain sudut diatas, terkadang elbow tersebut
diptong atau bisa juga dengan menggunakan dua elbow yang disatukan untk
memperoleh sudut tertentu.
b. Percabangan (tee)
Penggunaan Tee dilakukan untuk mengalirkan aliran fluida menuju dua arah
yang berbeda dalam satu siklus tertentu yang dipasang secara parallel.
c. Extrance dan Exit
Entrance sering kali timbul pada saat perpindahan dari pipa menuju suatu
reservoir. Berdasarkan jenisnya, entrance dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu
reestrant, square-edge, slightly rounded dan well rounded.
Gambar 2.6 Macam-macam Entrance

Exit merupakan kebalikan dari entrance. Exit timbul karena adanya


perpindahan dari reservoir menuju ke suatu pipa, sama halnya dengan entrance, exit
dibedakan menjadi 3 macam, diantaranya projecting, Sharp edge, slightly rounded
dan well rounded.
d. Pembesaran (expansion)
Pembesaran dalam suatu perpipaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pembesaran mendadak atau terjadi secara tiba-tiba yang seringkali disebut dengan
sudden ekspansion ataupun gradual ekspansion.
e. Pengecilan (contraction)
Sama halnya dengan ekspansion, contraction juga dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sudden contraction (pengecilan secara tiba-tiba), dan gradual
contraction (pengecilan secara bertahap).
Faktor gesekan Moody digunakan dalam persamaan Darcy-Weisbach.
Gambar 2.7 Faktor gesekan untuk pipa (Diagram Moody)

Sistem perpipaan biasanya terdiri dari beberapa komponen seperti katup,


belokan, percabangan dan sebagainya yang dapat menambah head loss sistem pipa.
Kerugian head melalui komponen sistem pipa tersebut disebut kerugian minor (minor
losses). Sedangkan kerugian gesekan di sepanjang pipa disebut kerugian mayor
(mayor losses). K adalah koefisien kerugian minor, harga K bergantung pada jenis
komponen sistem perpipaan seperti katup, sambungan, belokan, sisi masuk, sisi
keluar, dan sebagainya.

2.10 Aliran Kinematik Pada Fluida


Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu
fluida (Zemansky, 1982). Viskositas terdapat pada zat cair maupun gas, dan pada
intinya merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida
saat lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat cair,
viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul. Pada gas, viskositas
muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas
yang berbeda, dan zat cair pada umumnya jauh lebih kental dari gas.
Pengaruh Suhu terhadap Viskositas Sifat yang disebut viskositas fluida ini
merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan
bentuk. Viskositas suatu gas bertambah dengan naiknya temperatur, karena makin
besarnya aktivitas molekuler ketika temperatur meningkat. Sedangkan pada zat cair,
jarak antar molekul jauh lebih kecil dibanding pada gas, sehingga kohesi molekuler
disitu kuat sekali. Peningkatan temperatur mengurangi kohesi molekuler dan ini
diwujudkan berupa berkurangnya viskositas fluida (Olson, 1993: 21).
Viskositas kinematik didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas
dinamik dan rapat massa. Viskositas kinematic dapat dirumuskan sebagai berikut
(Eko Singgih Priyanto, 2019).:
μ
v= …Pers (2.18)
ρ
Keterangan :
v = Viskositas kinematik (m2/s)
μ = Viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N.s/m2)
ρ = Rapat massa fluida (kg/m3)

Tabel 2.1 Viskositas kinematik berdasarkan suhu

Temperatur Viskositas Kinematik Temperatur Viskositas Kinematik


No. (ºC) (m2/s) (ºC) (m2/s)
1 2 3 4
1 0 1,793 × 10-6 24 0,911 × 10-6
2 1 1,732 × 10-6 25 0,893 × 10-6
3 2 1,674 × 10-6 26 0,873 × 10-6
4 3 1,619 × 10-6 27 0,854 × 10-6
5 4 1,560 × 10-6 28 0,836 × 10-6
6 5 1,520 × 10-6 29 0,818 × 10-6
7 6 1,474 × 10-6 30 0,802 × 10-6
8 7 1,424 × 10-6 31 0,785 × 10-6
9 8 1,386 × 10-6 32 0,769 × 10-6
10 9 1,346 × 10-6 33 0,753 × 10-6
11 10 1,307 × 10-6 34 0,738 × 10-6
12 11 1,270 × 10-6 35 0,724 × 10-6
13 12 1,235 × 10-6 36 0,711 × 10-6
14 13 1,201 × 10-6 37 0,697 × 10-6
15 14 1,169 × 10-6 38 0,684 × 10-6
16 15 1,138 × 10-6 39 0,671 × 10-6
17 16 1,108 × 10-6 40 0,668 × 10-6
18 17 1,074 × 10-6 45 0,602 × 10-6
19 18 1,053 × 10-6 50 0,554 × 10-6
20 19 1,027 × 10-6 55 0,511 × 10-6
21 20 1,002 × 10-6 60 0,476 × 10-6
22 21 0,978 × 10-6 65 0,447 × 10-6
23 22 0,955 × 10-6 70 0,413 × 10-6
24 23 0,948 × 10-6
(Sumber: Bambang Triatmodjo, 1993)

2.11 Macam-Macam Rangkaian Pipa


Komponen penyambung (fitting) berulir digunakan pada instalasi perpipaan
dengan ukuran diameter di bawah 4”. Komponen-komponen yang sering digunakan
pada pipa adalah:
1. Elbow, digunakan untuk membelokkan aliran. Bentuk dari elbow dapat dilihat
pada gambar

Gambar 2.8 Elbow


(Sumber : Google Image, 2021)

2. Komponen penyambung T, digunakan untuk membagi aliran secara tegak lurus


Gambar 2.9 Penyambung T
(Sumber : Google Image, 2021)

Pompa merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan suatu fluida dari
satu tempat ke tempat yang lain atau dari tempat yang rendah ketempat yang lebih
tinggi. Prinsip kerja pompa adalah mengubah energi mekanik poros menjadi energi
mekanik fluida (energi kinetik), sehingga akan menimbulkan tekanan yang lebih
tinggi pada sisi buang (discharge) dibandingkan dengan pada sisi masuk/isap
(suction). Besarnya daya pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida dalam
pipa untuk setiap instalasi pemipaan dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

Np = p x g xQ x h   ...Pers. (2.19)

Pressure gauge merupakan salah satu jenis alat ukur yang banyak digunakan
saat ini. Penggunaannya yang mudah dan praktis membuat alat ini lebih sering
digunakan di industri. Pressure gauge dilengkapi dengan skala ukur yang
memudahkan pemakai untuk mengetahui tekanan yang diteliti dengan cepat sehingga
kemungkinan kesalahan pengukuran akibat pembacaan ukuran semakin kecil.

2.12 Pipa dengan Pompa


Pompa digunakan untuk memindahkan fluida cair (incompresibel) dari tempat
yang memiliki head rendah ketempat yang memiliki head yang lebih tinggi melalui
pipa (system pemipaan). Pompa yang dipergunakan untuk mensirkulasi air laut untuk
pendingin kondensor kebanyakan adalah pompa jenis sentrifugal, karena pompa
tersebut mempunyai banyak keunggulan, misalnya, aliran yang rata, kapasitas besar
dan sederhana perawatannya. Pompa Sentrifugal Prinsip kerja pompa sentrifugal
adalah : Daya yang diberikan ke poros pompa untuk memutar impeler dan
menimbulkangaya sentrifugal, sehingga menyebabkan perbedaan tekanan antara sisi
dalam dan sisi luar impeler.
Hal tersebut berakibat cairan yang tadinya berada dibagian sisi dalam impeler
bergerak ke bagian luar impeler dan masuk ke volut. Impeler pompa berfungsi
memberikan kerja kepada zat cair, sehinga energi yang dikandungnya menjadi
bertambah besar. Pada rumah keong/volut kecepatan fluida diubah menjadi energi
tekanan. Pada Gambar 2.10 ditunjukkan gambar potongan melintang dan memanjang
dari pompa sentrifugal satu tingkat.

Gambar 2.10 Penampang pompa sentrifugal poros datar


(Sumber : Google Image, 2021)

Untuk menambah head pada pompa sentrifugal, pada rumah pompa/volute-nya


dilengkapi dengan difuser. Difuser berfungsi untuk membelokkan arah aliran fluida
yang keluar dari sudu-sudu/impeler. Akibatnya kecepatan fluida menjadi turun,
dengan menurunnya kecepatan fluida, maka tekanan fluida yang keluar dari pompa
akan bertambah besar, sehingga menaikkan Head pompa.

2.12 Aplikasi Tata Pipa dalam Kehidupan Sehari-hari


2.12.1 Instalasi Pipa Pada Tambang Migas
Gambar 2. Instalasi Pipa Pada Tambang Migas
(Sumber : Google Image, 2021)

2.12.2 Instalasi Pipa Air Minum

Gambar 2. Instalasi Pipa Air Minum


(Sumber : Google Image, 2021)

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
langsung dapat diminum.Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum, Departemen dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.

2.12.3 Sistem Pemipaan Kolam Renang


Gambar 2. Sistem Pemipaan Kolam Renang
(Sumber : Google Image, 2021)

Sistem pemipaan kolam renang adalah hal yang penting untuk


keberlangsungan kolam renang itu sendiri. Dengan sistem pemipaan yang baik,
maka sirkulasi kolampun akan menjadi baik. Sehingga, air dapat terjaga
kebersihannya. Namun jika sirkulasi air pada kolam buruk, maka dapat berimbas
pada kualitas air yang juga buruk. Selain itu, sirkulasi kolam yang buruk juga akan
mengakibatkan perawatan kolam yang tidak maksimal.

2.12.4 Instalasi Pompa Air Jet Pump

Gambar 2. Instalasi Pompa Air Jet Pump


(Sumber : Google Image, 2021)
Pompa jenis jet pumps banyak dipakai oleh rumah tangga, perusahaan atau
sebuah lingkungan masyarakat. Alat ini terdiri dari beberapa komponen diantaranya,
baling–baling untuk menyedot air, motor dengan daya besar, serta alat penyemprotan
air bertekanan tinggi. Kinerja dan cara kerja pompa air jet pumps diukur dari
kekuatannya untuk mengambil atau menghisap air dari sebuah tempat yang sangat
dalam untuk dibawah naik kepermukaan. Prinsip kerja jet pumps memakai sistem
ejector. Pada sistem ini nozzle akan mengalami perubahan tekanan akhir pedoman
media berupa gas ataupun cairan.

2.12.5 Sistem Instalasi Pipa Udara

Gambar 2. Sistem Instalasi Pipa Udara


(Sumber : Google Image, 2021)

Sistem Pemipaan Udara Kompressor bertujuan untuk mengirim udara


bertekanan ke titik pengguna dengan volume yang cukup dengan kualitas dan
tekanan sesuai kebutuhan.Hal berikut harus diperhatikan untuk instalasi pipa udara
bertekanan : Header pipa utama harus miring menuju arah aliran udara, Pipa
keluaran kompressor disambungkan ke koneksi bagian bawah tangki penampungan,
Ukuran pipa minimal sama dengan koneksi keluaran kompressor. Biasanya
kecepatan udara dalam pipa tidak lebih dari 6 m/s, Memperhitungkan kemungkinan
ekspansi untuk tidak merubah pipa header dan ukuran pipa yang lebih besar supara
loos pressure rendah.
DAFTAR PUSTAKA

(2021). Hukum Fluida : Archimedes, Pascal, Hidrostatis. Passinggrade.co.id.


Asmawati, E. Y. (2014). MENGUKUR LAJU AIR KELUAR DARI BOTOL. 57-62.
HRP, A. H. (2012). EVALUASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH. Kabupaten Aceh
Tamiang: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
Ismet Eka PUtra, S. d. (2017). Analisa Rugi Aliran Pada Pipa PVC. Seminar
Nasional, 1-6.
Korawan, A. D. (2015). POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA
HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR.
MEKANIKA, 57-63.
Priyanto, E. S. (n.d.). ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA PIPA . 1-14.
Rahmandani, W. H. (2013). KAJIAN RANCANGAN IRIGASI PIPA SISTEM
GRAVITASI. urnal Irigasi, 126-137.
Sri Widodo, K. S. (n.d.). Analisa Aliran Air dalam Pipa Bercabang. 77-84.
Susanto, E. (2015). MOMENTUM, IMPULS, DAN . SEMARANG: unnes.
Utami Wahyuningsih, H. R. (2017). PENANGGULANGAN KOROSI PADA PIPA
GAS DENGAN METODE CATODIC . POWER PLANT, 1-63.
WASPODO. (n.d.). ANALISA HEAD LOSS SISTEM JARINGAN PIPA PADA
SAMBUNGAN PIPA KOMBINASI DIAMETER BERBEDA. Jurnal Suara
Teknik Fakultas Teknik, 1-12.

Aprizal. (n.d.). Rancangan Alat Sistem Pemipaan Dengan Cara Teoritis Untuk Uji
Pompa Skala Laboratrium. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Pasir
Pengairan, 88-93.
Asmawati, E. Y. (2014). MENGUKUR LAJU AIR KELUAR DARI BOTOL. 57-62.
Catatan Teknik Pengukuran :Aliran Fluida. (2020, April Tuesday). The Girls Angels.
dkk, D. (2018). Kajian Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas Minyak Goreng Sebagai
Rancangan Bahan Ajar Petunjuk Praktikum Fiiska. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 307-314.
HRP, A. H. (2012). EVALUASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH. Kabupaten Aceh
Tamiang: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
(2021). Hukum Fluida : Archimedes, Pascal, Hidrostatis. Passinggrade.co.id.
Ilham, A. ( 2020, September). Fluida Statis dan Dinamis – Pengertian, Sifat, Rumus
dan Contohnya.
Ismet Eka PUtra, S. d. (2017). Analisa Rugi Aliran Pada Pipa PVC. Seminar
Nasional, 1-6.
Korawan, A. D. (2015). POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA
HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR.
MEKANIKA, 57-63.
Nurcholis, L. (2008). Perhitungan Laju Aliran Fluida Pada Jaringan PIpa. Traksi, 19-
31.
Priyanto, E. S. (n.d.). ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA PIPA . 1-14.
Rahmandani, W. H. (2013). KAJIAN RANCANGAN IRIGASI PIPA SISTEM
GRAVITASI. urnal Irigasi, 126-137.
Saidah, A. (2017). Anallisa KInerja Pompa Minyak (Pompa Bongkar Kargo) Pada
MT. Accord . Jurnal Kajian Teknik Mesin, 26-41.
Sri Widodo, K. S. (n.d.). Analisa Aliran Air dalam Pipa Bercabang. 77-84.
Suhardi. (2019). Evaluasi Kinerja Prototipe Orifice Discharge. Jurnal Teknologi Dan
Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela), 59 - 64.
Suhardi. (2019). Inspeksi Teknik Sistem Perpipaan Industri Pengolahan Migas.
Jurnal JIEOM, 1-5.
Susanto, E. (2015). MOMENTUM, IMPULS, DAN . SEMARANG: unnes.
Utami Wahyuningsih, H. R. (2017). PENANGGULANGAN KOROSI PADA PIPA
GAS DENGAN METODE CATODIC . POWER PLANT, 1-63.
WASPODO. (n.d.). ANALISA HEAD LOSS SISTEM JARINGAN PIPA PADA
SAMBUNGAN PIPA KOMBINASI DIAMETER BERBEDA. Jurnal Suara
Teknik Fakultas Teknik, 1-12.

Anda mungkin juga menyukai