Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat
padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan
dalam fluida. Air, minyak oelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua
zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat
mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga
termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain.
Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke
tempat lain. Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersikulasi di dalam
tubuh setiap saat meskipun sering tidak disadari Fluida dibagi menjadi dua bagian
yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida bergerak). Fluida statis
ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam keadaan setimbang.
Fluida dinamis ditinjau ketika fluida sedang dalam keadaan bergerak (Kurniati
abidin & Sri Wagiani, 2013).

2.1.1 Fluida Statis


Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam ke-adaan diam di mana
konsepnya erat kaitannya dengan kehidupan seharihari. Materi Fluida Statis
membahas mengenai Tekanan Hidrostatis, Hukum Pascal, Hukum Archimedes,
dan lain-lain, di mana penerapannya dapat dijumpai pada kehidupan seharihari,
seperti kapal selam yang dapat terapung serta melayang di laut, pompa hidrolik,
kapal pesiar yang terapung di laut, dan lain-lain. Ber-dasarkan hal tersebut, materi
Fluida Statis cocok untuk menjadi salah satu materi yang dapat diterapkannya
pem- belajaran kontekstual. Hal ini sesuai dengan teori menurut ( Sagala., 2013).
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi statis sederhana dan
tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana adalah air di bak yang

1
tidak dikenai gaya oleh gaya apapun, seperti gaya angin, panas, dan lain-lain yang
mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida statis yang tidak sederhana
adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam pada tiap partikel di berbagai
lapisan dari permukaan sampai dasar sungai (Dedek Iskandar, 2013).

a. Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu
bidang per satuan luas tekan. Konsep tekanan sangat penting dalam mempelajari
sifat fluida. Besar tekanan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Persamaan
tekanan ditulis sebagai berikut:
F
Q=
A ...Pers (2.1)
Keterangan:
P = Tekanan (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m^2)

Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2 atau disebut juga pascal, disingkat
Pa. Berdasarkan perumusan di atas diperoleh bahwa tekanan berbanding terbalik
dengan luas bidang tekan. Itulah sebabnya penerapan konsep tekanan dalam
kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai seperti pisau, paku, dan pasak. Alat-alat
tersebut perlu di buat runcing atau tajam untuk memperoleh tekanan yang besar.

b. Tekanan Hidrostatis
Menurut Hardiyatmo HC (2006) dalam Jurnal Ariany dan Soehoed, Y.D.M
(2012), tekanan hidrostatis adalah tekanan yang bergantung pada kedalaman
terhadap suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu. Besarnya tekanan ini
bergantung pada ketinggian zat cair, massa jenis dan percepatan gravitasi.
Tekanan yang dirasakan oleh dasar wadah yang berisi air sama dengan besarnya
gaya berat zat cair yang menekan. Tekanan hidrostatis tidak bergantung pada arah
dan volume zat.
Dengan kata lain, pada kedalaman tertentu zat cair akan menekan ke segala
arah dengan gaya tekan yang sama besar. Tekanan ini terjadi karena adanya berat
air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Hubungan antara
tekanan hidrostatik dengan gaya angkat terletak pada perbedaan kedalaman benda
tercelup, dimana benda yang tercelup akan mempengaruhi perbedaan tekanan
hidrostatis yang dialami benda, semakin dalam benda tercelup maka semakin
besar tekanan hidrostatis yang dialami benda.

ph= ρ. g . h
...Pers (2.2)

Keterangan :
Ph = Tekanan Hidrostatis (N/m2)
Ρ = Massa Jenis (kg/m3)
g = gaya gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian (m)

c. Hukum Pascal
Jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat
bergerak maka tekanan di suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh berat
fluida di atas permukaan air tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh
penghisap. Berikut ini adalah gambar fluida yang dilengkapi oleh dua penghisap
dengan luas penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki luas penampang
yang kecil (diameter kecil) dan penghisap yang kedua memiliki luas penampang
yang besar (diameterbesar), (Kanginan, 2007).

Gambar 2.1: Fluida yang Dilengkapi Penghisap dengan Luas Permukaan


Berbeda
(Sumber: google image )
Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair dalam
ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka tekanan yang
masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada penghisap kedua,
(Kanginan, 2007). Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan persamaan di
bawah ini.
F
P= ...Pers (2.3)
A

sehingga persamaan hukum Pascal bisa ditulis sebagai berikut.


P1=P2

F 1 : A1=F 2 : A 2
...Pers (2.4)
Keterangan :
P = tekanan (pascal),
F = gaya (newton), dan
A = luas permukaan penampang (m2)
Ada berbagai macam satuan tekanan. Satuan SI untuk tekanan adalah
newton per meter persegi (N/m2) yang dinamakan pascal (Pa). Satu pascal sama
dengan satu newton per meter persegi. Dalam sistem satuan Amerika sehari-hari,
tekanan biasanya diberikan dalam satuan pound per inci persegi (lb/ ¿2 ). Satuan
tekanan lain yang biasa digunakan adalah atmosfer (atm) yang mendekati tekanan
udara pada ketinggian laut. Satu atmosfer didefisinikan sebagai 101,325
kilopascal yang hampir sama dengan 14,70 lb/¿2 . Selain itu, masih ada beberapa
satuan lain diantaranya cmHg, mmHg, dan milibar (mb). 1 mb = 0.01 bar, 1 bar =
105 Pa, 1 atm = 76 cm Hg = 1,01 x 105Pa= 0,01 bar, 1 atm = 101,325 kPa =
14,70 lb/ ¿2 . Untuk menghormati Torricelli,fisikawan Italia penemu barometer
(alat pengukur tekanan), ditetapkan satuan dalam torr, dimana 1 torr = 1 mmHg,
(Tipler, 1998).
d. Hukum Archimedes
Menurut (Halliday, 1987), hukum Archimedes adalah sebuah hukum
tentang prinsip pengapungan di atas zat cair. Ketika sebuah benda tercelup
seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas
(gaya apung) pada benda, dimana besarnya gaya keatas (gaya apung) sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan. Pada prinsip Archimedes, sebuah benda
akan mengapung di dalam fluida jika massa jenis suatu benda lebih kecil daripada
massa jenis zat cair (Jewwet, 2009).
Jika benda dicelupkan dalam zat cair, sesungguhnya berat benda itu tidak
berkurang. Gaya tarik bumi kepada benda itu besarnya tetap. Akan tetapi zat cair
mengadakan yang arahnya keatas kepada setiap benda yang tercelup didalamnya.
Ini menyebabkan berat benda seakan-akan berkurang, (Halliday dan Resnick,
1978)
Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam zat cair maka benda tersebut
akan mendapatkan gaya yang arahnya ke atas yang disebut gaya apung. Gaya
apung ini mempunyai nilai yang sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Hal ini sesuai dengan bunyi Hukum Archimedes “Jika sebuah benda dicelupkan
ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya yang disebut gaya
apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya”. Akibat adanya
gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda yang diangkat
dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan jika diangkat di darat.
Hubungan antara berat benda di udara (wu), gaya ke atas (Fa) dan berat benda di
zat cair (wa) adalah:

w a = W u- F a
...Pers (2.5)
wa
F a = ρ cair .g.V b

wa ...Pers (2.6)
Keterangan :

FA = gaya keatas (N)


ρ cair = massa jenis zat cair (kg/ m3)
Vb = volume benda yang tercelup (m3)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)

2.1.2 Fluida Dinamis


Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang
bergerak.Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady
(mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak
mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami
putaranputaran) (Dedek Iskandar, 2013).

Q
V=
A
Keterangan : ...Pers(2.7)
Q = Debit (m3/detik)
v = Kecepatan Fluida (m/s)
A = Luas Penampang (m2)

2.2 Aliran
Kecepatan aliran fluida sangat berpengaruh pada kondisi aliran fluida,
semakin tinggi kecepatan maka akan mempengaruhi pola aliran. Besaran yang
dapat menghubungkan antara kecepatan aliran, kondisi fluida dan kondisi
penampang diameter pipa adalah bilangan Reynolds. Aliran adalah badan air
permukaan yang terus menerus mengalir di dalam dasar dan tepi saluran.
Tergantung pada lokasi atau karakteristik tertentu, sungai dapat disebut dengan
berbagai nama lokal atau regional. Aliran terbagi menjadi 3 bagian yaitu, aliran
laminar, transisi, dan turbulen (Sularso., 1994).
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai fluida yang mengalir. Air
dalam pipa PDAM keluar melalui keran sampai minuman dalam gelas yang
diaduk dengan sendok merupakan contoh dari aliran fluida yang selama ini kita
manfaatkan untuk kebutuhan manusia. Dalam aliran fluida semacam itu terdapat
fenomena yang bisa dipelajari. Ada hal-hal yang berpengaruh satu sama lain. Jenis
zat, kekentalan (viskositas), kecepatan alir menjadi dasar tema pembicaraan.
2.2.1 Aliran Laminar
Aliran laminar ialah aliran dimana fluida dianggap mengalir pada lapisan
masing-masing dengan kecepatan konstan. Aliran ini terjadi karena fluida cukup
kental, kecepatan aliran rendah, aliran pada lorong sempit. Kisaran nilai bilangan
Reynold aliran laminar yaitu kurang dari 2300 (Re<2300).

Gambar 2.1 Aliran Laminer


(Sumber: ejournal-s1.undip.ac.id)

2.2.2 Aliran Transisi


Aliran transisi ialah aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen
maupun sebaliknya. Keadaan ini tergantung pada viskositas, kecepatan, dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan geometri aliran. Nilai bilangan Reynold aliran
transisi antara 2300 sampai 4000 (2300<Re<4000).

Gambar 2.2 Aliran Transisi


(Sumber: ejournal-s1.undip.ac.id)
2.2.3 Aliran Turbulen
Aliran turbulen ialah aliran yang dimana pergerakan partikel- partikel suatu
fluida tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran antar lapisan
dalam skala besar. Aliran turbulen terjadi karena kecepatan aliran tinggi, aliran
pada lorong yang besar, fluida yang mengalir encer. Nilai bilangan Reynold aliran
turbulen lebih besar dari 4000 (Re>4000).

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


(Sumber: ejournal-s1.undip.ac.id)
2.3 Debit
Debit adalah volume air yang mengalir per satuan waktu. Waktu konsentrasi
adalah waktu yang diperlukan limpasan air hujan dari titik terjauh menuju titik
kontrol yang ditinjau. Pengukur kecepatan aliran air dapat dijadikan
sebagai sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan
melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses
yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan
untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran
dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu
kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada
(Finawan dan Mardiyanto, 2011).

V
Q=
t ...Pers (2.8)
Q=V.A ...Pers(2.9)
Keterangan :
Q = Debit air (m3/s atau l/s)
V = Volume air (m3 atau liter)
t = Waktu (s)
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan fluida (m/s)

Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi
pengelola sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk
perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama
pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan
gambaran potensi sumebr daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah
aliran sungai.
Dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam
bentuk hidrograf aliran. Hidrografi aliran adalah suatu perilaku debit sebagai
respons adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu
DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan/atau adanya perubahan
(fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal. Cara pengukuran debit aliran akan
dibedakan menjadi dua, yaitu pengukuran debit untuk sungai-sungai yang
berukuran kecil hingga sedang dan untuk sungai-sungai besar yang banyak
dijumpai di pulau-pulau diluar Jawa (Chay Asdak, 2010).

2.4 Kehilangan Tenaga Aliran Melalui Pipa


Head kerugian adalah head untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri
dari kerugian gesek aliran dalam pipa, dan head kerugia di dalam percabangan,
perkatupan dan belokan pipa. Pengaliran air melalui pipa banyak digunakan
dalam mendistribusikan air dari sumber air ke keran-keran pengeluaran untuk
berbagai keperluan. Sepanjang pendistribusian tersebut, air melalui berbagai
hambatan seperti perubahan kecepatan, perubahan penampang dan perubahan
kekasaran permukaan. Karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh perubahan-perubahan tersebut terhadap kehilangan tenaga pada pipa
lurus sepanjang 1 m.
Penelitian ini menggunakan Fluid Friction Apparatus lengkap dengan
hydraulic bench dan manometernya. Variasi pengaliran pada pipa uji dilakukan
sebanyak 50 kali. Pipa uji yang digunakan adalah satu pipa berukuran 6 mm dan
10 mm, serta empat pipa 17,5 mm yang dibedakan atas kekasaran permukaan,
yang dibuat dengan mengisi pasir didalamnya dengan ukuran butir pasir yang
berbeda antara pipa satu dengan lainnya.
Hasil yang diperoleh adalah kecepatan dan kekasaran pipa sebanding
dengan kehilangan tenaga yang menunjukkan hubungan polynomial orde 2 (hf = a
+ bu + cu2 dan hf = a + bk + ck2), dimana bertambahnya kecepatan dan kekasaran
menyebabkan makin besarnya kehilangan tenaga yang terjadi. Sedangkan luas
penampang pipa berbanding terbalik dengan kehilangan tenaga yang
menunjukkan hubungan eksponensial (hf = a e -bA), dimana bertambahnya luas
penampang pipa menyebabkan kehilangan tenaga akan semakin kecil (Bambang
Triatmodjo, 2010).

2.4.1 Mayor Losses


Kerugian mayor adalah kehilangan energi aliran yang disebabkan oleh
gesekan sepanjang lingkaran pipa. Ada beberapa persamaan yang dapat
digunakan dalam menentukan kehilangan longitudional apabila panjang pipa dan
diameter mengalirkan kecepatan rata-rata V. Menurut White (1986), salah satu
persamaan yang dapat digunakan adalah persamaan Darcy-Weisbach yaitu :

L V²
h f =f × × +(m) Pers...(2.10)
d 2g

Keterangan :
f = faktor gesekan (Darcy friction factor), nilainya dapat diperoleh dari
diagram Moody.
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)

= head kecepatan
2g

2.4.2 Minor Losses


Minor losses adalah kerugian aliran yang disebabkan oleh adanya gesekan
yang terjadi pada komponen tambahan (asesoris) seperti elbow, katup, fitting dan
lain sebagainya sepanjang jalur perpipaan. Besarnya head loss minor tergantung
dari koefisien tahanan (f) asesoris yang digunakan.

Pers...(2.11)

Keterangan:
K = koefisien kerugian gesek,
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2).

2.4.3 Gesekan dalam pipa


Gesekan pada pipa dapat menyebabkan hilangnya energi mekanik fluida.
Gesekan inilah yang menetukan aliran fluida dalam pipa, apakah laminar atau
turbulen. Gesekan juga dapat menimbulkan panas pada pipa sehingga merubah
energi mekanik menjadi energi panas (kalor).
Dalam aplikasi kesehariannya, ada banyak sekali bentuk dan model pipa,
seperti pipa bentuk elbow, mitter, tee, reducer, cross, dan lainnya. Bentuk serta
model yang beraneka ragam tersebut sangat membantu dalam desain layout
sistem perpipaan didunia industri. Pada saat operasi, bentuk dan model pipa yang
bermacam-macam tersebut akan memiliki karakteristik tegangan yang berbeda-
beda sebagai akibat dari pembebanan yang diterimanya. Akumulasi dari berat pipa
itu sendiri dan tekanan fluida yang mengalir didalamnya, akan menyebabkan
tegangan pada pipa yang dikenal sebagai beban static. Namun efek dari
pembebanan seperti ini dapat diminimalisasi dengan memilih jenis penyangga
(support) yang sesuai, dan menggunakan penyangga tersebut dalam jumlah cukup.
Secara umum, beban dinamik dan beban termal pada pipa merupakan dua hal
yang lebih penting, dan lebih sulit untuk ditangani. Pembebanan dinamik terjadi
pada pipa yang berhubungan langsung dengan peralatan bergetar seperti pompa
atau kompresor. Beban dinamik juga terjadi pada pipa yang mengalami beban
termal, sehingga beberapa bagian pipa berekspansi dan menimbulkan tegangan
pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan beberapa alat atau mekanisme yang
didesain untuk memperkecil tegangan pada system perpipaan tersebut, agar
kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan pada bagian pipa, atau
kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat dihindari.
Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan adalah pipe
bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk membelokkan arah
aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih sulit untuk dianalisa karena
permukaannya menjadi oval dibawah pembebanan momen bending. Hal ini
menyebabkan pipe bend memiliki fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pipa lurus yang sama ukuran dan jenis materialnya. Lebihnya fleksibilitas
ini menjadikan pipe bend berfungsi sebagai penyerap ekspansi thermal. Dengan
berbagai karakteristik tersebut, pipe bend menjadi komponen yang sangat penting
di dalam sistem perpipaan dan memerlukan berbagai macam pertimbangan dalam
proses perancangannya (Mc.Cabe.1985).

2.5 Bilangan Reynold


Angka Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung
pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam
pipa. Profesor Osborne Reynolds menyatakan bahwa ada dua tipe aliran yang ada
didalam suatu pipa yaitu :
1. Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v
2. Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn
Dalam penelitiannya, Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis
aliran berubah menjadi aliran jenis lain, dan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran
laminar berubah menjadi aliran turbulen. Keadan ini bergantung pada empat buah
besaran yaitu: diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata
zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan
menjadi suatu gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada suatu
nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya itu adalah

Pers...(2.12)

Keterangan:
D = Diameter pipa ( m )
V = Kecepatan rata-rata zat cair ( m / s )
μ = Viskositas zat cair ( kg / m.s )
Ρ = Densitas zat cair ( kg / m3 )

Gugus variabel tanpa dimensi yang didefinisikan oleh persamaan di atas


dinamakan Angka Reynolds (Reynolds Number). Aliran laminar selalu ditemukan
pada angka Reynold di bawah 2.100, tetapi bisa didapat pada angka Reynold
sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang masuk pipa
sangat baik kebundarannya dan zat cair di dalamnya sangat tenang. Pada kondisi
aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka Reynolds di atas kira-kira 4.000.
Terdapat suatu daerah transisi yatu pada angka Reynolds antara 2100 sampai
4000, dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan mungkin turbulen, bergantung
pada kondisi di lubang masuk pipa dan jaraknya dari lubang masuk itu (Raswari
1986). Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu :
1. Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak
mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida
tak termampatkan.
2. Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami
perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.
2.5.1 Head loss dan Friction Loss pada pipa horizontal
Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga untuk
persamaan (2), Head Loss adalah harga ∆p yang dinyatakan dengan satuan
panjang mmHg atau inchHg. Harga F sendiri bergantung pada tipe alirannya.
Untuk aliran laminar, dimana N Re < 2100, berlaku persamaan :

Pers…(2.13)

Untuk aliran turbulen dengan N Re > 4000, berlaku persamaan:

Pers…(2.14)

2.5.2 Head loss dan Friction Loss pada Elbow


Sambungan-sambungan didalam pipa, misalnya elbow, kran, valve, tee akan
mengganggu pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya rugi gesekan atau
Friction Loss. Friction Loss ini biasanya dinyatakan sebagai rugi gesekan yang
setara dengan panjang pipa lurus. Untuk 45o Elbow, dengan diameter pipa 1 in – 3
in, misalnya, maka setara dengan panjang pipa 15 x D, sedangkan untuk 90o
Elbow, dengan diameter 3/8 in – 2,5 in, misalnya maka setara dengan panjang
pipa 30 x D.
Persamaan-persamaan yang digunakan didalam pipa Horizontal, termasuk
untuk menentukan Head Loss juga berlaku untuk elbow dengan catatan elbow
juga dalam posisi horizontal didalam sistem perpipaan. Hasil pengujian head loss
menunjukkan bahwa, sudut sambungan belokkan berbanding lurus dengan head
loss. Semakinn besar sudut sambungan belokan pipa, nilai head loss yang
dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tinggi tekan pada
sebelum dan setelah belokan pipa yang semakin meningkat. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa kecepatan air berbanding terbalik dengan sudut sambungan
belokan pipa, semakin besar sudut sambungan belokan pipa maka kecepatan air
semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan belokan pipa
kecepatan air semakin besar. Hal tersebut disebabkan karena waktu yang
diperlukan lebih lama untuk sudut belokan yang semakin besar (Haruo
Tahara,Sularso.2000).

2.5.3 Pressure Drop


Pressure drop merupakan penurunan tekanan dari inlet menuju
outletpada pipa. Pressure drop juga dipengaruhi akibat panjang pipa,
diameter pipa, suhu aliran, maupun kecepatan aliran. Untuk mencari pressure
drop bisa menggunakan rumus pada persamaan

l V2
∆ P= f ρ ...Pers (2.15)
d 2
Keterangan :
∆p = Pressure drop (Nm/m2)
F = faktor gesekan
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan fluida dalam pipa (m/s)
d = diameter dalam pipa (m)
ρ = Density (kg/m3)

Pressure drop menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam

suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan,biasa dinyatakan juga dengan ∆P


saja. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa,dan beda tinggi
air raksa dalam manometer H ft, maka :

Pers…(2.16)
Keterangan :
∆p = Pressure drop (Nm/m2)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
g = Gravitasi (m/ s2)
∆h = Selisih ketinggian pada manometer (m)
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan
Tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui
tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Faktor utama yang
mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan fluida melalui
pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan mengalir ke arah
perlawanan sedikit (kurang tekanan). Pada aliran satu fase, pressure drop
dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viskositas, densitas
fluida dan diameter pipa (Deslia Prima. 2011).

2.6 Persamaaan Momentum


Bila laju perubahan momentum dalam volume tilik persatuan waktu sama
dengan laju bersih dari aliran yang masuk ditambah gaya-gaya yang bekerja di
dalam volume tilik dan pada permukaan tilik. Momentum adalah aliran suatu
massa atau mv = ρⱯv Sedangkan aliran momentum dapat ditulis sebagai mv.v
atauatau mv2 (ρⱯ.v2).Hukum kekekalan momentum dijelaskan sebagai laju
perubahan momentum persatuan waktu (N. Widiasmadi, 2006).
Adapun persamaan momentum adalah sebagai berikut: (Anonim,2020)
M = m.v Pers…(2.17)

Keterangan :
M = Momentum ( kg m/s)
m = massa partikel ( kg)
V = kecepatan ( m/s)

2.7 Prinsip dan Persamaan Bernoulli


Adapun prinsip dan persamaan Bernoulli adalah sebagai berikut :
2.7.1 Prinsip Bernoulli
Hukum Bernoulli merupakan sebuah konsep besar, hasil penggabungan
beberapa unit konsep fisika seperti tekanan, massa jenis, laju zat alir, kekentalan
zat alir, dan ketinggian potensial gravitasi. Kapasitas konsep ini mampu
mendeskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif prilaku dinamis zat alir (cair dan
gas) dalam ruang ataupun saluran berdinding padatan seperti pipa. Banyak cara
kerja peralatan teknik di dunia industri dilandasi oleh penerapan konsep ini seperti
sayap pesawat terbang, cerobong asap, penyemprot racun serangga, tabung pitot,
tabung venturi, karburator, kapal layar, tangki bocor, dan lain sebagainya . (I Gede
Rasagama, 2016) .
Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan
energi yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah
tekanan (P), energi kinetik per satuan volume, dan energi potensial per satuan
volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. (Eka
Yulisari Asmawati, 2020) .
2.7.2 Persamaan Bernoulli
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus
didasarkan pada hukum Newton II tentang gerak (F=Ma). Suatu elemen berbentuk
silinder dari suatu tabung arus yang bergerak sepanjang garis arus dengan
kecepatan dan percepatan di suatu tempat dan suatu waktu adalah V dan a.
Panjang, tampang lintang, dan rapat massa elemen tersebut adalah ds, dA dan ρ
sehingga berat elemen adalah (ds. dA. ρg) elemen.
Persamaan dinyatakan dalam Hukum Bernoulli tersebut melibatkan
hubungan berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan aliran yang
memiliki satu garis arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan tekanannya.
Bentuk hubungan yang dapat dijelaskan melalui besaran tersebut adalah besaran
usaha tenaga pada zat cair.
Agar persamaan Bernoulli yang akan kita turunkan berlaku secara umum,
maka kita anggap fluida mengalir melalui tabung alir dengan luas penampang
yang tidak sama dan ketinggiannya juga berbeda (lihat gambar di bawah). Untuk
menurunkan persamaan Bernoulli, kita terapkan teorema usaha dan energi pada
fluida dalam daerah tabung alir (ingat kembali pembahasan mengenai usaha dan
energi). Selanjutnya, akan memperhitungkan banyaknya fluida dan usaha yang
dilakukan untuk memindahkan fluida tersebut (Derry Yumico, 2010).
Persamaan bernoulli dapat diturunkan berdasarkan prinsip usaha energi,
sehingga merupakan suatu bentuk Hukum Kekekalan Energi. Ruas kiri dan ruas
kanan pada persamaan Bernoulli di atas bisa mengacu pada dua titik di mana saja
sepanjang tabung aliran sehingga kita bisa menulis kembali persamaan di atas
menjadi: (Kurniati Abidin,2013)

P+ ρ v 2+ ρ g hPers…(2.18)
= Tetap
Keterangan :
P = Tekanan air (Pa)
v = Kecepatan air (m/s)
g = Percepatan gravitasi (Kg/m3)
h = Ketinggian air (m)

2.8 Viskositas Kinematika Fluida


Viskositas kinematika adalah rasio antara viskosits absolut untuk kecepatan
dengan jumlah dimana tidak ada kekentalan yang terlibat. Secara matematis yaitu
:

Pers…(2.19)
V=

Keterangan:

V = Viskositas Kinematik (m2/s)

= Viskositas absolut (Ns/m2)


P = Rapat massa (Kg/m3)
Tabel 2.1 Viskositas Kinematik berdasarkan suhu
Temperatur Viskositas Temperatur Viskositas
Kinematika Kinematika
(˚C) (1 x 10-6 m2/s) (˚C) (1 x 10-6 m2/s)
0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0.724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342
Sumber: docfoc.com
2.9 Aliran Pada Tata Pipa
Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan
bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam
pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena
tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak
penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa
adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada
saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih
ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan
aliran pada saluran terbuka (Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-
gorong. Pada kondisi saluran penuh air, desainnya harus mengikuti kaidah aliran
pada pipa, namun bila mana aliran air pada gorong- gorong didesain tidak penuh
maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada saluran terbuka (M. Selpan M,
2011).
Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, reynolds menetapkan
bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran dapat diredam oleh
kekentalan zat cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan
turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds
berada diantara kedua nilai tersebut 2000<Re<4000 aliran adalah transisi. Angka
Reynolds pada kedua nilai di atas (Re =2000 dan Re = 4000) disebut dengan batas
kritik bawah dan atas.
Aliran air dalam pipa pada dasarnya terbagi dalam dua karakteristik aliran,
yaitu aliran laminer dan turbulen. Aliran laminer dimana bagian-bagian elementer
dari cairan bergerak teratur mengikuti garis-garis kontinyu dan menempati tempat
yang relatif sama pada penampang-penampang yang beraturan, sedangkan pada
aliran turbulen elementer dari cairan tersebut bergerak tidak teratur dan
menempati tempat yang berlainan pada penampang berikutnya (Dadan Rahmandani
dan Wildan Herwindo, 2013).
2.10 Jenis-Jenis Fitting Pipa
Adapun jenis-jenis fitting pipa adalah sebagai berikut :
2.10.1 Fitting Elbow
Sambungan (fitting) merupakan komponen perpipaan yang berfungsi untuk
untuk merubah aliran, menyebarkan aliran, membesar atau mengecilkan aliran.

Gambar 2.1 Fitting Elbow


(Sumber: Google Image, 2020)
a. Pipa 45°
Kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan karena adanya perubahan
belokan pipa. Besarnya kehilangan energy sekunder di rumuskan sebagai berikut.

V
22
he=k
2g
Keterangan : Pers…(2.20)
he = kehilangan energy sekunder ( m )
k = koefisien kehilangan energy sekunder
v = kecepatan aliran ( m/s )
g = percepatan gravitasi ( m/s2 )
b. Pipa 90°
pipa ini berbentuk huruf “y” yang melengkung 90°, fungsinya sama yaitu
membuat cabang pipa jenis ini mempunyai head loss tentunya.

Gambar 2.8: Pipa 90°

Sumber :Laboratorium Keairan dan


Teknik lingkungan

2.10.2 Fitting Tee


Fitting tee mempunyai tugas untuk membagi aliran dan memiliki cabang.
Cabang tee yang mempunyai ukuran diameter sama dengan diameter pipa utama
disebut dengan straight tee, sedangkan jika ukurannya berbeda disebut dengan
reducing tee.

Gambar 2.2 Fitting Tee


(Sumber: Google Image, 2020)
2.10.3 Fitting Reducer
Fitting reducer memiliki fungsi untuk mengurangi aliran fluida. Mengurangi
disini bukan seperti valve, tapi ukuran pipanya saja yang berkurang. Jadi fitting
reducer bertugas untuk menyambungkan dua buah pipa dari diameter yang lebih
besar ke diameter yang lebih kecil atau sebaliknya. Gambar 2.12 berikut ini
menunjukkan fitting reducer.

Gambar 2.3 Fitting Reducer


(Sumber: Google Image, 2020)

2.11 Jenis-Jenis Rangkaian Pipa


Adapun jenis-jenis rangkaian pipa yaitu sebagai berikut :
2.11.1 Pipa dengan Curat
Di dalam pembangkit tenaga listrik, tenaga air digunakan untuk memutar
turbin. Untuk mendapatkan kecepatan yang besar guna memutar turbin, pada
ujung pipa diberi curat. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.4 dengan
menganggap kehilangan tenaga sekunder kecil maka disepanjang pipa garis
tenaga berimpit dengan garis tekanan. Garis tenaga turun secara teratur
(perlahanlahan), karena adanya kehilangan tenaga akibat gesekan. Di bagian
curat, garis tenaga turun dengan tajam menuju ujung hilir curat dimana tekanan
adalah atmosfer.
Gambar 2.4 Pipa dengan Curat
(Sumber : Google Image 2010)
2.11.2 Pipa dengan Pompa
Jika pompa menaikkan zat cair dari kolam satu ke kolam lain dengan selisih
elevasi muka air H2 seperti yang ditunjukkan dalam Gambar berikut maka daya
yang digunakan oleh pompa untuk menaikkan zat cair setinggi Hs adalah sama
dengan tinggi H2 ditambah dengan kehilangan tenaga selama pengaliran dalam
pipa tersebut. Kehilangan tenaga adalah ekivalen dengan penambahan tinggi
elevasi, sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H
= H2 + 73 ∑hf . Dalam gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis
tenaga berimpit dengan garis tekanan.

Gambar 2.5 Pipa dengan Pompa

Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan 2 yaitu sebesar hf1
dan hf2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tekanan)
menurun sampai dibawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah
sumbu pipa mempunyai tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan.
Daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair :
Pers…(2.20)
D=
Atau

Pers…(2.21)
D=

dengan η adalah efisiensi pompa. Pada pemakaian pompa, efisiensi pompa


digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa (Darmadi,2011).

2.11.3 Pipa Hubungan Seri


Pipa hubungan seri yaitu apabila suatu saluran pipa terdiri dari pipa-pipa
dengan ukuran yang berbeda, pipa tersebut adalah dalam hubungan seri. Gambar 1
menunjukkan suatu sistem tiga pipa dengan karakteristik berbeda yang
dihubugkan secara seri. Panjang, diameter, dan koefisien masing-masing pipa L1,
L2, L3; D1, D2, D3 dan f1, f2, f3.

Gambar 2.6 Pipa dHubungan Seri


(Sumber : Google image 2020)

2.12 Aplikasi Tata Pipa Dalam Kehidupan Sehari-hari


Adapun pengaplikasian tata pipa dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
2.12.1 Instalasi Pipa Minyak
Gambar di atas merupakan Instalasi perpipaan minyak. Instalasi ini harus
diatur dengan baik agar dapat mengalirkan minyak mentah menuju distributor
minyak. Pipa ini haruslah aman agar tidak terjadi kebocoran nantinya yang tentu
saja apabila terjadi akan mencemari lingkungan.
Gambar 2.7 Instalasi Pipa Minyak
(Sumber: Google Image, 2020)

2.12.2 Instalasi Pipa Gas


Instalasi gas yang baik untuk restoran, hotel, catering dan juga industri
makanan lainnya sangatlah penting karena sebagian besar peralatan restoran saat
ini menggunakan gas sebagai bahan bakarnya. Keunggulan gas yaitu lebih cepat
dalam proses memasak, bersih dan praktis serta mudah di dapatkan di pasaran.
Agar keunggulan dari gas ini berjalan dengan optimal, tentulah dibutuhkan
instalasi gas yang baik dan juga didukung dengan system keamanan yang
mumpuni untuk mencegah kebakaran karena sifat dari gas sendiri yang mudah
terbakar.

Gambar 2.8 Instalasi Pipa Gas


(Sumber: Google Image, 2020)
2.12.3 Instalasi Pipa PDAM
Seperti kita ketahui bersama penggunaan pipa PDAM berfungsi sebagai
jalur untuk mendistribusikan air dari PDAM ke pelanggan. Dan pastinya instalsi
merupakan saluran tertutup. Karena air ini harus terjaga baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.

Gambar 2.9 Instalasi Pipa PDAM


(Sumber: Google Image,2020)

2.12.4 Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran


Instalasi pipa ini biasa kita jumpai dan kita temukan di kantor pemadam
kebakaran ataupun bangunan besar. Instalasi ini berfungsi sebagai tempat
mengalirnya air dari sumber air ke alat selang pemadam api.

Gambar 2.10 Instalasi Pipa Pemadam


(Sumber: Google Image, 2020)

2.12.5 Instalasi Pipa Kolam Renang


Sistem pemipaan kolam renang adalah hal yang penting untuk
keberlangsungan  kolam renang itu sendiri. Dengan sistem pemipaan yang baik,
maka sirkulasi kolampun akan menjadi baik. Sehingga, air dapat terjaga
kebersihannya. Namun jika sirkulasi air pada kolam buruk, maka dapat berimbas
pada kualitas air yang juga buruk. Selain itu, sirkulasi kolam yang buruk juga
akan mengakibatkan perawatan kolam yang tidak maksimal.

Gambar 2.11 Instalasi Pipa Kolam Renang


(Sumber Google Image, 2020)

Anda mungkin juga menyukai