M
A B
L
Analisa struktur dengan metode kekakuan menggunakan deformasi di titik diskrit
sebagai besaran pokok yang tidak diketahui. Banyaknya deformasi dimaksud bergantung
pada jumlah ketidaktentuan kinematisnya atau derajat kebebasan (DOF), yaitu komponen
bebas dari deformasi di titik diskrit yang mungkin terjadi akibat pembebanan struktur.
Ada 4 (empat) komponen deformasi di dalam struktur, yaitu :
a. Rubahan panjang : perpanjangan atau perpendekan ; terjadi akibat gaya normal
b. Putaran sudut ; kejadian ini ditimbulkan oleh momen lentur
c. Translasi/pergeseran ; disebabkan oleh gaya lintang
d. Torsi ; disebabkan oleh momen torsi
Pada struktur dua dimensi, deformasi yang umumnya terjadi adalah : rubahan panjang,
putaran sudut dan translasi. Translasi dapat dinyatakan ke dalam dua komponen, yaitu
vertikal dan horizontal.
Untuk menentukan jumlah deformasi yang mungkin terjadi pada
tumpuan/perletakan, terlebih dahulu harus dipahami sifat-sifat perletakan, yaitu (lihat
Tabel 1) :
Tabel 1 Jenis Perletakan dan Deformasi Yang Mungkin Terjadi
Memikul Deformasi
Perletakan
V H M yang mungkin
Jepit -
Sendi - Putaran sudut
Rol - - Translasi dan
Putaran sudut
Persamaan-persamaan dasar dari metode kekakuan dapat dijabarkan dari :
▪ Kompatibilitas struktur
▪ Hubungan gaya dalam dengan perubahan kedudukan
▪ Kesetimbangan gaya luar dengan gaya dalam
dan uraiannya dapat dijelaskan seperti pada contoh berikut.
A B C D
L1 L2 L3 a
Langkah I : Kompatibilitas Struktur
Untuk menentukan derajat ketidaktentuan kinematisnya, perhatikan titik diskrit (A, B, C
dan D) kemudian hubungkan dengan Table 1 di atas
A
D1 D2 D3
Derajat ketidaktentuan kinematis : 3
Dengan memberikan deformasi : D1 =1, D2 =1 dan D3 =1 berturut-turut, diperoleh :
d3
A d2 = d3 =
d2 D1
d5
d4 = d5 =
A
d4 D2
d6 = D 3
A
d6 D3
Disusun secara sistematis :
D1 D2 D3
d1 0 0 0
d2 1 0 0
d3 1 0 0
d4 0 1 0
d5 0 1 0
d6 0 0 1
d 1 0 0 0
d
2 1 0 0
D 1
d 3 1 0 0
Dalam bentuk matriks : = . D 2 ; atau { d } = [ A ] { D }
d 4 0 1 0
D
d 5 0 1 0 3
d 6 0 0 1
Dengan cara yang sama untuk H3, H4, H5 dan H6, sehingga diperoleh dalam bentuk
matriks:
4EI 1 2EI 1
L L1
1
2EI 1 4EI 1
H 1 L L1 d 1
H 1 d 2
2 4EI 2 2EI 2
H 3 L2 L2 d 3
= 2EI 2 4EI 2 . d
H 4 4
H 5 L2 L2 d 5
4EI 3 2EI 3
H 6 d 6
L3 L3
2EI 3 4EI 3
L3 L 3
atau : { H }= [ S ]{ d }
dengan demikian Matriks Kekokohan [ S ] :
4EI 1 2EI 1
L L1
1
2EI 1 4EI 1
L1 L1
4EI 2 2EI 2
L2 L2
[ S ] =
2EI 2 4EI 2
L2 L2
4EI 3 2EI 3
L3 L3
2EI 3 4EI 3
L3 L 3
Langkah III : Kesetimbangan Gaya Luar dan Gaya Dalam
q1 q2 q3
H3 H5
B C D
H2 H4 H6
q1 = H2 + H3 q2 = H4 + H5 q3 = H6
dalam bentuk matriks :
H 1
H
q 1 0 1 1 0 0 0
2
H 3
q 2 = 0 0 0 1 1 0 .
q 0 0 0 0 0 1 H 4
3
H5
H 6
D1
Matrix Deformasi [A]:
H2
Q1 = H 2 + H 3
Diagram Kesetimbangan Gaya Luar dan Gaya Dalam
Momen Primer:
Deformasi {D}:
Gaya-gaya Dalam {H}:
Momen Akhir {M}:
+
+
+
+
D2 d3
d2
Matrix Deformasi [A]:
d1 d4
d2 d3
D1
Beban Ekivalen {Q}:
1000