PENDAHULUAN
Keliling basah:
P=B+2 h √ 1+ m2 ....pers (2.2)
Jari-jari hidraulis:
A
R ....pers (2.3)
P
Kecepatan:
Q
V= ....pers (2.4)
A
Keterangan :
A = Luas penampang basah (m2)
B = Lebar bawah (m)
h = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran
R = Jari-jari hidraulis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
V = Kecepatan aliran
Q = Debit (m3)
b. Saluran Segiempat
Perencanaan saluran dengan model segiempat banyak dipilih untuk talang
jaringan irigasi di daerah perkotaan besar. Penggunaan tebing yang tegak
menjadikan model saluran ini lebih dihindari dari saluran model trapesium.
Hal ini disebabkan untuk membuat dinding yang tegak memerlukan
konstruksi yang kuat dan lebih mahal. Saluran dengan model segiempat ini
dipilih karena ada dua kelebihan yaitu memiliki nilai estetika dan cocok
untuk lahan yang terbatas. Untuk saluran segiempat dapat dihitung sebagai
berikut:
Keliling basah:
Jari-jari hidraulis:
A
R= ....pers (2.7)
P
Kecepatan:
Q
V= ....pers (2.8)
A
Keterangan :
A = Luas penampang basah (m2)
B = Lebar bawah (m)
h = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran
R = Jari-jari hidraulis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
V = Kecepatan aliran
Q = Debit (m3)
c. Saluran Setengan Lingkaran
Bentuk atau model saluran model setengah lingkaran merupakan
perencanaan saluran terbaik ketiga setelah penampang segiempat dan
trapesium. Model ini mampu menampung debit air yang banyak dan juga
dindingnya kuat. Kapasitas penampung debit airnya hampir sama dengan
penampang segiempat dan trapesium. Model ini dapat dipilih jika lahan
yang tersedia sempit dan anggaran juga sedikit. Jika dilihat dari
kemampuannya dalam menampung air, model setengah lingkatran ini lebih
banyak jika dibandingkan dengan segiempat dan trapesium. Namun dalam
prakteknya, model ini sangat sulit untuk dibuat. Oleh karena itu model
trapesiumlah yang menjadi pilihan yang bayak digunakan dalam pembuatan
saluran. Untuk saluran setengah lingkaran dapat dihitung sebagai berikut:
Keliling basah:
P=π r ....pers (2.10)
Jari-jari hidraulis:
A
R= ....pers (2.11)
P
Kecepatan:
Q
V= ....pers (2.12)
A
Keterangan :
A = Luas penampang basah (m2)
r = Jari-jari (m)
R = Jari-jari hidraulis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
V = Kecepatan aliran
Q = Debit (m3)
massa m
P= = (Kg/m3) ....pers (2.13)
satuanvolume v
Keterangan :
P = Kerapatan (Kg/m3)
m = Massa (Kg)
v = Satuan volume (m3)
U
Fr= ....pers (2.15)
√g. h
Keterangan :
Fr = Bilangan Froude
U = Kecepatan aliran (m/det)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
h = Kedalaman aliran (m)
Q
V= ....pers (2.16)
A
Keterangan :
V = Kecepatan aliran (m/det)
Q = Debit aliran (m3/det)
A = Luas saluran (m2)
Keterangan :
A = Luas saluran (m2)
b = Lebar saluran (m)
H = Tinggi saluran (m)
II.4.6 Aliran Berdasarkan Pergerakan Partikel Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir dapat berupa cairan atau gas.
Salah satu cabang ilmu fisika yang membahas tentang fluida adalah dinamika
fluida. Dinamika fluida memberi gambaran tentang gerak fluida dalam batas
ruang tertentu. Salah satu contoh fluida adalah air. Aliran air yang ada di alam ini
memiliki bentuk beragam, karena berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk
permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk
digambarkan. Untuk dapat menjelaskan tentang gerak fluida maka gerak ini lebih
dahulu harus dapat diketahui semua persamaan diferensial yang dapat diselesaikan
secara analitik maupu numerik. Persamaan dasar yang dibutuhkan adalah
persamaan kontinuitas dan persamaan gerak yang berkaitan dengan hukum
Newton II.
Dalam mekanika fluida, maka aliran fluida dapat dibagi menjdi 3 jenis,
yaitu: aliran laminer, aliran turbulen, dan aliran transisi. Aliran laminar terjadi
apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan
kontiniu dan tidak saling berpotongan, aliran laminar juga dapat terjadi jika aliran
rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair mempunyai kekentalan. Aliran
dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina dengan
satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi
untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan (Maria
Ulfah Handayani, 2016).
I 2/ 3 1/ 2
n= R I ....pers (2.18)
V
Keterangan :
n = Koefisien kekasaran
V = Kecepatan aliran (m/s)
R = Jari-jari hidraulis (m)
S = Kemiringan melintang normal perkerasan jalan (%)
I = Kemiringan saluran samping (%)
II.6 Aliran melalui Bendung Persegi Panjang
Bendung merupakan konstruksi untuk menaikkan permukaan air di sungai dan
berfungsi juga sebagai sarana pengukur debit aliran. Di samping itu bendung juga
merupa kan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat-sifat aliran yang
melalui bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar perencanaan pelimpah dengan
mercu bulat, yakni profil pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk-bentuk
permukaan tirai luapan bawah atas bendung mercu tajam. Debit yang mengalir di
atas bendung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Bendung selain digunakan sebagai peninggi elevasi muka air, juga dapat
digunakan sebagai alat ukur debit air. Bendung dan bendungan masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda. Bendung dibuat sebagai peninggi elevasi muka air
sehingga dengan kondisi permukaan air yang telah dibendung air akan dialirkan ke
tempat yang kita inginkan. Sedangkan bendungan digunakan untuk menampung
aliran, bila terjadi overflow diharapkan tidak terjadi banjir besar yang diakibatkan
terlalu tingginya elevasi permukaan air yang mengalir pada saluran tersebut, atau
dengan kata lain fungsi daripada bendungan tersebut sebagai pengendali banjir
(Anwar, 2016).