Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya, buku Petunjuk Praktikum Hidrolika Saluran Tertutup ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Buku Petunjuk Praktikum Hidrolika Saluran Tertutup merupakan salah satu buku
petunjuk praktikum yang dibuat oleh Laboratorium Hidrolika Dasar, Jurusan Teknik
Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang dalam rangka membantu
memberikan arahan yang seragam dalam melaksanakan praktikum mengenai hidrolika
pada aliran melalui saluran tertutup/pipa.
Isi buku ini disusun sepraktis mungkin disesuaikan dengan peralatan yang ada dan
teori yang telah diberikan pada mata kuliah Hidrolika Dasar. Namun demikian penyusun
menyadari adanya kekurangan yang terdapat di buku petunjuk praktikum ini terkait dengan
perkembangan ilmu hidrolika dan peralatan yang ada.
Akhirnya ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini, dan mudah-mudahan
buku ini dapat bermanfaat bagi para dosen pembimbing praktikum, asisten laboratorium
dan mahasiswa.
KATA PENGANTAR . 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Lingkup Percobaan 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan 5
1.4 Peraturan Praktikum 6
1.5 Isi Laporan 7
1.6 Model Lembar Persetujuan 8
1.7 Landasan Teori 9
1.7.1 Aliran di Dalam Pipa 9
1.7.2 Kehilangan Tinggi Tekan (loss of head) 10
1.7.3 Kemiringan Garis Hidrolik (Hydraulic Gradient) dan Kemiringan
Garis Energi (Energy Gradient) 16
I. PELAKSANAAN PERCOBAAN
(Judul Materi Percobaan)
1.1 Teori Dasar
1.2 Peralatan yang digunakan
1.3 Cara Kerja
1.4 Tabulasi Data Percobaan
III. KESIMPULAN
IV. DAFTAR PUSTAKA
V. DOKUMENTASI / FOTO PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.6 Model Lembar Persetujuan
MATERI PERCOBAAN :
Aliran melalui pipa datar
Aliran melalui pipa miring
Disetujui Oleh :
Penentuan jenis aliran, pada saluran tertutup dapat menggunakan bilangan Reynold (Re),
dimana:
a. Bila Re ≤ 2000, maka alirannya disebut laminar
b. Bila Re ≥ 4000, maka alirannya disebut turbulen
Selanjutnya jika Re antara 2000 dan 4000, alirannya sukar diketahui atau
dipastikan, karena dalam keadaan tersebut merupakan fase peralihan atau transisi.
Jadi kemungkinan laminar atau turbulen, tetapi batas ini dapat dianggap sebagai
turbulen untuk maksud perhitungan.
Bilangan Reynold (Re) dapat dicari dengan rumus :
Dimana :
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepatan rata-rata (m/det)
D = Diameter pipa (m)
f = Rapat Massa Zat Cair
µ = Kekentalan Dinamis
Kekentalan Kinematis (m2/det)
Gambar 2.1 Visualisasi kondisi aliran laminer dan turbulen didalam pipa
b. Darry-Weisbach
Rumus ini dapat dipakai untuk semua jenis aliran :
c. Persamaan Hazen-Williams
Q = 0.354. Chw. A. R0,63. S0,54
V = 0.354. Chw. R0,63. S0,54
0,54
HL =
Dengan :
V = kecepatan aliran pada pipa (m/det)
Chw = koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams (Tabel 1)
A = luas penampang aliran (m2)
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
L = panjang pipa (m)
S = kemiringan hidraulis
Dengan :
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
D = diameter pipa (mm)
L = panjang pipa (m)
Chw = koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams
Tabel 1. Koefisien Kekasaran Pipa menurut Hazen-Williams (Chw)
No Jenis Pipa Nilai koefisien Hazen-Williams
(Chw)
1 PVC 140-150
2 Pipa Asbes 120-150
3 Pipa Besi Berlapi Semen 100-140
4 Pipa besi digalvanisir 100-120
5 Cast Iron 90-125
Sebagai contoh :
Kehilangan tinggi tekan akibat lubang pemasukan ke pipa dengan ujung bulat, maka :
Dimana :
= kehilangan tinggi minor (m)
= kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
= percepatan gravitasi (m/det²)
= koefisien kehilangan tinggi tekan minor (Tabel 2)
Adapun :
E : Energi total
z : Jarak sumbu pipa dengan garis datum/ referensi
P/ : tinggi tekan pizometris
V²/ 2g : energi kinetik per satuan berat
Kemiringan garis hidrolik adalah garis yang menghubungkan berbagai titik yang ordinat
vertikalnya menyatakan tinggi tekanan yang diukur dari garis pusat pipa (P/). Sedangkan
kemiringan garis energi adalah garis yang menghubungkan berbagai titik yang ordinat
vertikalnya menyatakan jumlah tinggi tekanan dan tinggi kecepatan air, diukur dari garis
pusat pipa (P/ + V²/ 2g)
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.2 Peralatan :
1. Pipa Saluran
2. Mistar dan Roll Meter
3. Pengukur Debit Thompson
4. Jangka Sorong dan Thermometer
5. Manometer
6. Meteran Taraf (Point Gauge)
7. Penyipat Datar (waterpass) atau Theodolit
Gambar 2.3 Alat ukur debit Thompson (a) dan Meteran taraf (point gauge) (b)
Gambar 2.4 Manometer (a) dan Waterpass (b)
Gambar 2.5 (a) Termometer (b) Jangka sorong (c) penggaris dan (d) rollmeter
2.3 Tahapan pelaksanaan praktikum:
Langkah dan tahapan praktikum untuk percobaan untuk pipa datar maupun pipa miring
adalah sama.
2.3.1 Menentukan Indeks Meteran Taraf Terhadap Mercu Thompson.
Pasang point gauge dibagian belakang samping Tompson dengan jarak antara 15 –
25 cm dari Thompson.
Penyipat Datar (waterpass) atau Theodolith dipasang kira-kira berjarak 5,0 m dari
mercu Thompson lalu diarahkan pada meteran taraf sehingga terbaca b, sedangkan
pada keadaan ini di nonius meteran taraf terbaca c. Pekerjaan ini dilakukan 3 kali
dengan kedudukan tabung meteran taraf diturun-naikkan supaya terdapat harga
indeks meteran taraf yang teliti
Masukkan lagi meteran taraf kerumah segitiga, kemudian meteran taraf dibidik dan
diukur lagi dengan waterpass (naik/turunkan meteran taraf sampai bidikan
diperoleh bacaan yang akurat. Dalam keadaan ini pada tabung meteran atau
waterpass/Theodolith taraf terbaca a. Pembacaan ini dilakukan 3 kali.
Indeks = a + (c – b)
2.3.4 Pembacaan Tinggi Muka Air di Hulu (pemasukan= inlet) dan Hilir (keluaran
=outlet)
Air disalurkan dari resevoir 1 (hulu pemasukan) ke resevoir 2 (pengeluaran)
melalui pipa datar maupun pipa miring, dimana dalam proses ini akan terdapat
aliran bebas, tidak bebas, dan tenggelam.
a. Aliran bebas dapat terjadi apabila muka air yang melalui pipa keluaran itu
dapat mengalir ke pipa resevoir 2 dengan bebas tanpa adanya halangan dari
muka air.
b. Aliran tidak bebas terjadi apabila muka air pada resevoir 2 berada pada
kedudukan tepat diatas diameter pipa keluaran, sehingga air yang mengalir
diatas pipa keluaran itu tidak bebas mengalir karena adanya halangan dari
muka air di resevoir 2. Akibatnya air didalam pipa akan terdesak menuju
resevoir 1, hal ini akan menyebabkan tinggi air pada resevoir 1 naik.
c. Aliran tenggelam terjadi apabila muka air pada resevoir 2 berada kedudukan
jauh diatas pipa keluaran, sehingga air yang mengalir pada pipa keluaran itu
terhalang oleh muka air pada resevoir 2. Akibatnya aliran air dalam pipa
akan terdesak menuju resevoir 1. Hal ini akan menyebabkan tinggi air pada
resevoir 1 naik lebih tinggi
Pembacaan tinggi muka air di hulu (pemasukan= inlet) dan hilir (keluaran
=outlet) ini dilakukan setelah keadaan aliran stabil. Pembacaan ini dimaksudkan
untuk menentukan keadaan aliran, apakah bebas (free flow), tidak bebas atau
tenggelam (submerged) di bagian hilir saluran. Aliran tekan terjadi jika keadaan
air dibagian hilir mempunyai ketinggian h/D ≥ 1,5 (perbandingan kedalaman air
di inlet dengan diameter pipa).
BAB III
DATA HASIL PERCOBAAN
3. Diameter Pipa
Diameter Diameter
Manometer Jarak (cm)
luar pipa (cm) dalam pipa (cm)
1–2
2–3
3-4
4-5
5-6
6-7
Catatan lain:
4. Pembacaan Tinggi Muka Air Pada Manometer
Nomor Tabung
Keadaan Air
1 2 3 4 5 6 7
Mengalir
Tidak
Mengalir
Mengalir
Tidak
Mengalir
3.1.3 Percobaan III : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Tenggelam (Submerged)
1. Tinggi Muka Air : Di Hulu Pemasukan h= cm
Di Hilir Keluaran h= cm
2. Pembacaan Muka Air Pada Manometer
Nomor Tabung
Keadaan Air
1 2 3 4 5 6 7
Mengalir
Tidak
Mengalir
Catatan :
Malang,
Instruktur : diukur oleh :
1………………………..
2………………………..
3………………………..
4………………………..
5………………………..
6………………………..
7………………………..
8………………………..
9………………………..
10………………………..
11………………………..
3.2 Pipa Miring
3.2.1 Percobaan I : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Bebas (free flow)
1. Tinggi Muka Air : Di Hulu Pemasukan h= cm
Di Hilir Keluaran h= cm
3. Diameter Pipa
Diameter Diameter
Manometer Jarak (cm)
luar pipa (cm) dalam pipa (cm)
1–2
2–3
3-4
4-5
5-6
6-7
Mengalir
Tidak
Mengalir
Catatan:
3.2.2 Percobaan II : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Titik Bebas
1. Tinggi Muka Air : Di Hulu Pemasukan h= cm
Di Hilir Keluaran h= cm
3. Diameter Pipa
Diameter Diameter
Manometer Jarak (cm)
luar pipa (cm) dalam pipa (cm)
1–2
2–3
3-4
4-5
5-6
6-7
Mengalir
Tidak
Mengalir
Catatan:
3.2.3 Percobaan III : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Tenggelam (Submerged)
1. Tinggi Muka Air : Di Hulu Pemasukan h= cm
Di Hilir Keluaran h= cm
3. Diameter Pipa
Diameter Diameter
Manometer Jarak (cm)
luar pipa (cm) dalam pipa (cm)
1–2
2–3
3-4
4-5
5-6
6-7
4. Pembacaan Tinggi Muka Air Pada Manometer
Nomor Tabung
Keadaan Air
1 2 3 4 5 6 7
Mengalir
Tidak
Mengalir
Catatan:
Malang,
Instruktur : diukur oleh :
1………………………..
2………………………..
3………………………..
4………………………..
5………………………..
6………………………..
7………………………..
8………………………..
9………………………..
10………………………..
11………………………..
BAB IV
PROSEDUR PENGOLAHAN DATA
Sesuai dengan tujuan praktikum, prosedur pengolahan data hasil percobaan untuk pipa
datar maupun pipa miring adalah mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Menghitung besarnya debit inflow yang melewati alat ukur Thompson.
2. Menghitung tinggi garis energi (EGL) dan garis hidrolik (HGL) yang terjadi.
3. Menentukan keimringan EGL dan HGL.
4. Menghitung kehilangan tinggi tekan (headloss)
5. Menentukan jenis aliran yang terjadi berdasarkan bilangan Reynolds
6. Menentukan jenis kekasaran hidrolik pipa pengaliran
7. Melakukan perhitungan debit secara empiris.
8. Menghitung kesalahan relatif besarnya debit hasil perhitungan empiris dan hasil
pengukuran dengan alat ukur Thompson.
9. Menggambarkan EGL dan HGL.
Jika h diketahui, maka debit yang melewati alat ukur debit Thompson dapat dicari dengan
rumus:
Q = k.h5/2
Dimana :
Q = debit air yang lewat di alat ukur Thompson (m3/det)
h = tinggi luapan air (m)
= rata-rata nonius – indeks meteran taraf
k = koefisien debit (m1/2/det)
4.2 Menentukan kemiringan garis hidrolik (Hydraulic Gradient) dan kemiringan garis
energi (Energy Gradient)
Elevasi garis hidrolik diperoleh dengan cara dengan mengurangi tinggi air pada tabung saat
air mengalir dengan pada saat air tidak mengalir .Sedangkan elevasi garis energi
ditentukan dengan cara menambahkan V2/2g ke elevasi garis hidrolik.
Dimana V = Q/A, Q adalah debit air pada Thompson dan A adalah luas penampang dari
pipa (A=1/4π D2).
C = Koefisien Chezy
Re = bilangan Reynold
Rumus :
| |