Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

Dosen Pembimbing:

Ir. Triono, MT

Disusun oleh:

Totok eko wahyudi

(201810120311203)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020/2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435
LEMBAR ASISTENSI

No Tanggal Catatan Asistensi Ket/Paraf

Malang, 29 Desember 2020


Dosen Pembimbing,

(Ir. Triono, MT)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

Disusun Oleh:

Nama : Totok eko wahyudi

Kelas : V/I

NIM : 201810120311203

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Mesin

Berdasarkan hasil Praktikum Fenomena Dasar Mesin yang telah dilaksanakan di


Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Muhammadiyah Malang.

Disetujui Oleh:

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing

Fenomena Dasar Mesin

(Ir. Herry Suprianto, MT) (Ir. Triono, MT)


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita curahkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, hidayah, dan karunianya kami mampu menyelesaikan “Laporan Praktikum
Fenomena Dasar Mesin” guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Fenomena Dasar
Mesin.
Dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi, dan kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan Bapak/Ibu Dosen pembimbing mata kuliah Praktikum Fenomena
Dasar Mesin, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat mudah teratasi.
Laporan ini kami susun agar pembaca dapat mempelajari ilmu tentang Fenomena
Dasar Mesin khususnya “Aliran Fluida dan Getaran Paksa”. Laporan ini kami susun dengan
berbagai hambatan dan rintangan. Namun dengan penuh kesabaran, kerja keras, kompak,
disiplin, tanggung jawab, dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya laporan ini
dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menambah
pengetauan kepada pembaca. Kami sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing kami meminta
saran serta masukan supaya laporan ini bisa selesai dengan sempurna.

Malang, 29 Desember 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktikum 1
1.3 Ruang Lingkup Praktikum 1

BAB II (TEORI DASAR)

2.1 Pengertian Fluida 3


2.2 Head Loses (Kerugian-kerugian) 4
2.3 Persamaan-persamaan Dasar Aliran Fluida 5

BAB III (METODE PERCOBAAN)

3.1 Alat dan Bahan Percobaan 11


3.2 Prosedur Pelaksanaan 12
3.3 Data Percobaan 17

BAB IV (PENGOLAHAN DATA)

4.1 Perbandingan Flow-meter 20


4.2 Head Losess pada Pipa Tembaga BWG 3/8” 22
4.3 Head Losess pada Pipa PVC ½” 23
4.4 Head Losess pada PVC AW ¾” 26
4.5 Head Losess Minor 28
4.6 Grafik 34
4.7 Pembahasan Hasil Akhir 39

BAB V (PENUTUP)

5.1 Kesimpulan 42
5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Head Losses adalah kerugian tekanan yang terjadi pada aliran internal. Head
losses terjadi karena berbagai hal seperti gesekan fluida dengan dinding pipa dan
adanya hambatan pada pipa seperti belokan, percabangan, dan katup. Analisa head
loss atau kerugian dalam aliran pipa dibagi untuk aliran turbulen dan laminar. Aliran
laminar dan turbulen dibedakan berdasarkan bilangan Reynold. Aliran dikatakan
laminar apabila bilangan Reynoldnya kurang dari 2300, selebihnya adalah aliran
turbulen.
Head losses dibagi menjadi 2 yaitu, major head losses dan minor head losses.
Major head losses adalah kerugian aliran fluida yang disebabkan oleh gesekan di
dalam pipa-pipa. Sedangkan minor head losses adalah kerugian aliran fluida yang
disebabkan oleh adanya sudden contruction (belokan, katup, dan percabangan) dan
sudden enlargement (pembesaran atau pengecilan saluran yang mendadak).
Dalam menganalisa head losses, maka diperlukan sebuah persamaan yang kita
kenal dengan Prinsip Bernoulli. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Dalam praktikum Fenomena Dasar Mesin, mahasiswa diharapkan mampu
membuktikan dan menerapkan persamaan:
a. Kontinuitas yang menghasilkan perbedaan koefisien discharge Cdischarge antara alat
ukur aliran, Venturi-meter, V-notch Weir dan Water Flowmeter.
b. Hubungan mayor losses dengan persamaan Bernoully dan D’acry Weisbach
sehingga dapat menggambarkan hubungan angka reynold dan factor gesekan
dalam pipa dalam mayor losses sebagaimana diagram moody (tanpa skala
logaritmik).
c. Dapat menentukan factor koefisien gesekan dari losses minor yang terjadi
menggunakan persamaan D’arcy Wesbach dan membandingkan dengan tabel
dalam buku.

1
1.3 Ruang Lingkup Praktikum
Adapun ruang lingkup praktikum ini meliputi:
1. Latar belakang dilaksanakan praktikum.
2. Tujuan dilaksanakan praktikum.
3. Mesin & alat yang digunakan.
4. Rincian aktifitas praktikum.
5. Pengisian lembar kerja.

2
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Fluida


Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk (dapat
dimampatkan) jika diberi tekanan. Fluida dibagi menjadi dua, diantaranya adalah
Fluida Compressible (Fluida yang termampatkan) dan Fluida Incompressible
(Fluida yang tak termampatkan).
Fluida compressible adalah fluida dimana terdapat perbedaan massa jenis
atau kerapatan yang cukup besar pada aliran fluida ini, yang disebabkan oleh
pengaruh suhu, tekanan, dan luas penampang. Akibat variasi pada kerapatan ini,
Prinsip Bernoulli maupun kekekalan debit tidak berlaku pada Fluida Compressible.
Sedangkan Fluida incompressible adalah fluida yang tidak dapat
dimampatkan, sehingga saat mengalir massa jenisnya akan tetap, dan kecepatannya
akan berubah sesuai dengan luas penampangnya. Contohnya yaitu: air, minyak,
pelumas, dan lain sebagainya. Pada Fluida Incompressible berlaku Prinsip Bernoulli,
yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip Bernoulli ini
dinyatakan dalam rumus:

1
p+ ρgh+ ρv=konstan
2

Di mana:
v : Kecepatan Fluida
g : Percepatan Gravitasi
h : Relatif terhadap suatu acuan
p : Tekanan fluida
ρ : Massa jenis fluida  
Karena kerapatan fluida tak termampatkan ini tetap, maka debit alirannya juga akan
tetap. Ketika luas penampang (A) meningkat, maka kecepatan (v) akan menurun.
Sementara saat luas penampang (A) turun, maka kecepatan (v) akan naik. Hal ini
dapat ditulis dengan rumus: A × v=konstan

3
Berdasarkan jenis aliran, air memiliki 2 jenis;
a. Aliran Laminar, merupakan aliran dimana partikel-partikel fluida bergerak
sepanjang lintasan yang halus serta lancar dalam lapisan-lapisan, dengan lapisan
meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan, hal ini disebabkan oleh
kecepatan aliran rendah, viskositas yang tinggi dan Re < 2300.
b. Aliran Turbulen, merupakan aliran yang partikel-partikel fluida bergerak dalam
lintasan yang sangat tidak teratur, dengan mengakibatkan pertukaran momemtum
dari satu bagian fluida kebagian lainnya, seperti momemtum molekular halini
disebabkan karena kecepatan tinggi, visositas rendah, aliran bercampur dari
lapisan kelpisan bahkan bergulung dan Re > 4000.

(V × D)
ℜ=
μ

Dimana:
v : Kecepatan Aliran (m/s)
D : Diameter dalam Pipa (m)
µ : Viskositas Kinematik (m2/s)
Jenis aliran berdasarkan bilangan Reynolds:
1. Re < 2300, adalah aliran laminar
2. Re > 4000, adalah aliran turbulen
3. 2300 < Re ≤ 4000, adalah aliran transisi
c. Diagram Moody

Gambar : Diagram Moody

4
2.2 Head Losses
Kerugian aliran dalam pipa terdiri dari:
a. Major Head Losses
Major Head Losses adalah kerugian aliran fluida yang disebabkan oleh
gesekan di dalam pipa-pipa. Major Head Losses digunakan untuk menghitung
kerugian gesek antara penampang dalam pipa dengan aliran fluida tanpa adanya
perubahan luas penampang di dalam pipa dan dapat memakai rumus Darcy yang
secara matematis ditulis sebagai berikut:
L V❑
2 2 g hL D
h f =f maka f =
D 2g LV2

Keterangan:
hf : Major Head Losses (m)
f  : Faktor / koefisien gesekan
L : Panjang pipa (m)
b. Minor Head Losses
Minor Head Losess adalah kerugian aliran fluida yang disebabkan oleh
adanya sudden contruction (belokan, katup, dan percabangan) dan sudden
enlargement (pembesaran atau pengecilan saluran yang mendadak). Besarnya
kerugian ini diakibatkan dengan adanya kelengkapan pipa, yang dirumuskan
sebagai berikut:
2
V2 2 g hL
h L =K maka K=
2g V 22
Sedangkan untuk pembesaran pipa dan pengecilan pipa (Sudden Enlagermant),
dirumuskan sebagai berikut:
V 21−V 22 2 g hL
h L =K maka K= 2 2
2g V 1−V 2
k : Koefisien kerugian
v : Kecepatan Aliran Fluida dalam pipa
g : Gaya gravitasi (9.8 m/s2)

2.3 Persamaan-persamaan Dasar Aliran Fluida

5
a. Persamaan Kontinuitas
Pada saat Anda akan menyemprotkan air dengan menggunakan selang, Anda akan
melihat fenomena fisika yang aneh tapi nyata. Ketika lubang selang dipencet,
maka air yang keluar akan menempuh lintasan yang cukup jauh. Sebaliknya ketika
selang dikembalikan seperti semula maka jarak pancaran air akan berkurang.
Fenomena fisika tersebut dapat dijelaskan dengan mempelajari bahasan tentang
persamaan kontinuitas berikut. Persamaan kontinuitas menghubungkan kecepatan
fluida di suatu tempat dengan tempat lain. Sebelum menurunkan hubungan ini,
Anda harus memahami beberapa istilah dalam aliran fluida. Garis alir (stream
line) didefinisikan sebagai lintasan aliran fluida ideal (aliran lunak).
Garis singgung di suatu titik pada garis alir menyatakan arah kecepatan fluida.
Garis alir tidak ada yang berpotongan satu sama lain. Tabung air merupakan
kumpulan dari garis-garis alir. Pada tabung alir, fluida masuk dan keluar melalui
mulut-mulut tabung. Fluida tidak boleh masuk dari sisi tabung karena dapat
menyebabkan terjadinya perpotongan garis-garis alir. Perpotongan ini akan
menyebabkan aliran tidak lunak lagi.

Gambar: Aliran Fluida


Misal terdapat suatu tabung alir seperti tampak pada gambar diatas. Air masuk
dari ujung kiri dengan ke cepatan v 2 dan keluar di ujung kanan dengan kecepatan
v1 . Jika kecepatan fluida konstan, maka dalam interval waktu Δt fluida telah
menempuh jarak ∆ s1 =v 1 x ∆ t . Jika luas penampang tabung kiri A1 maka massa
pada daerah yang diarsir adalah:

∆ m1= ρ1 A1 ∆ S 1=ρ1 A 2 v 1 ∆t

Demikian juga untuk fluida yang terletak di ujung kanan tabung, massanya pada
daerah yang diarsir adalah:

∆ m2= ρ2 A2 ∆ S 1=ρ2 A 2 v 2 ∆t

6
Karena alirannya lunak (steady) dan massa konstan, maka massa yangmasuk
penampang A1 harus sama dengan massa yang masuk penampang A2. Oleh karena
itu persamannya menjadi:

∆ m1=∆ m 2
ρ1 A 2 v 1=ρ2 A 2 v 2

Persamaan di atas dikenal dengan nama persamaan kontinuitas. Karena fluida


incompressible (massa jenisnya tidak berubah), maka persamaan menjadi:

A1 v 1= A 2 v 2

Menurut persamaan kontinuitas, perkalian luas penampang dan kecepatan fluida


pada setiap titik sepanjang suatu tabung aliran adalah konstan. Persamaan di atas
menunjukkan bahwa kecepatan fluida berkurang ketika melewati pipa lebar dan
bertambah ketika melewati pipa sempit. Itulah sebabnya ketika orang yang
menaiki perahu disebuah sungai akan merasakan arus bertambah deras ketika
sungai menyempit. Perkalian antara luas penampang dan volume fluida (A × v)
dinamakan laju aliran atau fluks volume (dimensinya volume/waktu). Banyak
orang menyebut ini dengan debit (Q = jumlah fluida yang mengalir lewat suatu
penampang tiap detik). Secara matematis dapat ditulis:
V
Q= A × v=
t
b. Persamaan Bernoulli
Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar: Aliran Fluida


Ketika mencoba menutup lubang selang di mana air sedang mengalir ke luar,
apa yang Anda rasakan? Anda tentu merasakan gaya dorong (tekanan) dari air
tersebut. Hal yang mirip terjadi ketika Anda berdiri di tengah angin yang
cukup besar. Di sini udara yang bergerak mengerjakan gaya tekan pada tubuh
Anda. Kedua peristiwa di atas menunjukkan bahwa fluida yang bergerak dapat
menimbulkan tekanan. Besarnya tekanan akibat gerakan fluida dapat dihitung

7
dengan konsep kekekalan energi atau prinsip usaha dan energi. fluida yang
massa jenisnya ρ dialirkan ke dalam pipa dengan penampang yang berbeda.
Tekanan p1 pada penampang A1 disebabkan oleh gaya F1 dan tekanan p2
disebabkan oleh gaya F2. Gaya F1 melakukan usaha sebesar w1 = F1 s1 dan
F2 melakukan usaha sebesar w2 = -F2 s2. Tanda negatif menyatakan bahwa
gaya yang bekerja ke arah kiri, sedangkan perpindahan ke arah kanan.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

1 2
p+ ρgh+ ρ v =konstan
2

PENERAPAN

p1− p2= ρg ( h2−h1 )

1
p1− p2= ρ ( v 2−v 1)
2 2
2

c. Tabung Venturi

Gambar: Venturimeter
Venturimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan/laju
suatu aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau minyak yang mengalir

8
melalui pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki
penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan
dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada
sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas
penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian
tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya.
Zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir
melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit, dengan demikian, maka
akan terjadi perubahan kecepatan. Kerja venturimeter didasarkan pada Prinsip
Bernoulli. Prinsip ini dinamai Daniel Bernoulli, seorang ilmuwan Swiss, yang
menulis dalam bukunya Hydrodynamica  pada 1738. Prinsip Bernoulli ini
menyatakan bahwa dalam fluida ideal, energi total pada setiap titik cairan konstan.
Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis ρ. Kecepatan fluida
mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada pipa sebelah kiri lebih
besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut diukur oleh manometer
yang diisi dengan fluida dengan massa jenis ρ’ dan manometer menunjukkan
bahwa perbedaan ketinggian permukaan fluida di kedua sisi adalah H. Untuk
venturimeter tanpa manometer, kelajuan alira pada masing-masing titik adalah
seperti gambar berikut:

Gambar: Venturimeter tanpa manometer


Dengan rumus sebagai berikut:

Untuk venturimeter dengan manometer, terdapat fluida lain di dalam manometer


tersebut, kelajuan aliran pada masing-masing titik adalah seperti gambar berikut:

9
Dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
v1 =A 2
√ 2 ( ρ' −ρ ) gh
ρ ( A 21− A 22)
, v 2 =A 1
√ 2 ( ρ' −ρ ) gh
ρ ( A 21− A22 )

V1 : Kecepatan aliran pada permukaan 1 (m/s)


V2 : Kecepatan aliran pada permukaan 2 (m/s)
A1 : Luas penampang 1(m²)
A2 : Luas penampang 2(m²)
h : Beda ketinggian permukaan fluida pada Manometer (m)
ρ : Massa jenis fluida pada Venturimeter (kg/m³)
ρ’ : Massa jenis fluida pada Manometer (kg/m³)
g : Kecepatan gravitasi (m/s²)

10
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan

2
5

7
3 10 8

4 9

11

Gambar: Eksperimen Bench


Keterangan Gambar:
1. Flow meter
2. Katup K3, K4 dan K5
3. Katup K1 dan K2
4. Ventury meter
5. Pipa tembaga BWG 3/8”
6. Pipa PVC, AW ½”
7. Pipa PVC, AW ¾”
8. Pipa tembaga, BWG, AW ¾”
9. Katup pembagi
10. Saklar utama
11. V-notch weir
Didalam praktikum mekanika fluida ini menggunakan alat yang bernama
EKSPERIMEN BENCH (di ambil dari modul praktikum aliran fluida cair melalui
saluran Universitas Muhammadiyah Malang) yaitu sebuah alat yang di desain
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk praktikum mekanika fluida. Disini
kami menggunakan fluida jenis air sebagai media percobaan.
11
Alat-alat pembantu yang digunakan antara lain:
1. Stop Watch yang di gunakan untuk menghitung waktu pada waktu percobaan.
2. Vernier Caliper yang di gunakan untuk mengukur tinggi air pada V-notch Weir.
3. Busur Derajat yang digunakan mengukur sudut pada waktu percobaan.
4. Lembar catatan untuk mencatat hasil dari percobaan.
3.2 Prosedur Pelaksanaan
1.
2.
3.
1.3
2.3
3.2.1 Metode Pengujian Koefisien Discharge V-notch Weir dan Ventury Meter
a. Memastikan alat praktikum dapat berfungsi dengan baik.
b. Pada kondisi awal, tutup semua katup air (valve) yang ada pada alat
percobaan.
c. Memastikan air pada V- notch Weir segaris dengan sisi terbawah V
apabila airnya kurang maka bisa di tambahkan air luar dan jika airnya
melebihi batas, maka bisa dikeluarkan. Kemudian berilah tanda pada
kedudukan air.

Gambar: V-notch Weir


d. Memastikan kedudukan air raksa pada pipa U pada Ventury Meter dalam
keadaan setimbang atau posisi air raksa sejajar.

Gambar: Venturimeter
e. Buka katup K3 secara penuh.
12
Gambar: Katup K3
f. Membuka katup utama secara bertahap disini kami melakukan percobaan
sebanyak 6 kali yaitu pada sudut 15o, 30o, 45o, 60o, 75o, dan 90o.

Gambar: Katup Utama


g. Membuka katup utama sebesar 15o dengan menggunakan busur derajat
sebagai acuan.

Gambar: Busur Derajat


h. Menghidupkan mesin dengan menekan tombol ON(saklar utama). Pada
saat bersamaan tekan stop watch untuk mengetahui waktu.

13
Gambar: Saklar Utama
i. Mengukur debit aliran air pada flow meter. Pada saat jarum pada flow
meter menunjukan 1 liter, maka matikan stop watch. Catatat waktu yang
ditunjukan oleh stop watch dalam lembar data percobaan.

Gambar: Flowmeter
j. Pada kondisi (i). setelah stop watch dimatikan, mesin pompa jangan
dimatikan. Catat beda tinggi air raksa pada jarum ventury meter dan tinggi
air pada V- Weir kedalam lembar data percobaan.
k. Setelah dicatat, matikan pompa.
l. Mengulang kembali pada sudut yang lainnya, caranya sesuai langkah (c)
sampai langkah (k), dengan mengubah pembuka katup yang di sesuaikan
dengan sudutnya menggunakan busur derajat sebagai acuan.
m. Mengakhiri percobaan dengan menutup semua katup yang sudah dibuka
dan matikan mesin.

1
2
3
3.1
3.2
14
3.2.1
3.2.2 Metode Pengukuran Kerugian Mayor Dalam Pipa dan Saluran
a. Membuka katup (S1) secara penuh.

Gambar: Katub pembagi S1


b. Membuka katup Utama secara penuh.

Gambar: Katub Utama


c. Memastikan katup (K1), katup (K2), katup (K4), dan katup (K5) dalam
keadaan tertutup.
d. Membuka katup (K3) secara bertahap pada setiap kali pengukuran sama
halnya pada pengujian sebelumnya yaitu membuka katup pada sudut 15o,
30o, 45o, 60o, 75o, dan 90o.
e. Membuka katup (K3) sebesar 15o dengan menggunakan busur derajat.
f. Menghidupkan pompa dengan menekan tombol ON.
g. Mengukur aliran debit pada flow meter dari mulai melihat tanda pada
flow meter bersamaan dengn menekan tombol ON pada stop watch
kemudian jika tanda pada flow meter menunjukan 1 liter maka matikan
stop watch.
h. Mencatat waktu yang terterah pada stop watch.
i. Mencatat tekanan pada sisi masuk (P1) dan sisi keluar (P2).
j. Mengulang kembali pada sudut yang lainnya, caranya sesuai langkah (d)
sampai langkah (i), dengan mengubah pembuka katup yang disesuaikan
dengan sudutnya menggunakan busur derajat.

15
k. Menutup katup (K3) dan membuka katup (K4) secara bertahap pada
setiap kali pengukuran yaitu pada sudut 15o, 30o, 45o, 60o, 75o, dan 90o.
l. Membuka katup (K4) sebesar 15o dengan menggunakan busur derajat.
m. Menghidupkan pompa dengan menekan tombol ON.
n. Mengukur aliran debit pada flow meter dari mulai melihat tanda pada
flow meter bersamaan dengn menekan tombol ON pada stop watch
kemudian jika tanda pada flow meter menunjukan 1 liter maka matikan
stop watch.
o. Mencatat waktu yang terterah pada stop watch.
p. Mencatat tekanan pada sisi masuk (P1) dan sisi keluar (P2).
q. Mengulang kembali pada sudut yang lainnya, caranya sesuai langkah (d)
sampai langkah (i), dengan mengubah pembuka katup yang di sesuaikan
dengan sudutnya menggunakan busur derajat.
r. Menutup katup (K4) dan membuka katup (K5) secara bertahap pada
setiap kali pengukuran yaitu pada sudut 15o, 30o, 45o, 60o, 75o, dan 90o.
s. Membuka katup (K5) sebesar 15o menggunakan busur derajat.
t. Menghidupkan pompa dengan menekan tombol ON.
u. Mengukur aliran debit pada flow meter dari mulai melihat tanda pada
flow meter bersamaan dengn menekan tombol ON pada stop watch
kemudian jika tanda pada flow meter menunjukan 1 liter maka matikan
stop watch.
v. Mencatat waktu yang terterah pada stop watch.
w. Mencatat tekanan pada sisi masuk (P1) dan sisi keluar (P2).
x. Mengulang kembali pada sudut yang lainnya, caranya sesuai langkah
(d) sampai langkah (i), dengan mengubah pembuka katup yang di
sesuaikan dengan sudutnya menggunakan busur derajat.
y. Mengakhiri percobaan dengan menutup semua katup yang sudah di
buka dan mesin jangan di matikan untuk proses praktikum selanjutnya.

3.2.3 Metode Pengukuran Kerugian Minor


a. Menutup semua katup kecuali katup pembagi (S1) terbuka secara
penuh.

16
b. Membuka katup utama dan katup (K1) secara penuh dan katup yang
lain tertutup.
c. Membuka katup (K2) secara penuh.
d. Membuka katup pembagi (S6).
e. Menghidupkan pompa dengan menekan tombol ON.
f. Mencatat tekanan pada sisi masuk (P1) dan sisi Keluar (P2).
g. Menutup debit flowmeter .
h. Mengulangi langkah (b) tetapi katup (K2) di buka secara bertahap pada
setiap pengukuran yaitu pada sudut 15o, 30o, 45o, 60o, 75o, dan 90o.
i. Membuka katup (K2) sebesar 15o dengan menggunakan busur derajat.
j. Menghidupkan pompa dengan menekan tombol ON.
k. Mencatat tekanan pada sisi masuk (P1) dan sisi Keluar (P2) serta
membuka katup (S2),(S3),(S4) dan katup (S5) secara berurutan.
l. Mengulangi langkah (i) sampai katup tertutup rapat.
m. Menutup semua katup yang sudah digunakan.
n. Mematikan pompa.
o. Merapikan alat praktikum.

17
3.3 Data Percobaan
3.3.1 Perbandingan Flowmeter
1 Liter = 1 (dm3) = 1x10-3 (m3)
No Sudut katup (K3) Qmeter-air Hventury Hweir
(m3/s) (meter) (meter)
1 15o 5.15463 x 0.001 m 0.017 m
10-6
2 30o 1.960784 0.015 m 0.027 m
x 10-5
3 45o 1.923076 0.035 m 0.034 m
x10-5
4 60o 2.564102 0.075 m 0.038 m
x10-5
5 75o 3.125 0.08 m 0.04 m
x10-5
6 90o 3.33333 0.082 m 0.041 m
x10-5

3.3.2 Head Losses Pada Pipa Tembaga BWG 3/8”


1 Liter = 1 (dm3) = 1x10-3 (m3)
No Sudut Katup (K3) Qmeter-air P1 (Kpa) P2 (Kpa)
(m3/s)
1 15o 5.78034 22. kg/cm 0
x10-6
2 30o 2.43902 1.7 kg/cm 0
x10-5
3 45o 2.94117 1.5 kg/cm 0
x10-5
4 60o 3.125 x10-5 1.3 kg/cm 0

5 75o 3.22580 1.2 kg/cm 0


x10-5
6 90o 3.33333 1 kg/cm 0
x10-5

3.3.3 Head Losses Pada Pipa PVC ½”


1 Liter = 1 (dm3) = 1x10-3 (m3)
No Sudut Katup (K4) Qmeter-air P1 (Kpa) P2 (Kpa)
(m3/s)
1 15o 4.01606 2 kg/cm 0
x10-6
2 30o 3.22580 x10-5 15 kg/cm 0

18
3 45o 3.44827 x10-5 1 kg/cm 0

4 60o 3.70370 x10-5 0.6 kg/cm 0

5 75o 3.84615 x10-5 0.3 kg/cm 0

6 90o 4 x10-5 0.2 kg/cm 0

3.3.4 Head Losses Pada Pipa AW 3/4”


1 Liter = 1 (dm3) = 1x10-3 (m3)
No Sudut Katup (K5) Qmeter-air P1 (Kpa) P2 (Kpa)
(m3/s)
1 15o 7.24637 1.1 kg/cm 0
x10-6
2 30o 2.22222 0.5 kg/cn 0
x10-5
3 45o 2.94117 0.3 kg/cm 0
x10-5
4 60o 3.57142 0.25 kg/cm 0
x10-5
5 75o 3.84615 0.2 kg/cm 0
x10-5
6 90o 4 x10-5 0.15 kg/cm 0

3.3.5 Head Losses Minor


1 Liter = 1 (dm3) = 1x10-3 (m3)

No Qmeter- Tekanan Sisi Keluar (P2) pada pembukaan P1


air Katup (Kpa) (Kpa)
(m3/s)
( ( (
( (
S S S
S S
₃ ₄ ₆
₂ ₅
) ) )
) )
1.515151 x10-5 1 2 2 2. 2 2.2
2 . 5 .
5 5

2.380952 x10-5 0. 1 1 1. 1 1,6


9 . . 5 .
4 5 5

2.941176x10-5 0. 1 1 1. 1 1 .1
9 . . 9 .
19
9 9 9

3.225806 x10-5 0. 0 0. 0 1
9 0 . 9 .
. 9 9
9
3.33333 0. 0 0 0. 0 1
x10-5 8 . . 8 .
8 8 8
3.448275x10-5 0. 0 0 0. 0 1
8 . . 8 .
8 8 8

Constructio Enlargemen
n t
Gesekan Katup (S₆-S₂)

20
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Perbandingan Flowmeter
1 Liter 0.001m3
● Nilai Qmeter-air Qmeter-air (m3/s) = = = 5.15463 x 10−6 (m3/s)
194 detik 194 detik

● Nilai Qventury
Qventury (m3/s) = 0.00059 × h 0.5
Dimana: h = Tinggi Ventury
Nilai Qventury pada Qmeter-air = 5.15463 x 10−6 (m3/s)
Qventury (m3/s) = 0.00059 × h 0.5
= 0.00059 × 0.005 (0.5)
= 4.2 × 10-5 (m3/s)

Qmeter−air
● Nilai CD Ventury Nilai CD Ventury =
Qventury

Nilai CD Ventury pada Qmeter-air = 5.15463 x 10−6 (m3/s)

Qmeter−air
=
Qventury
5.15463× 10−6
=
4.2 ×10−5
= 0.1236 (m3/s)
● Nilai Q weir
Nilai Q weir = (4.43 × h)5/2
Dimana: h = Tinggi Weir
Nilai Qweir pada Qmeter-air = 5.15463 x 10−6 (m3/s)
= (4.43 × 0.015) 5/2
= 1.13824 × 10-3 (m3/s)
● Nilai CD Weir
Qmeter−air
Nilai CD Weir =
Qweir
Nilai CD Weir pada Qmeter-air = 5.15463 x 10−6 (m3/s)
Qmeter−air
=
Qweir
−6
5.15463 x 10
=
1.13824 ×10−3
21
= 4.53 × 10-3 (m3/s)

ΣCDventury
=
● CDventury Rata-rata Σn
1.1366
=
6

=0,1894

ΣCDweir
=
● CDweir Rata-rata Σn
0,01656
=
6
= 0.00276
● Tabel Data
C
H C
D
v
ve D
e
nt wei
n
ur
Sudut Qmeter-air t Hweir Qweir r
u Qventury (m3/s) y
katup (K3) (m3/s) r (meter) (m3/s) (
(
y m
m 3
/
(meter)
3
/
s)
No s)

0 0
, ,
0 0 1.14×1
15o 5.15463×10-6 4.172×10-5 0.1263 0.00453
0-3
0 1
5 5

0
, 0 0.
2
0 , 6.44×1
30o 1.96078×10-6 4.57012×10-5 1 0.00305
0-3
2 0 0
2
5 3

45o 1.92307×10-5 0 0 5.27712×10-5 9.47×1 0.1984 0.00203


0-3
, ,
0 0

22
2 3
7 5

0
0 ,
, 0 0.0108
60o 2.56410×10-5 6.46312×10-5 0.1944 0.00236
8
0 3
5 7

0 0
, ,
75o 3.125×10-5 7.91568×10-5 0.1322 0.2162 0.00236
0 0
6 4

0 0
, ,
0 0 0.0149
90o 3.33333×10-5 1.61578×10-4 0.1938 0.00223
3
8 4
5 2

𝜮 (Rata-
0.1894 0.00276
rata)

4.2 Head Losses Pada Pipa Tembaga BWG 3/8”


● Diameter Dalam Pipa (D) = 7.777 mm = 0.007777 m

( )
2
0.007777
● Luas Penampang Pipa (A) = π r2 = π = 4.74781 × 10-5 m2
2

● Panjang Pipa (L) = 2500 mm = 2.5m


● Angka Reynolds (Re) = VD / µ
Dimana:
Re : Renold Number
D : Diameter (m)
V : Kecepatan Aliran (m/s)
µ : Viskositas Kinematik (m2/s) = 0.804 x 10-6 (m3/s) (26oC)

ρ : Kerapatan Massa Air = 1000 kg/m3

23
1 Kpa = 101.971 kg/m2
1 kg/m2 = 0.009806 Kpa
3
1 Liter 0.001 m
● Qmeter-air Qmeter-air(m3/s) = = = 5.78034 ×10-6 (m3/s)
173 detik 173 detik

● Nilai V = Q/A
Dimana: V : Kecepatan Aliran (m/s)
Q : Debit (m3/s)
A : Luas Penampang (m2)
Ƒ : Factor Gesekan
Q
Nilai V =
A
−6
5.78034 ×10
=
4.74781 ×10−5
= 0.12174 m/s
( P 1−P 2)
● Nilai HL =
ρ
Dimana: ρ = Berat Jenis Air (1000 kg/m3)
1 Kpa =101.971 kg/m2
( P 1−P 2)
Nilai HL =
ρ
(244.7304−0)
=
1000
= 0.24473 m
2. g . HL . D
● Nilai ƒ =
L ×V 2
Dimana: ƒ : Koefisien Gesekan
g : Grafitasi (9.81m/s2)
HL : Head Losses
D : Diameter (m)
L : Panjang Pipa (m)
V : Kecepatan (m/s)
Nilai ƒ 2. g . HL. D
= 2
L ×V
2× 9.81× 0.24473 ×0,007777
=
2.5 ×0.12174 2
= 1.00784
V×D
● Nilai angka Renolds “Re” =
μ
V×D
Nilai Re =
μ

24
(0.12174 × 0.007777)
=
0.804 × 10−6
= 1177.577
● Tabel Data

No Sudut Katup P1 P2 V R
(K3) (Kpa) (Kpa) ( e
H
Qmeter-air (m3/s) m ƒ
L
/s
)

0. 1.
2 0
2 4 0
. 4 7
5.7803 4 0 7 8
o
15 4×10-6 0.12174 3 4 1177.577

0. 0.
1 0
1 6 3
. 3 7
2.4390 6 0 1 7
o
30 2×10-5 0.51371 5 3 4969.058

0. 0.
1 0
1 2 1
. 2 9
2.9411 2 0 3 4
o
45 7×10-5 0.61947 6 6 5992.062

0.
1 0.
1 1 0
. 2 1
3.125× 1 0 1 5
60o 10-5 0.65819 6 8 6366.596

75o 3.2258 1 0 0.67942 0. 0. 6571.951


×10-5 . 1 0
0 0 1
5 7 4
0 1

25
6 5

0.
0
1
2
3.3333 1 0 6
o
90 3×10-5 0.70207 0.101971 2 6791.042

4.3 Head Losses Pada Pipa PVC ½”


● Diameter Dalam Pipa (Din) = Dout - t2t = 22 – 2×1.80 = 18 mm = 0.018 m

● Luas Penampang Pipa (A) = π r2 = π ( 2 )


0.018 m 2
= 0.000255 m2

● Panjang Pipa (L) = 2500 mm = 2.5m


● Angka Reynolds (Re) V×D
=
μ
Dimana:
Re : Renold Number
D : Diameter (m)
V : Kecepatan Aliran (m/s)
µ : Viskositas Kinematik (m2/s) = 0.804 × 10-6 (m3/s) (26oC)

ρ : Kerapatan Massa Air = 1000 kg/m3

1 Kpa = 101.971 kg/m2


1 kg/m2 = 0.009806 Kpa
● Nilai Qmeter-air

Qmeter-air (m3/s) =

● Nilai HL = (P1 - P2) / ρ


Dimana: ρ = Kerapatan Massa Air =
1000 kg/m3
1 Kpa = 101.971 kg/m2
Nilai HL = (P1 - P2) / ρ
= (254.9275 - 0) / 1000
26
= 0.25492 m
2. g . HL . D
● Nilai ƒ=
L ×V 2
Dimana: ƒ : Koefisien Gesekan
g : Grafitasi (9.81m/s2)
: Head Losses
HL
: Diameter (m)
D
L : Panjang Pipa (m)
V : Kecepatan (m/s)
2. g . HL . D
Nilai: ƒ = 2
L ×V

=
= 145.3536
V×D
● Nilai angka Renolds Re=
μ
V×D
Nilai Re =
μ
(0.01574 × 0.018)
=
0.804 × 10−6
= 352.388
● Tabel data
V
(
m
Qmeter- /
Sudut air P1 P2 s ƒ R
No Katup (K4) (m3/s) (Kpa) (Kpa) ) HL e

0 3
. 5
0.
2 0 2
4.0160 25
15o . 0 1 145.3536 .
6×10-6 49
5 5 3
2
7 8
4 8

30o 3.2258 1 0 0 0. 0.90017 2832.089


×10-5 . 10
1 19
2 71
6

27
5

0
.
0.
0 1
3.4482 07
45o . 0 3 0.55139 3027.313
7×10-5 13
7 5
7
2
2

0
.
0.
0 1
3.7037 05
60o . 0 4 0.34139 3251.641
×10-5 09
5 5
8
2
4

0
.
0.
0 1
3.8461 03
75o . 0 5 0.18997 3376.567
5×10-5 05
3 0
9
8
2

0
.
0 1
90o 4×10-5 . 0 5 0.0101971 0.05854 3511.791
1 6
8
6

4.4 Head Losses Pada Pipa PVC AW ¾”


● Diameter Dalam Pipa (Din) = Dout - t2t = 26 – 2x1.80 = 22.4 mm = 0.0224 m

● Luas Penampang Pipa (A) = π r = π


0.224 2
2
2 ( )
= 0.000394 m2

● Panjang Pipa (L) = 2500 mm = 2.5m


V×D
● Angka Reynolds (Re) =
μ
Dimana:
Re : Renold Number
D : Diameter (m)
V : Kecepatan Aliran (m/s)
28
µ : Viskositas Kinematik (m2/s) = 0.804 x 10-6 (m3/s) (26oC)

ρ : Kerapatan Massa Air = 1000 kg/m3

1 Kpa = 101.971 kg/m2


1 kg/m2 = 0.009806 Kpa
● Nilai Qmeter-air

3
1 Liter 0.001 m
Qmeter-air (m3/s) ¿ = =¿ 7.24637 × 10-6 (m3/s)
138 detik 138 detik

● Nilai V = Q/A
Q
Nilai V =
A
=

= 0.01839 m/s
● Nilai HL = (P1 - P2) / ρ
Dimana ρ = Kerapatan Massa Air = 1000 kg/m 3
1 Kpa = 101.971 kg/m2
Nilai HL = (P1 - P2) / ρ
= (244.73 - 0) / 1000
= 0.24473 m
● Nilai ƒ =

● Dimana:

Nilai ƒ =

=
= 127.212
● Nilai angka Renolds “Re” = V × D / µ
Nilai Re =V×D/µ

29
= (0.01839 × 0.0224) / 0.804 × 10-6
= 512.358

● Tabel data

Sudut P1 P2 H R
No Katup (K5) Qmeter-air (m3/s) (Kpa) (Kpa) V (m/s) L ƒ e
0. 1 5
2 2 1
2 4 7. 2.
. 4 2 3
7.2463 4 0 7 1 5
o
15 7×10-6 0.01839 3 2 8

0
. 0. 9.
0 1 0
1 5 6 1
. 6 3 6
2.2222 6 0 4 1 4
o
30 2×10-5 5 5 1571.343

0. 3.
1 8
1 2 6
. 2 1
2.9411 2 0 3 0
o
45 7×10-5 0.07464 6 3 2130.228

0. 1.
0 7
0 8 4
. 1 5
3.5714 8 0 5 4
60o 2×10-5 0.09064 7 1 2525.293

0. 0.
0 7
0 4 5
. 0 2
3.8461 4 0 7 4
o
75 5×10-5 0.09761 8 2 2719.482

90o 4×10-5 0 0 0.10152 0. 0. 2828.417

30
0 1
1 7
. 0 3
1 1 8
9 1

4.5 Head Losses Minor


a. Sudden Contruction
● Diameter Dalam Pipa Tembaga BWG 3/8” (Din) = 0.00777 m
● Luas Penampang Pipa Tembaga BWG 3/8” (A) = 4.752x10-5 m2

● Viskositas Kinematik Air (µ) = 0.804 x 10-6 (m3/s) (26oC)

● Nilai Qmeter-air

( )
3 3
m 1 Liter 0.001 m
Qmeter−air = = =1.5151 x 10−6
s 66 detik 66 detik

● Nilai V = Q/A
Q
Nilai V =
A

1.5151 x 10−6
=
4.752 x 10−5
= 0.3188 m/s

● Nilai HL = (P2-s2 - P2-s3) × 101.971


Nilai HL = (P2-s2 - P2-s3) × 101.971
= (0.9 – 2) × 101.971
= -112.1681
● Nilai Koefisien Hambatan (Kv)
Dimana: g : Grafitasi (9.81m/s2)

HL : Head Losses

V : Kecepatan (m/s)
2. g . HL
Nilai Kv = 2
V
2× 9.81×(−112.1681)
=
0.3188
= -21647.5822
● Nilai angka Renolds Re= V × D /µ
Nilai Re =V×D/µ
= (0.3188 × 0.00777) / 0.804 × 10-6

31
= 3081.3743
● Tabel Data

Tekanan P2 Pada
Qmete Pembukaan P V H Kv Re
r-air Katup (Kpa) 1 ( L
(m3/ (Kpa) m
s) /s
No S S S
)

2
0. -
1,515 3 216 308
151×
0, 2, 2, , 1 -112,1681 47, 1,3
10-6 1 582 743
9 0 1 2,1 2,1 0 8 2

-
1 0. 6
-
2,381 5 1, 484
0, 1, 1, , 478
0×10- 0 1 2,1
1,6
5
1 8 605
581
9 5 5 1,5 1,6 6 0 2
6

-
1 0. 4
-
2,941 6 0, 598
0, 1, 1, , 208
2×10- 1 7 1,4
9,0
5
8 8 923
388
8 2 2 1,2 1,2 2 9 8
4

-
1 0. 2
-
3,225 6 0, 656
0, 1, 1, , 868
8×10- 7 3 0,3
,32
5
8 9 466
45
9 1 1 1,1 1,1 2 8 4
2

-
1 0. 1
-
3,333 7 0, 677
0, 0, 0, , 406
3×10- 0 1 9,0
,60
5
1 9 190
43
8 9 9 0,9 0,9 0 5 7
1

32
0
0.
3,448 7 701
3×10-
0, 0, 0, , 2 0 0 2,7
5
5 835
8 8 8 0,8 0,8 9 6

b. Sudden Enlargement
● Diameter Dalam Pipa PVC AW 3/4” (Din) = 0.0224 m
● Luas Penampang Pipa Tembaga BWG 3/8” (A1) = 4.752 x 10-5 m2
● Luas Penampang Pipa PVC AW 3/4” (A2) = 3.94 x 10-4 m2

● Viskositas Kinematik Air (µ) = 0.804 x 10-6 (m3/s) (26oC)

● Nilai Qmeter-air

1 Liter 0.001m3
Qmeter-air (m3/s) = = = 1.5151 × 10−6 (m3/s)
66 detik 66 detik

● Nilai V = Q/A
Q
Nilai V1 =
A
1.5151 x 10−6
=
4.752 x 10−5
= 0.3188 m/s

Q
=
Nilai V2 A
1.5151 x 10−6
=
3.94 x 10−4
= 0.0385 m/s
● Nilai HL minor = (P2-s4 - P2-s5) × 101.971
Nilai HL = (P2-s4 - P2-s5) × 101.971
= (2.1 – 2.1) × 101.971
=0
● Nilai Koefisien Hambatan (Kv)
Dimana: g : Grafitasi (9.81m/s2)

HL : Head Losses

V : Kecepatan (m/s)

33
2. g . HL
Nilai Kv = 2 2
V 1−V 2
2 × 9.81× 0
=
0.3188−0.0385
=0

● Nilai angka Renolds Re = V × D / µ


Nilai Re = V2 × D / µ
= (0.0385 × 0.0224) / 0.804x10-6
= 1071.4001

● Tabel data
Tekanan P2
Qmete Pada P V1 (m/s) H Kv R
r-air Pembukaan 1 V2 (m/s) L e
No (m3/ Katup (Kpa)
s) (Kpa)

S2 S3 S4 S5 S6
0
0. 10
.
0 71
2, 3 0
1,515151×10-6 0,9 2,0 2,1 2,1 2,1 3 0 ,4
0 1
8 00
8
5 1
8

0
0. 16
.
2,381 0 83
1, 5 0
0×10- 0,9 1,5 1,5 1,5 1,6 6 0 ,6
6 0
5
0 29
1
4 0
0

0
0. 20
.
2.941 0 79
1, 6
2×10- 0,8 1,2 1,2 1,2 1,2 7 0 0 ,7
2 1
5
4 77
8
6 0
9

0
0. 22
.
0 81
1, 6 0
3,2258×10-5 0,9 1,1 1,1 1,1 1,1 8 0 ,0
2 7
1 45
8
9 7
8

3.333 1, 0 0. 0 23
0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 0
3×10- 0 . 0 57

34
7
8 ,0
0
5
4 78
1
6 6
5

0
0. 24
.
0 38
0, 7 0
3,4483×10-5 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 8 0 ,3
9 2
7 59
5
5 0
6

c. Koefisien Gesekan Katup


● Diameter Dalam Pipa PVC AW 3/4” (D) = 0.0224 m
● Luas Penampang Pipa PVC AW 3/4” (A) = 3.94 x 10-4 m2
● Viskositas Kinematik Air (µ) = 0.804 x 10-6 (m3/s) (26oC)

● Nilai Qmeter-air

1 Liter 0.001m3
Qmeter-air(m3/s) = = =¿ 1.5151 × 10−6 (m3/s)
66 detik 66 detik

● Nilai V = Q/A
Q
Nilai V =
A

1.5151×10−6
=
3.94 x 10−4
= 0.0385 m/s
● Nilai HL minor = (P2-s6 - P2-s2) × 101.97 1
Nilai HL = (P2-s6 - P2-s2) × 101.971
= (2.1-0.9) × 101.971
= 122.3652

● Nilai Koefisien Hambatan (Kv) Dimana:


g : Grafitasi (9.81m/s2)

HL : Head Losses

V : Kecepatan (m/s)

2. g . HL
Nilai Kv = 2
V
2× 9.81× 122.36 52
=
0.0385

35
= 1623444.8413

● Nilai angka Renolds Re= V × D / µ


Nilai Re =V×D/µ
= (0.0385 × 0.0224) / 0.804 × 10-6
= 1071.4001
● Tabel Data

Tekanan P2 Pada
Qmete Pembukaan P V H Kv Re
r-air Katup (Kpa) 1 ( L
(m3/ (Kpa) m
s) /s
No S S S
)

1
0,
2
0 107
0, 2, 2, 2, 2,
1,515151×10-6 2, 2, 3 1623444,8413 1,4
9 0 1 0 3
8 001
6
5
5

7
0,
1,
2,381 0 168
0, 1, 1, 1, 3
0×10- 1, 1, 6 383499,5731 3,6
9 5 5 6 7
5
0 290
9
4
7

4
0,
0,
2.941 0 207
0, 1, 1, 1, 7
2×10- 1, 1, 7 143610,4653 9,7
8 2 2 2 8
5
4 770
8
6
4

2
0,
0,
0 596 228
0, 1, 1, 1, 3
3,2258×10 -5
1,1 1,1 8 92,7 1,0
9 1 1 2 9
1 559 457
4
9
2

0, 1
3.333 0 0, 279 235
0, 0, 0, 1,
3×10- 0,9 0,9 8 1 51,9 7,0
8 9 9 0
5
4 9 109 756
6 7

36
0,
0 243
0, 0, 0, 0,
3,4483×10-5 0,8 0,8 8 0 0 8,3
8 8 8 9
7 590
5

4.6 Grafik
 Grafik head Losess

37
 Grafik Head Losses Minor

a. Sudden Contruction (Tekanan)


2.5

2.0

1.5
Tekanan

1.0

0.5

0.0
S2 S3 S4 S5 S6 S1
Tekanan P2 (S2-S6) dan P1(S1)

1,515151×10-6 2,3810×10-5 2,9412×10-5


3,2258×10-5 3,3333×10-5 3,4483×10-5

38
Sudden Contruction (Head Losess)
Qmeter-air
0
1,515151×10-6 2,3810×10-5 2.9412×10-5 3,2258×10-5 3.3333×10-5 3,4483×10-5

-20

-40
Head Losess

-60

-80

-100

-120

b. Sudden Enlargement (Tekanan)


2.5

2.0

1.5
Tekanan

1.0

0.5

0.0
S2 S3 S4 S5 S6 S1
Tekanan P2 (S2-S6) dan P1(S1)

1,515151×10-6 2,3810×10-5 2.9412×10-5


3,2258×10-5 3,3333×10-5 34483×10-5

39
Sudden Enlargement (Head Losess)
1.0000
0.9000
0.8000
0.7000
0.6000
Head Losess

0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
1,515151×10-6 2,3810×10-5 2.9412×10-5 3,2258×10-5 3,3333×10-5 34483×10-5
Qmeter-air

c. Koefisien Gesekan Katup (Tekanan)


2.50

2.00

1.50
Tekanan

1.00

0.50

0.00
S2 S3 S4 S5 S6 S1
Tekanan P2 (S2-S6) dan P1(S1)

1,515151×10-6 2,3810×10-5 2.9412×10-5


3,2258×10-5 3,3333×10-5 34483×10-5

40
Koefisien Gesekan Katup (Head Losess)
140.0000

120.0000

100.0000
Head Losess

80.0000

60.0000

40.0000

20.0000

0.0000
1,515151×10-6 2,3810×10-5 2.9412×10-5 3,2258×10-5 3,3333×10-5 3,4483×10-5
Qmeter-air

4.7 Pembahasan
1. Head Losses
● Hubungan antara Reynald Number dan Frection
Sesuai dengan rumus bilangan Reynolds (Re = V.D/ µ)
Dimana :
D = diameter(m)
V = kecepatan aliran fluida(m/s)
µ = Viskositas (m2/2)
dan Rumus factor gesekan (f = 2.g.h D/LV2)
Dimana :
g = gravitasi (m/s2)
D = diameter Pipa
L = panjang pipa
V= kecepatan aliran
Semakin besar Kecepatannya (V) maka bilangan raynoldnya akan semakin besar.

● Hubungan antara Reynold Number dan Head Losses


bahwa semakin besar bilangan Reynolds yang terjadi maka head losses akan semakin
kecil. Hal ini sesuai dengan rumus bilangan reynold.

Re=V.D/µ

41
Dimana :
D= diameter(m)
V= kecepatan aliran fluida(m/s)
µ= Viskositas (m2/s)

Head losses (HL)= (V2)/2g

Dari kedua persamaan diatas diasumsikan, D dan µ konstan dapat disimpulkan bahwa
besarnya Re tergantung pada V. Sedangkan besarnya kerugian head losses berbanding
terbalik dengan V aliran.

2. Sudden Contruction
Semakin besar bilangan reynold maka semakin kecil gesekan yang akan terjadi. Profil
kecepatan adalah profil fluida yang mengalir pada bagian yang besar. Kontruksi
menyebabkan fluida berakselerasi saat memasuki daerah yang lebih sempit(lebih kecil)
dan kecepatan berubah menjadi tekanan dan factor gesekan akan turun.

3. Sudden Enlargment
Sudden Enlargement merupakan pipa dengan perubahan luas penampang yang secara
tiba-tiba berubah dari kecil ke besar, pada saat terjadi perubahan luas penampang secara
tiba-tiba dalam suatu instalasi pipa, terjadi penurunan kecepatan dalam waktu singkat,
yang ditandai dengan terbentuknya swirl/vortex dalam jumlah besar, dimana swirl/vortex
dan separasi tersebut menyebabkan rendahnya keakuratan pengukuran debit.

4. Koefisien Gesek
semakin besar bilangan Reynoldsnya semakin besar pula koefisien geseknya.
Re=V.D/µ
Dimana :
D= diameter(m)
V= kecepatan aliran fluida(m/s)
µ= Viskositas (m2/2)

koefisien geser
Kv= 2gHL/V22
Dimana :

42
G= gravitasi (m/s2)
HL= head losses
µ= Viskositas
jika diasumsikan HL,D, µ konstan maka bilangan Reynolds tergantung pada V dan
semakin besar V, maka Re semakin besar dan koefisien gesekan akan menjadi
besar.

43
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum dan mendapatkan data diatas maka kami simpulkan bahwa :
1. Koefisen discharge (CD) untuk ventury meter terhadap flow meter adalah 0.176277
dan koefisien V-notch weir terhadap flowmeter adalah 0.00278
2. Hubungan antara angka Reynold dengan factor gesekan pada pipa tembaga BWG
3/8”, pipa PVC AW 3/8”, dan pipa PVC 1/2”. Dapat kami simpulkan bahwa semakin
kecil koefisien gesek (f) maka semakin besar nilai bilangan Reynolds.
3. Hubungan perbandingan factor gesekan dengan table standart yang disebabkan oleh
perubahan penampang dan katup pada pipa PVC ¾” dan pipa tembaga BWG 3/8”
dapat disimpulkan bahwa semakin kecil data percobaan maka akan berbanding
terbalik dengan data tabel.

5.2 SARAN
1. Sebaiknya lebih teliti dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi kesalahandalam
pengambilan data percobaan.
2. Dalam pengolahan data sebaiknya lebih di perhatikan, karena akan berpengaruh
pada hasil akhir.

44
DAFTAR PUSTAKA

 MODUL Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Muhammadiyah Malang Seminar


Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang
(ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0
 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017

 https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Bernoulli

 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Moody_diagram.jpg

 https://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20484-Simbols.pdf

 https://ilmupembangkit.wordpress.com/2013/05/11/kerugian-tinggi-tekan-head-losses/

 http://riandamesin13.blogspot.com/2015/12/persamaan-kontinuitas-dan-hukum.html

 https://fluidadinamis.weebly.com/venturimeter.html

 https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_Venturi

 https://www.ayo-sekolahfisika.com/2017/02/venturimeter-dengan-manometer.html

45

Anda mungkin juga menyukai