Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

GETARAN PAKSA
“Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan”

Disusun Oleh :
Totok eko wahyudi
201810120311203
Kelompok 43

PROGAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH MALANG
Jl. Raya Tlogomas no. 246 Telp. (0341) 464318-319 Fax. (0341)
460435,460782 Malang 65144

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR TEKNIK MESIN

Judul Laporan : Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan

Disusun Oleh : Totok eko wahyudi

NIM : 201810120311203

Kelompok : 43

Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Mesin

Berdasarkan hasil praktikum Getaran Paksa yang dilaksanakan di Laboratorium Teknik


Mesin Universitas Muhammadiyah Malang.

Malang. 4 Januari 2021

Menyetujui,

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing


Teknik Mesin

Ir. Herry Supriyanto


NIP: 108.8909.0049
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum
Fenoma Dasar Mesin ini dengan sebaik-baiknya.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada asisten pembimbing


laboratorium dan dosen pembimbing Praktikum Fenomena Dasar Mesin yang telah
membimbing dalam mengerjakan praktikum maupun hingga penyelesaian laporan.

Laporan resmi ini disusun agar pembaca maupun pemeriksa dapat


memperluas ilmu pengetahuan tentang mesin pada Praktikum Getaran Paksa.
Laporan yang telah saya sajikan berdasarkan praktikum yang saya lakukan.

Saya menyadari banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan resmi ini,


oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan penulisan laporan di kemudian hari. Saya mohon maaf atas segala
kekurangan dalam pemulisan laporan resmi ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………...i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….
1.2 Tujuan Percobaan …………………………………………….……………………………
1.3 Proses Percobaan ………………………………………………………………………….
1.4 Alat Percobaan …………………………………………………………………………….

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof)…………………………………………………………..

2.2 Sistem Penyerapan Redaman………………………………………………………………….

2.3 Metode Bandwitch /𝟏 Daya/ Half Power Point/ Ketajaman Resonansi……………………….

BAB 3 ANALISIS DATA


3.1 Data Hasil Percobaan…………………………………………………………………………

3.2 Perhitungan Data…………………………………………………………………………….

3.3 Grafik…………………………………………………………………………………………

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dan Saran ………………………


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Getaran paksa terjadi jika sistem berisolasi karena rangsangan gaya luar, jika
rangsangan tersebut terisolasi, maka system dipaksa untuk bergetar pada frekuensi
rangsangan. Apabila frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural
system, maka akan didapat resonansi dan isolasi besar yang membahayakan.
Frekuensi itu sendiri merupakan satu kali gerak bolak-balik penuh, sedangkan waktu
yang diperlukan untuk menempuh satu kali getaran disebut Periode. Selain itu ada
juga yang disebut Amplitudo, yang merupakan jarak terjauh simpangan dari titik
kesetimbangan.
Semua sistem yang bergetar, mengalami redaman sampai derajat tertentu
karena energi didisipasi oleh gerakan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil, maka
pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem dan perhitungan frekuensi
natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman, sebaliknya redaman
adalah hal penting sekali untuk membatasi amplitudoisasi pada waktu tertentu.
Bila suatu sistem membutuhkan satu koordinat untuk menggambarkan
gerakannya, maka sistem dikatakan mempunyai satu derajat kebebasan. Suatu sistem
dengan derajat kebebasan akan mempunyai satu frekuensi natural.
Motor dengan piringan tak seimbang(balance) yang diletakkan pada batang
ditumpu sederhana dapat diekivalenkan dengan sistem masa pegas satu derajat
kebebasan (S-DOT).
Dengan hal ini 𝐾𝑒𝑞 diperoleh dari tabel defleksi, untuk sistem pin-rool belum
ditengah-tengah, diperoleh hubungan :
48𝐸𝐼
𝑃=( )𝛿
𝐿3
Dengan mengingat Hukum Hooke, maka :
48𝐸𝐿
𝐾𝑒𝑞 = ( )
𝐿3
Sedangkan 𝑀𝑒𝑞 adalah masa motor
𝑃 = 𝑚 ∙ 𝑒 ∙ 𝜔2
P = Gaya Sentrifugal
e = Jarak sumbu putar motor dengan lokasi tak balance
m= Masa tak balance
2nn
ω= Frekuensi sudut = 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60

n = Putaran Motor
solusi stationer dari sistem ini adalah,
(𝜔)2
𝑀𝑋 𝜔n
=
𝑚𝑒
(𝜔)2 2 (𝜔) 2
J[1
] + [2𝜁 ]
− 𝜔n 𝜔n

Dan sudut phasanya adalah,


𝜔
2𝜁( )
𝜔n
tan 𝜑 𝜔
J1 −2(
)
1.2 Tujuan Percobaan 𝜔n

Percobaan getaran paksa bertujuan untuk mengukur fungsi perbesaran dan


beda phasa jawab untuk berbagai frekuensi eksitasi dan beberapa harga rasio
redaman.
1.3 Prosedur Percobaan
Susunlah perangkat percobaan seperti yang telah ditunjukkan pada skema
instalasi
A. Percobaan Lubang Peredam Terbuka Penuh
1. Tempelkan ujung micrometer (5) pada kontraktor dengan cara memutar
micrometer dan catat nilai kedudukan ini (𝑋1). Setelah itu, jauhkan ujung
micrometer dari kontraktor sedemikian rupa sehingga pada saat system
bergetar tidak terjadi sentuhan antara ujung micrometer dengan kontraktor
2. Atur lumbang damper (4) dengan cara memutar bagian atas pada posisi
terbuka yaitu garis dua logam di dalam cairan saling tegak lurus (pada
posisi ini nilai redaman paling rendah).
3. Putar Speed Controler pada RPM tertentu (mulailah dengan RPM rendah).
Catat RPM yang nampak.
4. Arahkan stroboscope pada piringan terbuka, putar micrometer mendekati
kontraktor sampai stroboscope menyala. Catat sudut yang tertera pada
piringan yang berhimpit dengan referensi.
5. Matikan motor, catat nilai micrometer (𝑋2).
6. Ulangi percobaan dengan mengubah RPM motor semakin tinggi.
7. Setelah selesai untuk pengulangan sesuai lembar data, ambil data satu kali
untuk menghitung penyerapan getaran.
B. Percobaan Lubang Peredam Tertutup
1. Lakukan langkah percobaan sama dengan percobaan peredam terbuka
penuh, tetapi damper dalam posisi tertutup garis dua logam di dalam
cairan saling tegak lurus
2. Setelah selesai untuk pengulangan sesuai lembar data, ambil data satu kali
untuk menghitung penyerapan getaran
Lakukan percatatan data untuk setiap percobaan yang dilakukan meliputi
data :
 Putaran Motor (n)
 Beda Phasa (𝜑)
 Amplitude (x) dimana X=𝑋2 (nilai Micrometer) -𝑋1(nilai
Mikrometer)
Gambar Alat Percobaan
1.4 Alat Percobaan

Sebuah batang uji (1) ditumpu ujung-ujungnya dengan engsel (A) dan rol (B)
yang dikelm pada frame. Sebuah motor dengan piringan tak balance (6) ditengah-
tengah batang uji. Sebuah damper (4) dipasang pada kedudukannya yang diklem pada
frame bagian bawah.
Keterngan pada Gambar:
1. Batang Uji (830 mm × 24.55 mm × 11.75 mm)
2. Batang Absorber
3. Masa Absorber (2 × 0,4625 Kg)
4. Damper (Peredam)
5. Mikrometer
6. Motor dengan Piringan Tak Balance (Massa Total = 3.492 Kg)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof)
Sistem Satu Derajat Kebebasan suatu system getaran mendapat pengaruh gaya
dari luar, system tersebut akan dipaksa bergetar dan terjadi gerak osilasi dan bila pada
system tersebut terjadi redaman, maka system getaran tersebut dinamakan getaran
paksa teredam (Damped Forced Vibration) (Sewoyo, 2004)
Jika ada bagian dari gerakan yang menghilang seiring bertambahnya waktu,
bagian tersebut dinamakan respon transien, sedangkan gerak yang masih terus terjadi
disebut respon stasioner (Steady State). Untuk nilai respon transien dieperoleh dari
kondisi awal system tersebut. Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu, getaran
bebas dan getaran paksa. System yang bergetar dengan satu frekuensi naturalnya
disebut dengan Sistem Satu Derajat Kebebasan, sedangkan sistem yang bergetar
dengan dua frekuensi naturalnya disebut Sistem dengan Dua Derajat Kebebasan.
Bila suatu sistem membutuhkan koordinat untuk menggambarkan
gerakannya. Maka sistem mempunyai Satu Derajat Kebebasan, suatau sistem dengan
Satu Derajat Kebebasan akan mempunyai frekuensi natural.
Sistem Derajat Kebebasan Tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat dengaan
model matematis seperti pada dibawah ini, dimana memiliki elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Elemen Massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.
2. Elemen Pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (Elastic Restoring force)
3. Elemen Redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari
struktur
4. Gaya Pengaruh (𝐹t), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem struktur
Dengan mengambil model matematis pada gambar diatas, dianggap bahwa tiap
elemen dalam sistem menyatakan satu difat khusus, yaitu:
1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (Property of Inertia), bukan
elastisitas atau kehilangan energi
2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.
3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.
Sistem Tak Teredam (Undamped System)
Analisis sistem dasar yang sederhana dalam pembahasan dinamika struktur
adalah Sistem Derajat Kebebasan Tunggal, dimana gaya geseran atau redaman
diabaikan dan sebagai tambahan, akan ditinjau sistem yang bebas dari gaya aksi gaya
luar selama bergerak atau bergetar. Pada keadaan ini, sistem tersebut hanya
dikendalikan oleh pengaruh atau kondisi yang dinamakan kondisi awal (initial
conditions), yaitu perpindahan yang diberikan dalam kecepatan pada saat t=0, pada
saat pembahasan dimulai. Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam sering
dihubungkan dengan osilator sederhana tak teredam (simple undamped oscillator)
yang selalu disajikan seperti gambar sebagai bentuk yang mirip dengan yang di atas.

Kedua gambar tersebut merupakan model matematis secara dinamis ekivalen


dan hanya tergantung pada pilihan perorangan saja dalam penggunaannya. Pada
model ini massa (m) dihambat oleh pegas (k) dan bergerak menurut garis lurus
sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik mekanis dari pegas digambarkan
antara besar gaya 𝐹c yang bekerja pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y
seperti terlihat pada gambar di bawah yang menunjukkan secara grafik dari tiga jenis
pegas yang berbeda.
Berdasarkan gambar diatas, karakteristik lenhkungan (a) menyatakan sifat
dari pegas kuat (hard spring), dimana gaya harus memberikan pengaruh lebih besar
untuk suatu perpindahan yang disyaratkan sering dengan terdeformasinya pegas.
Sedangkan, karakterisitik lengkungan (b), memyatakan sifat pegas linear, karena
deformasinya selaras (proportional) dengan gaya dan gambar grafisnya mempunyai
karakteristik garis lurus. Konstanta keselarasan antara gaya dan perpindahan dari
pegas linear disebut konstanta pegas (spring constant), yang biasa dinyatakan dengan
“k”, sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara gaya dan perpindahan
pegas linier adalah sebagai berikut:
𝑭3 = 𝑘𝑦
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar disebut pegas lemah,
dimana pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung mengecil pada
saat deformasi pegas menjadi makin besar.

Hukum Gerak Newton


Hubungan analitis antara perpindahan (y) dan waktu (t), diberikan oleh Hukum
Newton kedua untuk gerak sebagai berikut:
𝐹 = 𝑚𝑎
Dimana: F : Gaya yang bekerja pada partikel
massa a : Resultan Percepatan
persamaan dapat ditulis dalam bentuk ekivalen, dimana besaran komponennya
menurut sumbu koordinat x, y, dan z, yaitu:
Ʃ𝐹s = 𝑚𝑎s
Ʃ𝐹y =
𝑚𝑎y Ʃ𝐹z
= 𝑚𝑎z
Percepatan didefinisikan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap waktu,
yang berarti ketiga persamaan adalah persamaan differensial. Persaman Hukum
Newton dapat digunakan pada benda idealis seperti pertikel yang bermassa tetapi
tidak bervolume, tetapi juga dapat digunakan pada benda berdimensi yang bergerak.
Benda kaku yang bergerak pada sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak
(bidang x-z), sehingga mengakibatkan Hukum Newton perlu dimodifikasi menjadi
Ʃ𝐹s = 𝑚( 𝑎G)s
Ʃ𝐹y = 𝑚(𝑎G)y
Ʃ𝑀G = 𝐼G𝛼
(𝑎G)s , (𝑎G)y : komponen percepatan sepanjan sumbu x dan y dari pusat benda
bermassa G
α : Percepatan sudur
𝐼G : Momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui pusat sumbu G
Ʃ𝑀G : Jumlah momen gaya yang bekerja pada benda tertentu terhadap
sumbu
melalui pusat massa G yang tegak lurus pada bidang x-y

Diagram benda Bebas


Diagram Free Body adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan dari
benda lainnya dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Pada Gambar
V.6(b). Mengilustrasikan Diagram Benda Bebas dari massa osilator (m) yang
dipindahkan ke arah positif menurut koordinat y, yang memberikan gaya pada pegas
F ky s (asumsi pegas linier).
Berat dari mg dan reaksi normal N dari permukaan penunjang diperlihatkan
juga untuk pelengkap meskipun gaya-gaya ini bekerja pada arah vertikal dan tidak
termasuk dalam persamaan gerak yang ditulis menurut arah y. Penggunaan Hukum
Gerak Newton memberikan
−𝑘𝑦 = 𝑚𝑦̈
Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus dan
percepatan dinyatakan oleh ∙∙ pada notasi ini, dua titik diatas menyatakan turunan
kedua terhadap waktu dan satu titik menyatakan turunan pertama terhadap waktu,
yaitu kecepatan.
Contoh : Sistem Massa balok

Lendutan pada massa m adalah


𝑃𝑎 3 (𝐼 − 𝑎 )2
𝛿 (4𝑙 − 𝑎)
= 12 ∙ 𝐸𝐼 ∙ 𝑙 3
𝑃 ∙ 12𝐸𝐼 ∙ 𝑙 3
𝑝
𝑘= =
𝛿 𝑃 ∙ 𝑎 3 (𝑙 − 𝑎 )2 (4𝑙 − 𝑎)
12𝐸𝐼 ∙ 𝑙 3
=
𝑎 3 (𝑙 − 𝑎)2(4𝑙 − 𝑎)
Diagram benda bebas dari sistem adalah:

Dari persamaan kesetimbangan pada DBB diperoleh:


Ʃ𝐹y = 0
𝑚𝑥̈ + 𝑘𝑥 = 0
Misal jawab sistem adalah:

𝑥 = 𝑋 sin 𝜔 𝑡
𝑥̇ = 𝜔𝑋 cos 𝜔 𝑡
𝑥̈ = −𝜔2𝑋 sin 𝜔 𝑡
Apabila disubtitusikan ke PDG diperoleh:
−𝑚𝜔2𝑥 + 𝑘𝑥 = 0
𝑘
𝜔=J
𝑚

12𝐸𝐼 ∙ 𝑙 3
𝜔n = J
𝑚𝑎 3 (𝑙 − 𝑎 )2 (4𝑙 − 𝑎)
Contoh: Sistem Massa Pegas

Ʃ𝑀𝐴 = 0
𝑚𝑙 2 𝜃̈ + 𝑘𝑎 2 𝜃 = 0 =>𝜃 = 𝑋 sin 𝜔 𝑡 (−𝜔
𝑚𝑙 2 + 𝑘𝑎 2 )𝑋 sin 𝜔𝑡 = 0 𝑂̈ = −𝜔 2 𝑋 sin 𝜔 𝑡
-𝜔 2 𝑚𝑙 2 + 𝑘𝑎 2 = 0
𝜔 2 𝑚𝑙 2 = 𝑘𝑎 2
ka2
𝜔 2 = NS2
Maka frekuensi pribadi sistem:

𝜔 = J𝑘𝑎 2
2

𝑚𝑙
Getaran Bebas Dengan Redaman

Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada


massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila bergerak dalam
fluida benda akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya akibat
kekentalan ini sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat kekentalan
(viscositas) c ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N s/m (SI)
𝑑𝑥
𝐹d = −𝑐𝑥 = −𝑐𝑥̇ = −𝑐
𝑑𝑡
Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita
mendapatkan persamaan:
𝑚𝑥̈ + 𝑐𝑥̇ + 𝑘𝑥 = 0
Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman cukup
kecil sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti. Keadaan ini
disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling mendapatkan perhatian
dalam analisis vibrasi. Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat
sistem tidak
lagi berisolasi, kita mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan
melewati titik kritis ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam
Nilai koefisien redaman yang diperukan untuk mencapai titik redaman kritis
pada model massa-pegas-peredam adalah

𝑐c + 22√𝑘𝑚
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah
yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman
sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik
redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah:
𝑐
𝜁=
2√𝑘𝑚
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari
0.05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0.2-0.3. Solusi sistem
kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah

𝑥 (𝑡) = 𝑋𝑒 –m n 𝑡 cos(√1 − 𝜁2 𝜔𝑛𝑡 − 𝑜) , 𝜔n = 2𝜋𝑓n


Nilai X, amplitudo awal, dan o, ingsutan fase, ditentukan oleh panjang
regangan pegas. Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial
dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem teredam:
semakin besar nisbah redaman semakin cepat sistem teredam ke titik nol. Fungsi
kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi berbeda daripada
kasus tidak teredam.
Frekuensi dalam hal ini disebut “frekuensi alamiah teredam”, fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah teredam lewat rumus berikut

𝑓d = J1 − 𝜁2𝑓𝑛j

Frrekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah teredam,


namun untuk benyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya
perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan tak teredam
kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.
2.2 Sistem Penyerapan Redaman
Yang dimaksud dengan redaman adalah proses dimana terjadinya
pengurangan amplitudo dari suatu getaran akibat terdisipasinya energi akibat gesekan
dan hal lainnya. Untuk kasus dimana terdapat redaman, persamaan gerak untuk
sistem MDOF dengan kondisi getaran bebas adalah:
𝑚𝑢̈ + 𝑐𝑢̇ + 𝑘𝑢 = 0 (2.1.1)
Dimana c adalah konstanta redaman yang merupakan energi yang terdisipasi
pada suatu siklus getaran bebas ataupun getaran paksa yang harmonik. Kemudian
yang dimaksud dengan rasio redaman (ζ) adalah suatu nilai tidak berdimensi yang
bergantung pada properti fisik suatu sistem struktur(massa dan kekakuan) yaitu
perbandingan antara konstanta redaman dnegan konstanta redaman kritis (ζ=c/2mω)
N
𝑢 = Σ =1 (𝑡) = (𝑡) (2.1.2)
r

Memasukkan persamaan (2.1.2) ke persamaan (2.1.1), maka:


𝑚𝑞̈
𝜙𝑞̈ + 𝑐𝑞̇
𝜙𝑞̇ + 𝑘𝑞
𝜙𝑞 = 0 (2.1.3)
Dengan mengalikan 𝜙t pada bagian kiri dari tiap penyusun persamaan (2.1.3), maka:
𝑚𝑞̈ + 𝑐𝑞̇ + 𝑘𝑞 = 0 (2.1.4)
Dimana:

𝐶 = 𝜙𝑇𝑐𝜙 (2.1.5)
𝑀 = 𝜙𝑇𝑚 𝜙 (2.1.6)
𝐾 = 𝜙𝑇𝑘𝜙 (2.1.7)
C adalah matriks redaman n × n, yang mana dapat tidak terbentuk diagonal
seperti halnya matriks massa dan matriks kekakuan sesuai dengan distribusi redaman
pada sistem struktur. Jika C diagonal, maka sistem disebut dengan redaman klasik.
Apabila sebaliknya, maka disebut redaman non-klasik, dimana analisa modal klasik
tidak dapat digunakan dan sistem tidak memiliki nilai frekuensi natural dan mode
getar yang sama dengan sistem tanpa redaman. Untuk tipe redaman klasik, rasio
redaman mode n adalah:
2.3 Metode Bandwitch /𝟏 Daya/ Half Power Point/ Ketajaman Resonansi
𝟐

Pertama-tama tentukan nilai 𝑋rec dari grafik yang diperoleh dari pengukuran.
Kemudian bagi dengan √2 atau kalikan 𝑋rec dengan 0.707. Tarik garis horizontal
pada grafik untuk nilai 0.707 𝑋rec ini. Ada dua titik hasil perpotongan garis ini dengan
kurva. Tarik garis vertikal dari kedua titik ini ke bawah, akan diperoleh nilai 𝜔1
dan 𝜔2
diperoleh dengan menarik garis vertikal dari puncak
kurva. Nilai ζ diperoleh dari persamaan pendekan berikut:
𝜔2 − 𝜔1
𝜁=
2𝜔n
Untuk memperoleh persamaan pendekatan ini, perhatikan persamaan respon tak
beridmensi getaran paksa S-DOF berikut:
𝑋𝑘 1
= 𝜔 2 𝜔 2
𝐹𝑜
[1 − ( ) ] + [2𝜁( )]
𝜔n 𝜔n
Amplitudo resonansi 𝑋rec terjadi saat m
= 1 sehingga persamaan diatas akan menjadi:
mn
𝐹o 1
𝑋rec =
𝑘 2𝜁
X rec
Jika digantikan 𝑋 = dan menguadratkan persamaan respon tak berdimensi di atas,
√2

akan diperoleh:

1 1 2 1
( ) =
2 2𝜁 𝜔 𝜔 2
J[1
2
− ( ] + [2𝜁 ( )]
) 𝜔 n

𝜔n
Persamaan ini dapat dibentuk menjadi:
𝜔 𝜔 2
( ) − 2(1 − 2𝜁2 ) ( ) + (1 − )=0
8𝜁2
𝜔n 𝜔n
m 2
jika( ) adalah besaran yang dicari, maka:
mn
2
( 𝜔 ) = (1 − ) ± 2𝜁 ƒ1 − 𝜁 2
2𝜁2
𝜔n
Jika ζ cukup kecil sehingga ζ << 1 dan mengabaikan bentuk ζ akan diperoleh:
2
( 𝜔)
𝜔n = 1 ± 2𝜁
Jika akar-akar persamaan ini adalah 𝜔1 dan 𝜔2, maka:
2
(𝜔2)
𝜔n = 1 + 2𝜁
2
(𝜔1)
𝜔n = 1 − 2𝜁

Jika persamaan yang diatas dikurangkan dengan persamaan yang dibawah, akan
sampailah kita pada bentuk:
𝜔 2 − 𝜔2 𝜔2 − 𝜔1
4𝜁 = 2 1
=2( )
𝜔12 𝜔n
Atau
𝜔2𝜔1
𝜁=
2𝜔n
BAB 3
ANALISIS DATA
3.1 Data Hasil Percobaan

3.1.1 Data Redaman Terbuka (1 Dof)

NO Putaran N (rpm) Beda Fasa θ (°) Amplitudo X (mm)

1. 383 130 0.9


2. 443 140 0.1
3. 480 120 0.1
4. 540 140 0.9
5. 590 130 0.11
6. 643 140 0.14
7. 795 120 0.18
8. 845 130 0.24
9. 935 120 0.29
10. 1005 230 0.44
11. 999 170 0.25
12. 1013 140 0.43

3.1.2 Data Redaman Tertutup (1 Dof)

NO Putaran N (rpm) Beda Fasa θ (°) Amplitudo X (mm)

1. 382 120 0.2


2. 440 140 0.2
3. 483 130 0.3
4. 535 120 0.5
5. 580 120 0.5
6. 630 120 0.6
7. 783 140 0.11
8. 845 130 0.15
9. 940 150 0.26
10. 1007 250 0.49
11. 978 150 0.39
12. 1012 240 0.47

3.2 Perhitungan Data


3.2.1 Analisis Data Redaman Terbuka (1 Dof)
Frekuensi Paksa :
2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑁1 2 ∙ 3.14 ∙ 383
𝜔 = = 𝑠 = 40.08733 𝑟𝑎𝑑/
1
60 60
Frekuensi
Natural :
𝜔7 + 𝜔6
𝜔n
= 2
2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑁7 2 ∙ 3.14 ∙ 795
𝜔 = = = 83.21 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
7
60 60
2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑁6 2 ∙ 3.14 ∙ 643
𝜔 = = = 67.30067 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
6
60 60
83.21 + 67.30067
𝜔n = = 75.25533 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
2
Rasio Frekuensi :
𝜔1 40.08733
𝑟= = = 0.532684
𝜔n 75.25533
Rasio Redaman(ζ)
:
1 𝜔n 75.25533
2𝜁 = = = 11.98333
𝜔2 − 46.36733 −
𝜔1 40.08733
1
𝜁= = 0.041725
2 ∙ 11.98333
Amplitudo Non Dimensional
𝑀𝑥
𝑟2
1
𝑀𝑒 = ƒ[(1 −1 𝑟 2 )2 + (2 ∙ 𝜁 ∙ 𝑟1 )2 ]
𝑀𝑥 (0.532684)2
= = 0.395405
𝑀𝑒 ƒ[(1 − 0.5326842)2 + (2 ∙ 0.041725 ∙ 0.532684)2]
𝑘
𝜔2 =
n
𝑚
𝑘 = 𝜔n ∙ 𝑚
2

𝑘 = 75.25533 ∙ 0.014 = 79.28711


𝐶c = 2 ∙ 𝑚 ∙ 𝜔 n
𝐶c = 2 ∙ 0.014 ∙ 75.25533 = 2.107149
𝐶 = 𝜁 ∙ 𝐶c
𝐶 = 0.041725 ∙ 2.107149 = 0.08792

No Putaran N
(rpm)
Beda
Fasa θ (°)
Amplitud
o X (mm)
ω(rad/s) ωn(rad/s) Mx/Me

1. 383 130 0.9 40.09 75.25533 0.3954


2. 443 140 0.1 46.37 75.25533 0.6098
3. 480 120 0.1 50.24 75.25533 0.8000
4. 540 140 0.9 56.52 75.25533 1.2808
5. 590 130 0.11 61.75 75.25533 2.0176
6. 643 140 0.14 67.30 75.25533 3.7427
7. 795 120 0.18 83.21 75.25533 5.0741
8. 845 130 0.24 88.44 75.25533 3.5090
9. 935 120 0.29 97.86 75.25533 2.4174
10. 1005 230 0.44 105.19 75.25533 2.0333
11. 999 170 0.25 104.56 75.25533 2.0588
12. 1013 140 0.43 106.03 75.25533 2.0010
3.2.2 Analisis Data Redaman Tertutup (1 Dof)
Frekuensi Paksa :
2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑁1 2 ∙ 3.14 ∙ 382
𝜔1 = = = 39.98267 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
60 60
Frekuensi Natural :
𝜔7 + 𝜔6
𝜔n
2
=
2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑁7 2 ∙ 3.14 ∙ 783
𝜔7 = = = 81.954 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
60 60
2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑁6 2 ∙ 3.14 ∙ 630
𝜔6 = = = 65.94 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
60 60
81.954 + 65.94
𝜔n = 2 = 73.947 𝑟𝑎𝑑/ 𝑠
Rasio Frekuensi
: 𝜔1 39.98267
𝑟= = = 0.540694
𝜔n 73.947
Rasio Redaman(ζ) :
1 𝜔n 73.947
=
2𝜁 𝜔 − = = 12.18103
2 46.05333 −
𝜔1 39.98267
1
𝜁= = 0.041047
2 ∙ 12.18103
Amplitudo Non Dimensional
𝑀𝑥
𝑟2
1
𝑀𝑒 = ƒ[(1 −1 𝑟 2 )2 + (2 ∙ 𝜁 ∙ 𝑟1 )2 ]
𝑀𝑥 (0.540694)2
= = 0.412316
𝑀𝑒 ƒ[(1 − 0.5406942)2 + (2 ∙ 0.041047 ∙ 0.540694)2]
𝑘
𝜔2 =
n
𝑚
𝑘 = 𝜔n ∙ 𝑚
2

𝑘 = 73.947 ∙ 0.014 = 76.55422


𝐶c = 2 ∙ 𝑚 ∙ 𝜔 n
𝐶c = 2 ∙ 0.014 ∙ 73.947 = 2.070516
𝐶 = 𝜁 ∙ 𝐶c = 0.041047 ∙ 2.070516 = 0.084989
No Putaran N
(rpm)
Beda
Fasa θ (°)
Amplitud
o X (mm)
ω(rad/s) ωn(rad/s) Mx/Me

1. 382 120 0.2 39.983 73.947 0.4123


2. 440 140 0.2 46.053 73.947 0.6314
3. 483 130 0.3 50.554 73.947 0.8727
4. 535 120 0.5 55.997 73.947 1.3302
5. 580 120 0.5 60.707 73.947 2.0243
6. 630 120 0.6 65.940 73.947 3.6555
7. 783 140 0.11 81.954 73.947 4.9981
8. 845 130 0.15 88.443 73.947 3.2397
9. 940 150 0.26 98.387 73.947 2.2755
10. 1007 250 0.49 105.399 73.947 1.9568
11. 978 150 0.39 102.364 73.947 2.0755
12. 1012 240 0.47 105.923 73.947 1.9387

3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Redaman Terbuka

Grafik Hubungan Mx/Me dengan W/Wn pada Redaman Terbuka

6.0000

5.0000

4.0000

3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
3.3.2 Grafik Redaman Tertutup

Grafik Hubungan Mx/Me dengan W/Wn pada Redaman Tertutup

6.0000

5.0000

4.0000

3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran
4.1.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Pengaruh rasio redaman berbanding terbalik terhadap amplitudo
2. Pengaruh beda fasa terhadap rasio frekuensi tertutup semakin
besar beda fasa yang di hasilkan maka frekuensi semakin besar
pula
3. Nilai dari percobaan redaman tertutup lebih besar dari
pada redaman terbuka
4. Bila suatu getaran teredam maka amplitudo yang dihasilkan
akan lebih rendah dibandingkan tidak teredam
4.1.2 Saran
Selama pelaksanaan praktikum sebaiknnya asisten lab selalu siap
memberikan pengarahan yang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan
pengambilan data.

Anda mungkin juga menyukai