GETARAN PAKSA
“Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan”
Disusun Oleh :
Totok eko wahyudi
201810120311203
Kelompok 43
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR TEKNIK MESIN
NIM : 201810120311203
Kelompok : 43
Menyetujui,
Pertama-tama saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum
Fenoma Dasar Mesin ini dengan sebaik-baiknya.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………….
1.2 Tujuan Percobaan …………………………………………….……………………………
1.3 Proses Percobaan ………………………………………………………………………….
1.4 Alat Percobaan …………………………………………………………………………….
3.3 Grafik…………………………………………………………………………………………
BAB 4 PENUTUP
n = Putaran Motor
solusi stationer dari sistem ini adalah,
(𝜔)2
𝑀𝑋 𝜔n
=
𝑚𝑒
(𝜔)2 2 (𝜔) 2
J[1
] + [2𝜁 ]
− 𝜔n 𝜔n
Sebuah batang uji (1) ditumpu ujung-ujungnya dengan engsel (A) dan rol (B)
yang dikelm pada frame. Sebuah motor dengan piringan tak balance (6) ditengah-
tengah batang uji. Sebuah damper (4) dipasang pada kedudukannya yang diklem pada
frame bagian bawah.
Keterngan pada Gambar:
1. Batang Uji (830 mm × 24.55 mm × 11.75 mm)
2. Batang Absorber
3. Masa Absorber (2 × 0,4625 Kg)
4. Damper (Peredam)
5. Mikrometer
6. Motor dengan Piringan Tak Balance (Massa Total = 3.492 Kg)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof)
Sistem Satu Derajat Kebebasan suatu system getaran mendapat pengaruh gaya
dari luar, system tersebut akan dipaksa bergetar dan terjadi gerak osilasi dan bila pada
system tersebut terjadi redaman, maka system getaran tersebut dinamakan getaran
paksa teredam (Damped Forced Vibration) (Sewoyo, 2004)
Jika ada bagian dari gerakan yang menghilang seiring bertambahnya waktu,
bagian tersebut dinamakan respon transien, sedangkan gerak yang masih terus terjadi
disebut respon stasioner (Steady State). Untuk nilai respon transien dieperoleh dari
kondisi awal system tersebut. Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu, getaran
bebas dan getaran paksa. System yang bergetar dengan satu frekuensi naturalnya
disebut dengan Sistem Satu Derajat Kebebasan, sedangkan sistem yang bergetar
dengan dua frekuensi naturalnya disebut Sistem dengan Dua Derajat Kebebasan.
Bila suatu sistem membutuhkan koordinat untuk menggambarkan
gerakannya. Maka sistem mempunyai Satu Derajat Kebebasan, suatau sistem dengan
Satu Derajat Kebebasan akan mempunyai frekuensi natural.
Sistem Derajat Kebebasan Tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat dengaan
model matematis seperti pada dibawah ini, dimana memiliki elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Elemen Massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.
2. Elemen Pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (Elastic Restoring force)
3. Elemen Redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari
struktur
4. Gaya Pengaruh (𝐹t), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem struktur
Dengan mengambil model matematis pada gambar diatas, dianggap bahwa tiap
elemen dalam sistem menyatakan satu difat khusus, yaitu:
1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (Property of Inertia), bukan
elastisitas atau kehilangan energi
2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.
3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.
Sistem Tak Teredam (Undamped System)
Analisis sistem dasar yang sederhana dalam pembahasan dinamika struktur
adalah Sistem Derajat Kebebasan Tunggal, dimana gaya geseran atau redaman
diabaikan dan sebagai tambahan, akan ditinjau sistem yang bebas dari gaya aksi gaya
luar selama bergerak atau bergetar. Pada keadaan ini, sistem tersebut hanya
dikendalikan oleh pengaruh atau kondisi yang dinamakan kondisi awal (initial
conditions), yaitu perpindahan yang diberikan dalam kecepatan pada saat t=0, pada
saat pembahasan dimulai. Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam sering
dihubungkan dengan osilator sederhana tak teredam (simple undamped oscillator)
yang selalu disajikan seperti gambar sebagai bentuk yang mirip dengan yang di atas.
𝑥 = 𝑋 sin 𝜔 𝑡
𝑥̇ = 𝜔𝑋 cos 𝜔 𝑡
𝑥̈ = −𝜔2𝑋 sin 𝜔 𝑡
Apabila disubtitusikan ke PDG diperoleh:
−𝑚𝜔2𝑥 + 𝑘𝑥 = 0
𝑘
𝜔=J
𝑚
12𝐸𝐼 ∙ 𝑙 3
𝜔n = J
𝑚𝑎 3 (𝑙 − 𝑎 )2 (4𝑙 − 𝑎)
Contoh: Sistem Massa Pegas
Ʃ𝑀𝐴 = 0
𝑚𝑙 2 𝜃̈ + 𝑘𝑎 2 𝜃 = 0 =>𝜃 = 𝑋 sin 𝜔 𝑡 (−𝜔
𝑚𝑙 2 + 𝑘𝑎 2 )𝑋 sin 𝜔𝑡 = 0 𝑂̈ = −𝜔 2 𝑋 sin 𝜔 𝑡
-𝜔 2 𝑚𝑙 2 + 𝑘𝑎 2 = 0
𝜔 2 𝑚𝑙 2 = 𝑘𝑎 2
ka2
𝜔 2 = NS2
Maka frekuensi pribadi sistem:
𝜔 = J𝑘𝑎 2
2
𝑚𝑙
Getaran Bebas Dengan Redaman
𝑐c + 22√𝑘𝑚
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah
yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman
sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik
redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah:
𝑐
𝜁=
2√𝑘𝑚
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari
0.05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0.2-0.3. Solusi sistem
kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah
𝑓d = J1 − 𝜁2𝑓𝑛j
𝐶 = 𝜙𝑇𝑐𝜙 (2.1.5)
𝑀 = 𝜙𝑇𝑚 𝜙 (2.1.6)
𝐾 = 𝜙𝑇𝑘𝜙 (2.1.7)
C adalah matriks redaman n × n, yang mana dapat tidak terbentuk diagonal
seperti halnya matriks massa dan matriks kekakuan sesuai dengan distribusi redaman
pada sistem struktur. Jika C diagonal, maka sistem disebut dengan redaman klasik.
Apabila sebaliknya, maka disebut redaman non-klasik, dimana analisa modal klasik
tidak dapat digunakan dan sistem tidak memiliki nilai frekuensi natural dan mode
getar yang sama dengan sistem tanpa redaman. Untuk tipe redaman klasik, rasio
redaman mode n adalah:
2.3 Metode Bandwitch /𝟏 Daya/ Half Power Point/ Ketajaman Resonansi
𝟐
Pertama-tama tentukan nilai 𝑋rec dari grafik yang diperoleh dari pengukuran.
Kemudian bagi dengan √2 atau kalikan 𝑋rec dengan 0.707. Tarik garis horizontal
pada grafik untuk nilai 0.707 𝑋rec ini. Ada dua titik hasil perpotongan garis ini dengan
kurva. Tarik garis vertikal dari kedua titik ini ke bawah, akan diperoleh nilai 𝜔1
dan 𝜔2
diperoleh dengan menarik garis vertikal dari puncak
kurva. Nilai ζ diperoleh dari persamaan pendekan berikut:
𝜔2 − 𝜔1
𝜁=
2𝜔n
Untuk memperoleh persamaan pendekatan ini, perhatikan persamaan respon tak
beridmensi getaran paksa S-DOF berikut:
𝑋𝑘 1
= 𝜔 2 𝜔 2
𝐹𝑜
[1 − ( ) ] + [2𝜁( )]
𝜔n 𝜔n
Amplitudo resonansi 𝑋rec terjadi saat m
= 1 sehingga persamaan diatas akan menjadi:
mn
𝐹o 1
𝑋rec =
𝑘 2𝜁
X rec
Jika digantikan 𝑋 = dan menguadratkan persamaan respon tak berdimensi di atas,
√2
akan diperoleh:
1 1 2 1
( ) =
2 2𝜁 𝜔 𝜔 2
J[1
2
− ( ] + [2𝜁 ( )]
) 𝜔 n
𝜔n
Persamaan ini dapat dibentuk menjadi:
𝜔 𝜔 2
( ) − 2(1 − 2𝜁2 ) ( ) + (1 − )=0
8𝜁2
𝜔n 𝜔n
m 2
jika( ) adalah besaran yang dicari, maka:
mn
2
( 𝜔 ) = (1 − ) ± 2𝜁 ƒ1 − 𝜁 2
2𝜁2
𝜔n
Jika ζ cukup kecil sehingga ζ << 1 dan mengabaikan bentuk ζ akan diperoleh:
2
( 𝜔)
𝜔n = 1 ± 2𝜁
Jika akar-akar persamaan ini adalah 𝜔1 dan 𝜔2, maka:
2
(𝜔2)
𝜔n = 1 + 2𝜁
2
(𝜔1)
𝜔n = 1 − 2𝜁
Jika persamaan yang diatas dikurangkan dengan persamaan yang dibawah, akan
sampailah kita pada bentuk:
𝜔 2 − 𝜔2 𝜔2 − 𝜔1
4𝜁 = 2 1
=2( )
𝜔12 𝜔n
Atau
𝜔2𝜔1
𝜁=
2𝜔n
BAB 3
ANALISIS DATA
3.1 Data Hasil Percobaan
No Putaran N
(rpm)
Beda
Fasa θ (°)
Amplitud
o X (mm)
ω(rad/s) ωn(rad/s) Mx/Me
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Redaman Terbuka
6.0000
5.0000
4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
3.3.2 Grafik Redaman Tertutup
6.0000
5.0000
4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran
4.1.1 Kesimpulan