Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
KELOMPOK 43
Fani Andreas (201810120311164)
Totok eko wahyudi (201810120311203)
Wahyudi indar prayoga (201810120311157)
M. wildan nur fahmi (201810120311166)
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435
LEMBAR ASISTENSI
Dosen Pembimbing,
Disusun Oleh:
Kelas : V/I
NIM : 201810120311164
Fakultas : Teknik
Disetujui Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………….…………….i
KATA PENGANTAR ……………….………………………………..………..ii
DAFTAR ISI ………………………….…………………………….….………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………..……...…………………….………..1
1.2 Tujuan Percobaan ……………………..………...…….………..2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
P=
( 48LEI )δ
3
1
Keq=
( 48LEL )
3
P = Gaya Sentrifugal
e = Jarak sumbu putar motor dengan lokasi tak balance
m= Masa tak balance
2 πn
ω= Frekuensi sudut ¿ rad / s
60
n = Putaran Motor
solusi stationer dari sistem ini adalah,
2
(ω)
M X ωn
=
√[
m e
][ ]
2 2 2
(ω) (ω)
1− + 2ζ
ωn ωn
Dan sudut phasanya adalah,
tan φ=
( ω )
ω
2ζ
n
√ (ω )
2
ω
1−
n
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Dengan mengambil model matematis pada gambar diatas, dianggap bahwa
tiap elemen dalam sistem menyatakan satu difat khusus, yaitu:
1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (Property of Inertia), bukan
elastisitas atau kehilangan energi
2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.
3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.
4
sepanjang satu
sumber koordinat.
Karakteristik mekanis dari pegas digambarkan antara besar gaya F s yang bekerja
pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y seperti terlihat pada gambar di bawah
yang menunjukkan secara grafik dari tiga jenis pegas yang berbeda.
5
F=ma
Dimana: F : Gaya yang bekerja pada partikel massa
a : Resultan Percepatan
persamaan dapat ditulis dalam bentuk ekivalen, dimana besaran komponennya
menurut sumbu koordinat x, y, dan z, yaitu:
Ʃ F x =m ax
Ʃ F y =ma y
Ʃ F z=m a z
Percepatan didefinisikan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap waktu,
yang berarti ketiga persamaan adalah persamaan differensial. Persaman Hukum
Newton dapat digunakan pada benda idealis seperti pertikel yang bermassa tetapi
tidak bervolume, tetapi juga dapat digunakan pada benda berdimensi yang bergerak.
Benda kaku yang bergerak pada sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak
(bidang x-z), sehingga mengakibatkan Hukum Newton perlu dimodifikasi menjadi
Ʃ F x =m(aG ) x
Ʃ F y =m( aG ) y
Ʃ M G =I G α
(a G ¿ ¿ x , (a G ¿ ¿ y : komponen percepatan sepanjan sumbu x dan y dari pusat
benda dibermassa G
α : Percepatan sudur
II G : Momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui pusat sumbu G
ƩM G : Jumlah momen gaya yang bekerja pada benda tertentu terhadap
sumbu smelalui pusat massa G yang tegak lurus pada bidang x-y
6
dipindahkan ke arah positif menurut koordinat y, yang memberikan gaya pada pegas
F ky s (asumsi pegas linier).
7
p P ∙ 12 EI ∙ l 3
k= =
δ P ∙ a3 ( l −a )2 (4 l−a)
3
12 EI ∙l
¿ 3
a ( l−a )2 (4 l−a)
ω=
√ k
m
8
√
3
12 EI ∙ l
ω n= 3 2
ma ( l−a ) (4 l−a)
Ʃ MA=0
iml 2 θ̈+k a2 θ=0 =>θ=X sin ω t
i(−ω ml 2 +k a2 ) X sin ωt=0 =>Ö=−ω2 X sin ω t
9
-ω 2 m l 2+ k a2=0
iω 2 m l 2=k a2
2 k a2
iω = 2
ml
Maka frekuensi pribadi sistem:
ω=
√ k a2
ml
2
10
Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita
mendapatkan persamaan:
m ẍ + c ẋ+ kx=0
Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman cukup
kecil sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti. Keadaan ini
disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling mendapatkan perhatian
dalam analisis vibrasi.
Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berisolasi,
kita mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis
ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam
Nilai koefisien redaman yang diperukan untuk mencapai titik redaman kritis
pada model massa-pegas-peredam adalah
c c +i 2 2 √ km
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah
yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman
sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik
redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah:
c
ζ=
2 √ km
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari
0.05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0.2-0.3. Solusi sistem
kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah
i n t cos( √ 1−ζ ωnt−o) , ωn =2 π f n
−ω 2
x ( t )= X e
Nilai X, amplitudo awal, dan o, ingsutan fase, ditentukan oleh panjang
regangan pegas. Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial
dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem teredam:
semakin besar nisbah redaman semakin cepat sistem teredam ke titik nol. Fungsi
kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi berbeda daripada
kasus tidak teredam.
11
Frekuensi dalam hal ini disebut “frekuensi alamiah teredam”, fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah teredam lewat rumus berikut
f d =√ 1−ζ 2 f n j
Frrekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah teredam,
namun untuk benyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya
perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan tak teredam
kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.
2.3 Sistem Penyerapan Redaman
Yang dimaksud dengan redaman adalah proses dimana terjadinya
pengurangan amplitudo dari suatu getaran akibat terdisipasinya energi akibat gesekan
dan hal lainnya. Untuk kasus dimana terdapat redaman, persamaan gerak untuk
sistem MDOF dengan kondisi getaran bebas adalah:
m ü +c u̇+ ku=0(2.1 .1)
Dimana c adalah konstanta redaman yang merupakan energi yang terdisipasi
pada suatu siklus getaran bebas ataupun getaran paksa yang harmonik. Kemudian
yang dimaksud dengan rasio redaman (ζ) adalah suatu nilai tidak berdimensi yang
bergantung pada properti fisik suatu sistem struktur(massa dan kekakuan) yaitu
perbandingan antara konstanta redaman dnegan konstanta redaman kritis (ζ=c/2mω)
N
u=∑ ¿1 ( t )= (t ) (2.1 .2)
r
12
pada sistem struktur. Jika C diagonal, maka sistem disebut dengan redaman klasik.
Apabila sebaliknya, maka disebut redaman non-klasik, dimana analisa modal klasik
tidak dapat digunakan dan sistem tidak memiliki nilai frekuensi natural dan mode
getar yang sama dengan sistem tanpa redaman. Untuk tipe redaman klasik, rasio
redaman mode n adalah:
ω2−ω1
ζ= (2.18)
2ω n
1
2.4 Metode Bandwitch / Daya/ Half Power Point/ Ketajaman Resonansi
2
Pertama-tama tentukan nilai X res dari grafik yang diperoleh dari pengukuran.
Kemudian bagi dengan √ 2 atau kalikan X res dengan 0.707. Tarik garis horizontal pada
grafik untuk nilai 0.707 X res ini. Ada dua titik hasil perpotongan garis ini dengan
kurva. Tarik garis vertikal dari kedua titik ini ke bawah, akan diperoleh nilai ω 1 dan
ω 2 diperoleh dengan menarik garis vertikal dari puncak kurva.
Nilai ζ diperoleh dari persamaan pendekan berikut:
ω2−ω1
ζ=
2ω n
Untuk memperoleh persamaan pendekatan ini, perhatikan persamaan respon tak
berdimensi getaran paksa S-DOF berikut:
Xk 1
=
[ ( ) ] [ ( )]
Fo ω
2
ω
2
1− + 2ζ
ωn ωn
ω
Amplitudo resonansi X res terjadi saat =1 sehingga persamaan diatas akan
ωn
menjadi:
Fo 1
X res=
k 2ζ
X res
Jika digantikan X = dan menguadratkan persamaan respon tak berdimensi di atas,
√2
akan diperoleh:
13
( )
1 1 2
=
1
√[ ( ) ] [ ( )]
2 2ζ 2 2
ω ω
1− + 2ζ
ωn ωn
( ) ( )
2
ω ω
−2 ( 1−2 ζ ) + ( 1−8 ζ ) =0
2 2
ωn ωn
( )
jika
ω 2
ωn
adalah besaran yang dicari, maka:
( )
ω 2 (
ωn
= 1−2 ζ ) ± 2 ζ √ 1−ζ
2 2
Jika ζ cukup kecil sehingga ζ << 1 dan mengabaikan bentuk ζ akan diperoleh:
( )
2
ω
=1± 2 ζ
ωn
( )
2
ω2
=1+2 ζ
ωn
( )
ω1 2
ωn
=1−2 ζ
Jika persamaan yang diatas dikurangkan dengan persamaan yang dibawah, akan
sampailah kita pada bentuk:
( )
2 2
ω 2−ω 1 ω2−ω 1
4 ζ= 2
=2
ω 1
ωn
Atau
ω2 ω1
ζ=
2ω n
14
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
15
Gambar 3.1 Alat uji Getaran
Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan ini adalah pengujian yang
dilakukan hanya dengan mengamati hasil eksekusi melalui panel pengatur putaran
motor eksitator yang dilengkapi kontrol tegangan dan putaran motor. Serta dilengkapi
dengan alat ukur Mikrometer yang digunakan untuk mengukur amplitudo, dan massa
tak seimbang. Massa tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Keterangan Gambar :
16
1. Motor Listrik dengan Massa tak seimbang
2. Massa
3. Tumpuan Rol
4. Mikrometer
5. Peredam
6. Braket Pegas
7. Batang Balok Lendut
8. Tumpuan Engsel
9. Tachometer
10. Kontrol Motor
11. Braket Pegas
Kerangka utama.
Struktur balok lentur yang ditumpu engsel dan diberi pegas pada ujungnya.
Dimensi Batang (100 cm x 3 cm x 0.81 cm).
Massa terkonsentrasi M.
Motor listrik sebagai eksitator dengan massa yang tidak seimbang besarnya.
Peredam getaran c.
Mikrometer untuk mengukur getaran amplitude A.
Stroboscope untuk mengukur putaran motor listrik.
Pengatur motor listrik (eksitator).
17
BAB IV
ANALISIS DATA
18
9 2600 0,23
10 2820 0,26
11 3000 0,29
12 3260 0,23
Momen Inersia :
3
b ∙h 3 ( 0,03 m ) ∙( 0,0081m )
I¿ = =1,3286 x 10 -9 m4
12 12
48 ∙ E ∙ I
Keg =
( L)3
= 48 ∙ ¿ ¿
Frekuensi Natural :
Frekuensi Natural ( Wn )
ω n=
√ √
Keg
M
=
4.974,2784 N /m = 32, 0485 rad/s
4,843 Kg
19
Percobaan Data No. 1
o Rasio Frekuensi
ω 1 80,8026
r 1= = =2,5212
ω n 32,0485
o Rasio Redaman ( ζ )
ω1−¿ω 32,0485−80,8026
ζ= n
= =−0,7606 ¿
2 ∙ ωn 2 ∙32,0485
o Faktor Redaman :
Mx
=¿ ¿
me
Mx 6,3567
=¿ =1,4574
me 4,3614
20
- Amplitudo X = 0,20 mm
o Rasio Frekuensi
ω 2 100,48
r 2= = =3,1352
ω n 32,0485
o Rasio Redaman ( ζ )
ωn−¿ ω 32,0485−100,48
ζ= 2
= =−1,0676 ¿
2∙ ωn 2 ∙32,0485
o Faktor Redaman :
Mx
=¿ ¿
me
Mx 9,8297
=¿ =1,1302
me 8,6968
N ω (rad/s) R ζ C ωn Mx/Me
o
1 80,8026 2,5212 - 0,7606 - 8,6117 32, 0485 1,4574
2 100,48 3,1352 - 1,0676 - 32, 0485 1,1302
12,0876
3 112,226 3,6577 - 1,3788 - 32, 0485 1,11170
21
15,0454
4 139,206 4,3436 - 2,5142 - 32, 0485 1,2545
28,4664
5 159,8023 4,9862 - 1,9931 - 32, 0485 2,4325
22,5664
6 188,4 5,8785 - 2,4393 - 32, 0485 1,1167
27,6184
7 209,3 6,5307 - 2,7653 - 32, 0485 1,1016
31,3094
8 247,3 7,7164 - 3,3582 - 32, 0485 1,0821
38,0224
9 272,2 8,4933 - 3,7466 - 32, 0485 1,0729
42,4200
10 295,3 9,2141 - 4,7010 - 32, 0485 1,0174
46,5006
11 314,1 9,8007 - 4,4003 - 32, 0485 1,0613
49,8214
12 341,3 10,6494 - 4,8247 - 32, 0485 1,0556
54,6266
mx/me
3
2.5
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
22
BAB V
23
DAFTAR PUSTAKA
http://ariyanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/61660/diktat-getaran-
mekanik.pdf
24