Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

Dosen Pembimbing:

Ir. Trihono Sewoyo, MT.

Disusun oleh:
KELOMPOK 43
Fani Andreas (201810120311164)
Totok eko wahyudi (201810120311203)
Wahyudi indar prayoga (201810120311157)
M. wildan nur fahmi (201810120311166)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020/2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435

LEMBAR ASISTENSI

No Tanggal Catatan Asistensi Ket/Paraf

Malang, 10 Januari 2021

Dosen Pembimbing,

(Ir. Trihono Sewoyo, MT.)


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

Disusun Oleh:

Nama : Totok Eko Wahyudi

Kelas : V/I

NIM : 201810120311164

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Mesin

Berdasarkan hasil Praktikum Fenomena Dasar Mesin yang telah


dilaksanakan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas
Muhammadiyah Malang.

Disetujui Oleh:

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing

Fenomena Dasar Mesin

(Ir. Herry Suprianto, MT.) (Ir. Trihono Sewoyo, MT.)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT


y a n g t e l a h memberikan segenap kenikmatan-Nya sehingga penulis
bisa menyelesaikanl a p o r a n g e t a r a n b e b a s i n i . P e n u l i s a n l a p o r a n
i n i d i l a k u k a n d a l a m r a n g k a memenuhi salah satu syarat mata kuliah
fenomena dasar.

Pratikum fenomena dasar khususnya getaran bebas merupakan


matakuliah yang mendukung untuk menganalisis getaran yang terjadi
pada mesin-m e s i n y a n g b i a s a n y a m e n i m b u l k a n e f e k y a n g t i d a k
d i k e h e n d a k i , s e p e r t i ketidaknyamanan, ketidaktepatan dalam pengukuran
atau rusaknya struktur mesin.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari


berbagai pihak, dari awal praktikum sampai pada penulisan laporan ini,
sangatlah sulit bagipenulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pembimbing, kedua orangtua yang
selalu menyemangati dan mendukung s ecara finans ial, as is ten
laboratorium s erta teman- teman s atu kelompok.

Demikian laporan ini ditulis penulis semoga laporan ini dapat


bermanfaatb a g i p e m b a c a d a n l a p o r a n i n i m a s i h j a u h d a r i k a t a
sempurna. P e n u l i s mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dan terciptanya laporan selanjutnya yang lebih baik lagi

Malang, 10 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………….…………….i
KATA PENGANTAR ……………….………………………………..………..ii
DAFTAR ISI ………………………….…………………………….….………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………..……...…………………….………..1
1.2 Tujuan Percobaan ……………………..………...…….………..2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof ) ………………….……......3


2.2 Sistem Tak Teredam (Undamped System) …………….…….…4
2.2.1 Hukum Gerak Newton ………………………....…..…………...5
2.2.2 Diagram benda Bebas ………………………………...…..….…6
2.2.3 Getaran Bebas Dengan Redaman ……………………………....10
2.3 Sistem Penyerapan Redaman …………………………………..12
1
2.4 Metode Bandwitch / Daya/ Half Power Point/ Ketajaman
2
Resonansi …………………………………………………….…13
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Metode Pengujian ………………………………………....….…15
3.2 Peralatan Pengujian……………………………………………...16
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Data Hasil Percobaan ……………………………………….......18
4.1.1 Data Hasil Pengujian Paksa ……………………………….....….18
4.2 Perhitungan Data ……………………………………....…….….19
4.2.1 Analisis Data Pengujian Getaran Pengujian Paksa ……………..19
4.3 Grafik Getaran Paksa …………………………………………...19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………...20
5.2 Saran …………………………………………………………….20
DAFTER PUSTAKA ………………………………………………………...…21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Getaran paksa terjadi jika sistem berisolasi karena rangsangan gaya luar, jika
rangsangan tersebut terisolasi, maka system dipaksa untuk bergetar pada frekuensi
rangsangan. Apabila frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural
system, maka akan didapat resonansi dan isolasi besar yang membahayakan.
Frekuensi itu sendiri merupakan satu kali gerak bolak-balik penuh, sedangkan waktu
yang diperlukan untuk menempuh satu kali getaran disebut Periode. Selain itu ada
juga yang disebut Amplitudo, yang merupakan jarak terjauh simpangan dari titik
kesetimbangan.
Semua sistem yang bergetar, mengalami redaman sampai derajat tertentu
karena energi didisipasi oleh gerakan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil, maka
pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem dan perhitungan frekuensi
natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman, sebaliknya redaman
adalah hal penting sekali untuk membatasi amplitudoisasi pada waktu tertentu.
Bila suatu sistem membutuhkan satu koordinat untuk menggambarkan
gerakannya, maka sistem dikatakan mempunyai satu derajat kebebasan. Suatu sistem
dengan derajat kebebasan akan mempunyai satu frekuensi natural.
Motor dengan piringan tak seimbang (balance) yang diletakkan pada batang
ditumpu sederhana dapat diekivalenkan dengan sistem masa pegas satu derajat
kebebasan (S-DOT).
Dengan hal ini Keq diperoleh dari tabel defleksi, untuk sistem pin-rool belum
ditengah-tengah, diperoleh hubungan :

P=
( 48LEI )δ
3

Dengan mengingat Hukum Hooke, maka :

1
Keq=
( 48LEL )
3

Sedangkan Meq adalah masa motor


2
P=m∙ e ∙ ω

P = Gaya Sentrifugal
e = Jarak sumbu putar motor dengan lokasi tak balance
m= Masa tak balance
2 πn
ω= Frekuensi sudut ¿ rad / s
60
n = Putaran Motor
solusi stationer dari sistem ini adalah,
2
(ω)
M X ωn
=

√[
m e
][ ]
2 2 2
(ω) (ω)
1− + 2ζ
ωn ωn
Dan sudut phasanya adalah,

tan φ=
( ω )
ω

n

√ (ω )
2
ω
1−
n

1.2 Tujuan Percobaan


Percobaan getaran paksa bertujuan untuk:
 Mengukur fungsi perbesaran dan beda phasa jawab untuk berbagai frekuensi
eksitasi dan beberapa harga rasio redaman.
 Menghitung karakteristik dinamis dan getaran bebas derajat kebebasan yaitu
frekuensi pribadi Wn dan faktor redaman.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem 1 Derajat Kebebasan (1 dof)


Sistem Satu Derajat Kebebasan suatu system getaran mendapat pengaruh gaya
dari luar, system tersebut akan dipaksa bergetar dan terjadi gerak osilasi dan bila pada
system tersebut terjadi redaman, maka system getaran tersebut dinamakan getaran
paksa teredam (Damped Forced Vibration) (Sewoyo, 2004)
Jika ada bagian dari gerakan yang menghilang seiring bertambahnya waktu,
bagian tersebut dinamakan respon transien, sedangkan gerak yang masih terus terjadi
disebut respon stasioner (Steady State). Untuk nilai respon transien dieperoleh dari
kondisi awal system tersebut. Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu, getaran
bebas dan getaran paksa. System yang bergetar dengan satu frekuensi naturalnya
disebut dengan Sistem Satu Derajat Kebebasan, sedangkan sistem yang bergetar
dengan dua frekuensi naturalnya disebut Sistem dengan Dua Derajat Kebebasan.
Bila suatu sistem membutuhkan koordinat untuk menggambarkan gerakannya.
Maka sistem mempunyai Satu Derajat Kebebasan, suatau sistem dengan Satu Derajat
Kebebasan akan mempunyai frekuensi natural.
Sistem Derajat Kebebasan Tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat dengaan
model matematis seperti pada dibawah ini, dimana memiliki elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Elemen Massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.
2. Elemen Pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (Elastic Restoring force)
3. Elemen Redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari
struktur
4. Gaya Pengaruh ( F t), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem struktur

3
Dengan mengambil model matematis pada gambar diatas, dianggap bahwa
tiap elemen dalam sistem menyatakan satu difat khusus, yaitu:
1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (Property of Inertia), bukan
elastisitas atau kehilangan energi
2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.
3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.

2.2 Sistem Tak Teredam (Undamped System)


Analisis sistem dasar yang sederhana dalam pembahasan dinamika struktur
adalah Sistem Derajat Kebebasan Tunggal, dimana gaya geseran atau redaman
diabaikan dan sebagai tambahan, akan ditinjau sistem yang bebas dari gaya aksi gaya
luar selama bergerak atau bergetar. Pada keadaan ini, sistem tersebut hanya
dikendalikan oleh pengaruh atau kondisi yang dinamakan kondisi awal (initial
conditions), yaitu perpindahan yang diberikan dalam kecepatan pada saat t=0, pada
saat pembahasan dimulai. Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam sering
dihubungkan dengan osilator sederhana tak teredam (simple undamped oscillator)
yang selalu disajikan seperti gambar sebagai bentuk yang mirip dengan yang di atas.

Kedua gambar tersebut merupakan model matematis secara dinamis ekivalen


dan hanya tergantung pada pilihan perorangan saja dalam penggunaannya. Pada
model ini massa (m) dihambat oleh pegas (k) dan bergerak menurut garis lurus

4
sepanjang satu
sumber koordinat.

Karakteristik mekanis dari pegas digambarkan antara besar gaya F s yang bekerja
pada ujung pegas dengan hasil perpindahan y seperti terlihat pada gambar di bawah
yang menunjukkan secara grafik dari tiga jenis pegas yang berbeda.

Berdasarkan gambar diatas, karakteristik lenhkungan (a) menyatakan sifat


dari pegas kuat (hard spring), dimana gaya harus memberikan pengaruh lebih besar
untuk suatu perpindahan yang disyaratkan sering dengan terdeformasinya pegas.
Sedangkan, karakterisitik lengkungan (b), memyatakan sifat pegas linear, karena
deformasinya selaras (proportional) dengan gaya dan gambar grafisnya mempunyai
karakteristik garis lurus. Konstanta keselarasan antara gaya dan perpindahan dari
pegas linear disebut konstanta pegas (spring constant), yang biasa dinyatakan dengan
“k”, sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara gaya dan perpindahan
pegas linier adalah sebagai berikut:
F 3=ky
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar disebut pegas lemah,
dimana pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung mengecil pada
saat deformasi pegas menjadi makin besar.

2.2.1 Hukum Gerak Newton


Hubungan analitis antara perpindahan (y) dan waktu (t), diberikan oleh Hukum
Newton kedua untuk gerak sebagai berikut:

5
F=ma
Dimana: F : Gaya yang bekerja pada partikel massa
a : Resultan Percepatan
persamaan dapat ditulis dalam bentuk ekivalen, dimana besaran komponennya
menurut sumbu koordinat x, y, dan z, yaitu:
Ʃ F x =m ax
Ʃ F y =ma y
Ʃ F z=m a z
Percepatan didefinisikan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap waktu,
yang berarti ketiga persamaan adalah persamaan differensial. Persaman Hukum
Newton dapat digunakan pada benda idealis seperti pertikel yang bermassa tetapi
tidak bervolume, tetapi juga dapat digunakan pada benda berdimensi yang bergerak.
Benda kaku yang bergerak pada sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak
(bidang x-z), sehingga mengakibatkan Hukum Newton perlu dimodifikasi menjadi
Ʃ F x =m(aG ) x
Ʃ F y =m( aG ) y
Ʃ M G =I G α
(a G ¿ ¿ x , (a G ¿ ¿ y : komponen percepatan sepanjan sumbu x dan y dari pusat
benda dibermassa G
α : Percepatan sudur
II G : Momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui pusat sumbu G
ƩM G : Jumlah momen gaya yang bekerja pada benda tertentu terhadap
sumbu smelalui pusat massa G yang tegak lurus pada bidang x-y

2.2.2 Diagram benda Bebas


Diagram Free Body adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan dari
benda lainnya dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Pada Gambar
V.6(b). Mengilustrasikan Diagram Benda Bebas dari massa osilator (m) yang

6
dipindahkan ke arah positif menurut koordinat y, yang memberikan gaya pada pegas
F ky s (asumsi pegas linier).

Berat dari mg dan reaksi normal N dari permukaan penunjang diperlihatkan


juga untuk pelengkap meskipun gaya-gaya ini bekerja pada arah vertikal dan tidak
termasuk dalam persamaan gerak yang ditulis menurut arah y. Penggunaan Hukum
Gerak Newton memberikan
−ky =m ÿ
Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus dan
percepatan dinyatakan oleh ∙∙ pada notasi ini, dua titik diatas menyatakan turunan
kedua terhadap waktu dan satu titik menyatakan turunan pertama terhadap waktu,
yaitu kecepatan.
Contoh : Sistem Massa balok

Lendutan pada massa m adalah


3 2
Pa ( I−a )
δ= (4 l−a)
12∙ EI ∙ l3

7
p P ∙ 12 EI ∙ l 3
k= =
δ P ∙ a3 ( l −a )2 (4 l−a)
3
12 EI ∙l
¿ 3
a ( l−a )2 (4 l−a)

Diagram benda bebas dari sistem adalah:

Dari persamaan kesetimbangan pada DBB diperoleh:


Ʃ F y =0
m ẍ + kx=0
Misal jawab sistem adalah:
x=X sin ω t
ẋ=ωX cos ω t
2
ẍ=−ω X sin ω t
Apabila disubtitusikan ke PDG diperoleh:
2
−m ω x+ kx=0

ω=
√ k
m

8

3
12 EI ∙ l
ω n= 3 2
ma ( l−a ) (4 l−a)

Contoh: Sistem Massa Pegas

Ʃ MA=0
iml 2 θ̈+k a2 θ=0 =>θ=X sin ω t
i(−ω ml 2 +k a2 ) X sin ωt=0 =>Ö=−ω2 X sin ω t

9
-ω 2 m l 2+ k a2=0
iω 2 m l 2=k a2
2 k a2
iω = 2
ml
Maka frekuensi pribadi sistem:

ω=
√ k a2
ml
2

2.2.3 Getaran Bebas Dengan Redaman

Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada


massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila bergerak dalam
fluida benda akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya akibat
kekentalan ini sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat kekentalan
(viscositas) c ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N s/m (SI)
dx
F d=−cx=−c ẋ=−c
dt

10
Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita
mendapatkan persamaan:
m ẍ + c ẋ+ kx=0
Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman cukup
kecil sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti. Keadaan ini
disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling mendapatkan perhatian
dalam analisis vibrasi.
Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berisolasi,
kita mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis
ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam
Nilai koefisien redaman yang diperukan untuk mencapai titik redaman kritis
pada model massa-pegas-peredam adalah
c c +i 2 2 √ km
Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah
yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman
sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik
redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah:
c
ζ=
2 √ km
Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari
0.05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0.2-0.3. Solusi sistem
kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah
i n t cos( √ 1−ζ ωnt−o) , ωn =2 π f n
−ω 2
x ( t )= X e
Nilai X, amplitudo awal, dan o, ingsutan fase, ditentukan oleh panjang
regangan pegas. Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial
dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem teredam:
semakin besar nisbah redaman semakin cepat sistem teredam ke titik nol. Fungsi
kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi berbeda daripada
kasus tidak teredam.

11
Frekuensi dalam hal ini disebut “frekuensi alamiah teredam”, fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah teredam lewat rumus berikut
f d =√ 1−ζ 2 f n j
Frrekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah teredam,
namun untuk benyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya
perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan tak teredam
kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.
2.3 Sistem Penyerapan Redaman
Yang dimaksud dengan redaman adalah proses dimana terjadinya
pengurangan amplitudo dari suatu getaran akibat terdisipasinya energi akibat gesekan
dan hal lainnya. Untuk kasus dimana terdapat redaman, persamaan gerak untuk
sistem MDOF dengan kondisi getaran bebas adalah:
m ü +c u̇+ ku=0(2.1 .1)
Dimana c adalah konstanta redaman yang merupakan energi yang terdisipasi
pada suatu siklus getaran bebas ataupun getaran paksa yang harmonik. Kemudian
yang dimaksud dengan rasio redaman (ζ) adalah suatu nilai tidak berdimensi yang
bergantung pada properti fisik suatu sistem struktur(massa dan kekakuan) yaitu
perbandingan antara konstanta redaman dnegan konstanta redaman kritis (ζ=c/2mω)
N
u=∑ ¿1 ( t )= (t ) (2.1 .2)
r

Memasukkan persamaan (2.1.2) ke persamaan (2.1.1), maka:


mϕ q̈ +cϕ q̇+kϕq=0(2.1 .3)
Dengan mengalikan ϕ t pada bagian kiri dari tiap penyusun persamaan (2.1.3), maka:
m q̈+c q̇+ kq=0(2.1 .4)
Dimana:
C=ϕTcϕ (2.1 .5)
M =ϕTmϕ(2.1 .6)
K=ϕTkϕ (2.1 .7)
C adalah matriks redaman n × n, yang mana dapat tidak terbentuk diagonal
seperti halnya matriks massa dan matriks kekakuan sesuai dengan distribusi redaman

12
pada sistem struktur. Jika C diagonal, maka sistem disebut dengan redaman klasik.
Apabila sebaliknya, maka disebut redaman non-klasik, dimana analisa modal klasik
tidak dapat digunakan dan sistem tidak memiliki nilai frekuensi natural dan mode
getar yang sama dengan sistem tanpa redaman. Untuk tipe redaman klasik, rasio
redaman mode n adalah:
ω2−ω1
ζ= (2.18)
2ω n

1
2.4 Metode Bandwitch / Daya/ Half Power Point/ Ketajaman Resonansi
2
Pertama-tama tentukan nilai X res dari grafik yang diperoleh dari pengukuran.
Kemudian bagi dengan √ 2 atau kalikan X res dengan 0.707. Tarik garis horizontal pada
grafik untuk nilai 0.707 X res ini. Ada dua titik hasil perpotongan garis ini dengan
kurva. Tarik garis vertikal dari kedua titik ini ke bawah, akan diperoleh nilai ω 1 dan
ω 2 diperoleh dengan menarik garis vertikal dari puncak kurva.
Nilai ζ diperoleh dari persamaan pendekan berikut:
ω2−ω1
ζ=
2ω n
Untuk memperoleh persamaan pendekatan ini, perhatikan persamaan respon tak
berdimensi getaran paksa S-DOF berikut:
Xk 1
=

[ ( ) ] [ ( )]
Fo ω
2
ω
2

1− + 2ζ
ωn ωn

ω
Amplitudo resonansi X res terjadi saat =1 sehingga persamaan diatas akan
ωn
menjadi:
Fo 1
X res=
k 2ζ
X res
Jika digantikan X = dan menguadratkan persamaan respon tak berdimensi di atas,
√2
akan diperoleh:

13
( )
1 1 2
=
1

√[ ( ) ] [ ( )]
2 2ζ 2 2
ω ω
1− + 2ζ
ωn ωn

Persamaan ini dapat dibentuk menjadi:

( ) ( )
2
ω ω
−2 ( 1−2 ζ ) + ( 1−8 ζ ) =0
2 2
ωn ωn

( )
jika
ω 2
ωn
adalah besaran yang dicari, maka:

( )
ω 2 (
ωn
= 1−2 ζ ) ± 2 ζ √ 1−ζ
2 2

Jika ζ cukup kecil sehingga ζ << 1 dan mengabaikan bentuk ζ akan diperoleh:

( )
2
ω
=1± 2 ζ
ωn

Jika akar-akar persamaan ini adalah ω 1 dan ω 2, maka:

( )
2
ω2
=1+2 ζ
ωn

( )
ω1 2
ωn
=1−2 ζ

Jika persamaan yang diatas dikurangkan dengan persamaan yang dibawah, akan
sampailah kita pada bentuk:

( )
2 2
ω 2−ω 1 ω2−ω 1
4 ζ= 2
=2
ω 1
ωn

Atau
ω2 ω1
ζ=
2ω n

14
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Metode Pengujian


Pada pengujian ini, metode pengujian yang akan digunakan untuk mengetahui
getaran mekanik ini adalah serangkaian alat yang sudah di desain sedemikian rupa,
bisa disebut dengan Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan.

15
Gambar 3.1 Alat uji Getaran

Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan ini adalah pengujian yang
dilakukan hanya dengan mengamati hasil eksekusi melalui panel pengatur putaran
motor eksitator yang dilengkapi kontrol tegangan dan putaran motor. Serta dilengkapi
dengan alat ukur Mikrometer yang digunakan untuk mengukur amplitudo, dan massa
tak seimbang. Massa tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

3.2 Peralatan Pengujian

Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam pengujian getaran.

Gambar 3.2 Peralatan Percobaan Getaran Satu Derajat Kebebasan

Keterangan Gambar :

16
1. Motor Listrik dengan Massa tak seimbang
2. Massa
3. Tumpuan Rol
4. Mikrometer
5. Peredam
6. Braket Pegas
7. Batang Balok Lendut
8. Tumpuan Engsel
9. Tachometer
10. Kontrol Motor
11. Braket Pegas

Bagian utama dari peralatan terdiri atas :

 Kerangka utama.
 Struktur balok lentur yang ditumpu engsel dan diberi pegas pada ujungnya.
 Dimensi Batang (100 cm x 3 cm x 0.81 cm).
 Massa terkonsentrasi M.
 Motor listrik sebagai eksitator dengan massa yang tidak seimbang besarnya.
 Peredam getaran c.
 Mikrometer untuk mengukur getaran amplitude A.
 Stroboscope untuk mengukur putaran motor listrik.
 Pengatur motor listrik (eksitator).

17
BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Data Hasil Percobaan

4.1.1 Data Hasil Pengujian Paksa

No Putaran N (RPM) Amplitudo X (mm)


1 772 0,20
2 960 0,21
3 1120 0,24
4 1330 0,19
5 1526 0,22
6 1800 0,23
7 2000 0,23
8 2360 0,24

18
9 2600 0,23
10 2820 0,26
11 3000 0,29
12 3260 0,23

o Perhitungan Data Praktikum


 Frekuensi Natural (Wn)
 Panjang Batang Uji (L) = 100 cm => 1 m
 Tinggi Batang Uji (h) = 0,81 cm => 0,0081 m
 Lebar Batang Uji (b) = 3 cm => 0,03 m
 Massa Total ( M ) = 4,843 kg
 Modulus Young (ε ) = 78 x 10 9 N/m

4.2 Perhitungan Data

4.2.1 Analisis Data Pengujian Getaran Paksa

Momen Inersia :
3
b ∙h 3 ( 0,03 m ) ∙( 0,0081m )
I¿ = =1,3286 x 10 -9 m4
12 12

Konstanta Pegas Eqivalen :

48 ∙ E ∙ I
Keg =
( L)3

= 48 ∙ ¿ ¿

Frekuensi Natural :

 Frekuensi Natural ( Wn )

ω n=
√ √
Keg
M
=
4.974,2784 N /m = 32, 0485 rad/s
4,843 Kg

19
Percobaan Data No. 1

- Putaran N1 = 772 Rpm


- Amplitudo X = 0,20 mm

2 ∙ π ∙ N 1 2 ∙3.14 ∙772 rad


ω 1= = =80,8026
60 60 s

o Rasio Frekuensi

ω 1 80,8026
r 1= = =2,5212
ω n 32,0485

o Rasio Redaman ( ζ )

ω1−¿ω 32,0485−80,8026
ζ= n
= =−0,7606 ¿
2 ∙ ωn 2 ∙32,0485

o Faktor Redaman :

C = ζ ∙ 2 √ω n = −0,7606 ∙ 2 √ 32,0485 = −8,117


Mx
=¿ ¿
me

Mx
=¿ ¿
me

Mx 6,3567
=¿ =1,4574
me 4,3614

Percobaan Data No. 2

- Putaran N1 = 960 Rpm

20
- Amplitudo X = 0,20 mm

2∙ π ∙ N 2 2 ∙ 3.14 ∙960 rad


ω 2= = =100,48
60 60 s

o Rasio Frekuensi

ω 2 100,48
r 2= = =3,1352
ω n 32,0485

o Rasio Redaman ( ζ )

ωn−¿ ω 32,0485−100,48
ζ= 2
= =−1,0676 ¿
2∙ ωn 2 ∙32,0485

o Faktor Redaman :

C = ζ ∙ 2 √ω n = −1,0676 ∙ 2 √ 32,0485 = −12,0876


Mx
=¿ ¿
me

Mx
=¿ ¿
me

Mx 9,8297
=¿ =1,1302
me 8,6968

N ω (rad/s) R ζ C ωn Mx/Me
o
1 80,8026 2,5212 - 0,7606 - 8,6117 32, 0485 1,4574
2 100,48 3,1352 - 1,0676 - 32, 0485 1,1302
12,0876
3 112,226 3,6577 - 1,3788 - 32, 0485 1,11170

21
15,0454
4 139,206 4,3436 - 2,5142 - 32, 0485 1,2545
28,4664
5 159,8023 4,9862 - 1,9931 - 32, 0485 2,4325
22,5664
6 188,4 5,8785 - 2,4393 - 32, 0485 1,1167
27,6184
7 209,3 6,5307 - 2,7653 - 32, 0485 1,1016
31,3094
8 247,3 7,7164 - 3,3582 - 32, 0485 1,0821
38,0224
9 272,2 8,4933 - 3,7466 - 32, 0485 1,0729
42,4200
10 295,3 9,2141 - 4,7010 - 32, 0485 1,0174
46,5006
11 314,1 9,8007 - 4,4003 - 32, 0485 1,0613
49,8214
12 341,3 10,6494 - 4,8247 - 32, 0485 1,0556
54,6266

4.3 Grafik Getaran Paksa

mx/me
3

2.5

1.5

0.5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

22
BAB V

KESIPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
 Putaran berbanding lurus dengan Amplitudo. Semakin besar putaran
pada suatu benda maka Amplitudo juga semakin besar.
 Putaran dan Amplitudo berbanding lurus dengan frekuensi pribadi,
semakin besar putaran dan amlpitudo maka semakin besar pula dengan
frekuensi pribadi.
 Putaran dan Amplitudo berbanding terbalik, semakin besar putaran
dan amlpitudo maka semakin kecil factor redamannya.
5.2. Saran
 Pada alat percobaan terdapat alat control motor yang sangat sulit untuk
distabilkan, mengakibatkan pengambilan data yang kurang akurat.
Untuk itu kami memohon kepada Laboratorium Mesin UMM agar
segera diperbaik.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://ariyanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/61660/diktat-getaran-
mekanik.pdf

Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin

24

Anda mungkin juga menyukai