Anda di halaman 1dari 32

A.

SUB TOPIK : PENGUKURAN LANGSUNG

B. TUJUAN :
Pengukuran adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kecermatan
sehingga setelah mahasiswa selesai melakukan praktik pengukuran langsung maka
mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menggunakan alat ukur mistar ingsut: Mistar ingsut nonius kecermatan 0.05 mm
& 0.02 mm, mistar ingsut jam (dial caliper) kecermatan 0.05 mm dan ingsut
digital kecermatan 0.01 mm dengan baik dan benar
2. Menggunakan alat ukur mikrometer: Mikrometer luar (outside micrometer
caliper) kecermatan 0.01 mm & 0.001 mm, mikrometer dalam (inside
micrometer caliper) kecermatan 0.01 mm, mikrometer alur (Groover
Micrometer) kecermatan 0.01 mm, mikrometer kedalaman (depth micrometer)
kecermatan 0.01 mm dan mikrometer digital kecermatan 0.001 dengan baik dan
benar
3. Menggunakan alat ukur busur bilah (Bevel Protractor) kecermatan 5 menit
dengan baik dan benar.
4. Menganalisa suatu persoalan pengukuran, menentukan cara pengukuran sesuai
dengan tingkatan kecermatan yang dikehendaki, memilih alat ukur yang sesuai
dan kemudian melaksanakan pengukuran.
5. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan pengukuran dari hasil
pengukuran yang telah dilakukan.
C. TEORI DASAR
C.1. Pengukuran Langsung

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.


Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang
langsung dibaca pada skala yang telah dikalibrasi yang terdapat pada alat ukur
tersebut. Berikut contoh alat ukur langsung dengan menggunakan mikcrometer
(gambar C1).

Gambar C1. Pengukuran Langsung Dengan Mikrometer

Pada praktikum pengukuran langsung ini akan digunakan beberapa macam alat ukur
yang akan dijelaskan secara singkat dibawah ini.
1. Pengukuran dengan Mistar Ingsut (Vernier Caliper)
Mistar Ingsut adalah salah satu jenis alat ukur langsung yang bisa digunakan
untuk mengukur bagian luar, diameter lubang ,jarak celah dan ukuran kedalaman
lubang. Bagian-bagian mistar ingsut sebagai berikut:
1. Kunci peluncur 6. Penggerak halus
2. Kunci penggerak halus 7. Peluncur
3. Skala utama 8. Sensor (rahang gerak)
4. Batang 9. Rahang tetap
5. Lidah pengukur kedalaman 10. Nonius

Gambar berikut menunjukkan cara pembacaan hasil pengukuran dengan


mennggunakan mistar ingsut 1/20 mm dan 1/50 mm.

a. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan mistar ingsut


ketelitian 1/20 mm (0,05 mm) adalah:
Gambar C2. Mistar Ingsut ketelitian 1/20 mm

Skala Utama = 29 mm dan Skala nonius = 17 x 0,05 mm = 0,85 mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong diatas adalah 29 + 0,85 = 29 , 85 mm.

b. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan jangka sorong


ketelitian 1/50 mm (0,02 mm) adalah:

Gambar C3. Mistar Ingsut ketelitian 1/50 mm

Skala Utama = 18 mm dan Skala nonius = 12x 0,02 mm = 0,24 mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong diatas adalah 18 + 0,44 = 18, 24 mm.

2. Pengukuran dengan Mikormeter (Micrometer)


Mikrometer adalah alat ukur yang sangat presisi. Beberapa jenis
mikrometer dan bagian-bagiannya akan dijelaskan berikut ini:
a. Mikrometer Luar (Outside micrometer)
Digunakan untuk mengukur ukuran luar benda Didalam batang
terdapat poros (spindel) berulir sangat presisi. Jarak puncak ulir adalah 0,5 mm,
spindel dan sarung memutar bersama. Jadi satu putaran pada sarung pengukur
akan menggerakkan batang ukur 0,5 mm, dan karena skala pada sarung
mempunyai 50 bagian ketelitiannya 0,5 : 50 (0,01 mm), maka bila sarung
pengukur digerakkan satu skala batang akan maju 0,01 mm. Mikrometer luar
juga ada skala nonius maupun digital dengan kecermatan 1/1000 (0.001 mm).
Gambar C4 Mikrometer Luar
b. Mikrometer Dalam (Inside Mikrometer)
Digunakan untuk mengukur diameter dalam misalnya diameter lubang.
Kecermatan mikrometer dalam bermacam-macam tergantung mikrometer
yang digunakan misalnya 0,01 dan 0,001.

Gambar C5 Mikrometer Dalam


c. Mikrometer Alur (Groove Micrometer)
Digunakan untuk mengukur ukuran luar dan dalam, misalnya lebar
alur, posisi alur, lebar tonjolan.

Gambar C6 Mikrometer Alur


d. Mikrometer Kedalaman (Depth Micrometer)
Digunakan untuk mengukur kedalaman atau ketinggian bagian
bertingkat. Batang ukur dari mikrometer ini bisa diganti untuk mengubah
kapasitas ukur.
Gambar C7 Mikrometer Kedalaman
e. Pembacaan skala utama dan nonius mikrometer.
Gambar berikut menunjukkan pembacaan skala utama dan skala
nonius pada mikrometer nonius dengan kecermatan 0.01 mm dan 0.001 mm.

Cara Pembacaan :
1 skala putar = 1/100 mm dan 1 skala nonius = 1/1000 mm.
. Pada Skala utama terbaca = 12,5 mm.
Pada Skala putar terbaca = 17/100 mm = 0,17 mm. Pada Skala
Nonius terbaca = 5/1000 mm = 0,005 mm. Maka Hasil
pengukuran micrometer tersebut adalah :
= 12,5 + 0,17 + 0,005 = 12,675 mm
Gambar C8 Pembacaan skala utama dan nonius Mikrometer
3. Pengukuran dengan Busur Bilah (Bevel Protractor)
Busur bilah adalah alat ukur sudut antara dua permukaan benda ukur
dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat. Bagian-bagian uatama dari
busur bilah ini bisa dilihat pada gambar. Dalam penggunaannya, bila diputar
berlawanan arah jarum jam (BJJ) maka digunakan skala nonius kanan dan sudut
yang terbaca adalah dari bilah utama kepelat dasar kebalikan jarum jam.
Sedangkan bila diputar searah jarum jam (SJJ) maka digunakan skala nonius kiri
dan sudut yang terbaca adalah dari bilah utama kepelat dasar, searah jarum jam
(Lihat gambar)

Gambar C9. Pembacaan Busur Bilah


4. Pengertian Nonius
Nonius adalah pembagian skala yang tidak seirama dengan pembagian
skala normal (seperti dalam skala mm). Nonius dibuat sedemikian rupa sehingga
letaknya berhadap-hadapan dengan skala normal. Misalnya sebuah mikrometer
dengan ketelitian 0,1 mm, artinya nonius dibagi menjadi 10 bagian yang
jumlahnya sama dengan 9 bagian pada skala yang normal, atau sama dengan 9
mm. Jadi setiap satu bagian skala nonius adalah 0,1 mm lebih pendek daripada
skala normal.

C.2. Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan


Adapun faktor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran menjadi tidak
teliti dan tidak tepat dapat berasal dari berbagai sumber yaitu:
A. Penyimpangan yang Bersumber dari Alat Ukur.
Alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi, dengan demikian kita akan terbebas
dari penyimpangan yang merugikan yang bersumber dari alat ukur. Apabila alat
ukur sering dipakai dan kalibrasi belum pernah dilakukan, maka kemungkinan
akan timbul sifat-sifat yang jelek dari alat ukur misalnya; histerisis, kepasifan,
pergeseran dan kestabilan nol yang jelek.
Kesalahan/penyimpangan sistematik dalam proses pengukuran dapat bersumber
dari alat ukur. Keausan bidang kontak sensor mekanik merupakan contoh
sederhana yang dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan posisi nol.
B. Penyimpangan yang bersumber dari Benda ukur.
Setiap benda elastis akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) apabila ada
beban yang bereaksi padanya. Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan kontak
dari sensor alat ukur, berat benda ukur sendiri, dan tekanan penjepit penahan
benda ukur.

Gambar C10. Pengaruh elastisitas benda ukur pada waktu pengukuran

C. Posisi Pengukuran yang Menimbulkan Penyimpangan.


Garis pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis dimensi obyek ukur.
Apabila garis pengukuran membuat sudut sebesar  dengan garis dimensi
(karena pengambilan posisi pengukuran yang salah), maka akan terjadi
kesalahan yang disebut kesalahan cosinus. Apabila digunakan mikrometer maka
dapat terjadi kombinasi kesalahan cosinus dan kesalahan sinus.

Gambar C11. Kesalahan cosinus dan sinus.

D. Penyimpangan Akibat Pengaruh Lingkungan.


Kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk melakukan pengukuran dapat
mengakibatkan penyimpangan yang serius. Cahaya atau penerangan yang tidak
cukup dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan skala, sedang lingkungan
yang kotor dan berdebu dapat menyebabkan kesalahan sistematis karena adanya
debu yang menempel pada permukaan sensor mekanis dan permukaan obyek
ukur. Pengukuran yang memerlukan kecermatan yang tinggi tidak dapat
dilakukan apabila sistem pengukuran berpengaruh oleh getaran dari mesin.
Pengaruh dari temperatur yang merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian
karena semua benda padat terutama logam akan berubah dimensinya apabila
temperaturnya berubah. Temperatur standar untuk pengukuran geometris yang
disetujui secara internasional adalah 20OC.
E. Penyimpangan yang Bersumber dari Sipengukur.
Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan menggunakan
alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang dianggap tak berubah
mungkin menghasilkan data yang berbeda. Sumber dari perbedaan ini dapat
berasal dari cara mereka megukur, pengalaman, dan keahlian serta kemampuan
dan perangai dari masing-masing pengukur.

E. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Alat Utama: Beberapa jenis mistar ingsut, mikrometer, dan bevel protractor.

Gambar E.1 Mistar Ingsut digital, mistar insut dial caliver dan mistar
ingsut nonius ketelitian 0,02 mm, 0,05 mm.
Gambar E.2 Mikrometer luar nonius (0 – 25; 25 – 50; 50 – 75; dan 75 – 100),
Mikrometer luar digital (2” – 3”); Mikrometer dalam (5 – 30),
mikrometer kedalaman dan mikrometer alur.

Gambar E.3 Busur Bilah (Bevel Protractor)


2. Alat Bantu :
a. Benda Ukur

(a) (b)

(c)
Gambar E.4 Benda Ukur: a)Segi empat, b)Poros, c)Bertingkat & Sudut
b. Stand Mikrometer

( a) (b)
Gambar E.5. Stand Mikrometer dan V Blok

F. LANGKAH KERJA
F.1. Menggunakan Alat Ukur
Sebelum melakukan pengukuran obyek ukur beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada alat ukur:.
A. Alat Ukur Mistar Ingsut:
Sebelum melakukan pengukuran dengan mistar ingsut perhatikan hal-hal berikut:
 Periksa rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur
dengan baik tanpa terjadi goyangan.
 Periksa kedudukan nol
 Periksa kesejajaran dari permukaan kedua rahang yaitu rahang tetap dan
rahang bergerak (sensor)
“Catat kondisi alat ukur mistar ingsut yang digunakan mengukur”
B. Alat ukur Mikrometer
Sebelum melakukan pengukuran dengan mikrometer perhatikan hal-hal berikut:
 Sebelum digunakan, kedudukan nol mikrometer harus diperiksa.
 Kedudukan nol ini dapat distel dengan cara merapatkan mulut ukur dan
kemudian putar putar selinder tetap dengan menggunakan kunci penyetel
sampai garis refrensi dari skala tetap bertemu garis dengan garis nol dari
skala putar.
 “Catat kondisi alat ukur micrometer yang digunakan mengukur”
F.2. Mengukur Benda Ukur Segi Empat.

Gambar F1. Benda Ukur Segi Empat

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur segi empat sebagai berikut:
a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital, mistar
ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 75 - 100 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F2. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital &mikrometer luar.

c. Ukur obyek ukur “b” dan “f” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm & 0,05 mm.

Gambar F3. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.


d. Ukur obyek ukur “c” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital, mistar
ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F4. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital & mikrometer dalam.

e. Ukur obyek ukur “d” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm.

Gambar F5. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital

f. Ukur obye ukur “e” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital, mistar
ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm.

Gambar F6. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.

g. Ukur obye ukur “g” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital, mistar
ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm & 0.001 mm.

Gambar F7. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital dan mikrometer luar.
h. Ukur obyek ukur “h” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F8. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital


i. Ukur obyek ukur “i” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.

Gambar F9. Contoh pengukuran denganmikrometer alur.


j. Ukur obyek ukur “j” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital, mistar
ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman 0 - 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F10. Contoh pengukuran mistar ingsut digital & mikrometer kedalaman.
k. Ukur obyek ukur “k” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 25 – 50 mm (nonius dan digital) dengan kecermatan 0.01mm
dan 0,001 mm.

(a) (b)
Gambar F11. Contoh pengukuran denga: (a) mistar ingsut digital dan
(b) mikrometer luar.
F.3. Mengukur Benda Ukur Poros.

Gambar F12. Benda Ukur Poros

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur poros sebagai berikut:


a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman 25 – 50 mm kecermatan 0.01 mm.

Gambar F13. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.

c. Ukur obyek ukur “b” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius dengan kecermatan 0,02 mm & 0,05 mm
dan mikrometer alur kecermatan 0,01 mm.

Gambar F14. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.


d. Ukur obyek ukur “c” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman 25 – 30 kecermatan 0.01 mm.
Gambar F15. Contoh pengukuran ketinggian dengan mistar ingsut digital.

e. Ukur obyek ukur “d1 dan d2” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta micrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F16. Contoh pengukuran diameter luar dengan mistar ingsut digital.

f. Ukur obyek ukur “e1 dan e2” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm & 0.001 mm.

Gambar F17. Contoh pengukuran diameter luar dengan mistar ingsut digital
& Mikrometer Luar Kecermatan 0.001 mm

g. Ukur obyek ukur “f” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.

Gambar F18. Contoh pengukuran alur dengan micrometer alur.

h. Ukur obyek ukur “g” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.
Gambar F19. Contoh pengukuran alur dengan mistar ingsut digital.

i. Ukur obyek ukur “h” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman kecermatan 0.01 mm.

Gambar F20. Contoh pengukuran dengan mikrometer kedalaman.


j. Ukur obyek ukur “i” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman kecermatan 0.01 mm.

Gambar F21. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.


k. Ukur obyek ukur “j” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F22. Contoh pengukuran diameter dalam dengan mikrometer dalam.

l. Ukur obyek ukur “k” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F23. Contoh pengukuran diameter dalam dengan mikrometer dalam


m. Ukur obyek ukur “l” & “m” dengan menggunakan alat ukur: mikrometer alur
dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F24. Contoh pengukuran panjang dengan mikrometer alur.

F.4. Mengukur Benda Ukur Tingkat

Gambar F25. Benda Ukur Tingkat

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur tingkat sebagai berikut:


a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F26. Contoh pengukuran panjang dengan mistar ingsut digital.


c. Ukur obyek ukur “b” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer kedalaman 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F27. Contoh pengukuran ketinggian dengan mistar ingsut nonius


d. Ukur obyek ukur “c”, dan “e” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0,01 mm & 0,001 mm.

Gambar F28. Contoh pengukuran panang dengan mikrometer luar 0,001 mm.
e. Ukur obyek ukur “d” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital, mistar
ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0,01 mm.

Gambar F29. Contoh pengukuran panjang dengan mistar ingsut jam.


f. Ukur obyek ukur “f dan g” dengan menggunakan alat ukur busur bilah dengan
kecermatan 5”

Gambar F30. Contoh pengukuran sudut g dengan busur bilah.


F.5. Mengukur Benda Ukur Sudut.

β γ

α ε

Gambar F31. Benda Ukur Tingkat

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur tingkat sebagai berikut:


a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “α, β, γ, δ, dan ε” dengan menggunakan alat ukur busur bilah
dengan kecermatan 5”

(a) (b)
Gambar F31. Contoh pengukuran sudut dengan busur bilah : (a) sudut δ
dan (b) sudut α

G. KESELAMATAN KERJA
1. Dalam penggunaan alat ukur, perhatikan supaya sensor alat ukur tidak
tergores.
2. Jangka meletakkan alat ukur dengan cara menumpuk, letakkan secara
terpisah.
3. Setelah selesai menggunakan alat ukur, bersihkan dengan lap halus, berikan
lapisan vaelin/minyak lumas pada permukaannya, kemudian masukkan
kedalam kotak alat ukur sesuai tempatnya.
H. DATA PENGAMATAN

H.1 Pengukuran Benda Ukur Segi Empat

Gambar H1: Benda Ukur Segi Empat


Tabel 1. Data hasil pengukuran benda kerja segi empat

Nomor Benda Ukur : …02……………………


Alat Ukur Mistar Ingsut Alat Ukur Mikrometer
Alat Ukur
Dial
Nonius Digital Nonius Digita
caliper
l Jenis Mikrometer
Kecermatan 0.02 0.05 0.05 0.01 0.01 0.00 0.001 Yang digunakan
1
Posisi Nol 0 0 0 0 0 0 0
a 95,24 95, 15 95,25 95,25 95,22 Mikrometer Nonius
B l o kS e g i4

b 20,30 20,00 20,20 20,25


c 20,86 21,10 21,10 29,97 20,42 Mikrometer Dalam
d 23,18 23,80 23,20 23,09
e 10,60 10,85 10,80 10,74 10,41 Mikrometer Dalam
f 20,60 20,00 20,15 20,05
g 23,44 23,30 23,40 23,42 23,42 23,416 Mikrometer Luar
h 04,72 04,80 04,75 04,62 04,67 Mikrometer Dalam
i 09,76 09,95 09,90 09,95 09,91 Mikrometer Celah
j 19,22 19,50 19,40 19,20 19,70 Mikrometer Kedalaman
k 64,74 64,70 64,65 64,64 64,70 62,725 Mikrometer Digital
l 10,26 10,15 10,25 10,11 10,11 Mikrometer Celah
H.2 Pengukuran Benda Ukur Poros

Gambar H2: Benda Ukur Poros

Tabel 2. Data hasil pengukuran benda kerja poros

Nomor Benda Ukur : …………………


Alat Ukur Mistar Ingsut Alat Ukur Mikrometer
Alat Ukur
Dial
Nonius Digital Nonius Jenis Mikrometer
Caliper
Yang digunakan
Kecermatan 0.02 0.05 0.05 0.01 0.01 0.001
Posisi Nol 0 0 0 0 0 0
a 30,04 30,00 29,95 30,00 35,10 Mikrometer Luar
P or o s

b 39,84 39,90 39,95 39,87 39,42 Mikrometer Luar


c 30,30 30,05 30,19 30,21 30,21 Mikrometer Luar
d1 29,78 29,70 29,85 29,80 29,30 Mikrometer Luar
d2 29,78 29,70 29,85 29,80 29,30 Mikrometer Luar
e1 19,80 19,80 24,95 19,77 19,28 20,783 Mikrometer Luar
e2 19,80 19,80 24,95 19,77 19,28 20,783 Mikrometer Luar
f 04,78 05,05 05,05 04,64 05,04 Mikrometer Celah
g 12,00 07,25 07,35 07,23 07,21 Mikrometer Celah
h 14,78 19,75 15,05 14,60 15,16 Mikrometer Kedalaman
i 08,70 08,70 08,35 08,83 10,06 Mikrometer Kedalaman
j 19,38 09,65 09,80 09,74 10,40 Mikrometer Dalam
k 09,30 09,70 09,80 09,65 10,41 Mikrometer Dalam
l 25,98 22,80 22,35 22,96 23,49 Mikrometer Celah
m 29,84 25,25 25,05 24,81 25,00 Mikrometer Celah
o 38,74 39,45 39,45 39,39 39,49 Mikrometer Luar
H.3 Pengukuran Benda Ukur Bertingkat

Gambar H3: Benda Ukur Tingkat

Tabel 3. Data hasil pengukuran benda kerja bertingkat

Nomor Benda Ukur: ………………


Mistar Ingsut Mikrometer Bevel
Alat Ukur
Nonius Dial caliper Digital Nonius Protektor
Kecermatan 0.05 0.02 0.05 0.01 0.01 0.001 5'
Posisi Nol 0 0 0 0 0 0
a 48,70 48,72 48,70 48,88 48,19

b 14,90 14,92 15,05 15,25 13,49

c 19,85 19,84 19,85 19,84 19,35 18,850

d 34,80 34,70 34,80 39,79 39,29

e 09,95 09,92 09,85 09,88 09,49 10,865

f
g
H.4. Pengukuran Benda Ukur Sudut

Gambar H4. Benda ukur sudut

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran sudut dengan busur bilah kecermatan 5’

Nomor Benda Ukur : …………


Pengamat Pengamat
Sudut yang
A* B*
diukur
Skala Nonius Skala Nonius
α 77˚
β 103˚
γ 140˚

δ 129˚

ε 90˚

*Pengukuran sudut dilakukan oleh dua orang pengukur (A & B)


I. ANALISA DATA

Data hasil pengukuran benda ukur poros menggunakan mistar Ingsut kecepatan 0,05mm dan
mikrometer kecepatan 0,01 dan 0,001

 MISTAR INGSUT

MISTAR INGSSUT NONIUS 0,05 (JANGKA SORONG)


1. Garis ukuran a
Skala utama = 30mm dan skala nonius = 00 × 0,05= 00mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 30+ 00 = 30,00mm.
2. Garis ukuran b
Skala utama = 39mm dan skala nonius = 90 × 0,05 = 4,50 mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 39 + 4,50 = 43,50mm.
3. Garis ukuran c
Skala utama = 30mm dan skalaa nonius = 05 × 0,05 = 0,25mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 30 + 0,25= 30,25mm.
4. Garis ukuran d1
Skala utama = 29mm dan skala nonius =70 × 0,05 = 3,50mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 29 + 3,50 = 32,50mm.
5. Garis ukuran d2
Skala utama = 29mm dan skala nonius = 70× 0,05 = 3,50mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 29 + 3,50 = 32,50mm.
6. Garis ukuran e1
Skala utama= 19mm dan skala nonius = 80 × 0,05 = 4,00mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 19 + 4,00 = 23,00mm.
7. Garis ukuraan e2
Skala utama= 19mm dan skala nonius = 80 × 0,05= 4,00mm. Maka hasil pengukuran
jangka ssorong di atas adalah 19 + 4,00 = 23,00mm.
8. Garis ukuran f
Skala utama = 05mm dan skala nonius= 05 × 0,05 = 0,25mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 05 + 0,25 = 05,25mm.
9. Garis ukuran g
Skala utama =07mm dan skala nonius = 25 × 0,05 = 1,25mm.Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 07 + 1,25 = 08,25mm
10. Garis ukuran h
Skala utama = 19mm dan skala nonius = 75 × 0,05 = 3,75mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 19 + 3,75= 22,75mm.
11. Garis ukuran i
Skala utama =08mm dan skala nonius = 70 × 0,05 = 3,50mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 08 + 3,50 = 11,50mm.
12. Garis ukuran j
Skala utama= 09mm dan skala nonius = 65 × 0,05 = 3,25mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 09 + 3,25 = 12,25mm.
13. Garis ukuran k
Skala utama = 09mm dan skala nonius = 70 × 0,05 = 3,50mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 09 + 3,50 = 12,50mm
14. Garis ukuran l
Skala utama = 22mm dan skala nonius = 80 × 0,05 = 4,00mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 22 + 4,00 = 26,00mm.
15. Garis ukuran m
Skala utama = 25mm dan skala nonius = 25 × 0,05 = 1,25mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 25 + 1,25 = 26,25mm.
16. Garis ukura o
Skala utama = 39mm dan skala nonius = 45 ×0,05 = 2,25mm. Maka hasil pengukuran
jangka sorong di atas adalah 39 + 2,25 = 41,25mm.
 MIKROMETER
MIKROMETER NONIUS 0,01
1. Garis ukur a
Cara pembacaan:
Padaa skala utama terbaca : 35,00mm
Pada skala putar terbaca : 10/ 100mm = 0,1mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 35,10mm
2. Garis ukur b
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca : 39,00mm
Pada skala putar terbaca : 42/100mm = 0,42mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 39,42mm.
3. Garis ukur c
Cara pembacaan:
Pada skala utamaa terbaca : 30,00mm
Pada skala putar terbaca : 21/100mm = 0,21mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 30,21mm.
4. Garis ukur d1
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 29,00mm
Pada skalaa putar terbaca : 30/100mm = 0,30mm
Maka hail pengukuran mikrometer tersebut adalah 29,30mm
5. Garis ukur d2
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 29,00mm
Pada skalaa putar terbaca : 30/100mm = 0,30mm
Maka hail pengukuran mikrometer tersebut adalah 29,30mm
6. Garis ukur e1
Cara pembaacaan:
Pada skala utama terbaca : 19,00mm
Pada skala putar terbaca : 28/100mm = 0,28mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 19,28mm
7. Garis ukur e2
Cara pembaacaan:
Pada skala utama terbaca : 19,00mm
Pada skala putar terbaca : 28/100mm = 0,28mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 19,28mm
8. Garis ukur f
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca : 05,00mm
Pada skala putar terbaca : 04/100 =0,04mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 05,04mm
9. Garis ukur g
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 07,00mm
Pada skala putar terbaca: 21/100mm = 0,21mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 07,21mm
10. Garis ukur h
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca : 15,00mm
Pada skala putar terbaca 16/100mm = 0,16mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 15,16mm
11. Garis ukur i
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 10,00mm
Pada skala putar terbaca 06/100mm = 0,06mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 10,06mm
12. Garis ukur j
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 10,00mm
Pada skala putar terbaca: 40/100mm = 0,40mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 10,40mm
13. Garis ukur k
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 10,00mm
Pada skala putar terbaca: 41/100mm = 0,41mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 10,41mm
14. Garis ukur l
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca: 23,00mm
Pada skala putar terbaca: 49/100mm = 0,49mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 23,49mm
15. Garis ukur m
Cara pembacaan:
Pada skala utama terbaca : 25,00
Pada skala putar terbaca : 00/100mm = 0.00mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 25,00mm
16. Garis ukur o
Caara pembacaaan:
Pada skala utama terbaca : 39,00mm
Pada skalaa putar terbaca : 49/100mm = 0,49mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 39,49mm.
MIKROMETER NONIUS 0,001
A. Garis ukur e1
Cara pembacaan:
1 skala putar = 1/100mm dan 1 skala putar = 1/1000mm
Pada skala utama terbaca: 20,000mm
Pada skala putar terbaca : 78/1000mm = 0,78mm
Pada skala putar nonius terbaca : 3/1000mm = 0,003mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 20,783mm
B. Garis ukur e2
Cara pembacaan:
1 skala putar = 1/100mm dan 1 skala putar = 1/1000mm
Pada skala utama terbaca: 20,000mm
Pada skala putar terbaca : 78/1000mm = 0,78mm
Pada skala putar nonius terbaca : 3/1000mm = 0,003mm
Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 20,783mm

Hasil peengukuran benda ukur sudut dengan besar bila kecepatan 5°

Sudut ukur α
Skala utama =77° dan skala nonius = 55'. Maka hasil pengukuran bevel protector kecermatan 5' diatas adalah
77° + 55' = 77°55'
Sudut ukur β
Skala utama = 180° - 77° = 103° dan skala nonius = 45'. Maka hasil pengukuran bevel protector kecermatan
5' diatas adalah 103° + 45' = 103°45'
Sudut ukur γ
Skala utama = 140° dan skala nonius = 25'. Maka hasil pengukuran bevel protector kecepatan 5' diatas adalah
140° + 25' = 140°25'.
Sudut ukur δ
Skala utama = 90° + 51° = 130° dan skala nonius = 25'. Maka hasil pengukuran bevel protector kecepatan 5'
diatas adalah 129° + 25' = 129°25'
Sudut ε
Skala utama = 90° dan skala nonius = 40'. Maka hasil pengukuran bevel protector keceparan 5' diatas adalah
90° + 40' = 90°40'
J. PEMBAHASAN

Pengukuran ini dilakukan untuk memahami cara menggunakan alat ukur jangka sorong,
dan mikrometer dengan benar dan mengetahui ketelitian jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Pengukuran dilakukan pada benda ukur poros dengan berbagai bidang ukur. Pengukuran
dilakukan pada benda ukur poros dengan berbagai bidang ukur. Selain itu praktikum ini
dilakukan untuk memahami cara melaporkan hasil pengukuran yang benar. Pengukuran adalah
membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Pengukuran-
pengukuran yang sangat teliti diperlukan, agar gejala- gejala peristiwa yang akan terjadi dapat
diprediksi dengan kuat.

Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur , dan setiap alat ukur
memiliki nilai skala terkecil. Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur atau
angka digital. Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi nilai
tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur tidak tajam.

Beberapa alat ukur panjang yang sering digunakan dalam praktikum adalah jangka
sorong, dan mikrometer skrup. Masing – masing alat ukur panjang memiliki cara untuk
mengoperasikannyadan juga cara untuk membaca hasil yang terukur. Dari percobaan yang telah
dilakukan, diketahui bahwa masing- masing alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda.
Seperti jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tingkat ketelitian pada mistar besi. Namun jangka sorong tidak lebih teliti dari mikrometer
sekrup. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, diameter maupun
kedalaman suatu benda. Jangka sorong yang digunakan kali ini memiliki ketelitian 0,02, 0,05,
dan 0,01
K. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN

1) Jangka sorong dan mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang sisi poros. Dari
kegiatan praktikum pengukuran panjang, dapat disimpulkan: penggunaan jangka sorong yang
benar yaitu meletakkan benda diantararahang. Kemudian menggeser rahang geser sampai benda
benar- benar terjepit kemudian kunci rahang geser tersebut, selanjutnya membaca skala utama
dan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama.
2) Penggunaan mikrometer sekup yang benar yaitu meletakkan benda diantar rahang. Kemudian
memutar poros geser hingga terdengar bunyi klik kemudian membaca skala utama yang terlihat
dan skala nonius yang berhempit dengan garis skala utama dengan benar.
3) Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda sedangkan jangka sorong
digunakan untuk mengukur panjang serta lebar suatu benda. Untuk pengukuran dengantingkat
kecermatan yang tinggi seperti poros dan lubang perlu menggunakan cara pengukuran berulang
dan secara teliti pula, guna menghasilkan hasil yang lebih akurat, sebaliknya untuk pengukuran
yang membutuhkan tingkat kecermatan yang rendah maka maka cara pengkuran cukup sekali
karena tidak perlu memerlukan ketelitian yang tinggi.
4) Faktor- factor yang membuat proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat dapat
berasal dari berbagai sumber antara lain:

1. Alat ukur
2. Benda ukur
3. Posisi pengukuran
4. Lingkungan
5. Orang ( si pengukuran )

SARAN

Sebaiknya ketika dalam pengambilan data- data harus fokus dan teliti terlebih dalam membaca
mikrometer dan jangka sorong, karena jika tidak teliti maka data- data yang di dapatkan akan
mempengaruhi hasil akhir dalam pengukuran tersebut. Dan yang paling penting baca aturan langkah
kerja pada jobsheet sebelum melakukan pengukuran langsung
Lampiran 1: Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran.


Pengukuran adalah suatu perbandingan antara suatu besaran lain yang sejenis secara eksperimen
dan salah satu besaran dianggap sebagai standar.
2. Apa yang dimaksud dengan nilai skala terkecil (nst) suatu alat ukur.
Nilai skala yang menunjukkan tingkat ketelitian suatu alat ukur yang disunakan untuk
mengukur suatu objek tertentu.
3. Jelaskan pengertian kesalahan relatif dan kesalahan mutlak dalam pengukuran
Kesalahan relatif adalah perbandingan antara besaran kesalahan harga yang sebenarnya. Dan
kesalahan mutlak adalah selisih antara nilai pengukuran dengan nilai sebenarnya. Kesalahan
mutlak merupakan salah satu cara untuk memperhitungkan adanya kesalahan saat mengukur
keakuratan nilai.
4. Suatu hasil pengukuran memberikan penunjukan 1,280 mm, dapatkah hasil
pengukuran tersebut diperoleh dengan menggunakan jangka sorong dengan nst
0,05 mm, jelaska jawaban anda !
Daftar Pustaka :
1. Rochim, Taufiq dan Sri Harjoko Wiryomartono. 1998.
Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik.
Industrial Metrologi Laboratory, Mechanical & Production
Engineering, Mesin, FTI-ITB, Bandung.
2.1998. Alat Ukur Linier dan
Pemakaiannya. Industrial Metrologi Laboratory, Mechanical
& Production Engineering, Mesin, FTI-ITB, Bandung.
3.1998. Alat Ukur Sudut dan
Pemakaiannya. Industrial Metrologi Laboratory, Mechanical
& Production Engineering, Mesin, FTI-ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai