PENGUKURAN LANGSUNG
PEMBIMBING:
NIP. 197212062002121004
Praktikan
Nim : 43320045
Mistar Ingsut adalah salah satu jenis alat ukur langsung yang bisa
digunakan untuk mengukur bagian luar, diameter lubang ,jarak celah dan ukuran
kedalaman lubang. Bagian-bagian mistar ingsut sebagai berikut:
1. Kunci peluncur 6. Penggerak halus
dan sudut yang terbaca adalah dari bilah utama kepelat dasar, searah jarum
jam(Lihat gambar)
Gambar C9. Pembacaan Busur Bilah
4. Pengertian Nonius
Alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi, dengan demikian kita akan
terbebas dari penyimpangan yang merugikan yang bersumber dari alat ukur.
Apabila alat ukur sering dipakai dan kalibrasi belum pernah dilakukan, maka
kemungkinan akan timbul sifat-sifat yang jelek dari alat ukur misalnya;
histerisis, kepasifan, pergeseran dan kestabilan nol yang jelek.
Garis pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis dimensi obyek
ukur. Apabila garis pengukuran membuat sudut sebesar dengan garis
dimensi (karena pengambilan posisi pengukuran yang salah), maka akan
terjadi kesalahan yang disebut kesalahan cosinus. Apabila digunakan
mikrometer maka dapat terjadi kombinasi kesalahan cosinus dan kesalahan
sinus.
1. Alat Utama: Beberapa jenis mistar ingsut, mikrometer, dan bevel protractor.
Gambar E.1 Mistar Ingsut digital, mistar insut dial caliver dan
mistaringsut nonius ketelitian 0,02 mm, 0,05 mm.
Gambar E.2 Mikrometer luar nonius (0 – 25; 25 – 50; 50 – 75; dan 75 – 100),
2. Alat Bantu :
a. Benda Ukur
(a) (b)
(c)
Gambar E.4 Benda Ukur: a)Segi empat, b)Poros, c)Bertingkat & Sudut
b. Stand Mikrometer
( a) (b)
Periksa rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang
ukurdengan baik tanpa terjadi goyangan.
Periksa kedudukan nol
Periksa kesejajaran dari permukaan kedua rahang yaitu rahang tetap dan
rahang bergerak (sensor)
“Catat kondisi alat ukur mistar ingsut yang digunakan mengukur”
Kedudukan nol ini dapat distel dengan cara merapatkan mulut ukur dan
kemudian putar putar selinder tetap dengan menggunakan kunci
penyetel sampai garis refrensi dari skala tetap bertemu garis dengan garis
nol dari skala putar.
“Catat kondisi alat ukur micrometer yang digunakan mengukur”
a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 75 - 100 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
d. Ukur obyek ukur “c” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F4. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital & mikrometer
dalam.
e. Ukur obyek ukur “d” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm.
Gambar F5. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital
f. Ukur obye ukur “e” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm.
Gambar F7. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital dan mikrometer
luar.
h. Ukur obyek ukur “h” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer kedalaman 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
i. Ukur obyek ukur “i” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.
Gambar F9. Contoh pengukuran denganmikrometer alur.
j. Ukur obyek ukur “j” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
sertamikrometer kedalaman 0 - 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F10. Contoh pengukuran mistar ingsut digital & mikrometer kedalaman.
k. Ukur obyek ukur “k” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 25 – 50 mm (nonius dan digital) dengan kecermatan
0.01mm dan 0,001 mm.
(a) (b)
Gambar F11. Contoh pengukuran denga: (a) mistar ingsut digital dan
a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer kedalaman 25 – 50 mm kecermatan 0.01 mm.
c. Ukur obyek ukur “b” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital,mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius dengan kecermatan 0,02 mm &
0,05 mm dan mikrometer alur kecermatan 0,01 mm.
e. Ukur obyek ukur “d1 dan d2” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta micrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F16. Contoh pengukuran diameter luar dengan mistar ingsut digital.
f. Ukur obyek ukur “e1 dan e2” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm & 0.001
mm.
g. Ukur obyek ukur “f” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.
h. Ukur obyek ukur “g” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.
i. Ukur obyek ukur “h” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer kedalaman kecermatan 0.01 mm.
l. Ukur obyek ukur “k” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
m. Ukur obyek ukur “l” & “m” dengan menggunakan alat ukur: mikrometer alur
dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F24. Contoh pengukuran panjang dengan mikrometer alur.
a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
c. Ukur obyek ukur “b” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer kedalaman 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F27. Contoh pengukuran ketinggian dengan mistar ingsut nonius
d. Ukur obyek ukur “c”, dan “e” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0,01 mm & 0,001
mm.
Gambar F28. Contoh pengukuran panang dengan mikrometer luar 0,001 mm.
e. Ukur obyek ukur “d” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0,01 mm.
f. Ukur obyek ukur “f dan g” dengan menggunakan alat ukur busur bilah dengan
kecermatan 5”
β γ
α ε
a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “α, β, γ, δ, dan ε” dengan menggunakan alat ukur busur bilah
dengan kecermatan 5”
(a) (b)
1. Dalam penggunaan alat ukur, perhatikan supaya sensor alat ukur tidak
tergores.
2. Jangka meletakkan alat ukur dengan cara menumpuk, letakkan secara
terpisah.
3. Setelah selesai menggunakan alat ukur, bersihkan dengan lap halus, berikan
lapisan vaelin/minyak lumas pada permukaannya, kemudian masukkan
kedalam kotak alat ukur sesuai tempatnya.
V. DATA HASIL PENGAMATAN
H.1 Pengukuran Benda Ukur Segi Empat
Posisi Nol 0 0 0 0 0 0
Posisi Nol 0 0 0 0 0 0
Α 77˚55'
Β 103˚45'
Γ 140˚25'
Δ 130°25'
Ε 90˚40'
Data hasil pengukuran benda ukur poros menggunakan mistar Ingsut kecepatan
0,05mm dan mikrometer kecepatan 0,01 dan 0,001
MISTAR INGSUT
1. Garis ukuran a
Skala utama = 95mm dan skala nonius = 6 0,05= 0,30mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 95 + 30 = 95,30mm.
2. Garis ukuran b
3. Garis ukuran c
Skala utama = 21mm dan skalaa nonius = 00 0,05 = 0,00mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 21 + 0,00= 21,00mm.
4. Garis ukuran d
Skala utama = 23mm dan skala nonius = 6 0,05 = 0,30mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 23 + 30 = 23, 30mm.
5. Garis ukuran e
Skala utama = 10mm dan skala nonius = 14 0,05 = 0,70mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 10 + 70 = 10,70mm.
6. Garis ukuran f
Skala utama= 20mm dan skala nonius =10 0,05 = 0,50mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 20 + 0,50 = 20,50mm.
7. Garis ukuraan g
Skala utama= 23mm dan skala nonius = 10 0,05= 0,50mm. Maka hasil
pengukuran jangka ssorong di atas adalah 23 + 0,50 = 23,00mm.
8. Garis ukuran h
Skala utama = 4mm dan skala nonius= 14 0,05 = 0,70mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 4 + 0,70 = 4,70mm.
9. Garis ukuran i
Skala utama = 21mm dan skala nonius = 6 0,05 = 0,30mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 21 + 0,30= 21,30mm.
Skala utama =64mm dan skala nonius = 14 0,05 = 0,70mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 64 + 0,70 = 64,70mm.
Skala utama= 10mm dan skala nonius = 2 0,05 = 0,10mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 10 + 0,10 = 10,10mm.
MIKROMETER
1. Garis ukur a
Cara pembacaan:
2. Garis ukur b
Cara pembacaan:
3. Garis ukur c
Cara pembacaan:
4. Garis ukur d1
Cara pembacaan:
5. Garis ukur d2
Cara pembacaan:
6. Garis ukur e1
Cara pembaacaan:
7. Garis ukur e2
Cara pembaacaan:
8. Garis ukur f
Cara pembacaan:
9. Garis ukur g
Cara pembacaan:
Cara pembacaan:
Cara pembacaan:
Cara pembacaan:
Cara pembacaan:
Cara pembacaan:
Cara pembacaan:
Caara pembacaaan:
A. Garis ukur e1
Cara pembacaan:
A. Garis ukur e2
Cara pembacaan:
Sudut ukur
Skala utama =77° dan skala nonius = 55. Maka hasil pengukuran bevel
protector kecermatan 5' diatas adalah 77° + 55' = 77°55'
Sudut ukur
Skala utama = 180° - 77° = 103° dan skala nonius = 45'. Maka hasil
pengukuran bevel protector kecermatan 5' diatas adalah 103° + 45' = 103°45'
Sudut ukur
Skala utama = 140° dan skala nonius = 25'. Maka hasil pengukuran bevel
protector kecepatan 5' diatas adalah 140° + 25' = 140°25'.
Sudut ukur
Skala utama = 90° + 51° = 130° dan skala nonius = 25'. Maka hasil pengukuran
bevel protector kecepatan 5' diatas adalah 129° + 25' = 129°25'
Sudut
Skala utama = 90° dan skala nonius = 40'. Maka hasil pengukuran bevel
protector keceparan 5' diatas adalah 90° + 40' = 90°40'
VII. PEMBAHASAN
Pengukuran ini dilakukan untuk memahami cara menggunakan alat ukur jangka
sorong, dan mikrometer dengan benar dan mengetahui ketelitian jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Pengukuran dilakukan pada benda ukur poros dengan berbagai bidang
ukur. Pengukuran dilakukan pada benda ukur poros dengan berbagai bidang ukur. Selain itu
praktikum ini dilakukan untuk memahami cara melaporkan hasil pengukuran yang benar.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan. Pengukuran- pengukuran yang sangat teliti diperlukan, agar gejala- gejala peristiwa
yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur , dan setiap alat
ukur memiliki nilai skala terkecil. Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur
atau angka digital. Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi
nilai tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur
tidak tajam.
Beberapa alat ukur panjang yang sering digunakan dalam praktikum adalah jangka
sorong, dan mikrometer skrup. Masing – masing alat ukur panjang memiliki cara untuk
mengoperasikannyadan juga cara untuk membaca hasil yang terukur. Dari percobaan yang
telah dilakukan, diketahui bahwa masing- masing alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang
berbeda. Seperti jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tingkat ketelitian pada mistar besi. Namun jangka sorong tidak lebih
teliti dari mikrometer sekrup. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang, diameter maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong yang digunakan kali ini
memiliki ketelitian 0,02, 0,05, dan 0,0
KESIMPULAN
1) Jangka sorong dan mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang sisi
poros. Dari kegiatan praktikum pengukuran panjang, dapat disimpulkan: penggunaan
jangka sorong yang benar yaitu meletakkan benda diantararahang. Kemudian
menggeser rahang geser sampai benda benar- benar terjepit kemudian kunci rahang
geser tersebut, selanjutnya membaca skala utama dan skala nonius yang berhimpit
dengan skala utama.
2) Penggunaan mikrometer sekup yang benar yaitu meletakkan benda diantar rahang.
Kemudian memutar poros geser hingga terdengar bunyi klik kemudian membaca
skala utama yang terlihat dan skala nonius yang berhempit dengan garis skala utama
dengan benar.
3) Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda
sedangkan jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang serta lebar suatu benda.
Untuk pengukuran dengantingkat kecermatan yang tinggi seperti poros dan lubang
perlu menggunakan cara pengukuran berulang dan secara teliti pula, guna
menghasilkan hasil yang lebih akurat, sebaliknya untuk pengukuran yang
membutuhkan tingkat kecermatan yang rendah maka maka cara pengkuran cukup
sekali karena tidak perlu memerlukan ketelitian yang tinggi.
4) Faktor- factor yang membuat proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat
dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
17. Alat ukur
18. Benda ukur
19. Posisi pengukuran
20. Lingkungan
21. Orang ( si pengukuran )
SARAN
Sebaiknya ketika dalam pengambilan data- data harus fokus dan teliti terlebih dalam
membaca mikrometer dan jangka sorong, karena jika tidak teliti maka data- data yang di
dapatkan akan mempengaruhi hasil akhir dalam pengukuran tersebut. Dan yang paling
penting baca aturan langkah kerja pada jobsheet sebelum melakukan pengukuran langsung
Lampiran 1: Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran.
Pengukuran adalah suatu perbandingan antara suatu besaran lain yang sejenis
secara eksperimen dan salah satu besaran dianggap sebagai standar.
2. Apa yang dimaksud dengan nilai skala terkecil (nst) suatu alat ukur.
Nilai skala yang menunjukkan tingkat ketelitian suatu alat ukur yang
disunakan untuk mengukur suatu objek tertentu.
3. Jelaskan pengertian kesalahan relatif dan kesalahan mutlak dalam pengukuran
Kesalahan relatif adalah perbandingan antara besaran kesalahan harga yang
sebenarnya. Dan kesalahan mutlak adalah selisih antara nilai pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Kesalahan mutlak merupakan salah satu cara untuk memperhitungkan
adanya kesalahan saat mengukur keakuratan nilai.
4. Suatu hasil pengukuran memberikan penunjukan 1,280 mm, dapatkah hasil
pengukuran tersebut diperoleh dengan menggunakan jangka sorong dengan nst 0,05
mm, jelaska jawaban anda !
Daftar Pustaka :
1. Rochim, Taufiq dan Sri Harjoko Wiryomartono. 1998. Spesifikasi,
Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik. Industrial Metrologi
Laboratory, Mechanical& Production Engineering, Mesin, FTI-ITB,
Bandung.
2. 1998. Alat Ukur Linier dan Pemakaiannya. Industrial Metrologi
Laboratory, Mechanical & Production Engineering, Mesin, FTI-ITB,
Bandung.
3. 1998. Alat Ukur Sudut dan Pemakaiannya. Industrial Metrologi
Laboratory, Mechanical & Production Engineering, Mesin, FTI-ITB,
Bandung.