Anda di halaman 1dari 34

PENGUJIAN BAHAN DAN METROLOGI 1

PENGUKURAN LANGSUNG

PEMBIMBING:

Muhammad Arsyad Suyuti, S.T., M.T.

NIP. 197212062002121004

Praktikan

Nama :Muhammad Shafwan

Nim : 43320045

Program Studi Teknik Manufaktur


Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2021
SUB TOPIK : PENGUKURAN LANGSUNG
I. TUJUAN :

Pengukuran adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kecermatan sehingga


setelah mahasiswa selesai melakukan praktik pengukuran langsung maka
mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menggunakan alat ukur mistar ingsut: Mistar ingsut nonius kecermatan 0.05
mm & 0.02 mm, mistar ingsut jam (dial caliper) kecermatan 0.05 mm dan
ingsut digital kecermatan 0.01 mm dengan baik dan benar
2. Menggunakan alat ukur mikrometer: Mikrometer luar (outside micrometer
caliper) kecermatan 0.01 mm & 0.001 mm, mikrometer dalam (inside
micrometer caliper) kecermatan 0.01 mm, mikrometer alur (Groover
Micrometer) kecermatan 0.01 mm, mikrometer kedalaman (depth micrometer)
kecermatan 0.01 mm dan mikrometer digital kecermatan 0.001 dengan baik
dan benar
3. Menggunakan alat ukur busur bilah (Bevel Protractor) kecermatan 5 menit
dengan baik dan benar.
4. Menganalisa suatu persoalan pengukuran, menentukan cara pengukuran sesuai
dengan tingkatan kecermatan yang dikehendaki, memilih alat ukur yang sesuai
dan kemudian melaksanakan pengukuran.
5. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan pengukuran dari hasil
pengukuran yang telah dilakukan

II. TEORI DASAR

A.1. Pengukuran Langsung


Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.

Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang


langsung dibaca pada skala yang telah dikalibrasi yang terdapat pada alat ukur
tersebut. Berikut contoh alat ukur langsung dengan menggunakan mikcrometer
(gambar C1).
Gambar C1. Pengukuran Langsung Dengan Mikrometer
Pada praktikum pengukuran langsung ini akan digunakan beberapa macam alat
ukuryang akan dijelaskan secara singkat dibawah ini.
1. Pengukuran dengan Mistar Ingsut (Vernier Caliper)

Mistar Ingsut adalah salah satu jenis alat ukur langsung yang bisa
digunakan untuk mengukur bagian luar, diameter lubang ,jarak celah dan ukuran
kedalaman lubang. Bagian-bagian mistar ingsut sebagai berikut:
1. Kunci peluncur 6. Penggerak halus

2. Kunci penggerak halus 7. Peluncur

3. Skala utama 8. Sensor (rahang gerak)

4. Batang 9. Rahang tetap

5. Lidah pengukur kedalaman 10. Nonius

Gambar berikut menunjukkan cara pembacaan hasil pengukuran dengan


mennggunakan mistar ingsut 1/20 mm dan 1/50 mm.

a. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan mistar


ingsutketelitian 1/20 mm (0,05 mm) adalah:

Gambar C2. Mistar Ingsut ketelitian 1/20 mm

Skala Utama = 29 mm dan Skala nonius = 17 x 0,05 mm = 0,85 mm. Maka


hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 29 + 0,85 = 29 , 85 mm.

b. Hasil pengukuran suatu benda kerja dengan menggunakan jangka


sorongketelitian 1/50 mm (0,02 mm) adalah:
Gambar C3. Mistar Ingsut ketelitian 1/50 mm
Skala Utama = 18 mm dan Skala nonius = 12x 0,02 mm = 0,24 mm. Maka
hasil pengukuran jangka sorong diatas adalah 18 + 0,44 = 18, 24 mm.

2. Pengukuran dengan Mikormeter (Micrometer)

Mikrometer adalah alat ukur yang sangat presisi. Beberapa jenis


mikrometer dan bagian-bagiannya akan dijelaskan berikut ini:
a. Mikrometer Luar (Outside micrometer)

Digunakan untuk mengukur ukuran luar benda Didalam batang


terdapat poros (spindel) berulir sangat presisi. Jarak puncak ulir adalah 0,5
mm, spindel dan sarung memutar bersama. Jadi satu putaran pada sarung
pengukur akan menggerakkan batang ukur 0,5 mm, dan karena skala pada
sarung mempunyai 50 bagian ketelitiannya 0,5 : 50 (0,01 mm), maka bila
sarung pengukur digerakkan satu skala batang akan maju 0,01 mm.
Mikrometer luar juga ada skala nonius maupun digital dengan kecermatan
1/1000 (0.001 mm).

Gambar C4 Mikrometer Luar

b. Mikrometer Dalam (Inside Mikrometer)

Digunakan untuk mengukur diameter dalam misalnya diameter lubang.


Kecermatan mikrometer dalam bermacam-macam tergantung mikrometer
yang digunakan misalnya 0,01 dan 0,001.
Gambar C5 Mikrometer Dalam

c. Mikrometer Alur (Groove Micrometer)

Digunakan untuk mengukur ukuran luar dan dalam, misalnya lebar


alur, posisi alur, lebar tonjolan.

Gambar C6 Mikrometer Alur

d. Mikrometer Kedalaman (Depth Micrometer)

Digunakan untuk mengukur kedalaman atau ketinggian bagian


bertingkat. Batang ukur dari mikrometer ini bisa diganti untuk mengubah
kapasitas ukur.

Gambar C7 Mikrometer Kedalaman

e. Pembacaan skala utama dan nonius mikrometer.

Gambar berikut menunjukkan pembacaan skala


utama dan skala nonius pada mikrometer nonius dengan
kecermatan 0.01 mm dan 0.001 mm.
Cara Pembacaan :
1 skala putar = 1/100 mm dan 1 skala nonius = 1/1000 mm.
. Pada Skala utama terbaca = 12,5 mm.
Pada Skala putar terbaca = 17/100 mm = 0,17 mm.
Pada Skala Nonius terbaca = 5/1000 mm = 0,005 mm.
Maka Hasil pengukuran micrometer tersebut adalah :
= 12,5 + 0,17 + 0,005 = 12,675 mm

Gambar C8 Pembacaan skala utama dan nonius Mikrometer

3. Pengukuran dengan Busur Bilah (Bevel Protractor)

Busur bilah adalah alat ukur sudut antara dua


permukaan benda ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu
derajat. Bagian-bagian uatama dari busur bilah ini bisa dilihat
pada gambar. Dalam penggunaannya, bila diputar berlawanan
arah jarum jam (BJJ) maka digunakan skala nonius kanan dan
sudut yang terbaca adalah dari bilah utama kepelat dasar
kebalikan jarum jam. Sedangkan bila diputar searah jarum jam
(SJJ) maka digunakan skala nonius kiri

dan sudut yang terbaca adalah dari bilah utama kepelat dasar, searah jarum
jam(Lihat gambar)
Gambar C9. Pembacaan Busur Bilah

4. Pengertian Nonius

Nonius adalah pembagian skala yang tidak seirama dengan pembagian


skala normal (seperti dalam skala mm). Nonius dibuat sedemikian rupa
sehingga letaknya berhadap-hadapan dengan skala normal. Misalnya sebuah
mikrometer dengan ketelitian 0,1 mm, artinya nonius dibagi menjadi 10
bagian yang jumlahnya sama dengan 9 bagian pada skala yang normal, atau
sama dengan 9 mm. Jadi setiap satu bagian skala nonius adalah 0,1 mm lebih
pendek daripada skala normal.

A.2. Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan

Adapun faktor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran menjadi


tidak teliti dan tidak tepat dapat berasal dari berbagai sumber yaitu:
A. Penyimpangan yang Bersumber dari Alat Ukur.

Alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi, dengan demikian kita akan
terbebas dari penyimpangan yang merugikan yang bersumber dari alat ukur.
Apabila alat ukur sering dipakai dan kalibrasi belum pernah dilakukan, maka
kemungkinan akan timbul sifat-sifat yang jelek dari alat ukur misalnya;
histerisis, kepasifan, pergeseran dan kestabilan nol yang jelek.

Kesalahan/penyimpangan sistematik dalam proses pengukuran dapat


bersumber dari alat ukur. Keausan bidang kontak sensor mekanik merupakan
contoh sederhana yang dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan
posisi nol.
B. Penyimpangan yang bersumber dari Benda ukur.

Setiap benda elastis akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) apabila


ada beban yang bereaksi padanya. Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan
kontak dari sensor alat ukur, berat benda ukur sendiri, dan tekanan penjepit
penahan benda ukur.
Gambar C10. Pengaruh elastisitas benda ukur pada waktu pengukuran

C. Posisi Pengukuran yang Menimbulkan Penyimpangan.

Garis pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis dimensi obyek
ukur. Apabila garis pengukuran membuat sudut sebesar dengan garis
dimensi (karena pengambilan posisi pengukuran yang salah), maka akan
terjadi kesalahan yang disebut kesalahan cosinus. Apabila digunakan
mikrometer maka dapat terjadi kombinasi kesalahan cosinus dan kesalahan
sinus.

Gambar C11. Kesalahan cosinus dan sinus.

D. Penyimpangan Akibat Pengaruh Lingkungan.

Kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk melakukan pengukuran dapat


mengakibatkan penyimpangan yang serius. Cahaya atau penerangan yang
tidak cukup dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan skala, sedang
lingkunga

yang kotor dan berdebu dapat menyebabkan kesalahan sistematis karena


adanya debu yang menempel pada permukaan sensor mekanis dan permukaan
obyek ukur. Pengukuran yang memerlukan kecermatan yang tinggi tidak dapat
dilakukan apabila sistem pengukuran berpengaruh oleh getaran dari mesin.
Pengaruh dari temperatur yang merupakan faktor yang perlu mendapat
perhatiankarena semua benda padat terutama logam akan berubah dimensinya
apabila temperaturnya berubah. Temperatur standar untuk pengukuran
geometris yang disetujui secara internasional adalah 20OC.
E. Penyimpangan yang Bersumber dari Sipengukur.

Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan


menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang
dianggap tak berubah mungkin menghasilkan data yang berbeda. Sumber dari
perbedaan ini dapat berasal dari cara mereka megukur, pengalaman, dan
keahlian serta kemampuan dan perangai dari masing-masing pengukur.
III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Alat Utama: Beberapa jenis mistar ingsut, mikrometer, dan bevel protractor.

Gambar E.1 Mistar Ingsut digital, mistar insut dial caliver dan
mistaringsut nonius ketelitian 0,02 mm, 0,05 mm.

Gambar E.2 Mikrometer luar nonius (0 – 25; 25 – 50; 50 – 75; dan 75 – 100),

Mikrometer luar digital (2” – 3”); Mikrometer dalam (5 – 30),


mikrometer kedalaman dan mikrometer alur.

Gambar E.3 Busur Bilah (Bevel Protractor)

2. Alat Bantu :

a. Benda Ukur
(a) (b)

(c)

Gambar E.4 Benda Ukur: a)Segi empat, b)Poros, c)Bertingkat & Sudut

b. Stand Mikrometer

( a) (b)

Gambar E.5. Stand Mikrometer dan V Blok

IV. LANGKAH KERJA

F.1. Menggunakan Alat Ukur


Sebelum melakukan pengukuran obyek ukur beberapa hal yang
perlu diperhatikanpada alat ukur:.
A. Alat Ukur Mistar Ingsut:

Sebelum melakukan pengukuran dengan mistar ingsut perhatikan hal-hal berikut:

 Periksa rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang
ukurdengan baik tanpa terjadi goyangan.
 Periksa kedudukan nol

 Periksa kesejajaran dari permukaan kedua rahang yaitu rahang tetap dan
rahang bergerak (sensor)
“Catat kondisi alat ukur mistar ingsut yang digunakan mengukur”

B. Alat ukur Mikrometer

Sebelum melakukan pengukuran dengan mikrometer perhatikan hal-hal berikut:

 Sebelum digunakan, kedudukan nol mikrometer harus diperiksa.

 Kedudukan nol ini dapat distel dengan cara merapatkan mulut ukur dan
kemudian putar putar selinder tetap dengan menggunakan kunci
penyetel sampai garis refrensi dari skala tetap bertemu garis dengan garis
nol dari skala putar.
 “Catat kondisi alat ukur micrometer yang digunakan mengukur”

F.2. Mengukur Benda Ukur Segi Empat.

Gambar F1. Benda Ukur Segi Empat


Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur segi empat sebagai berikut:

a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 75 - 100 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F2. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital &mikrometer


luar.
c. Ukur obyek ukur “b” dan “f” dengan menggunakan alat ukur mistar
ingsut digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm &
0,05 mm.

Gambar F3. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.

d. Ukur obyek ukur “c” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F4. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital & mikrometer
dalam.
e. Ukur obyek ukur “d” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm.
Gambar F5. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital
f. Ukur obye ukur “e” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm.

Gambar F6. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.


g. Ukur obye ukur “g” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm & 0.001 mm.

Gambar F7. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital dan mikrometer
luar.

h. Ukur obyek ukur “h” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer kedalaman 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F8. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital

i. Ukur obyek ukur “i” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.
Gambar F9. Contoh pengukuran denganmikrometer alur.

j. Ukur obyek ukur “j” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
sertamikrometer kedalaman 0 - 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F10. Contoh pengukuran mistar ingsut digital & mikrometer kedalaman.

k. Ukur obyek ukur “k” dengan menggunakan alat ukur mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 25 – 50 mm (nonius dan digital) dengan kecermatan
0.01mm dan 0,001 mm.

(a) (b)

Gambar F11. Contoh pengukuran denga: (a) mistar ingsut digital dan

(b) mikrometer luar.

F.3. Mengukur Benda Ukur Poros.


Gambar F12. Benda Ukur Poros

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur poros sebagai berikut:

a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer kedalaman 25 – 50 mm kecermatan 0.01 mm.

Gambar F13. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.

c. Ukur obyek ukur “b” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital,mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius dengan kecermatan 0,02 mm &
0,05 mm dan mikrometer alur kecermatan 0,01 mm.

Gambar F14. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.


d. Ukur obyek ukur “c” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02mm dan 0,05 mm
serta mikrometer kedalaman 25 – 30 kecermatan 0.01 mm.

Gambar F15. Contoh pengukuran ketinggian dengan mistar ingsut digital.

e. Ukur obyek ukur “d1 dan d2” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta micrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F16. Contoh pengukuran diameter luar dengan mistar ingsut digital.

f. Ukur obyek ukur “e1 dan e2” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm & 0.001
mm.

Gambar F17. Contoh pengukuran diameter luar dengan mistar ingsut


digital& Mikrometer Luar Kecermatan 0.001 mm

g. Ukur obyek ukur “f” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.

Gambar F18. Contoh pengukuran alur dengan micrometer alur.

h. Ukur obyek ukur “g” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer alur kecermatan 0.01 mm.

Gambar F19. Contoh pengukuran alur dengan mistar ingsut digital.

i. Ukur obyek ukur “h” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer kedalaman kecermatan 0.01 mm.

Gambar F20. Contoh pengukuran dengan mikrometer kedalaman.


j. Ukur obyek ukur “i” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer kedalaman kecermatan 0.01 mm.

Gambar F21. Contoh pengukuran dengan mistar ingsut digital.


k. Ukur obyek ukur “j” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F22. Contoh pengukuran diameter dalam dengan mikrometer dalam.

l. Ukur obyek ukur “k” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer dalam 5 – 30 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F23. Contoh pengukuran diameter dalam dengan mikrometer dalam

m. Ukur obyek ukur “l” & “m” dengan menggunakan alat ukur: mikrometer alur
dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F24. Contoh pengukuran panjang dengan mikrometer alur.

F.4. Mengukur Benda Ukur Tingkat

Gambar F25. Benda Ukur Tingkat

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur tingkat sebagai berikut:

a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “a” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm
serta mikrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0.01 mm.

Gambar F26. Contoh pengukuran panjang dengan mistar ingsut digital.

c. Ukur obyek ukur “b” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer kedalaman 0 – 25 mm dengan kecermatan 0.01 mm.
Gambar F27. Contoh pengukuran ketinggian dengan mistar ingsut nonius

d. Ukur obyek ukur “c”, dan “e” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut
digital, mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05
mm serta mikrometer luar 0 – 25 mm dengan kecermatan 0,01 mm & 0,001
mm.

Gambar F28. Contoh pengukuran panang dengan mikrometer luar 0,001 mm.

e. Ukur obyek ukur “d” dengan menggunakan alat ukur: mistar ingsut digital,
mistar ingsut jam, mistar ingsut nonius kecermatan 0,02 mm dan 0,05 mm serta
mikrometer luar 25 – 50 mm dengan kecermatan 0,01 mm.

Gambar F29. Contoh pengukuran panjang dengan mistar ingsut jam.

f. Ukur obyek ukur “f dan g” dengan menggunakan alat ukur busur bilah dengan
kecermatan 5”

Gambar F30. Contoh pengukuran sudut g dengan busur bilah


F.5. Mengukur Benda Ukur Sudut.

β γ

α ε

Gambar F31. Benda Ukur Tingkat

Adapun langkah kerja pengukuran benda ukur tingkat sebagai berikut:

a. Periksa kondisi dan lakukan kalibrasi internal terhadap alat ukur sebelum
digunakan mengukur obyek ukur. Dan catat kondisi alat ukur yang akan
digunakan.
b. Ukur obyek ukur “α, β, γ, δ, dan ε” dengan menggunakan alat ukur busur bilah
dengan kecermatan 5”

(a) (b)

Gambar F31. Contoh pengukuran sudut dengan busur bilah : (a)


sudut δdan (b) sudut α
G. KESELAMATAN KERJA

1. Dalam penggunaan alat ukur, perhatikan supaya sensor alat ukur tidak
tergores.
2. Jangka meletakkan alat ukur dengan cara menumpuk, letakkan secara
terpisah.
3. Setelah selesai menggunakan alat ukur, bersihkan dengan lap halus, berikan
lapisan vaelin/minyak lumas pada permukaannya, kemudian masukkan
kedalam kotak alat ukur sesuai tempatnya.
V. DATA HASIL PENGAMATAN
H.1 Pengukuran Benda Ukur Segi Empat

Gambar H1: Benda Ukur Segi


EmpatTabel 1. Data hasil pengukuran benda kerja segi empat

Nomor Benda Ukur : …01……………………


Alat Ukur Mistar Ingsut Alat Ukur Mikrometer
Alat Ukur Dial
Nonius Digital Nonius Digital
caliper Jenis Mikrometer
Kecermatan 0.02 0.05 0.05 0.01 0.01 0.001 0.001 Yang digunakan
Posisi Nol 0 0 0 0 0 0 0

A 95,42 95,30 95,25 95,24 95,44 Mikrometer Nonius

B 19,60 20,10 20,05 20,27

C 20,80 21,00 20,95 21,04 21,06 Mikrometer Dalam

D 23,20 23,30 23,35 23,29


4

E 10,42 10,70 10,65 10,67 10,36 Mikrometer Dalam

F 20,60 20,50 20,65 20,52


S e g i

G 23,60 23,50 23,35 23,49 23,47 23,458 Mikrometer Luar

H 4,80 4,70 4,96 4,76 4,65 Mikrometer KeDalam

I 10,00 9,90 9,95 9,90 9,45 Mikrometer Celah


B l o k

J 21,20 21,30 20,44 21,15 20,02 Mikrometer Kedalaman

K 64,80 64,70 64,70 64,73 64,87 64,903 Mikrometer Digital

L 10,20 10,10 10,05 10,24 10,43 Mikrometer Celah


H.2 Pengukuran Benda Ukur Poros

Gambar H2: Benda Ukur Poros

Tabel 2. Data hasil pengukuran benda kerja poros

Nomor Benda Ukur : …01………………


Alat Ukur Mistar Ingsut Alat Ukur Mikrometer
Alat Ukur Dial
Nonius Digital Nonius
Caliper Jenis Mikrometer
Yang digunakan
Kecermatan 0.02 0.05 0.05 0.01 0.01 0.001

Posisi Nol 0 0 0 0 0 0

A 30,04 30,05 29,95 30,11 29,59 Mikrometer Luar

B 40,20 40,15 40,10 40,06 40,08 Mikrometer Luar


C 30,18 30,20 30,10 30,17 30,16 Mikrometer Luar
d1 29,94 29,85 29,90 20,90 29,41 Mikrometer Luar

d2 29,94 29,85 29,90 20,90 29,41 Mikrometer Luar


e1 19,98 19,95 19,90 19,91 19,90 19,908 Mikrometer Luar
e2 19,98 19,95 19,90 19,91 19,90 19,908 Mikrometer Luar
F 5,12 5,15 5,10 5,13 5,11 Mikrometer Celah
G 7,10 7,15 7,20 7,06 7,15 Mikrometer Celah
H 16,22 16,20 16,10 16,01 16,02 Mikrometer Kedalaman
P or o s

I 10,82 10,75 10,50 10,76 10,75 Mikrometer Kedalaman

J 9,80 9,85 9,80 9,73 9,44 Mikrometer Dalam

K 9,74 9,70 9,55 9,64 9,48 Mikrometer Dalam

L 23,08 23,05 22,90 23,11 23,01 Mikrometer Celah

M 24,92 24,90 24,85 24,98 24,77 Mikrometer Celah

O 39,32 39,20 39,35 39,36 39,31 Mikrometer Luar


H.3 Pengukuran Benda Ukur Bertingkat

Gambar H3: Benda Ukur Tingkat

Tabel 3. Data hasil pengukuran benda kerja bertingkat

Nomor Benda Ukur: …03……………


Mistar Ingsut Mikrometer Bevel
Alat Ukur
Nonius Dial caliper Digital Nonius Protektor
Kecermatan 0.05 0.02 0.05 0.01 0.01 0.001 5'

Posisi Nol 0 0 0 0 0 0

A 48,70 48,80 48,80 48,70 48,19

B 14,70 14,80 14,85 14,59 14,36

C 20,00 20,00 19,85 19,86 19,86 20,840

D 34,70 34,60 34,60 34,59 34,10

E 10,01 10,00 10,00 10,01 9,98 10,966

H.4. Pengukuran Benda Ukur Sudut


Gambar H4. Benda ukur sudut
Tabel 4. Data Hasil Pengukuran sudut dengan busur bilah kecermatan 5’

Nomor Benda Ukur : 03…………


Pengamat Pengamat
Sudut yang
A* B*
diukur
Skala Nonius Skala Nonius

Α 77˚55'

Β 103˚45'

Γ 140˚25'

Δ 130°25'

Ε 90˚40'

*Pengukuran sudut dilakukan oleh dua orang pengukur (A & B)


VI. ANALISA DATA

Data hasil pengukuran benda ukur poros menggunakan mistar Ingsut kecepatan
0,05mm dan mikrometer kecepatan 0,01 dan 0,001

 MISTAR INGSUT

MISTAR INGSSUT NONIUS 0,05 (JANGKA SORONG)

1. Garis ukuran a

Skala utama = 95mm dan skala nonius = 6 0,05= 0,30mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 95 + 30 = 95,30mm.

2. Garis ukuran b

Skala utama = 20 mm dan skala nonius = 2 0,05 = 0,10mm. Maka hasil


pengukuran jangka sorong di atas adalah 20 + 10 = 20,10mm.

3. Garis ukuran c

Skala utama = 21mm dan skalaa nonius = 00 0,05 = 0,00mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 21 + 0,00= 21,00mm.

4. Garis ukuran d

Skala utama = 23mm dan skala nonius = 6 0,05 = 0,30mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 23 + 30 = 23, 30mm.

5. Garis ukuran e

Skala utama = 10mm dan skala nonius = 14 0,05 = 0,70mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 10 + 70 = 10,70mm.

6. Garis ukuran f

Skala utama= 20mm dan skala nonius =10 0,05 = 0,50mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 20 + 0,50 = 20,50mm.

7. Garis ukuraan g

Skala utama= 23mm dan skala nonius = 10 0,05= 0,50mm. Maka hasil
pengukuran jangka ssorong di atas adalah 23 + 0,50 = 23,00mm.

8. Garis ukuran h

Skala utama = 4mm dan skala nonius= 14 0,05 = 0,70mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 4 + 0,70 = 4,70mm.

9. Garis ukuran i

Skala utama =9mm dan skala nonius = 18 0,05 = 0,90mm.Maka hasil


pengukuran jangka sorong di atas adalah 9 + 0,90 = 9,90mm

10. Garis ukuran j

Skala utama = 21mm dan skala nonius = 6 0,05 = 0,30mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 21 + 0,30= 21,30mm.

11. Garis ukuran k

Skala utama =64mm dan skala nonius = 14 0,05 = 0,70mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 64 + 0,70 = 64,70mm.

12. Garis ukuran l

Skala utama= 10mm dan skala nonius = 2 0,05 = 0,10mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong di atas adalah 10 + 0,10 = 10,10mm.
 MIKROMETER

MIKROMETER NONIUS 0,01

1. Garis ukur a

Cara pembacaan:

Padaa skala utama terbaca : 35,00mm

Pada skala putar terbaca : 10/ 100mm = 0,1mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 35,10mm

2. Garis ukur b

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca : 39,00mm

Pada skala putar terbaca : 42/100mm = 0,42mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 39,42mm.

3. Garis ukur c

Cara pembacaan:

Pada skala utamaa terbaca : 30,00mm

Pada skala putar terbaca : 21/100mm = 0,21mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 30,21mm.

4. Garis ukur d1

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 29,00mm

Pada skalaa putar terbaca : 30/100mm = 0,30mm

Maka hail pengukuran mikrometer tersebut adalah 29,30mm

5. Garis ukur d2

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 29,00mm

Pada skalaa putar terbaca : 30/100mm = 0,30mm

Maka hail pengukuran mikrometer tersebut adalah 29,30mm

6. Garis ukur e1
Cara pembaacaan:

Pada skala utama terbaca : 19,00mm

Pada skala putar terbaca : 28/100mm = 0,28mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 19,28mm

7. Garis ukur e2

Cara pembaacaan:

Pada skala utama terbaca : 19,00mm

Pada skala putar terbaca : 28/100mm = 0,28mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 19,28mm

8. Garis ukur f

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca : 05,00mm

Pada skala putar terbaca : 04/100 =0,04mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 05,04mm

9. Garis ukur g

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 07,00mm

Pada skala putar terbaca: 21/100mm = 0,21mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 07,21mm

10. Garis ukur h

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca : 15,00mm

Pada skala putar terbaca 16/100mm = 0,16mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 15,16mm

11. Garis ukur i

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 10,00mm

Pada skala putar terbaca 06/100mm = 0,06mm


Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 10,06mm

12. Garis ukur j

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 10,00mm

Pada skala putar terbaca: 40/100mm = 0,40mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 10,40mm

13. Garis ukur k

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 10,00mm

Pada skala putar terbaca: 41/100mm = 0,41mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 10,41mm

14. Garis ukur l

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca: 23,00mm

Pada skala putar terbaca: 49/100mm = 0,49mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 23,49mm

15. Garis ukur m

Cara pembacaan:

Pada skala utama terbaca : 25,00

Pada skala putar terbaca : 00/100mm = 0.00mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 25,00mm

16. Garis ukur o

Caara pembacaaan:

Pada skala utama terbaca : 39,00mm

Pada skalaa putar terbaca : 49/100mm = 0,49mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 39,49mm.

MIKROMETER NONIUS 0,001

A. Garis ukur e1
Cara pembacaan:

1 skala putar = 1/100mm dan 1 skala putar = 1/1000mm

Pada skala utama terbaca: 20,000mm

Pada skala putar terbaca : 78/1000mm = 0,78mm

Pada skala putar nonius terbaca : 3/1000mm = 0,003mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 20,783mm

A. Garis ukur e2

Cara pembacaan:

1 skala putar = 1/100mm dan 1 skala putar = 1/1000mm

Pada skala utama terbaca: 20,000mm

Pada skala putar terbaca : 78/1000mm = 0,78mm

Pada skala putar nonius terbaca : 3/1000mm = 0,003mm

Maka hasil pengukuran mikrometer tersebut adalah 20,783mm

Hasil peengukuran benda ukur sudut dengan besar bila kecepatan 5°

 Sudut ukur

Skala utama =77° dan skala nonius = 55. Maka hasil pengukuran bevel
protector kecermatan 5' diatas adalah 77° + 55' = 77°55'
 Sudut ukur

Skala utama = 180° - 77° = 103° dan skala nonius = 45'. Maka hasil
pengukuran bevel protector kecermatan 5' diatas adalah 103° + 45' = 103°45'

 Sudut ukur

Skala utama = 140° dan skala nonius = 25'. Maka hasil pengukuran bevel
protector kecepatan 5' diatas adalah 140° + 25' = 140°25'.

 Sudut ukur

Skala utama = 90° + 51° = 130° dan skala nonius = 25'. Maka hasil pengukuran
bevel protector kecepatan 5' diatas adalah 129° + 25' = 129°25'

 Sudut

Skala utama = 90° dan skala nonius = 40'. Maka hasil pengukuran bevel
protector keceparan 5' diatas adalah 90° + 40' = 90°40'

VII. PEMBAHASAN
Pengukuran ini dilakukan untuk memahami cara menggunakan alat ukur jangka
sorong, dan mikrometer dengan benar dan mengetahui ketelitian jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Pengukuran dilakukan pada benda ukur poros dengan berbagai bidang
ukur. Pengukuran dilakukan pada benda ukur poros dengan berbagai bidang ukur. Selain itu
praktikum ini dilakukan untuk memahami cara melaporkan hasil pengukuran yang benar.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan. Pengukuran- pengukuran yang sangat teliti diperlukan, agar gejala- gejala peristiwa
yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur , dan setiap alat
ukur memiliki nilai skala terkecil. Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur
atau angka digital. Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi
nilai tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur
tidak tajam.
Beberapa alat ukur panjang yang sering digunakan dalam praktikum adalah jangka
sorong, dan mikrometer skrup. Masing – masing alat ukur panjang memiliki cara untuk
mengoperasikannyadan juga cara untuk membaca hasil yang terukur. Dari percobaan yang
telah dilakukan, diketahui bahwa masing- masing alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang
berbeda. Seperti jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tingkat ketelitian pada mistar besi. Namun jangka sorong tidak lebih
teliti dari mikrometer sekrup. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang, diameter maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong yang digunakan kali ini
memiliki ketelitian 0,02, 0,05, dan 0,0

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1) Jangka sorong dan mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang sisi
poros. Dari kegiatan praktikum pengukuran panjang, dapat disimpulkan: penggunaan
jangka sorong yang benar yaitu meletakkan benda diantararahang. Kemudian
menggeser rahang geser sampai benda benar- benar terjepit kemudian kunci rahang
geser tersebut, selanjutnya membaca skala utama dan skala nonius yang berhimpit
dengan skala utama.
2) Penggunaan mikrometer sekup yang benar yaitu meletakkan benda diantar rahang.
Kemudian memutar poros geser hingga terdengar bunyi klik kemudian membaca
skala utama yang terlihat dan skala nonius yang berhempit dengan garis skala utama
dengan benar.
3) Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda
sedangkan jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang serta lebar suatu benda.
Untuk pengukuran dengantingkat kecermatan yang tinggi seperti poros dan lubang
perlu menggunakan cara pengukuran berulang dan secara teliti pula, guna
menghasilkan hasil yang lebih akurat, sebaliknya untuk pengukuran yang
membutuhkan tingkat kecermatan yang rendah maka maka cara pengkuran cukup
sekali karena tidak perlu memerlukan ketelitian yang tinggi.
4) Faktor- factor yang membuat proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat
dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
17. Alat ukur
18. Benda ukur
19. Posisi pengukuran
20. Lingkungan
21. Orang ( si pengukuran )
SARAN
Sebaiknya ketika dalam pengambilan data- data harus fokus dan teliti terlebih dalam
membaca mikrometer dan jangka sorong, karena jika tidak teliti maka data- data yang di
dapatkan akan mempengaruhi hasil akhir dalam pengukuran tersebut. Dan yang paling
penting baca aturan langkah kerja pada jobsheet sebelum melakukan pengukuran langsung

Lampiran 1: Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran.
Pengukuran adalah suatu perbandingan antara suatu besaran lain yang sejenis
secara eksperimen dan salah satu besaran dianggap sebagai standar.
2. Apa yang dimaksud dengan nilai skala terkecil (nst) suatu alat ukur.
Nilai skala yang menunjukkan tingkat ketelitian suatu alat ukur yang
disunakan untuk mengukur suatu objek tertentu.
3. Jelaskan pengertian kesalahan relatif dan kesalahan mutlak dalam pengukuran
Kesalahan relatif adalah perbandingan antara besaran kesalahan harga yang
sebenarnya. Dan kesalahan mutlak adalah selisih antara nilai pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Kesalahan mutlak merupakan salah satu cara untuk memperhitungkan
adanya kesalahan saat mengukur keakuratan nilai.
4. Suatu hasil pengukuran memberikan penunjukan 1,280 mm, dapatkah hasil
pengukuran tersebut diperoleh dengan menggunakan jangka sorong dengan nst 0,05
mm, jelaska jawaban anda !
Daftar Pustaka :
1. Rochim, Taufiq dan Sri Harjoko Wiryomartono. 1998. Spesifikasi,
Metrologi dan Kontrol Kualitas Geometrik. Industrial Metrologi
Laboratory, Mechanical& Production Engineering, Mesin, FTI-ITB,
Bandung.
2. 1998. Alat Ukur Linier dan Pemakaiannya. Industrial Metrologi
Laboratory, Mechanical & Production Engineering, Mesin, FTI-ITB,
Bandung.
3. 1998. Alat Ukur Sudut dan Pemakaiannya. Industrial Metrologi
Laboratory, Mechanical & Production Engineering, Mesin, FTI-ITB,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai